OLEH :
Ragil Yosanda
2010511054
Sifat fisik serat pangan tergantung baik pada komposisi maupun struktur
komponen-komponen penyusun serat pangan.
a. Sifat fisik penting pertama adalah kelarutan. Dimana terdapat dua tipe serat
pangan yaitu yang larut dalam air dan yang tidak larut dalam air. Kelarutan
dari gum, pektin, mucilage dan kemampuannya membentuk larutan dengan
viskositas tertentu atau perbedaan kekuatan gel sangat dipengaruhi oleh
ukuran dan distribusi polimer yang berbeda yang terkandung pada setiap
sumber serat pangan.
b. Sifat fisik penting yang kedua adalah kapasitas mengikat air, yaitu
kemampuan serat pangan yang tidak larut dalam air untuk mengembang dan
menyerap air. Kemampuan ini dipengaruhi oleh ukuran partikel dan distribusi.
Sebagai contoh selulosa murni dengan grade/kadar komersial, umumnya
akan berkurang kemampuan mengikat air dengan berkurangnya ukuran
partikel. Sedangkan kemampuan mengikat air dari total serat pangan
tergantung dari pH dan jenis pangan itu sendiri (Grace, et al., 1991).
c. Sifat fisik dominan pada serat pangan yaitu tingginya nilai penyerapan air
(NPA) dan nilai kelarutan air (NKA). Fenomena tersebut sejalan dengan sifat
instan yaitu meningkatnya kelarutan dan penyerapan yang disebabkan oleh
rendahnya karbohidrat dan tingginya gula pereduksi yang bersifat higroskopis
(Auliana, 1999).
d. Serat pangan memiliki daya serap air yang tinggi, karena ukuran polimernya
besar, strukturnya kompleks dan banyak mengandung gugus hidroksil namun
tergantung pada jenis polisakaridanya.
e. Serat pangan tidak dapat diserap oleh dinding usus halus dan tidak dapat
masuk ke dalam sirkulasi darah. Namun, akan dilewatkan menuju ke usus
besar (kolon) dengan gerakan peristaltik usus.
Sedangkan sifat-sifat umum serat pangan, antara lain bentuk molekul
dengan polimer yang berukuran besar, struktur yang kompleks, banyak
mengandung gugus hidroksil dan memiliki kapasitas pengikat air yang besar.
Banyaknya gugus hidroksil bebas yang bersifat polar serta struktur matriks yang
berlipat-lipat ternyata mampu memberikan peluang besar bagi terjadinya
pengikatan air melalui ikatan hidrogen. Kemampuan mengikat air oleh serat
pangan memiliki arti penting dalam mempertahankan air dalam lambung,
meningkatkan viskositas makanan dalam usus kecil, dan berhubungan dengan
peranan serat pangan dalam gizi dan metabolisme tubuh (Inglett and Fakehag,
1979).
2.2 Sumber Serat Pangan
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang paling
mudah dijumpai dalam menu masyarakat. Sebagai sumber serat, sayuran dapat
dikonsumsi dalam bentuk mentah atau telah diproses melalui perebusan. Adapun
pada review jurnal kali ini, saya akan mengulas sumber serat pangan dari sayuran
yaitu rumput laut.
Rumput laut merupakan pangan lokal yang mengandung serat dan yodium
yang cukup tinggi dan cocok untuk dijadikan pangan olahan sebagai salah satu
alternatif pemenuhan kebutuhan serat harian. Kandungan gizi pada rumput laut,
yaitu pro vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C,
vitamin D, vitamin E, dan vitamin K, serta kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi,
dan yodium. Menurut Ubaedillah (2008), kandungan serat rumput laut sekitar
9,62% dari 100 gram berat kering.
Kembali pada pembahasan latar belakang, dimana masyarakat cenderung
menerapkan pola konsumsi pangan yang mengarah ke pola cepat saji dan praktis,
contohnya menjadikan roti tawar sebagai menu sarapan pagi. Nah dari sinilah
perlu memodifikasi roti tawar dengan menggunakan bahan pangan lokal, yaitu
substitusi tepung rumput laut terhadap tepung terigu sehingga diharapkan dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan serat per harinya.
Adapun formulasi substitusi tepung rumput laut terhadap tepung terigu
dalam pembuatan roti tawar dilakukan dengan tiga taraf. Formulasi roti tawar yang
pertama merupakan variabel kontrol (A0) terhadap tiga taraf lain, yaitu A1
(10%:90%), A2 (20%:80%), dan A3 (30%:70%) yang kemudian dilakukan uji
organoleptik pada panelis semi terlatih untuk mendapatkan formula roti terbaik.
Hasil rendemen tepung rumput laut diperoleh sebesar 4,5% dengan tingkat
kehalusan 80 mesh.
Penelitian ini merupakan eksperimental dengan rancangan acak lengkap
(RAL). Data dianalisis menggunakan ANOVA yang dilanjutkan dengan uji lanjut
Duncan’s Multiple Range Test. Roti tawar terbaik kemudian dianalisis proksimat,
serat pangan total, dan yodium. Kandungan serat pangan total dianalisis
menggunakan metode enzimatik. Dimana roti tawar terpilih yang dianalisis adalah
roti tawar dengan perlakuan A1 (10%:90%), karena banyak disukai oleh panelis,
baik dari segi parameter tekstur, aroma, rasa, dan warna roti. Kandungan serat
pangan total pada roti tawar rumput laut terpilih (Tabel 3) adalah sebesar 12,56
gram/100 gram (12,56%) dimana telah memenuhi klaim tinggi serat (>6g/100g)
Tingginya kadar serat pangan total roti tawar terpilih disebabkan karena
tepung rumput laut sendiri memiliki kadar serat yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tepung terigu, yaitu sebesar 70,14%.