Anda di halaman 1dari 12

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Broiler

Sekitar 8.000 tahun yang lalu, ayam hutan liar didomestikasi menjadi ayam

Broiler. Menurut sejarah, Asia adalah tempat ayam hutan liar ini pertama kali

didomestikasi. Domestikasi terus berlangsung pada abad ke-19 dan lambat laun

berkembang menuju sistem modern ini. Ayam Broiler dapat mencapai usia panen

dalam waktu yang relatif singkat berkat pemeliharaan yang tepat. Selain itu,

pemeliharaan ayam Broiler hanya memakan sedikit tempat. Populasi ternak akan

meningkat dan produksi daging akan meningkat dengan usaha kerja yang dilakukan

secara intensif (Dahlan dan Hudi, 2011).

Ayam Broiler adalah ayam yang telah dimodifikasi secara genetik dengan

teknologi mutakhir dan karenanya ayam Broiler memiliki keuntungan untuk dapat

berkembang hingga ukuran maksimalnya secara ekonomis mempunyai pakan

dengan konversi yang rendah juga dapat menghasilkan daging dengan kandungan

yang tinggi akan serat lunak (Pratikno, 2010). Manfaat ayam Broiler cukup

beragam, seperti daging yang lunak, ukuran yang besar, bentuk dada luas, berisi

dan padat, serta memadai efektivitas pakan yang baik (Pahlepi dkk., 2015).

Terlepas dari manfaat-manfaat ini, broiler memiliki kelemahan seperti

rentan terhadap stres dan serangan agen penyakit, yang meningkatkan

kemungkinan kematian (Badriyah dan Ubaidillah, 2013). Kekurangan dari ayam

broiler yang lain adalah infeksi penyakit yang mudah menyerang dan sulit

beradaptasi sehingga diperlukan sistem pemeliharaan intensif yang cukup

(Metasari, 2014).
6

Salah satu sumber protein hewani yang dibutuhkan masyarakat adalah ayam

Broiler. Memelihara ayam dipisah menjadi dua tahap yaitu starter dan finisher.
Bergantung pada tingkat pertumbuhan, periode starter dapat berlangsung dari 1

sampai 21 hari, sedangkan periode finisher dapat berlangsung dari 22 sampai 35

hari, bergantung pada usia dan berat yang diinginkan (Murwarni, 2010).

2.1.1 Klasifikasi Ayam Broiler

Gambar 2. 1 Ayam Broiler (Wiranto, 2012)

Susilorini dkk., (2009) menyatakan bahwa taksonomi ayam broiler sebagai

berikut : Kingdom : Animalia, Filum : Chordata, Kelas : Aves, Subkelas :

Neonithes, Ordo : Galliformis, Genus : Gallus, Spesies : Gallus domesticus.

2.2 Saluran Pencernaan Unggas Secara Umum

Sistem pencernaan berperan penting dalam ekstraksi nutrien dari pakan dan

penyerapannya supaya dapat digunakan oleh sel tubuh, kunci utama yang terjadi

dalam sistem pencernaan adalah kemampuannya untuk mencerna pakan yang

memungkinkan nutrien tersebut diserap tubuh (Kompiang, 2009). Urutan saluran

pencernaan pada unggas terdiri dari paruh, mulut, esofagus, tembolok,

proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, rektum, kloaka, dan anus sementara

organ aksesori terdiri dari pankreas dan hati (Suprijatna dkk., 2008).

2.2.1 Proventrikulus

Proventrikulus merupakan suatu pelebaran dari kerongkongan sebelum


7

berhubungan dengan gizzard. Proventrikulus juga disebut sebagai glandular

stomach atau true stomach (Suprijatna dkk., 2008). Pakan yang masuk ke dalam

proventrikulus memungkinkan telah terjadi pencernaan. Proventrikulus

mensekresikan enzim pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak

(Yuwanta, 2004). Kisaran normal bobot dan panjang proventrikulus yaitu 7,5-10 g

dan 6 cm (Yaman, 2010).

2.2.2 Ventrikulus (Gizzard)

Pakan yang telah melewati proventrikulus akan dicerna lebih lanjut di dalam

ventrikulus atau gizzard. Gizzard juga sering disebut mascular stomach (perut otot)

yang merupakan perpanjangan dari proventrikulus (Yuwanta, 2004). Pakan di

dalam gizzard akan dilumat sebab terdapat gerak peristaltik didalamnya. Fungsi

utama gizzard yaitu memecah atau melumatkan pakan dan mencampurnya dengan

air pasta yang dinamakan chyme (Kartadisastra, 2008).

Pakan dalam gizzard mengalami proses pencernaan secara mekanik dengan

cara gerakan peristaltik oleh bantuan grit yang berupa batuan kecil (Suprijatna dkk.,

2008). Kisaran normal bobot dan panjang ventrikulus (gizzard) yaitu 25-30 g dan

5-7,5 cm (Yaman, 2010).

2.2.3 Duodenum

Usus halus merupakan salah satu bagian organ pencernaan utama yang

mempunyai fungsi untuk proses pencernaan dan absorbsi. Usus halus tidak hanya

berperan penting dalam pencernaan dan penyerapan nutrisi pakan, tetapi juga

termasuk organ imun terbesar dalam tubuh ternak (Liu, 2015). Usus halus secara

anatomis terdiri dari tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum (Yuwanta,
8

2004). Bagian duodenum bermula dari ujung distal ventrikulus yang membentuk

kelokan mengelilingi pankreas. Duodenum merupakan bagian yang

menghubungkan usus halus dengan ventrikulus (Tillman dkk., 1991).

Duodenum merupakan bagian dari usus halus yang berfungsi sebagai

penyerapan air, natrium dan mineral-mineral lain. Duodenum terjadi pencernaan

dengan proses penguraian dari nutrien kasar berupa pati, lemak dan protein.

Duodenum mensekresikan enzim tripsin, amilase, dan lipase dari pankreas dan

getah empedu dari hati untuk mencerna pakan. Perkembangan duodenum apabila

tidak sempurna mengakibatkan fungsi duodenum tidak optimal, absorbsi terganggu

dan dapat terjadi diare serta mengurangi produktivitas ayam (Raditya dkk., 2013).

Berat duodenum dapat dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu jumlah sel

dan ketinggian villi-nya. Kisaran normal bobot dan panjang duodenum adalah 4 g

dan 24 cm (Yaman, 2010).

2.2.4 Jejenum

Bagian usus halus setelah duodenum adalah jejenum. Proses pencernaan

pakan setelah melewati bagian duodenum akan dilanjutkan di dalam jejenum.

Jejenum adalah bagian tengah dari bagian usus halus (Tillman dkk., 1991). Jejunum

merupakan bagian dari usus halus yang memanjang dari ujung dinding duodenum

hingga ileum, dan berfungsi sebagai tempat penyerapan zat pakan terbesar di dalam

tubuh ayam. Kisaran normal bobot dan panjang jejenum adalah 3-4 g dan 58-74 cm

(Yaman, 2010).

2.2.5 Ileum

Proses pencernaan dan absorbsi pakan setelah melewati bagian jejenum


9

dalam usus halus akan dilanjutkan di dalam ileum sampai tinggal bahan

yang tidak dapat tercerna. Ileum adalah bagian yang menghubungkan usus halus

dengan kolon (Tillman dkk., 1991). Ileum merupakan bagian dari usus halus setelah

jejenum yang berfungsi mengabsorbsi partikel-partikel kecil dari nutrien. Ileum

termasuk dalam bagian usus halus yang paling banyak melakukan absorbsi.

Sepanjang permukaan ileum terdapat banyak villi. Permukaan villi terdapat

mikrovilli yang berfungsi untuk mengabsorbsi hasil pencernaan (Suprijatna dkk.,

2008). Kisaran normal bobot dan panjang ileum adalah 15 g dan 32 cm (Yaman,

2010).

2.2.6 Sekum

Sekum adalah bagian organ pencernaan yang juga sering disebut usus buntu.

Sekum pada ternak unggas khususnya ayam terdiri dari dua bagian yaitu bagian kiri

dan bagian kanan (Yuwanta, 2004). Beberapa nutrien yang tidak tercerna dalam

usus halus mengalami dekomposisi oleh mikrobia sekum akan tetapi jumlah dan

penyerapannya sangat kecil. Pakan yang masuk ke dalam sekum akan terjadi proses

pencernaan secara mikrobiologik karena di dalam sekum terdapat beberapa

mikrobia yang mampu membantu pencernaan terutama pencernaan serat kasar

(Rasyaf, 2012). Kisaran normal bobot dan panjang sekum adalah 6-8 g dan 15-20

cm (Yaman, 2010).

2.3 Pakan Ayam

Tanaman jagung masih banyak digunakan dan mendominasi untuk

dijadikan pakan ayam, selain penggunaannya untuk pakan ternak, dan limbah dedak

padi juga dapat digunakan sebagai ganti pakan ayam. Mudah untuk memperoleh
10

limbah dedak padi karena terbuat dari limbah pabrik, yang masih berpotensi untuk

digunakan sebagai pakan ternak ayam dan tidak bersaing dengan kebutuhan

manusia. Akan tetapi, karena kulit padi memiliki kandungan serat kasar yang tinggi,

penggunaannya sebagai pakan ayam relatif terbatas (Taufik, 2014)

Pakan merupakan unsur yang sangat penting bagi ternak karena dapat

menjaga kesehatan, pertumbuhan, dan tingkat energi yang diperlukan untuk

metabolisme yang baik. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan keuntungan dari

ayam, diperlukan untuk meningkatkan produktivitas sementara mengurangi biaya

pakan melalui manajemen pakan yang efektif. Peran pakan terhadap ternak yang

paling titnggi adalah 75%. Jadi, peternak harus memahami tata laksana pemberian

makan secara benar dan baik. Pakan hanya diisi saat habis, tidak langsung diberikan

semuanya, dan pakan hanya diberikan pada waktu tertentu (Sunarso,2006).

Pakan komersial merupakan pakan yang diberikan untuk ternak. Pemberian

pakan ini dilakukan dua kali sehari. Kuantitas zat-zat dan kandungan dari pakan

yang diperlukan bagi ternak harus cukup dan memadai untuk pertumbuhan dan hasil

maksimal (Suprijatna dkk., 2005). Pertumbuhan ternak sangat dipengaruhi oleh

pakan yang dikonsumsi, lingkungan sekitar, sistem perkandangan dan potensi

genetiknya (Setioko dkk., 2002)

2.4 Morfologi dan Klasifikasi Kelapa

Salah satu hasil pertanian yang produktif dan cukup potensial dari Indonesia

adalah kelapa (Cocos nucifera). Tanaman kelapa dapat digunakan di hampir semua

bagian pohon itu. Persiapan kelapa untuk minyak kelapa murni merupakan salah

satu teknik untuk memanfaatkannya dengan baik di antara banyak kegunaan


11

lainnya. Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa yang diproduksi

dari kelapa segar atau kopra (Muslimah, 2022). Tinggi rerata pohon kelapa adalah

12 meter dan umur dari ditanam sampai berbuah yang siap dipetik, membutuhkan

waktu 12 bulan (Muslimah, 2022).

Gambar 2.2 Gambar Tumbuhan Kelapa (Ekanayake dkk., 2010)

Klasifikasi tanaman kelapa menurut Plantamor dalam Setyawati (2017)

adalah sebagai berikut : Regnum : Plantae Divisio : Magnoliophyta Classis :

Liliopsida Ordo : Arecales Famili : Arecaceae Genus : Cocos Species : Cocos

nucifera L.

2.4.1 Virgin Coconut Oil (VCO)

Virgin Coconut Oil (VCO) Menurut Handayani (2010), hanya dimasak

dengan sedikit pemanasan. Virgin Coconut Oil adalah minyak kelapa yang dibuat

dengan mengolah daging kelapa yang tidak membutuhkan alat pemanas ataupun

dengan memanaskannya hanya pada suhu bawah untuk menghasilkan minyak yang

bening, tanpa bau tengik, serta terlepas dari radikal bebas efek dari dipanaskan

(Lucida dkk., 2008). Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang masa produksi

dilakukan tanpa tahapan RBD (Refined, Blades dan Deodorized) (Lanny, 2012).

Menurut Robert (2014), Virgin Coconut Oil (VCO) adalah suatu minyak
12

yang diproduksi menggunakan hanya dengan kelapa segar dan melalui proses

dengan tanpa pemanasan sama sekali dan tidak disertai bahan kimia. Syah (2005),

Virgin Coconut Oil (VCO) mempunyai khasiat ampuh yang dapat menyembuhkan

berbagai penyakit.

2.4.2 Kandungan Virgin Coconut Oil (VCO)

Kandungan Virgin Coconut Oil (VCO) cepat diproses oleh tubuh dan

dioksidasi karena memiliki kandungan asam lemak rantai menengah yang tidak

mudah melekat pada tubuh. VCO mengandung tokoferol, betakaroten dan ternyata

sangat tinggi akan kandungan antioksidan, yang dimana penuaan dini bisa dicegah

dan vitalitas tubuh bisa dipertahankan (Setiaji dan Prayugo, 2006).

Soejobroto (2005) menyatakan bahwa minyak kelapa murni banyak

kegunaannya, bahwa asam laurat dalam minyak kelapa murni ada sebanyak 50%

dan asam kaprilat ada sebanyak 7%. Asam ini adalah asam lemak jenuh rantai

sedang yang mudah dicerna dan memiliki sifat antimikroba (antivirus, antibakteri,

dan antifungi), dan dengan cepat dimetabolisme menjadi energi. Sebagai hasilnya,

mereka dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Monolaurin didapat dari hasil

mengubah asam laurat, sedangkan monokaprin didapat dari mengubah asam

kaprilat. Pecahan rantai lemak jenuh sangat sedikit menumpuk dalam pembuluh

darah dan jarang menumpuk sebagai lemak.

Kandungan dalam minyak kelapa yaitu DHA dan kadar asam lemak tidak

jenuh ganda Omega-3 EPA yang dapat menurunkan viskositas darah, menghambat

tromboksan serta Very Low Density Lipoprotein (VLDL), dan dapat mencegah

penyumbatan pembuluh darah. Kandungan asam lemak MCFA (Medium Chain

Fatty Acid) pada minyak kelapa murni yang bisa memperbaiki asam lemak yang
13

ada di tubuh hingga sempurna dengan asam lemak esensial. Tubuh bisa

meningkatkan penggunaan asam lemak esensial sebesar 100% dengan

mengonsumsi MCFA. Kandungan dalam MCFA sama dengan Air Susu Ibu (ASI)

yaitu memberi gizi dan melindungi tubuh dari penyakit menular dan degeneratif.

Menurut Pulung (2016), Virgin Coconut Oil (VCO) tidak mengandung kolestrol dan

tidak menyebabkan kegemukan.

2.4.3 Kandungan Ampas Virgin Coconut Oil (VCO)

Menurut Liptan (2006), ampas limbah VCO memiliki nilai gizi yang baik

sebesar 30%, 5,24% lemak kasar, 6,44% protein kasar, 24,82% serat kasar, 1.55%

abu, dan 76,78% zat gizi yang bisa dicerna atau TDN (total digestible nutrient).

Pusat Studi Pangan dan Gizi, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2008

mendapatkan hasil, bahwa ampas VCO memiliki kandungan energi sebesar

4.697,87 kcal/kg, 0,67% fosfor, 0,01% kalsium, 65,69% lemak kasar, 13,76% serat

kasar, dan 14,69% protein kasar. Dapat disimpulkan dari data tersebut bahwa

limbah VCO sangat berpotensi untuk digunakan sebagai bahan pakan ternak karena

kaya akan sumber lemak dan energi (Oktaviana dkk. 2010)

Daging kelapa segar yang baru digiling lalu diperas sampai minyak terpisah

sebagai bagian dari proses untuk menciptakan minyak kelapa murni. Ampas kelapa

adalah hasil sampingan dari proses ini. Protein yang masih terkandung didalam

ampas limbah pembuatan VCO ini masih cukup banyak. Dapat diartikan bahwa

ampas VCO berpotensi untuk diolah dan dimanfaatkan menjadi pakan ternak

(Miskiyah dkk. 2006). Purawisastra dalam Yamin (2008) , ampas VCO memiliki

kandungan 61% serat galaktomanan yang bisa menurunkan kadar kolesterol dalam

darah. Galaktomanan adalah polisakarida yang terdiri dari rantai mannose dan
14

galaktose. Manfaat senyawa ini bagi kesehatan adalah karena mengandung

polisakarida dan serat dan membantu bagian pencernaan dengan memicu

pertumbuhan bakteri dalam usus.

2.5 Lipid/Lemak

Karena mudah beradaptasi, nama "lipid "atau" lemak "berasal dari kata

yunani yang berarti "penyedotan lemak pada tanaman atau binatang". Terutama

lipid yang menyebar dalam solusi non-kutub seperti eter tapi tidak bisa

melakukannya dalam air (Hart, 2003).

Secara kimiawi, lemak terdiri dari unsur-unsur C, H dan O. Karena

mengandung 9 kkal/g energi, memberi asam lemak esensial untuk tubuh,

melarutkan vitamin A,D,E dan K. Lemak merupakan senyawa yang dibutuhkan

oleh makhluk hidup. Proses pencernaan menguraikan lemak menjadi asam lemak

dan gliserol, yang merupakan molekul-molekul yang lebih kecil. Sumber energi

yang baik adalah lemak. Lemak itu dapat dipisahkan dari lemak jenuh yang jenuh

berdasarkan bahan kimia lemak. Daging, susu, dan keju semuanya mengandung

lemak jenuh, yang biasanya padat pada suhu ruangan. Lemak tak jenuh, seperti yang

terdapat dalam minyak sayur sering kali cair pada suhu ruangan (Poedjiadi, 1994).

2.5.1 Low Density Lipoprotein (LDL)

Low Density Lipoprotein adalah suatu lipoprotein yang terkecil sehingga

dikategorikan sebagai lemak karena memiliki fungsi membawa kolesterol asal sel

hepar ke sel tepi, lalu High Density Lipoprotein menyerap kolesterol kemudian

dibawa ke dalam hepar (Berawi and Agverianti, 2017). Fungsi dari Low Density

Lipoprotein membawa kolesterol dari hati ke berbagai organ yang bertujuan pada

jaringan tepi (Murwani, 2010). Low Density Lipoprotein kolesterol terdiri dari
15

sebesar 45% kolerstol serta 25% protein dan sisanya adalah fosfolipid serta

trigliserida.

Titer Low Density Lipoprotein dapat dipengaruhi oleh genetik serta titer

asam lemak dalam pakan/pangan yang dikonsumsi (Murwani, 2010). Titer Low

Density Lipoprotein yang tinggi dalam darah menyebabkan kolesterol didalam

pembuluh darah menumpuk menjadi plak (Indrasari, 2012). Titer Low Density

Lipoprotein dalam darah diakibatkan oleh titer kolestrol serta lemak lemak jenuh

yang dikonsumsi dalam ransum, tingkat sitesis dan VLDL (Murwani, 2010). Low

Density Lipoprotein terbentuk selama katabolisme VLDL, sehingga titer Low

Density Lipoprotein tinggi menjadikan marker tingginya titer kolesterol pada

individu (Murwani, 2010).

2.5.2 High Density Lipoprotein (HDL)

High Density Lipoprotein (HDL) merupakan unsur antara protein dan lipid

protein yang sangat didominasi oleh unsur protein, yang memiliki fungsi dalam

mengikat trigliserida serta kolesterol dalam sistem peredaran darah. High Density

Lipoprotein diproduksi serta disekresikan didalam hepar. Fungsi High Density

Lipoprotein adalah membawa kolesterol dari jaringan ke sel hepar (Indrasari, 2012).

High Density Lipoprotein terikat dialbumin, yang mengandung sejumlah banyak

protein dibanding VLDL dan Low Density Lipoprotein (Indrasari, 2012).

High Density Lipoprotein mendapatkan kolesterol bersumber dari Low

Density Lipoprotein dan dari membran sel dan merubahnya membentuk ester

kolesterol dengan cara reaksi LCAT (aktivitas kolesterol asiltransferase) reaksi yang

akan dikatalis dengan lesitin. Selanjutnya High Density Lipoprotein secara langsung

dapat membawa kolesterol serta kolesterol ester ke hepar mentransfer ester kolestrol
16

ke VLDL melalui protein pemindah CETP (ester kolesterol cholesterol ester transfer

protein). Titer High Density Lipoprotein yang tinggi dapat menghambat terjadi

penumpukan Low Density Lipoprotein yang tinggi pada sistem peredaran darah

(Rosadi dkk., 2013 Dihansih , 2019).

Anda mungkin juga menyukai