Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakikatnya adalah upaya yang dilaksanakan

oleh semua komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi
pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.
Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh kesinambungan
antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya yang
telah dilaksanakan oleh periode sebelumnya.1
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia selama ini tidak hanya
dilakukan dengan misi nasional tetapi juga misi global dengan melalui tujuan
pembangunan millenium (Millenium Development Goals atau MDGs). MDGs
memiliki delapan target pembangunan diantaranya: menanggulangi kemiskinan
dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak,
meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit
menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan mengembangkan
kemitraan global untuk pembangunan. MDGs yang memiliki target untuk
mencapai kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat anggota deklarasi
telah berakhir pada akhir 2015. Setelah itu, Indonesia harus melanjutkan
perjuangan pembangunan dengan misi SDGs atau Sustainable Development
Goals (tujuan pembangunan berkelanjutan).2
Pada SDGs terdapat 17 tujuan yang terbagi ke dalam 169 target dan kurang
lebih 300 indikator dalam tiga dimensi, yaitu lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Perhatian khusus pada sektor kesehatan terdapat pada tujuan SDGs poin dua, tiga,
lima dan enam. Pada poin dua bertujuan untuk mengakhiri kelaparan, mencapai
ketahanan pangan dan meningkatkan gizi serta mendorong pertanian yang
berkelanjutan. Hal ini guna membangun gizi masyarakat. Pada poin tiga bertujuan
untuk menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
orang disegala usia dan hal ini mendukung sistem kesehatan nasional. Pada poin
lima bertujuan menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita

dan perempuan, hal ini mendukung akses kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana (KB). Pada poin enam bertujuan menjamin ketersediaan dan
pengelolaan air serta sanitasi yang berkelanjutan bagi semua orang dan hal ini
mendukung program sanitasi dan air bersih.2
Hal-hal yang dirumuskan SDGs diakui sejalan dan akan diekstraksi sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang
merupakan terjemahan dari visi dan misi Presiden dalam Nawacita. Dengan
demikian, SDGs juga merupakan kelanjutan dari apa yang sudah dibangun pada
MDGs. Perbedaan MDGs dan SDGs ada pada penguatan kemitraan antar
pemegang kebijakan misalnya bidang kesehatan seperti Puskesmas.3
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan
terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalm bentuk kegiatan pokok.
Dengan kata lain, Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pemeliharaan

kesehatan

masyarakat

dalam

wilayah

kerjanya

yang

diselenggarakan dengan kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan melalui 6


kegiatan wajib secara terpadu dan menyeluruh meliputi: kesehatan ibu dan anak
(KIA), keluarga berencana (KB), usaha peningkatan gizi, kesehatan lingkungan,
pemberantasan penyakit menular, promosi kesehatan, dan pengobatan.4,8,9
Puskesmas mempunyai peran yang sangat vital sebagai institusi pelaksana
teknis, dituntut memiliki kemampuan manajerial dan wawasan jauh kedepan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan
dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan daerah melalui sistem perencanaan
yang matang dan realistis, tatalaksana kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem
evaluasi dan pemantauan yang akurat. Rangkaian manajerial di atas bermanfaat
dalam penentuan skala prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam
menentukan RAPBD yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat.4,8,9
Untuk menjamin terlaksananya pelayanan kesehatan yang bermutu setiap
Puskesmas perlu mengembangkan Standar Pelayanan Minimal (SPM). SPM
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. Hal
tersebut

tercantum

pada

741/MENKES/PER/VII/2008

Peraturan
tentang

Menteri
standar

Kesehatan

pelayanan

RI

nomor

minimal

bidang
2

kesehatan di kabupaten/kota. SPM mencakup jenis pelayanan, indikator dan


nilai.5,6
SPM

bertujuan

untuk

menyamakan

pemahaman

tentang

definisi

operasional, indikator kinerja, ukuran atau satuan rujukan, target nasional tahunan,
cara perhitungan, rumus, pembilangan, penyebut, standar, satuan pencapaian
kinerja, dan sumber data.5
I.2

Perumusan Masalah
Pada laporan ini akan dibahas tentang evaluasi manajemen program

pelayanan Puskesmas Tempuran dalam pencapaian upaya kegiatan pokok di


Puskesmas Tempuran bulan Januari 2016 hingga Mei 2016 apabila dibandingkan
dengan SPM yang berlaku.
I.3

Tujuan Kegiatan
Penyusunan laporan Evaluasi Manajemen Program Pelayanan Puskesmas

Tempuran Kabupaten Magelang Bulan Januari 2016 hingga Mei 2016 ini
memiliki tujuan umum dan tujuan khusus.
I.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui, mendeskripsikan, menganalisis, dan mengevaluasi pelaksanaan

manajemen program pelayanan di Puskesmas Tempuran bulan Januari 2016


hingga Mei 2016.
I.3.2 Tujuan Khusus
1. Mendeskripsikan data umum (geografi, demografi, lingkungan, dan perilaku
kesehatan) di wilayah kerja Puskesmas Tempuran bulan Januari 2016 hingga
Mei 2016.
2. Mengetahui proses manajemen program di Puskesmas Tempuran.
3. Mengidentifikasi masalah yang terjadi di Puskesmas Tempuran.
4. Menentukan prioritas masalah pencapaian upaya kegiatan di Puskesmas
Tempuran.
5. Mencari alternatif pemecahan masalah dari prioritas penyebab masalah yang
terpilih di Puskesmas Tempuran dan mampu menyusun rencana penerapan
pemecahan masalah.
6. Menyimpulkan dan memberikan saran dari hasil analisis yang didapat.
I.4
Manfaat Kegiatan
I.4.1
Bagi Mahasiswa
1. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik bagian ilmu
kesehatan masyarakat dan kedokteran pencegahan.
3

2. Mengetahui sistem manajemen Puskesmas Tempuran secara keseluruhan.


3. Mengetahui upaya-upaya wajib maupun tambahan yang ada di Puskesmas
Tempuran.
4. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan didalam program Puskesmas Tempuran.
I.4.2
Bagi Puskesmas
1. Mengetahui masalah atau upaya Puskesmas Tempuran yang belum memenuhi
target SPM.
2. Membantu Puskesmas Tempuran dalam mengidentifikasi penyebab dari
upaya Puskesmas Tempuran yang belum memenuhi target SPM.
3. Membantu Puskesmas Tempuran dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap upaya Puskesmas Tempuran yang belum memenuhi target SPM.
I.5

Metodologi
Laporan ini disusun berdasarkan data primer dan data sekunder yang

didapatkan di Puskesmas Tempuran. Data primer berupa pelaksanaan proses


manajemen yang diperoleh dari wawancara dengan kepala puskesmas, dokter dan
staf puskesmas, untuk memperoleh informasi program pelayanan di Puskesmas
Tempuran. Data sekunder diperoleh dari data tertulis yang ada di Puskesmas
Tempuran.
Data sekunder yang didapatkan dari Puskesmas Tempuran merupakan hasil
rekapitulasi tiap-tiap unit selama bulan Januari 2016 hingga Mei 2016. Data yang
telah didapat dari koordinator program kemudian diolah dengan menghitung hasil
kegiatan dan skor pencapaian, dianalisa secara deskriptif, kemudian dilakukan
identifikasi masalah berdasarkan SPM yang berlaku di Puskesmas Tempuran
sehingga akan didapatkan nilai pencapaian. Jika didapatkan hasil pencapaian
kegiatan yang kurang dari 100% dari target, maka hal ini merupakan sebuah
permasalahan yang ada.
Kemudian dilakukan evaluasi program dengan menerapkan Problem
Solving Cycle dan pendekatan sistem pada masalah yang didapatkan. Setelah
ditemukan sejumlah masalah, lalu ditentukan prioritas masalah menggunakan
metode Hanlon Quantitatif. Selanjutnya dilakukan analisa penyebab masalah
menggunakan diagram fishbone dengan berdasarkan metode pendekatan sistem
dengan melihat input (man, money, methods, material, dan machine), serta proses

fungsi manajemen yaitu P1 (perencanaan), P2 (pergerakan dan pelayanan), dan P3


(pengawasan, pengendalian dan penilaian).
Setelah diketahui penyebab-penyebab masalah tersebut, maka dilakukan
penentuan penyebab masalah yang paling mungkin dengan konfirmasi ke
koordinator program yang terkait. Selanjutnya, menentukan alternatif pemecahan
masalah dengan diagram pemecahan masalah. Kemudian dilakukan penetapan
pemecahan masalah terpilih menggunakan Kriteria Matriks dengan rumus m x i x
v / C, yang selanjutnya dibuat penyusunan rencana penyelesaian rencana kegiatan
(Plan of Action) dari rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah yang
terpilih, kemudian dijadwalkan dalam sebuah Gann Chart. Gann Chart nantinya
akan menyajikan rencana pelaksanaan dalam bentuk chart yang menampung
kegiatan dan jadwal kerja. Semua kegiatan yang telah dilakukan akan dipantau
dan dievaluasi.

Anda mungkin juga menyukai