Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

PERKEMBANGAN MASA PUBERTAS &


MASALAH PSIKOSOSIAL PUBERTAS

Dosen Pengampu
Suparji, S.ST., M.Pd

Oleh:

Farihatul Mufaidah
P27824420104
No. Absen 16

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DV ALIH JENJANG KEBIDANAN
KAMPUS MAGETAN
MAGETAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa kami telah
menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan dalam bentuk makalah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang
kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu dosen yang telah memberikan
tugas dan petunjuk kepada kami sehingga kami termotivasi dan  dapat
menyelesaikan tugas ini.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami sehingga tujuan yang
diharapkan dapat tercapai, Amiin.
Dan tak lupa pula kami meminta maaf  jika dalam makalah ini
terdapat  banyak kesalahan dan kekurangan, karena itu kritik serta saran yang
membangun kami harapkan.

Magetan, Februari 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i

KATA PENGANTAR .....................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Masa Pubertas...........................................................3
2.2 Masalah Psikososial Masa Pubertas..................................................3

BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan........................................................................................15
3.2 Saran..................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................16

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada
masa pubertas. Pada masa pubertas terjadi perubahan-perubahan dalam
tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Masa pubertas merupakan
suatu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa atau suatu proses tumbuh
kembang ke arah kematangan yang mencakup kematangan mental,
emosional, social, dan fisik (Janiwarty dan Pieter, 2013). Menurut WHO,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Sekitar 1 miliar
manusia atau setiap satu di antara enam penduduk dunia adalah remaja.
Kata remaja berasal dari bahasa Inggris “teenager” yakni manusia
usia 13- 19 tahun. Remaja dalam bahasa Latin disebut adolescence yang
artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan (Ali, 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), yang
disebut remaja adalah mereka yang berada pada tahap transisi antara masa
kanak-kanak dan dewasa periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Menurut
The Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika
Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga
tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17 tahun),
dan remaja akhir (18-21 tahun).
Perkembangan pada masa remaja tidak hanya ditandai dengan
perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis saja, tetapi diikuti
perkembangan psikososial yang terkait dengan perkembangan hormonal
yang kemudian mempengaruhi perkembangan fisik dan kematangan
psikoseksualnya. Perubahan fisik ini bertanggung jawab atas munculnya
dorongan seks. Oleh karena itu pada masa ini dibutuhkan banyak peran

1
terutama orangtua dalam mengawasi anaknya agar tidak terjerumus ke
pergaulan tidak sehat. Sehingga penting untuk mengetahui perkembangan
pada masa pubertas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perkembangan masa pubertas?
2. Apa saja masalah psikososial masa pubertas?

2.2 Tujuan
1. Untuk memahami perkembangan masa pubertas?
2. Untuk mengetahui masalah psikososial masa pubertas?

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Masa Pubertas


Secara harfiah, pubertas berasal dari bahasa Latin pubescence (yang berarti to
grow hairy tumbuhnya bulu-bulu) seperti bulu disekitar kelamin, ketiak, dan
muka. Secara istilah, pubertas berarti proses pencapaian kematangan seksual dan
kemampuan untuk bereproduksi (Syamsu Yusuf dkk., 2011). Pubertas berarti usia
kedewasaan. Kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perubahan
perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan
mampu memberikan keturunan (Elisabeth B. Hurlock, 1999).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Menurut WHO, yang disebut remaja adalah mereka yang berada
pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Batasan usia remaja
menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10
sampai 19 tahun dan belum kawin. Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang
merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal
proses reproduksi, sehingga perlu dipersiapkan sejak dini (Romauli, 2009).
Pubertas (puberty) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan
seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Kematangan
seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan-perubahan yang terjadi pada
masa remaja, yang ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary
sex characteristics) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary sex characteristics).
Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, urutan dari
kematangan seksual tidak sama pada setiap anak dan terdapat perbedaan
individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut (Desmita, 2010).
Menurut Wong, et al (2009) perkembangan remaja terlihat pada:
1. Perkembangan biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di bawah
pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada

3
4

pertumbuhan peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan


karakteristik seks sekunder.
2. Perkembangan psikologis
Teori psikososial tradisional menganggap bahwa krisis perkembangan pada
masa remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa remaja mereka
mulai melihat dirinya sebagai individu yang lain.
3. Perkembangan kognitif
Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak.
Remaja tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri
periode berfikir konkret, remaja juga memerhatikan terhadap kemungkinan
yang akan terjadi.
4. Perkembangan moral
Anak yang lebih muda hanya dapat menerima keputusan atau sudut pandang
orang dewasa, sedangkan remaja, untuk memperoleh autonomi dari orang
dewasa mereka harus menggantikan seperangkat moral dan nilai mereka
sendiri.
5. Perkembangan spiritual
Remaja mampu memahami konsep abstrak dan mengintepretasikan analogi
serta simbol - simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi dan berfikir secara
logis.
6. Perkembangan sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri
dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan kemampuan
bersosialisasi yang kuat terhadap temen dekat dan teman sebaya.
2.2 Masalah Psikososial Masa Pubertas
Beberapa pendapat dari para ahli yang mendefinisikan psikososial atau
psikologi sosial adalah sebagai berikut. Menurut J.P. Chaplin (2006) dalam
Kamus Psikologi mengemukakan bahwa psikososial (psychosocial) adalah
menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis.
5

Psikologi sosial (social psychology) adalah sebagai ilmu pengetahuan yang


berusaha memahami asal usul dan sebab-sebab terjadinya perilaku dan pemikiran
individual dalam konteks situasi sosial (Baron & Byrne, 2004). Menurut Abu
Ahmadi (2007), psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman
dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial.
Perubahan psikososial pada remaja dibagi dalam tiga tahap yaitu remaja awal
(early adolescent), pertengahan (middle adolescent), dan akhir (late adolescent).
Periode pertama disebut remaja awal atau early adolescent, terjadi pada usia usia
12-14 tahun. Pada masa remaja awal anak-anak terpapar pada perubahan tubuh
yang cepat, adanya akselerasi pertumbuhan, dan perubahan komposisi tubuh
disertai awal pertumbuhan seks sekunder. Karakteristik periode remaja awal
ditandai oleh terjadinya perubahan-perubahan psikologis seperti: krisis identitas,
jiwa yang labil, meningkatnya kemampuan verbal untuk ekspresi diri, pentingnya
teman dekat/sahabat, berkurangnya rasa hormat terhadap orangtua, kadang-
kadang berlaku kasar, menunjukkan kesalahan orangtua, mencari orang lain yang
disayangi selain orangtua, kecenderungan untuk berlaku kekanak-kanakan, dan
terdapatnya pengaruh teman sebaya (peer group) terhadap hobi dan cara
berpakaian (Batubara, 2010).
Masalah psikososial remaja antara lain :
1. Perubahan psikoseksual
Produksi hormon testosteron dan hormon estrogen mempengaruhi fungsi otak,
emosi, dorongan seks dan perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan seksual
yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh hormon tersebut, dapat
juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam bentuk
pemujaan terhadap tokoh-tokoh olah raga, musik, penyanyi, bintang film,
pahlawan, dan lainnya. Remaja sangat sensitif terhadap pandangan teman
sebaya sehingga ia seringkali membandingkan dirinya dengan remaja lain
yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda dengan teman sebayanya
maka hal ini dapat memicu terjadinya perasaan malu atau rendah diri.
2. Pengaruh teman sebaya
6

Kelompok teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap
kehidupan seorang remaja. Interaksi sosial dan afiliasi teman sebaya
mempunyai peranan yang besar dalam mendorong terbentuknya berbagai
keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah adalah landasan dasar sedangkan
dunianya adalah sekolah. Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja
mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi figur-figur di luar
lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya,
olahragawan, dan lainnya. Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang
terpenting bagi diri mereka selain orangtua adalah teman-teman sebaya dan
seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya
akibat peran teman sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman
sebaya juga dapat memicu timbulnya perilaku antisosial, seperti mencuri,
melanggar hak orang lain, serta membolos, dan lainnya.
3. Perilaku berisiko tinggi
Remaja kerap berhubungan berbagai perilaku berisiko tinggi sebagai bentuk
dari identitas diri. 80% dari remaja berusia 11-15 tahun dikatakan pernah
menunjukkan perilaku berisiko tinggi minimal satu kali dalam periode
tersebut, seperti berkelakuan buruk di sekolah, penyalahgunaan zat, serta
perilaku antisosial (mencuri, berkelahi, atau bolos) dan 50% remaja tersebut
juga menunjukkan adanya perilaku berisiko tinggi lainnya seperti mengemudi
dalam keadaan mabuk, melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, dan
perilaku criminal yang bersifat minor. Dalam suatu penelitian menunjukkan
bahwa 50% remaja pernah menggunakan marijuana, 65% remaja merokok,
dan 82% pernah mencoba menggunakan alkohol.
Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka
merasa lebih dapat diterima, menjadi pusat perhatian oleh kelompok
sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku berisiko tinggi
merupakan kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan (fun). Walaupun
demikian, sebagian remaja juga menyatakan bahwa melakukan perbuatan
yang berisiko sebenarnya merupakan cara mereka untuk mengurangi perasaan
tidak nyaman dalam diri mereka atau mengurangi rasa ketegangan. Dalam
7

beberapa kasus perilaku berisiko tinggi ini berlanjut hingga individu mencapai
usia dewasa.
4. Kegagalan pembentukan identitas diri
Menurut J. Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar
menuju cara berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa
depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan minat dan kemampuan di
bidang tulisan, seni, musik, olah raga, dan keagamaan. E. Erikson dalam teori
perkembangan psikososialnya menyatakan bahwa tugas utama di masa remaja
adalah membentuk identitas diri yang mantap yang didefinisikan sebagai
kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup yang lebih terarah. Mereka
mulai belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam lingkungannya
dan mulai menentukan pilihan yang terbaik untuk mereka seperti teman,
minat, atau pun sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu
perseteruan dengan orangtua atau lingkungan yang tidak mengerti makna
perkembangan di masa remaja dan tetap merasa bahwa mereka belum mampu
serta memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil.
Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk
kondisi kebingungan peran (role confusion). Role confusion ini sering
dinyatakan dalam bentuk negativisme seperti, menentang dan perasaan tidak
percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara
untuk mengekspresikan kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat
akibat dari gangguan dalam proses pembentukan identitas diri di masa remaja
ini.
5. Gangguan perkembangan moral
Moralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang
diterima secara bersama, apabila ads dua standar yang secara sosial diterima
bersama tetapi saling konflik maka umumnya remaja mengambil keputusan
untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam
pembentukan moralitasnya, remaja mengambil nilai etika dari orangtua dan
agama dalam upaya mengendalikan perilakunya. Selain itu, mereka juga
mengambil nilai apa yang terbaik bagi masyarakat pada umumnya. Dengan
8

demikian, penting bagi orangtua untuk memberi suri teladan yang baik dan
bukan hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi orangtua sendiri tidak
berbuat demikian.
6. Stres di masa remaja
Banyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam masa
remaja. Mereka berhadapkan dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi
dalam dirinya maupun target perkembangan yang harus dicapai sesuai dengan
usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai tantangan
yang berkaitan dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan
dalam usaha untuk mencapai kemandirian. Tantangan ini tentunya berpotensi
untuk menimbulkan masalah perilaku dan memicu timbulnya tekanan yang
nyata dalam kehidupan remaja jika mereka tidak mampu mengatasi kondisi
tantangan tersebut.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa puber adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh
perubahanperubahan perkembangan tertentu yang terjadi dalam tahap-tahap
lain dalam rentang kehidupan. Meskipun sering tidak mempunyai tempat yang
jelas dalam rangkaian proses perkembangan manusia, masa pubertas
mempunyai arti khusus dalam kehidupan seseorang. Kebutuhan psikologis
remaja sedikit unik jika dibandingkan dengan tahap kehidupan yang lain.
Kebutuhan psikologis yang khas pada seorang remaja, antara lain adalah
perilaku sosialnya untuk mengenal diri sendiri, kebutuhan untuk dianggap
sebagai individu yang unik, kebutuhan akan integritas diri, yaitu untuk
diterima dilingkungannya tanpa sikap curiga dan bertanya-tanya dari orang
lain, dan kebutuhan untuk mandiri

4.1 Saran
Karena kurangnya wawasan dan literatur dalam penyusunan makalah
ini, penulis sangat mengharapkan kritik maupun saran yang bersifat
membangun demi penyusunan makalah maupun karya-karya berikutnya.dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis maupun seluruh
pembaca pada umumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Rineka Cipta. Jakarta.

Baron, R., & Byrne, D. 2004. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.

Batubara, Jose RL. 2010. Adolescent Development (Perkembangan Remaja).


Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Sari Pediatri
Chaplin. 2011. Kamus Lengkap Psikologi (terjemahan Kartini Kartono). Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Desmita, R. 2008. Psikologi Perkembangan . Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.
Hurlock, E. B. 1992. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga Khatimah.
Janiwarty, B., & Pieter, H. Z. (2013). Pendidikan Psikologi untuk Bidan Teori
dan Terapan. Yogyakarta: Andi Offset.
Romauli. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wong, D, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Volume 1. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Yusuf, Syamsu dan M. Nani Sugandhi. 2011. Perkembangan peserta didik.
Bandung: PT. Rajagrafindo Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai