Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

Y
G2P1A0 DENGAN ANEMIA RINGAN INERSIA UTERI
DAN ATONIA UTERI DI RUMAH SAKIT
MUAHAMMADIYAH KOTA BANDUNG TAHUN 2023

KOMREHENSIF

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh


Gelar Bidan (Bdn)

NATALIA TANTRI
H522228

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Derajat kesehatan suatu bangsa dapat dilihat dari AKI dan AKB di negara
tersebut. Berbagai Upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan Kesehatan
ibu dan anak. AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan upaya kesehatan
masyarakat, kesejahteraan masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Angka
Kematian Ibu (AKI) dan AKB merupakan salah satu target global Sustainable
Development Goals (SDGs) dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI)
menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 12/1000 KH pada tahun
2030. Data WHO tahun 2021 mengungkapkan bahwa Angka Kematian Ibu saat
ini sangat tinggi yaitu 295.000 kematian yang disebabkan oleh
preeklamsi/eklamsi, perdarahan, infeksi, aborsi yang tidak aman. Sedangkan di
ASEAN sendiri AKI tertinggi di Myanmar yaitu 282.000/100.000 KH sedangkan
yang terendah di Singapura yaitu tidak ada data kematian ibu (ASEAN Secretariat,
2021)
Hingga saat ini di Indonesia, Angka Kematian Ibu (AKI masih di kisaran
305 per 100.000 Kelahiran Hidup, belum mencapai target yang ditentukan yaitu
183 per 100.000 KH di tahun 2024 (Kemenkes RI, 2023), dan terjadi peningkatan
kasus kematian ibu di Jawa Barat yaitu dari 684 kasus pada tahun 2019
dibandingkan tahun 2020 yaitu 745 kasus (Kemenkes RI, 2023).
Berdasarkan Laporan dari Kabupaten/Kota tahun 2020 kematian ibu tahun
2020 sebesar 745 kasus, ada peningkatan dibanding tahun 2019 sebesar 684 kasus,
kenaikan sebanyak 61 kasus. Adapun AKI di Kota Bandung pada tahun 2021
berjumlah 29 kasus dan pada tahun 2022 turun menjadi 28 kasus (Dinkes Kota
Bandung, 2022).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum diantaranya
induksi persalinan. Induksi persalinan terjadi antara 15% sampai dengan 25% dari
suatu kehamilan dengan berbagai indikasi obstetrik, medis dan janin
(Cunningham, 2014). Tindakan induksi persalinan bisa diibaratkan bagai dua sisi
mata uang, di satu sisi induksi persalinan efektif untuk mengakhiri kehamilan
ataupun mempercepat persalinan pervaginam, tetapi di sisi lain harus lebih
diwaspadai adanya potensi perdarahan pascapersalinan segera setelah persalinan
(Varney, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan Agustiani (2016) menunjukkan
hasil ada hubungan antara induksi persalinan dengan kejadian perdarahan
postpartum.
Tingginya AKI sendiri dipicu oleh penyebab langsung dan penyebab tidak
langsung. Salah satu Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan obstetrik
saat persalinan dan masa nifas yang sebenarnya dapat dideteksi saat ANC (IBI,
2021). Pada tahun 2020 WHO memperkirakan sekitar 810 ibu di dunia meninggal
akibat kehamilan dan persalinan, penyebabnya diperkirakan karena perdarahan
(25%), penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, preeklamsia/eklamsia 12% dan
penyebab lainnya 28%. Dilaporkan juga bahwa penyebab langsung kematian ibu
tersebut 60% nya terjadi dalam periode postpartum dan 45% dari kasus tersebut
terjadi dalam 24 jam pertama postpartum (WHO, 2020). Di RS. Muhammadiyah
terjadi 1 kematian ibu pada tahun 2021 dan pada tahun 2022 terjadi 1 kasus
kematian ibu akibat perdarahan postpartum. Adapun pada tahun 2023 kasus
perdarahan di RS. Muhammadiya berjumlah 34 kasus (13,6%). Berdasarkan data
yang diperoleh dari laporan PONEK RS. Muhammadiyah tahun 2022, jumlah ibu
bersalin sebanyak 925 persalinan dengan 50,16 % merupakan persalinan
pervaginam dan sisanya adalah persalinan dengan section caesarea dan tindakan
vaccum extractive dan 62,1 % mendapatkan oxytocin drip. Jumlah komplikasi
dalam persalinan pervaginam terbanyak adalah haemoragic postpartum yaitu
sebanyak 46 kasus dan 10 diantaranya disebabkan oleh antonia uteri .
Di Indonesia insiden perdarahan postpartum banyak terjadi akibat antonia
uteri, yaitu berkisar antara 36%-37% (Kemenkes RI, 2015). Atonia Uteri adalah
dimana tidak terjadi kontraksi pada uterus setelah kala III atau tidak adanya
kontraksi setelah plasenta lahir. Perdarahan karena Atonia uteri di sebabkan oleh
beberapa faktor seperti partus lama, Pembesaran Uterus yang berlebihan waktu
hamil (hamil kembar, hidramnion, janin besar), Kala satu dan atau dua yang
memanjang, persalinan cepat (partus presipitatus), persalinan yang di induksi
atau dipercepat dengan oksitosin (augmentasi), Infeksi Intra partum, multiparitas
tinggi, MGS04 yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsi/eklamsi. Menejemen Aktif kala III yang salah (Prawirohardjo (2014)
Perdarahan post partum dapat juga diakibatkan oleh anemia pada
kehamilan. Hal tersebut dikarenakan pada ibu yang menderita anemia tidak
memiliki kekuatan his yang cukup saat persalinan. Savitri (2019)
mengungkapkan bahwa pada ibu hamil yang mengalami kondisi umum seperti
anemia berisiko mengalami inersia uteri hipotonik. Meskipun Inersia Uteri tidak
menjadi penyebab langsung kematian pada ibu tetapi kasus Inersi Uteri dapat
menjadi salah satu proporsi yang mampu menyebabkan kematian pada ibu apa
bila tidak ditangani secara kompoten. Inersia uteri dapat menyebabkan
persalinan akan berlangsung lama dengan akibat terhadap ibu dan janin yaitu
infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi dan gawat janin. (Fauziah, 2019).Inersia
uteri hipotonik (IUH) adalah kelainan his di mana kekuatan hisnya lemah dan
jarang terjadi, tidak cukup untuk membuka serviks atau mendorong janin keluar.
Sering terjadi pada orang yang mengalami kondisi umum yang buruk seperti
anemia.( (Fauziyah, 2019))
Berdasarkan WHO, anemia pada kehamilan ditegakkan apabila kadar
hemoglobin (Hb) <11 g/dL. Sedangkan center of disease control and prevention
mendefinisikan anemia sebagai kondisi dengan kadar Hb <11 g/dL para trimester
pertama dan ketiga, Hb <10,5 g/dL pada trimester kedua, serta <10 g/dL pada
pasca persalinan. Sedangkan anemia pada masa nifas yaitu suatu komplikasi
yang dapat terjadi pada ibu setelah melahirkan karena kadar hemoglobin kurang
dari normal, yang dapat menyebabkan kehilangan zat besi dan dapat
berpengaruh dalam proses laktasi dan dapat mengakibatkan rahim tidak
berkontraksi (WHO 2014).
Menurut WHO 2020 prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia
telah mengalami penurunan sebanyak 4,5% selama 19 tahun terakhir, dari tahun
2000 sampai dengan tahun 2019, sedangkan di Indonesia pada tahun 2019 angka
kejadian anemia pada ibu hamil meningkat 44,2% dari tahun 2015 sebesar
42,1%. Menurut (WHO, 2021). kejadian anemia pada ibu postpartum adalah
56%.Faktor-faktor yang menyebabkan anemia pada masa nifas adalah persalinan
dengan perdarahan, ibu hamil dengan anemia, status ekonomi yang rendah yang
menyebabkan kurangnya asupan nutrisi, kurangnya zat Fe (tidak mengkonsumsi
tablet Fe), penyakit virus dan bakteri (Winkjosastro, 2014).
Asuhan kebidanan komprehensif adalah asuhan yang dilakukan secara
rinci, menyeluruh, dan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan
bayi baru lahir yang diharapkan dapat mengurangi kematian maternal yang
menjadi salah satu permasalahan terbesar di dunia saat ini (Media Centre WHO,
2016). Tujuan asuhan komprehensif adalah untuk menurunkan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) supaya kesehatan ibu dan bayi terus
meningkat dengan cara memberikan asuhan kebidanan secara berkala mulai dari
masa kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB.
Berdasarkan data dan uraian diatas, maka kami tertarik untuk melakukan
’’Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny.Y G2P1A0 dengan Anemia Ringan,
Inersia Uteri, dan Atonia Uteri di RS. Muhammadiyah Kota Bandung Tahun
2023”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah pada
laporan komprehensif ini adalah “Bagaiman Asuhan Kebinanan Komprehensif
pada Ny.Y G2P1A0 dengan Anemia Ringan, Inersia Uteri, dan Atonia Uteri di RS.
RS. Muhammadiyah Kota Bandung Tahun 2023?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.Y G2P1A0
dengan Anemia Ringan, Inersia Uteri dan Atonia Uteri di RS.
Muhammadiyah Kota Bandung Tahun 2023.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengumpulan data pada Ny.Y G2P1A0 dengan
Anemia Ringan, Inersia Uteri, dan Atonia Uteri sesuai dengan teori yang
ada.
2. Manpu melakukan analisis data pada Ny.Y G2P1A0 dengan Anemia
Ringan, Inersia Uteri, dan Atonia Uteri sesuai data yang menunjang ke
arah diagnosa
3. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.Y
G2P1A0 dengan Anemia Ringan, Inersia Uteri, dan Atonia Uteri sesuai
dengan standar asuhan di RS. RS. Muhammadiyah Kota Bandung.
4. Mengetahui peran bidan dalam asuhan kebidanan pada Ny.Y G2P1A0
dengan Anemia Ringan, Inersia Uteri, dan Atonia Uteri di RS.
Muhammadiyah Kota Bandung.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menjadi bahan masukan untuk perkembangan ilmu dan wawasan
terutama dalam memberikan asuhan kebidanan kompherensif dan penelitian
juga sebagai refrensi bagi pengambilan keputusan dalam memberikan
asuhan kebidanan kompherensif.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi RS. Muhammadiyah
Dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi Tempat Praktek Bidan
dalam melaksanakan praktek pelayanan kebidanan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan ilmu pengetahuan
pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir dengan pendekatan
manajemen kebidanan.
2. Bagi Bidan
Diharapkan menambah pengetahuan tenaga kesehatan untuk lebih
mampu melakukan mendeteksi dini, antisipasi atau mencegah faktor-
faktor resiko yang dapat mengakibatkan kegawatdaruratan kebidanan
juga mengetahui wewenang dan perannya di masing-masingap tatanan
pelayanan.
3. Bagi Pasien
Diharapkan Klien mendapatkan asuhan kebidanan komprehensif dari
bidan serta menambah wawasan ibu tentang peran nya selama
kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan selama menggunakan
kontrasepsi

Anda mungkin juga menyukai