Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS FAKTOR KEJADIAN ABORTUS

DI RSUD BANYUMAS

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kebidanan

AMARTIYA CHAILA FIRSTAMEVIA


1911060031

PROGRAM STUDI KEBIDANAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan yakni
dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu ialah salah satu
target yang diyakini telah ditentukan untuk tujuan pembangunan millennium,
yakni tentang peningkatan derajat kesehatan. (Suliani, 2018)
Terdapat 160 juta perempuan di seluruh dunia mengalami kehamilan
pada setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) pada tahun 2010
menginformasikan setiap harinya terjadi sekitar 800 ibu hamil yang mengalami
kematian saat masa kehamilan ataupun diakibatkan mengalami komplikasi pada
saat proses melahirkan. (Asniar et al., 2022). Sekitar 99% dari keseluruhan
kematian ibu terjadi di negara berkembang. Pada tahun 2014 angka kematian ibu
(AKI) di dunia telah mencapai angka 289.000 jiwa. Yang terbagi atas beberapa
negara, yakni Amerika Serikat dengan jumlah mencapai 9.300 jiwa, Afrika Utara
mencapai 179.000 jiwa, dan di Asia tenggara mencapai 16.000 jiwa. (Hidayati,
2020).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012,
menjelaskan angka kematian ibu (AKI) yang terjadi di Indonesia mencapai
359/100.000 setiap kelahiran hidup.(Asniar et al., 2022). Angka Kematian Ibu
(AKI) di Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 116,34 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan untuk kasus itu sendiri mencapai angka 675 kasus, yang mana jumlah
itu lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.(rinayati, pratiwi L, mariyana,
2013). Penyebab kematian ibu terbagi menjadi dua, yaitu penyebab langsung dan
tidak langsung. Apabila dilihat secara global, 80% penyebab kematian ibu
tergolong dalam golongan penyebab langsung yang diakibatkan karena adanya
suatu kejadian seperti perdarahan sebanyak 25% yang biasanya disebabkan
karena terjadi perdarahan pasca persalinan, sepsis sebanyak 25%, hipertensi
kehamilan sebanyak 12%, partus lama 8%, komplikasi abortus yang tidak aman
sebanyak 13%, dan penyebab lain sebanyak 8%. (Asniar et al., 2022).
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas tahun 2021 dari jumlah
ibu hamil sebanyak 28.737 ditemukan sebanyak 1.116 (25,75%) kasus abortus.
(Dinkes Kabupaten Banyumas, 2021). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan, didapatkan data dari RSUD Banyumas tahun 2022 diketahui bahwa
angka kejadian abortus terjadi sebanyak 225 kasus, 49,09 % abortus inkomplit
atau sebanyak 108, 45 % abortus imminens atau sebanyak 102 kasus, 6,6%
abortus komplit atau sebanyak 15 kasus.
Abortus merupakan kondisi berhentinya kehamilan sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan, sebelum kehamilan memasuki usia 22 minggu atau
berat janin belum mencapai 500 gram.(Hidayati, 2020). Abortus biasanya
ditandai dengan perdarahan pervaginam yang umumnya sedikit namun lambat
laun akan bertambah banyak seperti mengalami menstruasi. Tetapi bisa saja
perdarahan yang banyak itu terjadi pada saat awal, dan ada kemungkinan diikuti
dengan kram pada perut yang dirasakan seperti saat menstruasi yang nantinya
akan menimbulkan terjadinya perdarahan dan dapat menyebabkan kematian pada
ibu. (Meti, 2012).
Abortus dibedakan menjadi dua, yaitu abortus spontan (alamiah) dan
abortus provokatus (disengaja). Insiden abortus sulit dijumpai karena terkadang
wanita dapat mengalami kejadian abortus tanpa mengetahui bahwa dirinya
sedang hamil, dan cenderung tidak memiliki gejala yang dapat menandakan
bahwa wanita tersebut mengalami abortus sehingga hanya dianggap menstruasi
yang terlambat atau siklus yang berkepanjangan.(rinayati, pratiwi L, mariyana,
2013)
Kejadian abortus sukar ditentukan karena kejadian abortus provokatus
(disengaja) banyak yang tidak dilaporkan, terkecuali jika sudah mengalami
komplikasi. Sementara itu, dari kejadian yang ditemukan, 15-20% merupakan
jenis abortus spontan (alamiah). Abortus dapat menyebabkan komplikasi yang
cukup serius, komplikasi abortus meliputi perdarahan, perforasi, infeksi, dan
syok.(rinayati, pratiwi L, mariyana, 2013)
Penyebab abortus disebabkan karena factor ibu yaitu, usia, abnormalitas
struktur, infeksi, penyakit ibu, riwayat obstetrik, riwayat kelahiran traumatic,
dilatase, dan kuretase. (Hidayati, 2020)
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis sangat tertarik
untuk melaukan penelitian mengenai Analisis Faktor Kejadian Abortus di RSUD
Banyumas Tahun 2022.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah penelitian
ini adalah “Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya abortus
pada ibu hamil di RSUD Banyumas Tahun 2022 ? “

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus pada
ibu hamil di RSUD Banyumas Tahun 2022.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tentang distribusi usia ibu hamil yang mengalami abortus di
RSUD Banyumas.
b. Mengetahui tentang distribusi paritas ibu yang mengalami abortus di
RSUD banyumas.
c. Mengetahui tentang kejadian abortus di RSUD Banyumas.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan
penelitian di bidang
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan pengetahuan
kebidanan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya abortus
pada ibu hamil.
b. Bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dan gambaran bagi
penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.
c. Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukkan dan sebagai
sumber informasi kepada masyarakat sekitar khususnya pada ibu hamil
mengenai faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus.

Anda mungkin juga menyukai