Anda di halaman 1dari 8

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

S G2P1A0
DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS KEDAUNG
KOTA DEPOK

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan


Pendidikan DIII Kebidanan pada Jurusan Kebidanan Bandung
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung

Oleh
KUSHARININGSIH
P17324119303

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
JURUSAN KEBIDANAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Upaya peningkatan kesehatan ibu dan anak saat ini dapat dilakukan

melalui asuhan yang berkesinambungan atau berkelanjutan. Asuhan yang

berkelanjutan (continuity of care) merupakan bentuk asuhan yang dilakukan

oleh bidan dalam system pelayanan kesehatan yang berorientasi pada klien

dengan mekanisme layanan yang terintegrasi, bertujuan untuk meningkatkan

derajat kesehatan ibu dan bayi secara optimal. (Evashwick, 2009)

Derajat kesehatan ibu dan bayi yang optimal merepresentasikan

keberhasilan pembangunan kesehatan suatu bangsa. Bangsa yang sejahtera

dapat dilihat dari angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB).

AKI dan AKB di beberapa negara khususnya negara-negara berkembang

seperti Indonesia masih menghawatirkan. World Health Organization (WHO)

dalam Key Fact Maternal and Neonatal Death (2018) memerkirakan bahwa

kematian ibu secara global yaitu sekitar 830 ribu jiwa, 38 ribu diantaranya

terjadi di Indonesia. Hasil RPJMN tahun 2015-2019 dan SDGs melaporkan

bahwa AKI di Indonesia mencapai 305 per 1000 kelahiran hidup dengan AKB

sebesar 22,23 per 1000 kelahiran hidup.(Kemenkes RI, 2016)

Menurut WHO (2018) kematian ibu sebesar 75% disebabkan karena

perdarahan (sebagian besar pada masa pasca salin), infeksi, hipertensi dalam

kehamilan, partus lama/macet serta aborsi yang tidak aman. Perdarahan


menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu yaitu sebesar 28%.

Anemia dan Kekurangan Energy Kronik (KEK) pada ibu hamil menjadi

penyebab utama terjadinya perdarahan. (Kemenkes RI, 2014).

Anemia pada ibu hamil didefinisikan sebagai kadar hemoglobin darah <

11 g/dL pada trimester I atau < 10,5 g/dL pada trimester II - III sesuai definisi

dari Royal College of Obstetricians and Gynaecologists (RCOG). Defisiensi

zat besi bukan satu-satunya penyebab anemia, tetapi ketika prevalensi anemia

meningkat, kekurangan zat besi merupakan penyebab utama. (Stoltzfus RJ &

Michele LD, eds. 1998). Ibu hamil mempunyai risiko yang tinggi untuk

mengalami anemia defisiensi zat besi (DeMaeyer et al., 1989). Kekurangan

zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak diatasi dapat mengakibatkan ibu

hamil menderita anemia. Angka kejadian anemia diperkirakan mencapai

12,8% dari kematian ibu selama kehamilan serta persalinan di Asia. Prevalensi

anemia defisiensi besi pada ibu hamil di Indonesia sebesar 50,5% (Kemenkes

RI. 2014).

Black et al (2013) menyebutkan bahwa anemia pada kehamilan

berkontribusi secara tidak langsung pada 23% kasus kematian ibu di negara

berkembang. Perdarahan saat kelahiran yang pada umumnya tidak berbahaya

bagi ibu dengan kadar hemoglobin normal, dapat menimbulkan komplikasi

yang berat pada ibu dengan anemia. (Taner et al, 2015)

Anemia pada ibu hamil juga sering dikaitkan dengan komplikasi

neonatal seperti peningkatan risiko bayi lahir prematur, berat badan lahir

rendah, kematian janin, serta pertumbuhan janin yang lambat. (Stephen G et


al, 2018; Black et al, 2013) Sarah Saleem (2014) menyimpulkan bahwa

perdarahan dan obstructed labour dapat meningkatkan risiko stillbirth (lahir

mati) dan kematian neonatal dini karena asfiksia.

Komplikasi kebidanan yang terjadi baik pada maternal maupun neonatal

bersifat unpredictable atau tidak dapat diprediksi kapan dan siapa yang akan

mengalaminya, sehingga semua kehamilan dianggap berisiko. Ibu dengan

faktor risiko harus diberikan pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan

promotif sehingga dapat menghindari komplikasi kebidanan yang mungkin

dapat terjadi. WHO menegaskan bahwa ibu dengan risiko kehamilan harus

memiliki akses terhadap pelayanan kebidanan yang berkualitas setiap saat

(WHO, 2018). Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap faktor risiko

kehamilan dan persalinan khususnya pada ibu hamil dengan anemia perlu

dilakukan melalui asuhan kebidanan yang berkualitas.

Bidan sebagai tenaga kesehatan profesional di tingkat pelayanan

kesehatan primer dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas

dengan prinsip preventif dan promotif. Penerapan prinsip preventif dan

promotif oleh bidan khususnya pada ibu hamil dengan anemia diantaranya

melalui kegiatan identifikasi dini komplikasi, penanganan pertama yang

adekuat bersama keluarga serta pengambilan keputusan rujukan dengan cepat

dan akurat ketika terjadi komplikasi.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan harus berfokus pada

women centered care atau berfokus pada perempuan dengan menerapkan

asuhan yang berkesinambungan atau berkelanjutan yang dimulai pada masa


sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan serta pascasalin. Soltani dan

Sandall (2012) menyimpulkan bahwa model asuhan berkelanjutan yang

dilakukan oleh bidan kepada perempuan berkontibusi dalam meningkatkan

hasil luaran yang baik terutama mencegah komplikasi yang mungkin dapat

terjadi dan dapat meningkatkan kepuasan klien. Asuhan yang berkelanjutan

oleh bidan juga bermanfaat dalam meningkatkan nilai dari klien, terjalin

kedekatan antara bidan dan klien, kepercayaan dari klien kepada pemberi

asuhan meningkat serta mampu memberdayakan perempuan. (Perriman et al,

2018)

Pentingnya asuhan kebidanan komprehensif yang berkelanjutan juga

diakui memiliki dampak yang baik bagi pelayanan kesehatan di tingkat primer

yang mana dikaitkan dengan peningkatan komunikasi antara klien dengan

pemberi asuhan, kegiatan promosi kesehatan yang efektif, uji diagnostik yang

berkurang serta pemanfaatan dan penerimaan rujukan kegawatdaruratan yang

tepat waktu.(Burge et al, 2011)

Peran bidan dalam menurunkan komplikasi dari anemia harus dimulai

dari masa remaja hingga saat sebelum hamil dalam rangka menyiapkan

kehamilan yang sehat, persalinan yang bersih dan aman serta masa nifas yang

optimal. Upaya tersebut merupakan rangkaian asuhan mendasar dan efektif

untuk meningkatkan harapan hidup wanita dengan faktor risiko tertentu

seperti anemia.
Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan asuhan

dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.S G2P1A0 dengan

Anemia di Puskesmas Kedaung Kota Depok”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas,

maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana asuhan kebidanan

komprehensif pada Ny.S G0P1A0 dengan anemia di Puskesmas Kedaung

Kota Depok?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan secara umum dari tugas akhir ini adalah menerapkan

asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.S G1P0A1 dengan anemia di

Puskesmas Kedaung Kota Depok.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan anemia.

b. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.

c. Melakukan asuhan kebidanan pada nifas dan Keluarga Berencana

d. Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir.

e. Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek pada pelaksanaan

asuhan kebidanan komprehensif ini


D. Manfaat

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari tugas akhir ini ditinjau dari dua

aspek, yaitu aspek teoritis dan aspek praktis sebagai berikut:

1. Aspek Teoritis

Melalui studi kasus ini, diharapkan dapat lebih memahami asuhan

kebidanan secara komprehensif sebagai salah satu upaya meningkatkan

kesehatan ibu dan anak, khususnya pada ibu dengan anemia.

2. Aspek Praktis

a. Bagi Penulis wawasan, memberikan pelajaran, serta pengalaman nyata

dalam me

b. Dapat menambah mberikan asuhan kebidanan secara komprehensif

pada ibu dengan anemia.

c. Bagi Institusi

Hasil dari studi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pembelajaran mengenai asuhan kebidanan secara komprehensif pada

ibu dengan anemia.

d. Bagi Profesi

Sebagai bahan rujukan wawasan secara teoritis maupun aplikatif

bagi profesi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada kasus ibu dengan anemia.

e. Bagi Klien dan Masyarakat

Diharapkan klien, keluarga, dan masyarakat dapat meningkatkan

pemahamannya mengenai pentingnya melakukan upaya kesehatan


pada masa hamil, bersalin, hingga nifas untuk mencegah komplikasi

lebih lanjut dari anemia, serta memperoleh asuhan kebidanan secara

komprehensif.

Anda mungkin juga menyukai