Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GLAUKOMA

DISUSUN OLEH :

Nama : Sulfianti Gombo

Nim : K. 18.01.027

PROGRAM STUDI (S1 ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS)

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO

TAHUN AJARAN

2020/2021
BAB l

KONSEP MEDIS

A. Definisi glaukoma

Glaukoma berasal dari bahasa Yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan,
yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. Glaukoma
adalah sekelompok gangguan gangguan yangbmelibatkan beberapa perubahan atau
gejala patologis yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler (TIO) dengan
segalah akibatnya. (Indriana dan N Istiqomah; 2004).

Glaukoma adaah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan


tekanan intraokuler, penggaungan, dan degenerasi saraf oftik serta defak lapang
pandang yang khas. (Tamsuri A; 2010)

Glaukoma merupakan kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan


tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau
pencekungan pupil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan
lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan. (Martinelli; 1991 dan Sunaryo
Joko Waluyo; 2009)

Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata


meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan (Dwindra M; 2009)

B. Etiologi

Penyebab adanya peningkatan tekanan intraokuli adalah perubahan anatomi


sebagai bentuk gangguan mata atau sistemik lainnya, trauma mata, dan predisposisi
faktor genetik. Glaukoma sering muncul sebagai manifestasi penyakit atau proses
patologik dari sistem tubuh lainnya. Adapun faktor resiko timbulnya glaukoma antara
lain riwayat glauakoma pada keluarga, diabetes melitus dan pada orang kulit hitam.

C. Patofisiologi

Tingginya tekanan intraokular bergantung pada besarnya produksi humor


aqueus oleh badan siliari dan mengalirkannya keluar. Besarnya aliran keluar humor
aquelus melalui sudut bilik mata depan juga bergantung pada keadaan kanal Schlemm
dan keadaan tekanan episklera. Tekanan intraokular dianggap normal bila kurang dari
20 mmHg pada pemeriksaan dengan tonometer Schiotz (aplasti). Jika terjadi
peningkatan tekanan intraokuli lebih dari 23 mmHg, diperlukan evaluasi lebih lanjut.
Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan menyebabkan terhambatannya
aliran darah menuju serabut saraf optik dan ke retina. Iskemia ini akan menimbulkan
kerusakan fungsi secara bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan intraokular,
akan timbul penggaungan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor :

a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan deganerasi berkas serabut


saraf pada papil saraf optik.

b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi
papil saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah sehingga terjadi
penggaungan pada papil saraf optik.

c. Sampai saat ini, patofisiologi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.

d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.(Tamsuri M, 2010 : 72-73).
Usia ≥ 40 tahun, DM, kortikosteroid jangka
panjang, miopia, trauma mata.

Obtruksi jaringan Peningkatan tekanan


trabekuler vitreus

Hambatan pengaliran Pergerakan iris ke


cairan humor aqueous depan

TIO meningkat Glaukoma TIO meningkat

Nyeri

Gangguan saraf optik Tindakan operasi

Perubahan Anxietas Kurang pengetahuan


pengelihatan perifer

Gangguan persepsi
sensori: pengelihatan

Kebutaan
D. Komplikasi

Komplikasiglaukomapadaumumyaadalahkebutaantotalakibattekananbolamatamemberikang
angguanfungsilanjut.Kondisimatapadakebutanyaitukorneaterlihatkeruh,bilikmatadangkal,pu
pilatropidenganekskavasi(penggaungan)glaukomatosa,matakerassepertibatudandenganrasa
sakit.Matadengankebutaanmengakibatkanpenyumbatanpembuluhdarahsehinggamenimbulk
anpenyulitberupaneovaskularisasipadairisyangdapatmenyebabkanrasasakityanghebat.Peng
obatankebutaaninidapatdilakukandenganmemberikansinarbetapadabadansiliaruntukmenek
anfungsibadansiliar,alcoholretrobulbarataumelakukanpengangkatanbolamatakarenamatasu
dahtidakbisaberfungsidanmemberikanrasasakit.

E. Manifestasi Klinis

1. Nyeri pada mata dan sekitarnya (orbita, kepala, gigi, telinga).


2. Pandangan kabut, melihat halo sekitar lampu.
3. Mual, muntah, berkeringat.
4. Mata merah, hiperemia konjungtiva, dan siliar.
5. Visus menurun.
6. Edema kornea.
7. Bilik mata depan dangkal (mungkin tidak ditemui pada glaukoma sudut terbuka).
8. Pupil lebar lonjong, tidak ada refleks terhadap cahaya.
9. TIO meningkat.(Tamsuri A, 2010 : 74-75)

F. Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan tajam pengelihatan.

a. Tonometri

Tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan bola mata. Dikenal


empat cara tonometri, untuk mengetahui tekanan intra ocular yaitu :

— Palpasi atau digital dengan jari telunjuk


— Indentasi dengan tonometer schiotz
— Aplanasi dengan tonometer aplanasi goldmann

— Nonkontak pneumotonometri

Tonomerti Palpasi atau Digital

Cara ini adalah yang paling mudah, tetapi juga yang paling tidak
cermat, sebab cara mengukurnya dengan perasaan jari telunjuk. Dpat
digunakan dalam keadaan terpaksa dan tidak ada alat lain. Caranya adalah
dengan dua jari telunjuk diletakan diatas bola mata sambil pendertia disuruh
melihat kebawah. Mata tidak boleh ditutup, sebab menutup mata
mengakibatkan tarsus kelopak mata yang keras pindah ke depan bola mata,
hingga apa yang kita palpasi adalah tarsus dan ini selalu memberi kesan
perasaan keras. Dilakukan dengan palpasi : dimana satu jari menahan, jari
lainnya menekan secara bergantian.Tinggi rendahnya tekanan dicatat sebagai
berikut :

 N : normal
 N+1 : agak tinggi
 N+2 : untuk tekanan yang lebih tinggi
 N–1 : lebih rendah dari normal

 N–2 : lebih rendah lagi, dan seterusnya

b. Gonioskopi

Gonioskopi adalah suatu cara untuk memeriksa sudut bilik mata depan
dengan menggunakan lensa kontak khusus. Dalam hal glaukoma gonioskopi
diperlukan untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan.

c. Oftalmoskopi

Pemeriksaan fundus mata, khususnya untuk mempertahankan keadaan


papil saraf optik, sangat penting dalam pengelolaan glaukoma yang kronik.
Papil saraf optik yang dinilai adalah warna papil saraf optik dan lebarnya
ekskavasi. Apakah suatu pengobatan berhasil atau tidak dapat dilihat dari
ekskavasi yang luasnya tetap atau terus melebar.

2. Pemeriksaan lapang pandang

a. Pemeriksaan lapang pandang perifer :lebih berarti kalau glaukoma sudah lebih
lanjut, karena dalam tahap lanjut kerusakan lapang pandang akan ditemukan
di daerah tepi, yang kemudian meluas ke tengah.

b. Pemeriksaan lapang pandang sentral: mempergunakan tabir Bjerrum, yang


meliputi daerah luas 30 derajat. Kerusakan – kerusakan dini lapang pandang
ditemukan para sentral yang dinamakan skotoma Bjerrum.(Sidarta Ilyas,
2002: 242-248).

G. Penatalaksanaan

Pengobatan dilakukan dengan prinsip untuk menurunkan TIO, membuka sudut


yang tertutup (pada glaukoma sudut tertutup), melakukan tindakan suportif
(mengurangi nyeri, mual, muntah, serta mengurangi radang), mencegah adanya sudut
tertutup ulang serta mencegah gangguan pada mata yang baik (sebelahnya).

Upaya menurunkan TIO dilakukan dengan memberikan cairan hiperosmotik


seperti gliserin per oral atau dengan menggunakan manitol 20% intravena. Humor
aqueus ditekan dengan memberikan karbonik anhidrase seperti acetazolamide
(Acetazolam, Diamox). Dorzolamide (TruShop), methazolamide (Nepthazane).
Penurunan humor aqueus dapat juga dilakukan dengan memberikan agens penyekat
beta adrenergik seperti latanoprost (Xalatan), timolol (Timopic), atau levobunolol
(Begatan).

Untuk melancarakan aliran humor aqueus, dilakukan konstriksi pupil dengan


miotikum seperti pilocarpine hydrochloride 2-4% setiap 3-6 jam. Miotikum ini
menyebabkan pandangan kabur setelah 1-2 jam penggunaan. Pemberian miotikum
dilakukan apabila telah terdapat tanda-tanda penurunan TIO.

Penanganan nyeri, mual, muntah, dan peradangan dilakukan dengan


memberikan analgesik seperti pethidine (Demerol), anti muntah atau kostikosteroid
untuk reaksi radang.

Jika tindakan di atas tidak berhasil, lakukan operasi untuk membuka saluran
schlemm sehingga cairan yang banyak diproduksi dapat keluar dengan mudah.
Tindakan pembedahan dapat dilakukan seperti trabekulektomi dan laser
trabekuloplasti. Bila tindakan ini gagal, dapat dilakukan siklokrioterapi (Pemasanag
selaput beku).

Penatalaksanaan keperawatan lebih menekankan pada pendidikan kesehatan


terhadap penderita dan keluarganya karena 90% dari penyakit glaukoma merupakan
penyakit kronis dengan hasil pengobatan yang tidak permanen. Kegagalan dalam
pengobatan untuk mengontrol glaukoma dan adanya pengabaian untuk
mempertahankan pengobatan dapat menyebabkan kehilangan pengelihatan progresif
dan mengakibatkan kebutaan.

Klien yang mengalami glaukoma harus mendapatkan gambaran tentang


penyakit ini serta penatalaksanaannya, efek pengobatan, dan tujuan akhir pengobatan
itu. Pendidikan kesehatan yang diberikan harus menekan bahwa pengobatan bukan
untuk mengembalikan fungsi pengelihatan, tetapi hanya mempertahankan fungsi
pengelihatan yang masi ada.

I. Pencegahan

 . Olahraga teratur

Dalam beberapa kasus, penyebab glaukoma adalah penyakit atau


kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes dan hipertensi. Itu
sebabnya, olahraga rutin dapat membantu menghindarkan Anda dari
penyakit diabetes dan hipertensi. Artinya, Anda juga sekaligus
mencegah risiko glaukoma.

Menurut Dr. Harry A. Quigley, seperti yang dikutip dari situs


Glaucoma Research Foundation, jenis olahraga yang diyakini paling
efektif menurunkan tekanan bola mata adalah aerobik. Beberapa
studi juga menunjukkan bahwa aerobik dapat membantu
memperlancar aliran darah pada retina dan saraf-saraf optik pada
mata.
 Periksa kondisi mata secara rutin

Tekanan bola mata yang tinggi terkadang tidak menunjukkan gejala


apa pun dan membuat orang merasa baik-baik saja. Itu sebabnya,
salah satu bentuk pencegahan yang paling penting sebelum Anda
telanjur terkena hipertensi okular adalah memeriksakan kondisi mata
secara berkala.

Pemeriksaan mata juga wajib dilakukan jika Anda mulai


menginjak usia 40 tahun atau memiliki penyakit lain, seperti
diabetes dan hipertensi. Pasalnya, kedua penyakit tersebut juga
menjadi pemicu tingginya tekanan bola mata pada beberapa jenis
glaukoma.

 Makan makanan bergizi

Anda juga bisa melakukan pencegahan glaukoma dengan mengubah


menu harian Anda. Pilihlah makanan dengan kandungan nutrisi yang
bermanfaat untuk kesehatan mata Anda.

Beberapa bahan makanan yang direkomendasikan adalah


sayuran dan buah-buahan berwarna hijau gelap atau kuning karena
kandungan karotenoid di dalamnya. Karotenoid diyakini dapat
melindungi mata dari berbagai gangguan, termasuk glaukoma.

BAB ll

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
1. Identitas

a. Nama
b. Alamat
c. Jenis kelamin
d. Umur, glaukoma primer terjadi pada individu berumur > 40 tahun.
e. Ras, kulit hitam mengalami kebutaan akibat glaukoma paling sedikit 5 kali
dari kulit putih (dewit, 1998).

f. Pekerjan, terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: Pasien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang
dan mata menjadi kabur.
b. Riwayat kesehatan sekarang: Pasien mengatakan matanya kabur dan
sering menabrak, gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu: kaji adanya masalah mata sebelumnya atau
pada saat itu, riwayat penggunaan antihistamin (menyebabkan dilatasi
pupil yang akhirnya dapat menyebabkan Angle Closume Glaucoma),
riwayat trauma (terutama yang mengenai mata), penyakit lain yang sedang
diderita (DM, Arterioscierosis, Miopia tinggi).

d. Riwayat kesehatan keluarga: kaji apakah ada kelurga yang menglami


penyakit glaucoma sudut terbuka primer.

3. Psikososisl: kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu,


berkendaraan.

4. Pemeriksaan fisik

— Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menggunakan oftalmoskop untuk


mengetahui adanya cupping dan atrofi diskus optikus. Diskus optikus
menjadi lebih luas dan lebih dalam. Pada glaucoma akut primer, kamera
anterior dangkal, akues humor keruh dan pembuluh darah menjalar keluar
dari iris.

— Pemeriksaan lapang pandang perifer, pada keadaan akut lapang pandang


cepat menurun secara signifikan dan keadaan kronik akan menurun secara
bertahap.

— Pemeriksaan fisik melalui inspeksi untuk mengetahui adanya inflamasi


mata, sklera kemerahan, kornea keruh, dilatasi pupil sedang yang gagal
bereaksi terhadap cahaya. Sedangkan dengan palpasi untuk memeriksa
mata yang mengalami peningkatan TIO, terasa lebih keras dibanding mata
yang lain.

— Uji diagnostik menggunakan tonometri, pada keadaan kronik atau open


angle didapat nilai 22-32 mmHg, sedangkan keadaan akut atau angle
closure ≥ 30 mmHg. Uji dengan menggunakan gonioskopi akan didapat
sudut normal pada glaukoma kronik. Pada stadium lanjut, jika telah timbul
goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada kornea/trabekula) maka sudut
dapat tertutup. Pada glaukoma akut ketika TIO meningkat, sudut COA
akan tertutup, sedang pada waktu TIO normal sudutnya sempit. (Indriana
N dan Istiqomah; 2004)

2. Diagnosa keperawatan
a. DX 1: Nyeri b.d peningkatan tekanan intraokuler (TIO). (Indriana N. Dan
Istiqomah; 2004).
b. DX 2: Gangguan persepsi sensori: pengelihatan b.d ganguan penerimaan,
gangguan status organ indra. (Doenges, Marilynn E; 1999).

c. DX 3: Ansietas b.d faktor fisiologis, perubahan status kesehatan; adanya


nyeri; kemungkinan/kenyataan kehilangan pengelihatan. (Doenges,
Marilynn E; 1999).

d. DX 4: Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan


b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah
interpretasi informasi.

3. Intervensi keperawatan
No.Dx Tujuan Intervensi Rasionl
1. Tujuan: Setelah Mandiri
diberikan tindakan - Tekanan pada mata
keperawatan - Pertahankan tirah meningkatkan jika
diharapkan nyeri baring ketat pada tubuh datar dan
dapat berkurang atau posisi semi-Fowler manuver valsalva
terkontrol. dan cegah tindakan diaktifkan seperti pada
yang dapat aktivitas tersebut.
Kriteria hasil: meningkatkan TIO
 Klien dapat (batuk, bersin,
mengidentifikasi mengejan) — Stres dan sinar akan
penyebab nyeri. - Berikan lingkungan meningkatkan TIO yang
 Klien dapat gelap dan tenang. dapat mencetuskan
mengetahui faktor- nyeri.
faktor yang dapat — Mengidentifikasi
meningkatkan nyeri. — Obsevasi tekanan kemajuan atau
 Klien mampu darah, nadi dan penyimpanan dari hasil
melakukan tindakan pernapasan tiap 24 yang diharapkan.
untuk mengurangi jam jika klientidak
nyeri. menerimah agens
osmotik secara
intravena dan tiap 2
jam jika klien
menerimah agens
(Doenges, marilynn E; 1999). osmotik intravena. — Mengidentifikasi
— Observai derajat nyeri kemajuan atau
mata tiap 20 menit penyimpangan dari hasil
selama fase akut. yang diharapkan.
— Mengidentifikasi
— Observasi ketajaman kemajuan atau
pengelihatan setiap penyimpangan dari hasil
waktu sebelum yang diharapkan.
penetesan obat mata
yang diresepkan.
Koaborasi
— Berikan obat mata — Agens osmotik
yang diresepkan untuk intravena akan
glaukoma dan beri tau menurunkan TIO
dokter jika terjadi dengan cepat. Agens
hipotensi, haluaran osmitik bersifat
urin <24 ml/jam, nyeri hiperosmolor dan dapat
pada mata tidak hilang menyebabkan dehidrasi;
dalam waktu 30 menit manitol dapat
setelah terapi obat, mencetuskan
tajam pengelihatan hiperglikemis pada
turun terus menerus. pasien DM, tetes mata
miotik memperlancar
drainase akuos humor
dan menurunkan
produksinya.
Pengobatan TIO adalah
esensial untuk
memperbaiki
pengelihatan.
— Berikan analgesik — Mengontrol nyeri. Nyeri
narkotik yang berat akan mencetuskan
diresepkan jika klien manuver valsalva dan
mengalami nyeri hebat meningkatkan TIO.
dan evaluasi
keefektifannya.
4. Implementasi Keperawatan

Merupakaninisiatifdarirencanatindakanuntukmencapaitujuanyangspesifik.Taha

ppelaksanaandimulaidimulaisetelahrencanatindakandisusundanditujukanpadanursi

ngordersuntukmembantuklienmencapaitujuanyangdiharapkan.Olehkarenaiturencan

atindakanyangspesifikdilaksanakanuntukmemodifikasifaktor-

faktoryangmempengaruhimasalahkesehatanklien.Adapuntahap-

tahapdalamtindakankeperawatanadalahsebagaiberikut:

Tahap1:Persiapan

Tahapawaltindakankeperawataninimenuntutperawatuntukmengevaluasiyangdiinde

ntifikasipadatahapperencanaan.

Tahap2:Intervensi

Fokustahappelaksanaantindakanperawatanadalahkegiatandanpelaksanaantinda

kandariperencanaanuntukmemenuhikebutuhanfisikdanemosional.Pendekatantindak

ankeperawatanmeliputitindakan:independen,dependendaninterdependen.

Tahap3:Dokumentasi

Pelaksanaantindakankeperawatanharusdiikutiolehpencatatanyanglengkapdana

kuratterhadapsuatukejadiandalamproseskeperawatan.

4. Evaluasi

Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka pasien dengan glaukoma


diharapkan sebagai berikut:
a. Nyeri dapat berkurang dan hilang
b. Pasien dapat mempertahankan lapang pengelihatan dengan optimal dan
mencegah kehilangan pengelihatan lebih lanjut
c. Kehawatiran pasien berkurang dan hilang
d. Pasien mengetahui tentang kondisi dan cara penanganan penyakit yang
dideritanya.
Lampiran

Patofisiologi (Penyimpangan KDM)

Faktor Keturunan DM Arteriosklerosis Kortikosteroid jagka panjang Myopia progresif

TIO Ketidak seimbagan


Tindakan pembedahan metabolic lensa dan aquaus
humor

Missinterpretasi
Perubahan status Gangguan anatomik Enzim
tentang penyakit,
pengobatan dan kesehatan
Dan fungsi mata
prognosa
Perubahan selaput
halus pada lensa
Beban
Psikologis
Kurang Menghalang cahaya
Distensi area sekitar yang masuk
Pengetahuan
Rongga orbita
ANXIETAS
Bayangan tdk ditangkap oleh
saraf optik

Tindakan invasive Pelepasan mediator kimia Signal tidak dipresepsikan oleh


(trabekulektomi) Keterbatasan penglihatan nucleus germikulatum lateral
talamus

RESIKO INFEKSI
RESIKO CEDERA GANGGUAN PRESEPSI
SENSORI VISUAL
Merangsang saraf sensorik

Trigeminal (proses transmisi, transduksi

Modulasi dan presepsi)

NYERI
DAFTAR PUSTAKA
1. Anas Tamsuri. Klien gangguan mata dan pengelihatan: keperawatan medical-bedah. Jakarta: EGC, 2010.
2. Doungoes, marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi ke 3. Jakarta: EGC. 1999.

Pustaka jurnal

1. Andrea Lalita. Pencapaian tekanan intraokuler pasca pemberian timolol maleat 0,5% pada glaukoma susut terbuka primer di poloklinik
mata RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2012-2014. Manado: Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi; 2016.
2. Dina Ameliana. Perbandingan penurunan tekanan intraokuler pada terapi timolol maleat dan dorsalamid pasien glaukoma. Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2014

Anda mungkin juga menyukai