PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
2.1 Anatomi Anorektal3
2
Gambar 2.1 Anatomi anorektal
3
Gambar 2.2 Vaskularisasi anorektal
Inervasi kanalis ani diatur oleh saraf somatik n. Rektalis inferior sehingga
sangat sensitif dengan rasa sakit, sedangkan rektum oleh saraaf viseral karena
kurang sensitif terhadap rasa sakit. Sistem simpatik dan sistem parasimpatik
memegang peranan penting dalam persarafan rektum. Serabut simpatik berasal
dari plexus mesenterikus inferior dan sistem parasakral yang terbentuk dari
ganglion-ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Sedangkan
persarafan parasimpatik berasal dari saraf sakral kedua, ketiga, dan keempat.4
Rektum memiliki fungsi penyerapan air dan garam yang terakhir. Selain
itu berfungsi utama sebagai jalur ekskresi (feses), begitu pula fungsi dari anus.
Rektum pada epitelnya memiliki banyak sel goblet yang dapat menghasilkan
mukus berguna sebagai lubrikasi saat mengeluarkan feses atau defekasi. Pada saat
defekasi dibutuhkan relaksasi m. Sphincter ani eksternus yang dilakukan secara
sadar dan dibutuhkan kontraksi dari rektum. Pada beberapa orang dengan penyulit
misalnya konsistensi feses yang keras, maka akan membutuhkan dorongan lebih
ke lantai pelvis dengan cara mengedan.
4
2.2 Definisi Hemoroid
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena
didaerah anus yang berasal dari plexus hemoroidalis. Plexus hemoroidalis tersebut
merupakan jaringan normal yang terdapat pada semua orang yang berfungsi untuk
mencegah inkontinensia flatus dan cairan.
Karena adanya suatu faktor pencetus, pleksus tersebut dapat mengalami
pelebaran, inflamasi, bahkan perdarahan. Pelebaran ini berkaitan dengan
peningkatan tekanan vena pada pleksus tersebut yang sering terjadi pada usia 50
tahun ke atas. Dimana pelebaran ini tidak diikuti dengan perubahan kondisi
anatomi dari kanalis analis. 1,5
5
Gambar 2.1 Hemoroid interna dan hemoroid externa
6
a. Kurangnya konsumsi makanan berserat
Serat makanan yang tinggi mampu mencegah dan mengobati konstipasi
apabila diiringi dengan peningkatan intake cairan yang cukup setiap hari.
Konsumsi cairan dapat membantu kerja serat makanan dalam tubuh. Suatu
studi meta-analisis di Barcelona menyimpulkan bahwa kebiasaan
mengonsumsi serat akan menurunkan gejala dan perdarahan pada hemoroid.
b. Konstipasi
Konstipasi berarti pelannya pergerakan tinja melalui usus besar yang
disebabkan oleh tinja yang kering dan keras pada colon descenden yang
menumpuk karena absorpsi cairan yang berlebihan. Pada konstipasi diperlukan
waktu mengejan yang lebih lama. Tekanan yang keras saat mengejan dapat
mengakibatkan trauma berlebihan pada plexus hemoroidalis sehingga
menyebabkan hemoroid.
Beberapa penyebab konstipasi antara lain :
1. Peningkatan stress psikologis
Emosi yang kuat diperkirakan menyebabkan konstipasi dengan
menghambat gerak peristaltik usus melalui kerja epinefrin dan sistem syaraf
simpatis. Stress juga dapat menyebabkan usus spastik (spastik/konstipasi
hipertonik atau iritasi colon).
2. Ketidaksesuaian diet
Makanan yang lunak akan menghasilkan suatu produk yang tidak
cukup untuk merangsang refleks pada proses defekasi. Makan makanan yang
rendah serat seperti; beras, telur dan daging segar akan membuat makanan
tersebut bergerak lebih lambat di saluran cerna. Namun dengan meningkatkan
intake cairan dapat mempercepat pergerakan makanan tersebut di saluran
cerna.
3. Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan seperti ; morfin, codein, obat-obatan adrenergik dan
antikolinergik lain dapat memperlambat pergerakan colon melalui mekanisme
kerja sistem syaraf pusat sehingga dapat menyebabkan konstipasi.
4. Usia lanjut
7
Pada orang lanjut usia terjadi penyerapan air yang berlebihan pada
saluran cerna. Sehingga konsistensi tinja yang dikeluarkan menjadi keras.
c. Usia
Pada usia tua terjadi degenerasi dari jaringan-jaringan tubuh, otot
sphincter pun juga menjadi tipis dan atonis. Karena sphincternya lemah maka
dapat timbul prolaps. Selain itu pada usia tua juga sering terjadi sembelit yang
dikarenakan penyerapan air yang berlebihan pada saluran cerna. Hal tersebut
menyebabkan konsistensi tinja menjadi keras. Sehingga terjadi penekanan
berlebihan pada plexus hemoroidalis yang dipicu oeh proses mengejan untuk
mengeluarkan tinja.
d. Keturunan
Adanya kelemahan dinding vena di daerah anorektal yang didapat sejak
lahir akan memudahkan terjadinya hemoroid setelah mendapat paparan
tambahan seperti mengejan terlalu kuat atau terlalu lama, konstipasi, dan lain-
lain.
e. Tumor abdomen
Tumor abdomen yang memiliki pengaruh besar terhadap kejadian
hemoroid adalah tumor di daerah pelvis seperti tumor ovarium, tumor rektal,
dan lain-lain. Tumor ini dapat menekan vena sehingga alirannya terganggu dan
menyebabkan pelebaran plexus hemoroidalis.
f. Pola buang air besar yang salah
Pemakaian jamban duduk juga dapat meningkatkan insidensi hemoroid.
Menurut dr. Eka Ginanjar, dengan pemakaian jamban yang duduk posisi usus
dan anus tidak dalam posisi tegak. Sehingga akan menyebabkan tekanan dan
gesekan pada vena di daerah rektum dan anus. Berbeda halnya pada
penggunaan jamban jongkok. Posisi jongkok saat defekasi dapat mencegah
terjadinya konstipasi yang secara tidak langsung dapat mencegah terjadinya
hemoroid. Hal tersebut dikarenakan pada posisi jongkok, valvula ilicaecal
yang terletak antara usus kecil dan caecum dapat menutup secara sempurna
sehingga tekanan dalam colon cukup untuk mengeluarkan feses.
Selain itu menghindari kebiasaan untuk menunda ke jamban ketika
sudah dirasa ingin buang air besar juga dapat menurunkan kejadian konstipasi.
8
g. Kurang intake cairan
Kurangnya intake cairan setiap hari dapat meningkatkan kejadian
hemoroid. Hal tersebut dikarenakan, kurangnya intake cairan dapat
menyebabkan tinja menjadi keras sehingga seseorang akan cenderung
mengejan untuk mengeluarkan tinja tersebut.
Sementara itu, proses mengejan tersebut dapat meningkatkan tekanan
pada plexus hemoroidalis. Dengan intake cairan yang cukup setiap harinya
dapat membantu melunakkan tinja dan membersihkan usus. Sehingga tidak
perlu mengejan untuk mengeluarkan tinja.
h. Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan melakukan gerakan ringan dapat mengurangi frekuensi
untuk duduk dan merupakan salah satu pencegahan dari kekambuhan
hemoroid. Selain itu dengan melakukan olahraga yang ringan seperti berenang
dan menggerakkan daerah perut diharapkan dapat melemaskan dan mengurangi
ketegangan dari otot. Namun dengan melakukan aktivitas yang terlalu berat
seperti mengangkat benda berat akan meningkatkan risiko kejadian hemoroid.
Hal tersebut dikarenakan terjadi peregangan musculussphincter ani yang
berulang sehingga ketika penderita mengejan akan terjadi peregangan yang
bertambah buruk.
i. Kehamilan
Peningkatan hormon progesteron pada wanita hamil akan mengakibatkan
peristaltik saluran pencernaan melambat dan otot-ototnya berelaksasi. Sehingga
akan mengakibatkan konstipasi yang akan memperberat sistem vena. Pelebaran
vena pada wanita hamil juga dapat dipicu oleh penekanan bayi atau fetus pada
rongga abdomen. Selain itu proses melahirkan juga dapat menyebabkan
hemoroid karena adanya penekanan yang berlebihan pada plexus hemoroidalis.
9
dan inferior. Bantalan ini juga mengandung lapisan otot polos dibawah epitel
yang membentuk massa bantalan.
10
a) kelembaban terus menerus + rangsangan mucus iritasi kulit perianal
pruritus ani
b) sekersi mucus anus dan perdarahan sering mengotori pakaian dalam
sehingga menyebabkan maserasi kulit
4. nyeri
a) timbul bila ada komlpikasi berupa prolaps, thrombosis, atau akibat penyakit
lain yang menyertai.
b) puncak nyeri biasanya timbul setelah defekasi
c) anemia defisiensi besi akibat perdarahan berulang atau perdarahan masif
terjadi secara kronis dan mekanisme adaptasi.
a. Anamnesis Hemoroid
Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien menemukan adanya
darah segar pada saat buang air besar. Selain itu pasien juga akan
mengeluhkan adanya gatal-gatal pada daerah anus. Pada derajat II hemoroid
internal pasien akan merasakan adanya masa pada anus dan hal ini
membuatnya tak nyaman. Pasien akan mengeluhkan nyeri pada hemoroid
derajat IV yang telah mengalami trombosis. Perdarahan yang disertai dengan
nyeri dapat mengindikasikan adanya trombosis hemoroid eksternal, dengan
ulserasi thrombus pada kulit. Hemoroid internal biasanya timbul gejala hanya
ketika mengalami prolapsus sehingga terjadi ulserasi, perdarahan, atau
trombosis. Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa gejala atau dapat ditandai
dengan rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat ulserasi dan
trombosis.
11
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena
yang mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid internal yang
mengalami prolaps. Hemoroid internal derajat I dan II biasanya tidak dapat
terlihat dari luar dan cukup sulit membedakannya dengan lipatan mukosa
melalui pemeriksaan rektal kecuali hemoroid tersebut telah mengalami
trombosis.
Posisi melakukan pemeriksaan fisik : posisi miring (sims position) atau
posisi menungging (knee chest)
1. Inspeksi
Perdarahan atau bekas perdarahan pada anus
Prolaps hemoroid interna (dengan pasien mengejan), tentukan lokasi
hemoroid
Benjolan pada tepi anus (hemoroid eksterna) kelainan anorectal lainnya
(fisura ani, fistel ani dan lain-lain)
2. colok dubur ( rectal touche) dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan karsinoma rectum.
12
1. Karsinoma colon dan rectum
2. Fissure ani
3. Polip rectum
4. Perianal kaondiloma akuminata
5. Prolaps recti
2. Farmakologis
a. Obat memperbaiki defekasi : ada dua obat yang diikutkan dalam
BMP yaitu suplemen serat (fiber suplement) dan pelicin tinja (stool
softener). Suplemen serat komersial yang banyak dipakai antara
13
lain psyllium atau isphagula Husk (misal Vegeta, Mulax,
Metamucil, Mucofalk). Obat kedua yaitu obat laksan atau pencahar
antara lain Natrium dioktil sulfosuksinat (Laxadine), Dulcolax,
Microlac dll. Natrium dioctyl sulfosuccinat bekerja sebagai anionic
surfactant, merangsang sekresi mukosa usus halus dan
meningkatkan penetrasi cairan kedalam tinja. Dosis 300 mg/hari.
14
pada akhir pengobatan dibanding sebelum pengobatan secara
bermakna. Perdarahan juga makin berkurang pada akhir
pengobatan dibanding awal pengobatan.
15
b) Rubber band ligation
4. Penatalaksanaan bedah
Hemoroidektomi merupakan metode pilihan untuk penderita derajat III
dan IV atau pada penderita yang mengalami perdarahan yang berulang yang tidak
sembuh dengan cara lain. prinsip yang harus diperhatikan pada tindakan ini adalah
eksisi hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan dengan tidak
mengganggu spincter ani. Selama pembedahan, sfingter rektal biasanya didilatasi
secara digital dan hemoroid diangkat dengan klem dan kauter atau dengan ligasi
dan kemudian dieksisi. Setelah prosedur operatif selesai, selang kecil dimasukkan
melalui sfingter untuk memungkinkan keluarnya flatus dan darah.
Ada tiga tindakan bedah yang bisa dilakukan saat ini yaitu bedah
konvensional, bedah laser, dan bedah stapler.
a. Bedah konvensional
1) Teknik Milligan-Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid ditiga tempat utama.
Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan ditahan dengan
hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan
transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Hemostat
kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi
elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa skitar
pleksus hemoroidalis interna dan eksterna yang dibebaskan dari
jaringan yang mendasarinya. Hemoroid di eksisi secara keseluruhan.
2) Teknik Whitehead
16
Teknik operasi Whitehead dilakukan dengan mengupas seluruh
hemoroidales interna, membebaskan mukosa dari submukosa, dan
melakukan reseksi. Lalu usahakan kontinuitas mukosa kembali.
Sedang pada teknik operasi Langenbeck, vena-vena hemoroidales
interna dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur dibawah
klem dengan chromic gut no. 2/0, eksisi jaringan diatas klem. Sesudah
itu klem dilepas dan jepitan jelujur dibawah klem
3) Teknik Langenbeck
Pada teknik ini hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur dibawah klem kemudian eksisi jaringan diatas
klem. Sesudah itu klem di lepas dan jepitkan jelujur dibawah klem
diikat. Tidak mengandung risiko pembentukan jaringan parut sekunder
yang biasa menimbulkan stenosis
b. Bedah Laser
Pada prinsipnya pembedahan ini sama dengan dengan pembedahan
konvensional hanya alat pemotongannya menggunakan laser. Pada
bedah laser nyeri berkurang dan tidak menimbulkan perdarahan.
c. Bedah stapler /Procedure for Prolapse Hemorrhoid (PPH)
Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan
mendorongnya keatas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid
ini masih diperlukan sebahgai bantalan saat BAB.
2.11 Prognosis
Sebagian besar hemoroid akan sembuh secara spontan atau dengan terapi
konservatif saja. Prognosis kambuhnya penyakit hemoroid sebagian besar timbul
pada keberhasilan edukasi, yaitu pada perubahan pola makan, defekasi, dan gaya
hidup.
17
2.12 Pencegahan Hemoroid 1,5
Yang paling baik dalam mencegah hemoroid yaitu mempertahankan tinja
tetap lunak sehingga mudah keluar, dimana hal ini menurunkan tekanan dan
pengedanan serta pengosongan usus sesegera mungkin setelah perasaan mau
timbul defekasi. Latihan olahraga seperti berjalan dan peningkatan konsumsi serat
diet juga membantu mengurangi konstipasi dan mengedan.
BAB III
KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19
7. Ramming KP. Penyakit Kolon dan Rektum. Dalam: Sabiston DC. Buku
Ajar Bedah Volume 2. Jakarta: EGC; 2010. p. 14-17.
20