Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari
hari pertama haid terakhir. Kehamilan aterm ialah usia kehamilan antara 38-42
minggu dan ini merupakan periode terjadinya persalinan normal.1,2
Sampai saat ini, mortalitas dan morbiditas neonatus pada bayi preterm
masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi lahir
seperti paru, otak, dan gastrointestinal. Di negara Barat sampai 80% dari kematian
neonatus adalah akibat prematuritas, dan pada bayi yang selamat 10% mengalami
permasalahan dalam jangka panjang. Penyebab persalinan preterm sering dapat
dikenali dengan jelas. Namun,pada banyak kasus penyebab pasti tidak dapat
diketahui. Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya preterm seperti
faktor pada ibu, faktor janin dan plasenta, ataupun faktor lain seperti
sosiekonomik.2
Pendekatan obstetrik yang baik terhadap persalinan preterm akan
memberikan harapan terhadap ketahanan hidup dan kualitas hidup bayi preterm.
Di beberapa negara maju. Angka Kematian Neonatal pada persalinan prematur
menunjukkan penurunan, yang umumnya disebabkan oleh meningkatnya peranan
neonatal intensive care dan akses yang lebih baik dari pelayanan ini. Di Amerika
Serikat bahkan menunjukkan kemajuan yang dramatis berkaitan dengan
meningkatnya umur kehamilan, dengan 50% neonatus selamat pada persalinan
usia kehamilan 25 minggu, dan lebih dari 90% pada usia 28-29 minggu. Hal ini
menujukkan bahwa teknologi dapat berperan banyak dalam keberhasilan
persalinan bayi preterm.
Masih ada sisi lain yang perlu diperhatikan dalam menangani neonatus
preterm, terutama bayi dengan berat lahir sangat rendah (< 1.500 gram), yaitu
biaya yang sangat mahal dan meminta tenaga yang banyak. Upaya primer
mempunyai dampak biaya yang relatif murah bagi masyarakat mengingat akses ke
rumah sakit sangat kecil, sedangkan upaya sekunder di rumah sakit lebih mahal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masa Kehamilan dan Gestasi


Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama
dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai
6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan. 1
Kadang-kadang kehamilan berakhir sebelum waktunya dan adakalanya
melebihi waktu yang normal. Kehamilan cukup bulan (aterm) adalah masa gestasi
37-42 minggu. Kehamilan kurang bulan (preterm) adalah masa gestasi kurang dari
37 minggu. Kehamilan lewat waktu (postterm) adalah masa gestasi lebih dari 42
minggu. Abortus : bayi lahir dengan berat badan kurang dari 500 g, dan / atau
panjang badan kurang dari 25 cm, dan / atau usia gestasi kurang dari 20 minggu.
Angka harapan hidup amat sangat kecil, kurang dari 1%.1
2.2 Persalinan Preterm
2.2.1 Definisi
Persalinan preterm yaitu persalinan yang terjadi pada kehamilan 20-37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG 1995).
WHO menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia
kehamilan 37 minggu atau kurang dengan berat bayi kurang dari 2500 gram.
Merupakan hal yang berbahaya karena mempunyai dampak yang potensial
meningkatkan kematian perinatal. Kematian perinatal umumnya berkaitan dengan
berat lahir rendah. Berat lahir rendah dapat disebabkan oleh bayi preterm dan
pertumbuhan janin yang terhambat.2,4
Masalah persalinan preterm
Kesulitan utama dalam persalinan preterm ialah perawatan bayi preterm,
yang semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitas.

Dalam dua dekade di negara industri, seperti Amerika terdapat kemajuan dalam
penurunan mortilitas bayi berat lahir rendah di samping kejaian berat lahir rendah
yang relatif tidak banyak perubahannya. Angka kematian neonatal menunjukkan
penurunan pada golongan 1000-1500 gram. Hal ini menunjukkan bahwa teknologi
dapat mempunyai peranan yang banyak, terutama dalam hal perawatan sindrom
gawat napas.
2.2.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi
Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multifaktorial.
Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi dan faktor medik mempunyai
pengaruh terhadap terjadinya persalinan prematur. Kadang hanya risiko tunggal
dijumpai seperti distensi berlebih uterus, ketuban pecah dini, atau trauma. Banyak
kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang merupakan
mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan
perubahan serviks, yaitu:
1. Aktivasi aksis kelenjar hipotalamus-hipofisis-adrenal baik pada ibu
maupun janin, akibat stres pada ibu atau janin
2. Inflamasi desidua-korioamnion atau sistemik akibat infeksi asenden dari
traktus genitourinaria atau infeksi sistemik
3. Perdarahan desidua
4. Peregangan uterus patologik
5. Kelainan pada uterus atau serviks
Dengan demikian, untuk memprediksi kemungkinan terjadinya persalinan
prematur harus dicermati beberapa kondisi yang dapat menimbulkan kontraksi,
menyebabkan persalinan prematur atau seorang dokter terpaksa mengakhiri
kehamilan pada saat kehamilan belum genap sebulan.
Kondisi selama kehamilan yang berisiko terjadinya persalinan preterm adalah:

Janin dan plasenta


- Perdarahan trimester awal
- Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, vasa
-

previa)
Ketuban pecah dini
Pertumbuhan janin terhambat
Cacat bawaan janin
Kehamilan ganda/gemeli
Polihidramnion

Ibu
- Penyakit berat pada ibu
- Diabetes mellitus
- Preeklampsia/hipertensi
- Infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
- Penyakit infeksi dengan demam
- Stres psikologik
- Kelainan bentuk uterus/serviks
- Riwayat persalinan preterm/abortus berulang
- Inkompetensi serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
- Pemakaian obat narkotik
- Trauma
- Perokok berat
- Kelainan imunologi/kelainan resus

Ada beberapa kondisi ibu yang merangsang terjadinya kontraksi spontan;


kemungkinan telah terjadi produksi prostaglandin.
1. Kelainan bawaan uterus
Meskipun jarang tetapi dapat dipertimbangkan hubungan kejadian
partus preterm dengan kelainan uterus yang ada
2. Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini mungkin mengawali terjadinya kontraksi atau
sebaliknya. Ada beberapa kondisi yang mungkin menyertai seperti:
serviks inkompeten, hidramnion, kehamilan ganda, infeksi vagina dan
serviks dan lain-lain. Infeksi asenden merupakan teori yang cukup kuat
dalam mendukung terjadinya amnionitis dan kemudian ketuban pecah.
3. Serviks inkompeten
Hal ini juga mungkin menjadi penyebab abortus selain partus preterm.
Riwayat tindakan terhadap serviks dapat dihubungkan dengan
terjadinya inkompeten. Mac Donal menemukan 59% pasiennya pernah
mengalami dilatasi kuretase dan 8% mengalami koonisasi. Demikian
pula Chamberlain dan Gibbings yang menemukan 60% dari pasien
serviks inkompeten pernah mengalami abortus spontan dan 49%
mengalami pengakhiran kehamilan pervaginam.
4. Kehamilan ganda
Sebanyak 10% pasien dengan partus preterm adalah kehamilan ganda
dan secara umum kehamilan ganda mempunyai panjang usia gestasi
lebih pendek.
4

Drife dan Magowan menyatakan bahwa 35% persalinan preterm terjadi


tanpa diketahui penyebab yang jelas, 30% akibat persalinan elektif, 10% pada
kehamilan ganda, dan sebagian lain sebagai akibat kondisi ibu atau janinnya.
Infeksi korioamnion diyakini merupakan salah satu sebab terjadinya ketuban
pecah dini dan persalinan preterm.2
2.2.3 Patogenesis
Schwarz dkk. (1976) menyatakan bahwa persalinan aterm diawali dengan
aktivasi fosfolipase A2, yang memecah asam arakidonat dari dalam selaput
ketuban, sehingga membuat asam arakidonat bebas tersedia untuk sintesis
prostaglandin. Selanjutnya, Bejar dkk. (1981) melaporkan bahwa banyak
mikroorganisme menghasilkan fosfolipase A2 sehingga secara potensial dapat
mencetuskan persalinan preterm. Bennett dan Elder (1992) telah memperlihatkan
bahwa bakteri komensal dari traktus genitalia tidak menghasilkan prostaglandin
sendiri.

Cox

dkk

(1989)

memberi

data

bahwa

endotoksin

bakteri

(lipopolisakarida) yang dimasukkan ke dalam cairan amnion merangsang sel


desidua untuk memproduksi sitokin dan prostaglandin yang dapat menginisiasi
persalinan. Romero dkk (1988a) melaporkan bahwa endotoksin terdapat di dalam
cairan amnion. Anderws dkk. (1995) menemukan rata-rata konsentrasi
interleukin-6 cairan amnion yang jauh lebih tinggi versus usia gestasi pada wanita
dengan awitan persalinan spontan dibanding wanita dengan pelahiran yang
terindikasi.
Persalinan preterm yang disebabkan oleh infeksi dianggap dimulai oleh
produk-produk sekretorik yang dihasilkan oleh aktivasi monosit (makrofag).
Berbagai sitokin, termasuk interleukin-1, faktor nekrosis tumor dan interleukin-6,
adalah produk sekretorik yang dikaitkan dengan persalinan preterm. Nahara dan
Johnston (1993) telah menyatakan bahwa faktor pengaktif trombosit, yang
ditemukan di dalam cairan amnion, terliat secara sinergis pada aktivasi jaringan
sitokin tadi. Faktor pengaktif trombosit diperkirakan diproduksi di dalam paru dan
ginjal janin. Oleh karenanya, janin tampaknya memainkan suatu peran sinergistik
untuk inisiasi kelahiran preterm yang disebabkan oleh infeksi bakterial. Secara

teleologis, hal ini kemungkinan menguntungkan bagi janin yang ingin melepaskan
dirinya dari lingkungan yang terinfeksi.4
2.2.4 Diagnosis
Sering terjadi kesulitan dalam menentukan diagnosis ancaman persalinan
preterm. Tidak jarang kontraksi yang timbul pada kehamilan tidak benar-benar
merupakan ancaman proses persalinan. Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai
diagnosis ancaman persalinan preterm, yaitu:

Kontraksi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali

dalam waktu 10 menit


Adanya nyeri pada punggung bawah
Perdarahan bercak
Perasaan menekan daerah serviks
Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya

2 cm, dan penipisan 50-80%


Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika
Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya

persalinan preterm
Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu

2.2.5 Penapisan Untuk Persalinan Preterm


Cara utama untuk mengurangi risiko persalinan preterm dapat dilakukan
sejak awal, sebelum tanda-tanda persalinan muncul. Dimulai dengan pengenalan
pasien yang beresiko, untuk diberi penjelasan dan dilakukan penilaian klinik
terhadap persalinan preterm serta pengenalan kontraksi sedini mungkin, sehingga
tindakan pencegahan dapat segera dilakukan. Pemeriksaan serviks tidak lazim
dialkukan

pada

kunjungan

antenatal,

sebenarnya

pemeriksaan

tersebut

mempunyai manfaat cukup besar dalam meramalkan terjadinya persalinan


preterm. Bila dijumpai serviks pendek (< 1 cm) disertai dengan pembukaan yang
merupakan tanda serviks matang/inkompetensi serviks, mempunyai risiko
terjadinya persalinan preterm 3-4 kali.
Beberapa indikator dapat dipakai untuk meramalkan terjadinya persalinan
preterm, sebagai berikut:

Indikator klinik
Indikator kinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan

serviks

(secara

manual

maupun

ultrasonografi).

Terjadinya ketuban pecah dini juga meramalkan akan terjadinya

persalinan preterm.
Indikator laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna anatara lain adalah:
jumlah leukosit dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan
CRP (> 0,7 mg/ml), dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (>

13.000/ml).
Indikator biokimia
- Fibronektin janin: peningkatan kadar fibrinektin janin pada vagina,
serviks dan air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan
pada hubungan antara korion dan desidua. Pada kehamilan 24
minggu atau lebih, kadar fibronektin jajanin 50 ng/ml atau lebih
mengindikasikan risiko nin 50 ng/ml atau lebih mengindikasikan
risiko nin 50 ng/ml atau lebih mengindikasikan risiko persalinan
-

preterm.
Corticotropin releasing hormone (CRH) : peningkatan CRH dini
atau pada trimester 2 merupakan indikator kuat untuk terjadinya

persalinan preterm.
Sitokin inflamasi : seperti IL-1, IL-6, IL-8 dan TNF- telah
diteliti sebagai mediator yang mungkin berperan dalam sintesis

prostaglandin
Isoferitin plasenta : pada keadaan normal (tidak hamil) kadar
isoferitin sebesar 10 U/ml. Kadarnya meningkat secara bermakna
selama kehamilan dan mencapai puncak pada trimester akhir yaitu
52,8 53 U/ml. Penurunan kadar dalam serum akan berisiko

terjadinya persalinan preterm


Feritin : rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang sensiti
untuk keadaan kurang zat besi. Peningkatan ekspresi feritin
berkaitan dengan berbagai keadaan reaksi fase akut termasuk
kondisi inflamasi. Beberapa peneliti menyatakan ada hubungan
antara

peningkatan

kadar

feritin

dan kejadian

penyulitan

kehamilan, termasuk persalinan preterm.

Bebarapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan


preterm antara lain sebagai berikut.

Hindari kehamilan pada ibu terlalu muda (kurang dari 17 tahun)


Hindari jarak kehamilan terlalu dekat
Menggunakan kesempatan periksa hamil dan memperoleh pelayanan

antenatal yang baik


Anjuran tidak merokok maupun mengonsumsi obat terlarang

(narkotik)
Hindari kerja berat dan perlu cukup istirahat
Obati penyakit yang dapat menyebabkan persalinan preterm
Kenali dan obati infeksi genital/saluran kencing
Deteksi dan pengamanan faktro risiko terhadap persalinan preterm.2

2.2.6 Pengelolaan
Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor.

Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat

bilamana selaput ketuban sudah pecah.


Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan

mencapai 4 cm.
Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah
persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan

berlangsung bila TBJ > 2.000 atau kehamilan > 34 minggu.


Penyebab atau komplikasi persalinan preterm.
Kemampuan neonatal intensive care facilities.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama


mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah:

Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis


Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.

2.2.6.1 Tokolisis
Pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus
yang regular dengan perubahan serviks.

Alasan pemberian tokolisis pada persalinan preterm adalah:

Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi prematur


Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulir

surfaktan paru janin


Memberi kesempatan transfer intrauterin pada fasilitas yang lebibih

lengkap
Optimalisasi personel

Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis adalah:

Kalsium antagonis: Nifedipin 10 mg/oral diulang 2-3 kali/jam,


dilanjutkan tiap 8 jam sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan

lagi jika timbul kontraksi berulang.


Obat -mimetik:
Seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin, dan
salbutamol, dapat digunakan, tetapi nifedipin mempunyai efek

samping lebih kecil


Sulfas magnesikus dan antiprostaglandin (indometasin): jarang dipakai

karena efek samping pada ibu ataupun janin


Untuk menghambat proses persalinan preterm selain tokolisis, perlu
membatasi aktivitas atau tirah baring.

2.2.6.2 Kortikosteroid
Pemberian terapi kortikosteroid dimaksudkan untuk pematangan surfaktan
paru janin, menurunkan insidensi RDS, mencegah perdarahan intraventrikular,
yang akhirnya menurunkan kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan
bilamana usia kehamilan kurang dari 35 minggu.
Obat yang diberikan adalah: deksametason atau betametason. Pemberian steroid
ini tidak diulang karena risiko terjadinya pertumbuhan janin terhambat.
Pemberian siklus tunggal kortikosteroid adalah:

Betametason: 2x12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam


Deksametason: 4x6 mg i.m. dengan jarak pemberian 12 jam

Penelitian-penelitian yang dimulai tahun 1970-an, yang menindak lanjuti


perkembangan anak-anak yang diberi terapi antenatal dengan kortikosteroid
sampai umur 12 tahun, tidak memperlihatkan hasil buruk di bidang perkembangan

saraf jangka panjang. Hal ini diukur berdasarkan adanya gangguan belajr,
perilaku, dan motorik atau sensorik (NIH Consensus Development Panel, 1995).
Namun, terdapat efek jangka pendek pada ibu, antara lain edema paru, infeksi,
dan pengendalian glukosa yang lebih sulit pada ibu diabetik. Tidak dilaporkan
adanya efek merugikan jangka panjang pada ibu.
2.2.6.3 Antibiotika
Antibiotika hanya diberikan bilamana kehamilan mengandung risiko
terjadinya infeksi seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang
dianjurkan adalah: eritromisin 3x500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah
ampisilin 3x500 mg selama 3 hari, atau dapat menggunakan antibiotika lain
seperti klindamisin. Tidak dianjurkan pemberian ko-amoksiklaf karena risiko
NEC.
Penderita dengan KPD atau Preterm premature rupture of the membrane
dilakuakn pengakhiran persalinan pada usia kehamilan 36 minggu. Untuk usia 3235 minggu jika ada bukti hasil pemeriksaan maturitas paru, maka kemampuan
rumah sakit sangat menentukan kapan sebaiknya kehamilan diakhiri.2,4
Akan tetapi apabila ditemukan adanya bukti infeksi (klinik ataupun
laboratorik), maka pengakhiran persalinan dipercepat/induksi, tanpa melihat usia
kehamilan.
Persiapan persalinan preterm perlu pertimbangan berdasar:

Usia gestasi
- Usia gestasi 34 minggu atau lebih: dapat melahirkan di tingkat
-

dasar/primer, mengingat prognosis relatif baik


Usia gestasi kurang dari 34 minggu: harus dirujuk ke rumah sakit

dengan failitas perawatan neonatus yang memadai


Keadaan selaput ketuban
Bila didapat KPD/PPROM dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu,
maka ibu dan keluarga dipersilakan untuk memilih cara pengololaan
setelah diberi konseling dengan baik.

2.2.6.4 Cara persalinan

10

Masih sering muncul kontroversi dalam cara persalinan kurang bulan


seperti: apakah sebaiknya persalinan berlangsung pervaginam atau seksio sesarea
terutama pada berat janin yang sangat rendah dan preterm sungsang, pemakaian
forseps untuk melindungi kepala janin, dan apakah ada manfaatnya dilakukan
episiotomi profilaksis yang luas untuk mengurangi trauma kepala..
Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam.
Seksio sesarea tidak memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan
merugikan ibu. Prematuritas janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan
seksio sesarea. Oleh karena itu, seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi
obstetrik.
Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea dapat
dipertimbangkan. Setelah kehamilan lebih dari 34 minggu, persalinan dibiarkan
terjadi karena morbiditas dianggap sama dengan kehamilan aterm.2,4
Bila kontraksi rahim prematur tak dapat dihentikan dan persalinan tak
dapat dicegah, pimpinan partus prematurus harus sebaik mungkin. Tujuannya
ialah untuk menghindarkan trauma bagi anak yang masih lemah.
a. Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama, tetapi sebaliknya jangan
pula terlalu cepat
b. Jangan memecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap
c. Buatlah episiotomi medialis
d. Kalau persalinan perlu diselesaikan, pilih forseps daripada ekstraksi
vakum
e. Jangan menggunakan narkosis
f. Tali pusat secepat mungkin digunting untuk menghindarkan ikterus
neonatorum yang berat.
Bayi Preterm yang akan menderita perdarahan periventrikuler (PPV) lebih
banyak pada letak sunsang akibat trau,a. Risiko perdarahan pada hari pertama
pada kelompok yang lahir pervaginam dapat mencapai 5 kali (40% pada partus
pervaginam). Risiko kematian akibat komplikasi dapat mencapai 3 kali. Meskipun
demikian PPV masih mungkin timbul beberapa hari kemudian setelah lahir
meskipun lahir dengan seksio tanpa perdarahn, bayi yang lahir pervaginam
dengan perlindungan forceps masih kecil risiko untuk menderita kematian akibat
PPV dibandingakan yang lahir spontan. Meskipun sebagian besar menyadari
keuntungan forceps, masih ada yang menyangsikan kegunaannya.

11

FKUI mempunyai kebijakan untuk mempertimbangkan kelahiran bayi


sungsang dengan berat 1500-2500 secara seksio dan presentasi kepala 1500-2000
gram secara seksio. Pemberian luminal 500 mg antenatal telah dibuktikan
mempunyai pengaruh pencegahan kejadian PPV.
Pencegahan sindrom gawat napas harus dilakukan setelah diuji denga tes
surfakatan ( misalnya: tes busa, rasi lecithin-sphyngomyelin, phosphatidylglycerol
dan sebagainya) bahwa paru bayi belum matur. Dengan pemberian kortikosteroid
(bethametason 12 mg/hari) selama sekurang-kurangnya 3 hari maka diharapkan
kejadian gawat napas dapat berkurang. Pada saat bayi lahir, maka keadaan kritis
yang harus dihindari yaitu : kedinginan, pernapasan yang tidak adekuat atau
trauma. Jadi perlu suasana yang hangat (32-36 derajat) bayi dikeringkan, dipegang
secara lembuh dan bila bayi tak bernapas adekuta dilakukan resusitasi aktif untuk
kemudaian dirawat intensif.
Ada beberapa laporan yang menunjang manfaat perawatan bayi cara
kangguru bila tidak terdapat komplikasi pada hari pertama. Dengan cara ini bayi
1000-15000 gram kemungkinan dapat hidup 90%.
2.2.6.5 Prognosis
Pada pusat pelayanan yang maju dengan fasilitas yang optimal, bayi yang
lahir dengan berat 2000 sampai 2500 garam mempunyai harapan hidup lebih dari
97 persen. 1500 sampai 2000 gram lebih dari 90 persen dan 1000 sampai 15000
gram sebesar 65-80 persen.
Prematurnya masa gestasi akan dapat mengakibatkan ketidakmatangan
pada semua sistem organ. Baik itu pada sistem pernapasan (organ paru-paru),
sestem peredaran darah (jantung), sistem pencernaan dan sistem saraf pusat
(otak). Ketidakmatangan pada sistem-sistem organ itulah yang membuat bayi
prematur cenderung mengalami kelainan dibandingkan bayi-bayi normal.
Kelainan itu bisa berupa :
a. Sindroma gangguan napas
Kelainan ini terjadi karena kurang matangnya paru-paru, sehingga
jumlah surfaktan kurang dari normal. Ini menyebabkan paru-paru tidak
dapat berkembang sempurna.
b. Perdarahan otak

12

Biasanya terjadi pada minggu pertama kelahiran, terutama pada bayi


prematur yang lahir kurang dari 34 minggu.
c. Kelainan jantung
Yang sering adalah Patent Ductus Arterious, yaitu adanya hubungan
antara aorta dengan pembuluh darah jantung yang menuju paru-paru.
d. Kelainan usus
Ini disebabkan akibat imaturitas atau kurang mampu dalam menerima
nutrisi
e. Anemia dan infeksi
Belum matangnya fungsi semua organ tubuh, membuat bayi prematur
menghadapat berbagai masalh. Seperti mudah dingin, lupa napas,
mudah infeksi karenan sensor otaknya belum sempurna, pengosongan
lambung terhambat (refluks), kuning dan kebutaan.

BAB III
KESIMPULAN

13

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya


hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir.
Kehamilan cukup bulan (aterm) adalah masa gestasi 37-42 minggu.
Kehamilan kurang bulan (preterm) adalah masa gestasi kurang dari 37 minggu.
Kehamilan lewat waktu (postterm) adalah masa gestasi lebih dari 42 minggu.
Abortus : bayi lahir dengan berat badan kurang dari 500 g, dan / atau panjang
badan kurang dari 25 cm, dan / atau usia gestasi kurang dari 20 minggu. Angka
harapan hidup amat sangat kecil, kurang dari 1%.
Baik pada kehamilan preterm ataupun postterm dapat meningkatkan
morbiditas pada janin dan ibu.
Beberapa kriteria dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan
preterm, yaitu:

Kontraksi yang berulang sedikitnya 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali

dalam waktu 10 menit


Adanya nyeri pada punggung bawah
Perdarahan bercak
Perasaan menekan daerah serviks
Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya

2 cm, dan penipisan 50-80%


Presentasi janin rendah, sampai mencapai spina isiadika
Selaput ketuban pecah dapat merupakan tanda awal terjadinya

persalinan preterm
Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu

Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama


mencegah morbiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah:

Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis


Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid
Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi.

14

DAFTAR PUSTAKA

1. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, dan Waspodo D. Buku


panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta:
Yayaysan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006.
15

2. Saifuddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro, Gulardi H. Ilmu kebidanan


sarwono prawirohardjo. 4nd ed. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.
3. Cunningham, Gary dkk. Kelahiran Preterm. Dalam Obstetri William.
Edisi XI. Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2006: hal. 763-797
4. Cunningham, Gray dkk. Kelahiran Postterm. Dalam Obstetri William.
Edisi XI. Penerbit Buku Kedokteran ECG. 2006: hal. 810-822
5. Sastrawinata, Sulaiman. Kelainan Pada Lamanya Kehamilan. Dalam:
Obstetri Patologi. Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Fakultas
Kedoteran Universitas Padjadjaran. 2012

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Lansia
    Lansia
    Dokumen30 halaman
    Lansia
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • IMT Berat Badan (KG) Tinggi Badan (M)
    IMT Berat Badan (KG) Tinggi Badan (M)
    Dokumen1 halaman
    IMT Berat Badan (KG) Tinggi Badan (M)
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Farmakologi Klinik
    Farmakologi Klinik
    Dokumen25 halaman
    Farmakologi Klinik
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • TB Paru
    TB Paru
    Dokumen2 halaman
    TB Paru
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • App Perforasi
    App Perforasi
    Dokumen48 halaman
    App Perforasi
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Asma Bronkial
    Asma Bronkial
    Dokumen44 halaman
    Asma Bronkial
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Surat Tugas
    Surat Tugas
    Dokumen1 halaman
    Surat Tugas
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Lansia
    Lansia
    Dokumen30 halaman
    Lansia
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Metab Protein
    Metab Protein
    Dokumen49 halaman
    Metab Protein
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Ab Incom Imelta
    Lapsus Ab Incom Imelta
    Dokumen27 halaman
    Lapsus Ab Incom Imelta
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • PP Skizo
    PP Skizo
    Dokumen30 halaman
    PP Skizo
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen4 halaman
    Cover
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Osteomielitis
    Osteomielitis
    Dokumen2 halaman
    Osteomielitis
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • PP Skizo
    PP Skizo
    Dokumen30 halaman
    PP Skizo
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • HIPEREME
    HIPEREME
    Dokumen13 halaman
    HIPEREME
    Muhammad Rifki El-Muammary
    Belum ada peringkat
  • Ab Incom Melta
    Ab Incom Melta
    Dokumen28 halaman
    Ab Incom Melta
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • DM Untuk Css Cici
    DM Untuk Css Cici
    Dokumen1 halaman
    DM Untuk Css Cici
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Siklus Pemecahan Masalah Baru SL
    Siklus Pemecahan Masalah Baru SL
    Dokumen46 halaman
    Siklus Pemecahan Masalah Baru SL
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Modul Koass Ikm - 1
    Modul Koass Ikm - 1
    Dokumen40 halaman
    Modul Koass Ikm - 1
    Oka Kurniawan Ponda
    Belum ada peringkat
  • SKM
    SKM
    Dokumen18 halaman
    SKM
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Crs Bedah
    Crs Bedah
    Dokumen19 halaman
    Crs Bedah
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Kebijakan Dasar Puskesmas - Temu3
    Kebijakan Dasar Puskesmas - Temu3
    Dokumen19 halaman
    Kebijakan Dasar Puskesmas - Temu3
    Sulistya Ningsih
    Belum ada peringkat
  • Referat Surat Kematian
    Referat Surat Kematian
    Dokumen17 halaman
    Referat Surat Kematian
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Laporan Home Visite
    Laporan Home Visite
    Dokumen19 halaman
    Laporan Home Visite
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar Oke
    Kata Pengantar Oke
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar Oke
    RWd Wulandari
    Belum ada peringkat
  • KLB DBD
    KLB DBD
    Dokumen7 halaman
    KLB DBD
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • SPM Bid Kesehatan
    SPM Bid Kesehatan
    Dokumen16 halaman
    SPM Bid Kesehatan
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • PEMBIAYAAN Temu2
    PEMBIAYAAN Temu2
    Dokumen39 halaman
    PEMBIAYAAN Temu2
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus
    Laporan Kasus
    Dokumen37 halaman
    Laporan Kasus
    Melta Marza
    Belum ada peringkat
  • Refrad OE
    Refrad OE
    Dokumen19 halaman
    Refrad OE
    qyura
    Belum ada peringkat