NIM : 141170248 Kelas : EM-C Dosen : Dr. Winarno,MM & Dr.Pribadi Widiatmojo, M.Si Tanggal : 14 April 2020
Tugas MSDM menjawab pertanyaan :
1. Pelecehan di tempat kerja adalah tindakan ofensif yang tidak diinginkan, berulang, atau tidak masuk akal, yang ditujukan pada seorang pekerja atau sekelompok pekerja yang menyebabkan timbulnya kesulitan dalam pelaksanaan pekerjaan atau menyebabkan seorang pekerja merasa bahwa ia bekerja di lingkungan kerja yang tidak ramah. Hal ini juga dapat menyebabkan timbulnya resiko kesehatan dan keselamatan terhadap pekerja yang bersangkutan. Sering terjadinya pelecehan di organisasi atau perusahaan karena lingkungan perusahaan yang buruk etika dan moralitas dalam tubuh perusahaan tersebut sendiri, selain itu watak personal dari para anggota organisasi juga ikut mempengaruhi sering tidaknya pelecehan terjadi di lingkungan perusahaan, ada juga dari perbedaan budaya dan preferensi agama juga turut andil dalam penyebab terjadinya pelecehan di suatu organisasi Contoh-Contoh Pelecehan: Penggunaan kata-kata yang bersifat menghina ditinjau dari segi etis, ungkapan-ungkapan, julukan-julukan/ Menunjukkan sesuatu yang bersifat rasial atau dari segi moral seperti penggunakan bahasa tubuh, foto-foto atau gambar gambar yang dapat menyinggung kelompok rasial tertentu atau kelompok etnis tertentu/ Komentar komentar tentang warna kulit individu atau karakteristik etnis rasial lainnya/ Mengeluarkan ungkapan- ungkapan yang meremehkan tentang jender individu yang tidak bersifat seksual/ Komentar- komentar negatif tentang kepercayaan agama seseorang (atau kurangnya kepercayaan seseorang terhadap agama. Komentar-komentar negatif tentang usia karyawan/ Julukan-julukan yang bersifat menghina atau mengintimidasi terhadap keterbatasan mental atau fisik dari seorang karyawan/ Ungkapan-ungkapan yang penuh prasangka atau gurauan-gurauan yang tidak pantas berkenaan dengan kepercayaan pribadi seseorang, usia, atau orientasi seksual. 2. Pencegahan adalah cara yang paling efektif bagi seorang pengusaha dalam mengangkat masalah pelecehan di tempat kerja. Tindakan-tindakan pencegahan termasuk di antaranya: 1) Komunikasi: mensosialisaikan pedoman melalui, sebagai contoh, Lembaga Kerjasama Bipartit, Lembaga Kerjasama Tripartit, dan beragam media cetak dan elektronik. 2) Pendidikan: mengorganisasikan program-program orientasi dan pengenalan bagi staff, ceramah-ceramah keagamaan, atau acara-acara khusus seperti acara-acara yang sudah diprogramkan. 3) Pelatihan: memberikan pelatihan spesifik bagi para penyelia dan manajer untuk mengenali masalah-masalah yang ada di tempat kerja dan mengembangkan beragam strategi untuk pencegahan; membentuk Tim Respon Penyelesaian Pelecehan. 4) Mendorong perusahaan untuk melaksanakan pencegahan pelecehan di tempat kerja, termasuk mengambil tindakan disiplin dalam bentuk: a) Kebijakan Perusahaan b) Perjanjian Kerja/Peraturan Perusahaan/Kesepakatan Kerja Bersama Penyebarluasan kebijakan dan mekanisme pencegahan pelecehan kepada seluruh karyawan dan para penyelia sama pentingnya. Guna memenuhi seluruh kebutuhan akan komunikasi, para pengusaha harus menyelenggarakan program di mana karyawan dan penyelia dapat mendapatkan pendidikan tentang pelecehan. Sehingga pada akhirnya, seluruh pihak harus memiliki kesadaran yang tinggi tentang berbagi cara untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif yang bebas dari pelecehan. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus memastikan bahwa seluruh pedoman yang berkenaan dengan implementasi dari ketentuan-ketentuan ini dan contoh-contoh dari kebijakan mengenai pelecehan untuk perusahaan berukuran besar, sedang, dan kecil dapat diakses dan tersedia bagi seluruh pengusaha. Sementara itu, para pengusaha harus memberikan informasi tentang pelecehan pada program-program orientasi, di samping juga pendidikan dan pelatihan bagi para pekerja. Serikat pekerja juga harus menyertakan informasi tentang pelecehan dalam program-program pendidikan dan pelatihan untuk para anggotanya. 3. Dalam suatu perusahaan biasanya terdapat organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang dalam pelaksanannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam hubungan industrial. Serikat Pekerja dalam memecahkan persoalan menuju suatu kemajuan dan peningkatan yang diharapkan, hendaknya menata dan memperkuat dirinya melalui upaya : 1) Menciptakan tingkat solidaritas yang tinggi dalam satu kesatuan diantara pekerja dengan pekerja, pekerja dengan Serikat Pekerjanya, pekerja/Serikat Pekerja dengan manajemen 2) Meyakinkan anggotanya untuk melaksanakan kewajibannya disamping haknya diorganisasi dan diperusahaan, serta pemupukan dana organisasi. 3) Dana Organisasi dibelanjakan berdasarkan program dan anggaran belanja yang sudah ditetapkan guna kepentingan peningkatan kemampuan dan pengetahuan pengurus untuk bidang pengetahuan terkait dengan keadaan dan kebutuhan ditempat bekerja, termasuk pelaksanaan hubungan industrial. 4) Sumber Daya Manusia yang baik akan mampu berinteraksi dengan pihak manajemen secara rasional dan obyektif Perlu diyakini bahwa tercapainya Hubungan Industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat, hanya akan ada ditingkat perusahaan. Karenanya social dialogue yang setara, sehat, terbuka, saling percaya dan dengan visi yang sama guna pertumbuhan perusahaan sangat penting dan memegang peranan menentukan. 4. Dalam hubungan industrial, aspek formal (prosedur) harus diperhatikan, tidak hanya aspek materiil (substansi) saja. Agar tidak salah melangkah ketika menghadapi perselisihan hubungan kerja dengan karyawan, kami uraikan tata cara penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) sesuai UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PHI), yaitu: 1) Perundingan Bipartit Perundingan dua pihak antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan buruh atau serikat buruh. Bila dalam perundingan bipartit mencapai kata sepakat mengenai penyelesaiannya maka para pihak membuat perjanjian bersama yang kemudian didaftarkan pada PHI setempat. Namun apabila dalam perundingan tidak mencapai kata sepakat, maka para pihak yang berselisih harus melalui prosedur penyelesaian Perundingan Tripartit. 2) Perundingan Tripartit Perundingan antara pekerja, pengusaha dengan melibatkan pihak ketiga sebagai fasilitator dalam penyelesaian PHI diantara pengusaha dan pekerja. Perundingan tripartit bisa melalui mediasi, konsiliasi dan arbitrase. a) Mediasi Penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator dari pihak Depnaker, yang antara lain mengenai perselisihan hak, kepentingan, PHK dan perselisihan antar serikat buruh dalam satu perusahaan. Dalam mediasi, bilamana para pihak sepakat maka akan dibuat perjanjian bersama yang kemudian akan didaftarkan di PHI. Namun bilamana tidak ditemukan kata sepakat, maka mediator akan mengeluarkan anjuran secara tertulis. Jika anjuran diterima, kemudian para pihak mendaftarkan anjuran tersebut ke PHI. Di sisi lain, apabila para pihak atau salah satu pihak menolak anjuran maka pihak yang menolak dapat mengajukan tuntutan kepada pihak yang lain melalui PHI. b) Konsiliasi Penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang konsiliator (yang dalam ketentuan UU PHI adalah pegawai perantara swasta bukan dari Depnaker sebagaimana mediasi) yang ditunjuk oleh para pihak. Seperti mediator, Konsiliator berusaha mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar keduanya. Bila tidak dicapai kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan produk berupa anjuran. c) Arbitrase Penyelesaian perselisihan di luar PHI atas perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat buruh dalam suatu perusahaan dapat ditempuh melalui kesepakatan tertulis yang berisi bahwa para pihak sepakat untuk menyerahkan perselisihan kepada para arbiter. Keputusan arbitrase merupakan keputusan final dan mengikat para pihak yang berselisih, dan para arbiter tersebut dipilih sendiri oleh para pihak yang berselisih dari daftar yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja. 3) Pengadilan Hubungan Industrial Bagi pihak yang menolak anjuran mediator dan juga konsiliator, dapat mengajukan gugatan ke PHI. Tugas PHI antara lain mengadili perkara Perselisihan Hubungan Industrial, termasuk perselisihan PHK, serta menerima permohonan dan melakukan eksekusi terhadap Perjanjian Bersama yang dilanggar.