DASAR TEORI
• Biological Hazard (bahaya biologi), seperti virus, jamur, bakteri, tanaman, dan binatang
yang menginfeksi manusia.
• Chemical Hazard(bahaya kimia), seperti bahaya yang ditimbulkan oleh bahan beracun
dan berbahaya (B3), debu, larutan kimia, uap kimia, daya ledak bahan kimia, oksidasi,
dan bahan kimia mudah terbakar.
• Ergonomic Hazard(bahaya ergonomi), seperti desain tempat kerja yang tidak sesuai,
material handling, pencahayaan yang kurang, gerakan tubuh terbatas, desain pekerjaan
yang dilakukan, dan pergerakan yang berulang-ulang.
• Physical Hazard(bahaya fisika), seperti radiasi, suhu panas, kebisingan, getaran, dan
tekanan.
1
Universitas Kristen Petra
• Mechanical Hazard (bahaya mekanis), merupakan bahaya yang disebabkan benda-
benda bergerak, yang dapat menimbulkan dampak seperti terpotong, tergores,
tersayat.
• Electrical Hazard (bahaya listrik), bahaya yang ditimbulkan oleh arus listrik pendek,
listrik statis.
Hazard terjadi karena adanya risiko, sehingga risiko dapat didefinisikan sebagai
peluang terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh bahaya (hazard) yang ada. Risiko
menurut The Standards Australia / New Zealand (1999) merupakan kemungkinan dari
suatu kejadian yang tidak diinginkan yang akan mempengaruhi suatu aktivitas atau objek.
International Labor Organization (ILO) mendefisinikan risiko sebagai kemungkinan adanya
peristiwa atau kecelakaan yang tidak diharapkan dan dapat terjadi dalam waktu dan
keadaan tertentu. Risiko sendiri dapat dikelompokkan menjadi 5 kategori (kolluru, 1996),
yaitu:
• Health risk (risiko kesehatan) , berkaitan dengan kesehatan manusia, menimbulkan efek
tidak langsung, dan bersifat kronis.
• Environmental risk (risiko lingkungan) , berkaitan dengan dampak yang timbul pada
habitan dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko. Melibatkan interaksi antara
populasi, komunitas, dan ekosistem pada tingkat makro dan mikro.
• Public welfare goodwill risk (risiko kesejahteraan masyarakat) , berkaitan dengan nilai
dari suatu sistem yang didalamnya terdapat persepsi masyarakat terhadap nilai properti
dan estetik.
• Financial risk (risiko keuangan) ,berkaitan dengan risiko jangka panjang dan jangka
pendek dari kerugian properti, perhitungan asuransi, pengembalian pada lingkungan,
kesehatan dan keselamatan investasi.
Bahaya dan risiko yang tidak dikendalikan akan menimbulkan kecelakaan. World
Health Organization mendefinisikan kecelakaan sebagai kejadian yang tidak dapat
dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera riil.Sedangkan
definisi kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenaker) Nomor:
03/Men/1998 adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang
dapat menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Ada beberapa teori tentang kecelakaan
kerja menurut para ahli, antara lain:
• Teori Henrich
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian. Ada
lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut, yaitu: lingkungan, kesalahan
manusia, perbuatan atau kondisi tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian
(Ridley, 1986).
2
Universitas Kristen Petra
Teori ini menyebutkan bahwa kecelakaan dapat terjadi karena lebih dari satu
penyebab.Penyebab kecelakaan tersebut adalah kondisi tidak aman (unsafe condition)
dan tindakan tidak aman (unsafe action).
• Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara korban
kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks, yang tidak
dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor yang
terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab
terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.
• Teori Reason
Reason (1995-1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat
“lubang” dalam sistem pertahanan.Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-
pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja.
3
Universitas Kristen Petra
Kondisi tempat lingkungan kerja yang dimaksudkan seperti penyusunan dan penyimpanan
barang-barang berbahaya, kapasitas ruang kerja, pembuangan limbah pada tempatnya,
dan pergantian udara di lingkungan kerja yang baik.
• Pengaturan penerangan
Ruang kerja yang baik harus memiliki penerangan yang cukup untuk dilakukan kegiatan
serta pengaturan dan penggunaan sumber cahaya harus tepat.
Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara
fisik, sosial, dan psikologis.
Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.
4
Universitas Kristen Petra
Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2912); Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1970 Nomor
1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2918); Undang-Undang RI No.
23 Tahun 1992 tentang kesehatan; Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : Per.
05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja; Undang-
Undang tentang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003.
5
Universitas Kristen Petra
2.8.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)
Langkah awal untuk menghilangkan atau mengendalikan bahaya adalah dengan
mengidentifikasi kehadiran bahaya di tempat kerja (Tarwaka,2008). Identifikasi bahaya
merupakan tahap awal dari penerapan HIRARC.Identifikasi bahaya menurut Soehatman
Ramli (2009) adalah suatu teknik komprehensif untuk mengetahui potensi bahaya dari
suatu bahan, alat, atau sistem.Sedangkan identifikasi bahaya menurut Tarwaka (2008)
merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau
kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat
kerja (PAK) yang mungkin timbul di tempat kerja. Identifikasi bahaya dilakukan pada
berbagai aspek di perusahaan, dari kegiatan pekerja, kondisi lingkungan kerja, serta
peralatan dan mesin yang ada di lingkungan kerja. Semua potensi/risiko kecelakaan yang
ada di lingkungan kerja akan diidentifikasi penyebabnya. Jika risiko dari bahaya yang ada
dapat diketahui, maka perusahaan dapat lebih waspada dan melakukan langkah
pencegahan, tapi tidak semua bahaya dapat dikenali dengan mudah (Ramli,2010).
Menurut Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I, potensi bahaya
diartikan sebagai suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat menimbulkan
kecelakaan/kerugian berupa cedera, penyakit, kerusakan atau kemampuan melaksanakan
fungsi yang telah ditetapkan. Tarwaka (2008) mengatakan bahwa potensi bahaya
merupakan sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera,
sakit, kecelakaan atau bahkan menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses
dan sistem kerja.Hasil dari identifikasi bahaya akan dianalisa dan dilakukan penilaian risiko.
Ada 4 faktor penyebab utama terjadinya potensi/risiko bahaya, yaitu manusia
(man), material, lingkungan (environment), dan mesin (machine). Bahaya yang telah
diidentifikasikan akan dibagi kedalam 4 faktor tersebut. Banyak metode/teknik yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi bahaya, antara lain dengan metode inspeksi,
pengamatan/survey, kuesioner, audit, dan data-data statistik. Soehatman Ramli (2009)
mengatakan bahwa teknik identifikasi bahaya dapat diklarifikasikan sebagai berikut:
• Teknik Pasif
Identifikasi bahaya dengan teknik pasif mengenali bahaya dengan mengalaminya secara
langsung.Teknik ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan
eksistensinya sehingga dapat terlihat dengan mudah.Identifikasi bahaya dengan teknik
pasif diibaratkan seperti menyimpan bom waktu yang dapat meledak setiap saat.Sebagai
contoh, dalam suatu pabrik kimia terdapat berbagai jenis bahan dan peralatan.Selama
bertahun-tahun tidak pernah terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya di pabrik tersebut,
tapi hal ini tidak menjadi pabrik tersebut aman dan tidak mengandung bahaya.Apabila
dilakukan identifikasi bahaya, mungkin dapat ditemukan sumber bahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan sewaktu-waktu seperti kebakaran.
• Teknik Proaktif
Identifikasi dengan teknik proaktif merupakan cara yang paling efektif. Teknik proaktif
mengenali bahaya sebelum bahaya tersebut terjadi dan menimbulkan dampak yang
6
Universitas Kristen Petra
merugikan.Kelebihan dari teknik proaktif yaitu bersifat continues improvement karena
mengenal bahaya secara dini sehingga dapat dilakukan upaya perbaikan serta mencegah
biaya (cost) yang tidak diinginkan.
Untuk melakukan penilaian risiko, diperlukan beberapa data dari perusahaan seperti
kegiatan yang dilakukan, frekuensi dilakukannya, dan berapa pekerja yang melakukan
kegiatan tersebut. Ada 2 cara penilaian risiko yang dapat dilakukan, yaitu penilaian risiko
dengan metode kualitatif dan metode kuantitatif. Metode kualitatif merupakan metode
penilaian risiko secara subjektif dengan mempertimbangkan faktor kemungkingan
(probability) dan faktor keseriusan risiko (severity). Sedangkan metode kuantitatif
merupakan penilaian risiko dengan menggunakan data-data penting dari perusahaan, yang
mempertimbangkan faktor kemungkinan estimasi waktu dan biaya. Penggunaan metode
untuk penilaian risikodisesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan.Hasil dari
penilaian risikoakan diolah dan dianalisa untuk menentukan tingkat risiko bahaya yang
terjadi dari yang terendah hingga risiko bahaya yang tidak dapat diterima perusahaan. Hasil
dari penilaian risiko akan sangat mempengaruhi tahap pengendalian risiko, dimana
pengendalian risiko akan mengutamakan perbaikan/pengendalian risiko dari kegiatan yang
memiliki risiko paling tinggi.
7
Universitas Kristen Petra
Eliminasi
Pengendalian risiko dengan memindahkan/menghilangkan sumber/aktifitas bahaya. Cara
ini merupakan cara pengendalian risiko yang paling baik karena risiko terjadinya
kecelakaan telah dihilangkan.
Contohnya, memberikan penutup gergaji pada mesin potong yang ada di lingkungan kerja.
Substitusi
Pengendalian risiko dengan melakukan penggantian mesin, material, aktifitas, atau
instruksi kerja guna mengurangi potensi bahaya yang terjadi.Contohnya, mengganti lantai
yang rusak dengan yang baru untuk mengurangi potensi bahaya pekerja terjatuh.
Administratif
Pengendalian risiko secara administratif dengan melakukan penerapan prosedur/aturan
kerja, pelatihan, serta pengendalian visual di tempat kerja guna mengurangi potensi
bahaya yang mungkin terjadi.Keberhasilan pengendalian risiko dengan metode
administratif bergantung pada sistem pengawasan pelaksaaan pengendalian dan tingkat
laku dari pekerja. Contohnya, rotasi kerja dengan tujuan mengurangi kejenuhan dan
penerapan prosedur kerja (SOP).
8
Universitas Kristen Petra
Gambar 2.1 Hirarki Pengendalian Risiko K3
(Sumber: OHSAS 18001:2007)
9
Universitas Kristen Petra