Anda di halaman 1dari 9

BUDAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

Bintang Abi (20020064)), M Lutfi Kurniawan (20020067), Riski Maulana


(20020071)*),Sardiyan (20020079), Ahmad Farhan (20020093)
Program Studi D-3 Fire and Safety, Institut Teknologi Petroleum Balongan,
Indramayu45216, Indonesia
*)E-mail : rizkimauln10@gmail.com

Abstrak
Pelaksanaan budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada perusahaan
mempunyai peran penting dalam menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari kecelakaan kerja dan pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Namun, praktek budaya K3 disetiap perusahaan bervariasi
sesuai dengan pola komunikasi dan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu dengan
memberikan penjelasan terhadap objek penelitian dan metode literatur untuk
memperoleh data yang digunakan sebagai bahan penulisan laporan tanpa
dilakukan tes hipotesa. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penting
nya memenuhi factor pembentuk budaya K3 seperti Komitmen dari top
management, kesesuaian peraturan dan prosedur, komunikasi yang baik antar
pekerja dan manajemen, keterlibatan pekerja dalam menjalankan budaya K3, dan
lingkungan social yang mendukung dapat mendukung berjalannya suatu budaya
K3 yang diharapkan. Selain itu upaya menjalankan budaya zero accident dapat
dilakukan dengan upaya seperti pembentukan program kesehatan, motivasi serta
pengugunaan APD yang sesuai dengan demikian perusahaan diharapkan dapat
menjalankan serta mendorong guna berupaya mengendalikan factor bahaya yang
ada diperusahaan.
Kata Kunci : Budaya K3. Perusahaan, Zero Accident
Abstract
The implementation of the Occupational Safety and Health (K3) culture in the
company has an important role in creating a safe, healthy, free workplace from
work accidents and ultimately can increase work efficiency and productivity.
However, K3 cultural practices in each company vary according to
communication patterns and resources owned by the company. The research
method used is a descriptive method, namely by providing an explanation of the
object of research and literature methods to obtain data used as material for
writing reports without hypothesis test. From the results of the study, it can be
concluded that the importance of meeting the factors forming the K3 culture such
as commitment from top management, conformity of regulations and procedures,
good communication between workers and management, employee involvement
in carrying out the K3 culture, and a supportive social environment can support
the running of an expected K3 culture. In addition, efforts to run a zero accident
culture can be done with efforts such as the establishment of health programs,
motivation and the use of appropriate PPE, so that companies are expected to run
and encourage efforts to control hazard factors that exist in the company.
Keyword : K3 Culture, Company, Zero Accident
1. Pendahuluan dan kesehatan kerja suatu
Pada saat ini keselamatan dan perusahaan tidak terlepas dari
kesehatan kerja sangat penting pengaruh gaya kepemimpinan
diterapkan disegala macam bentuk pengusaha. Pemimpin yang dapat
pekerjaan. Keselamatan dan merespon kondisi lingkungan
Kesehatan Kerja (K3) merupakan organisasi dan mampu melakukan
salah satu aspek perlindungan tenaga perbaikan secara terus- menerus
kerja. Di Indonesia telah ditetapkan sesuai dengan tuntutan organisasi.
beberapa peraturan Keselamatan dan Pelaksanaan Budaya keselamatan
Kesehatan Kerja antara lain sebagai dan kesehatan kerja dalam suatu
berikut Undang-undang No. 1 Tahun organisasi dapat dipengaruhi juga
1970 tentang Keselamatan Kerja; oleh motivasi yang kuat dari seorang
Peraturan Pemerintah No 50/2012 pemimpin (Leadership) dan
tentang Penerapan Sistem karyawan. Motivasi adalah
Manajemen Keselamatan dan penggerak seseorang untuk
Kesehatan Kerja (SMK3). mengambil tindakan karena orang
Peraturan-peraturan tersebut tersebut ingin melakukannya.
ditetapkan bertujuan untuk mencegah Motivasi merupakan cara
dan mengantisipasi terjadinya mendorong bawahan agar mereka
kecelakaan kerja. Program mau bekerja keras dengan
keselamatan dan kesehatan kerja memberikan semua kemampuan dan
sebaiknya dimulai dari tahap yang ketrampilannya untuk mewujudkan
paling dasar, yaitu pembentukan tujuan perusahaan dan mewujudkan
budaya keselamatan dan kesehatan budaya keselamatan dan kesehatan
kerja. Program keselamatan dan kerja perusahaan. Motivasi penting
kesehatan kerja dapat berfungsi dan karena dengan motivasi diharapkan
efektif apabila programtersebut dapat setiap individu karyawan mau
terkomunikasikan kepada seluruh bekerja keras dan antusias untuk
lapisan individu yang terlibat. mencapai produktifitas kerja yang
Komunikasi yang baik dalam sebuah tinggi. Komitmen adalah tekad,
organisasi sangat berpengaruh dalam keinginan dan penyertaan tertulis
keberhasilan suatu pelaksanaan pengusaha atau pengurus Penyebab
budaya keselamatan dan kesehatan kecelakaan adalah keterbatasan
kerja perusahaan. Aspek komunikasi fasilitas keselamatan kerja dan
juga sangat penting dalam kelemahan pemahaman faktor-faktor
menjalankan program K3 karena prinsip yang perlu diterapkan
dengan adanya komunikasi K3, para perusahaan makna keselamatan dan
karyawan dapat memahami kesehatan kerja (K3) adalah
informasi- informasi yang yang kuat memandang setiap karyawan
dapat membantu lancarnya kinerja diperusahaan memiliki hak atas
dalam suatu perusahaan. perlindungan kehidupan kerja yang
Pelaksanaan budaya keselamatan nyaman dan ketenangan dalam
melaksanakan pekerjaan. Makna K3 keseluruhan dari pola perilaku yang
ini belum sepenuhnya dipahami baik dikirimkan melalui kehidupan sosial,
oleh pihak manajemen maupun seni agama, kelem- bagaan, dan
karyawan. Usaha yang harus semua hasil kerja dan pemikiran
ditanamkan adalah kesadaran jiwa manusia dari suatu kelompok
bahwa keselamatan dan kesehatan manusia. Menurut Koentjaraningrat
kerja (K3) merupakan bentuk budaya adalah keseluruhan sistem
kebutuhan.Budaya Keselamatan dan gagasan tindakan dan hasil karya
kesehatan kerja (K3) tidak hanya manusia dalam rangka kehidupan
menjadi kepentingan pekerja namun masyarakat yang dijadikan miliki diri
juga menjadi kepentingan dunia manusia dengan cara belajar.
usaha. Pada dasarnya kecelakaan Budaya Kerja adalah suatu falsafah
kerja pasti akan terjadi pada setiap dengan didasari pandangan hidup
perusahaan, hanya saja kasus sebagai nilai-nilai yang menjadi
kecelakaan dapat diminimalisirkan sifat, kebiasaan dan juga pen-
dengan adanya budaya Kesehatan dorong yang dibudayakan dalam
dan Keselamatan Kerja (K3) yang suatu kelompok dan tercermin dalam
diyakini, dan dijalankan oleh pekerja sikap menjadi perilaku, cita-cita,
dan pengusaha. Hal ini sesuai pendapat, pandangan serta tindakan
dengan ungkapan dari Reason yang terwujud sebagai kerja.
(1997) yang menyatakan bahwa (Sumber : Drs. Gering
program Kesehatan dan Keselamatan Supriyadi,MM dan Drs. Tri Guno,
Kerja sebaiknya dimulai dari tahap LLM)
yang paling dasar, yaitu 2.2 Definisi Keselamatan Kerja
pembentukan budaya Kesehatan dan Secara filosofis, keselamatan
Keselamatan Kerja (K3). Dan kerja adalah suatu pemikiran dan
Program kesehatan dan keselamatan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kerja dapat berfungsi dan efektif, kesempurnaan manusia baik
apabila program tersebut dapat jasmani maupun rohani serta karya
terkomunikasikan kepada seluruh dan budayanya yang tertuju pada
lapisan individu didalam sebuah kesejahteraan manusia pada
perusahaan. umumnya dan tenaga kerja pada
2. Tinjauan Teori khususnya. Secara keilmuan,
2.1 Definisi Budaya keselamatan kerja adalah ilmu
Budaya secara harfiah berasal pengetahuan dan penerapannya yang
dari Bahasa Latin yaitu Colere yang mempelajari tentang tata cara
memiliki arti mengerjakan tanah, penang- gulangan kecelakaan kerja
mengolah, memelihara ladang di tempat kerja (Sugeng Budiono,
(menurut Soerjanto Poespowardojo, 2003:171). Perlindungan tenaga
1993). Menurut The American kerja meliputi bebera- pa aspek dan
Herritage Dictionary mengartikan salah satunya yaitu perlindungan
kebudayaan adalah sebagai suatu keselamatan, Perlindungan tersebut
bermaksud agar tenaga kerja secara memperoleh data yang digunakan
aman melakukan kerjaannya sehari- sebagai bahan penulisan laporan
hari untuk meningkatkan pro- duksi tanpa dilakukantes hipotesa.
dan produktivitas. Tenaga kerja 4. Hasil dan pembahasan
harus memperoleh perlindungan 4.1 Hasil
dari berbagai soal disekitarnya dan K3 atau keselamatn dan
pada dirinya yang dapat menimpa kesehatan kerja merupakan salah
atau mengganggu dirinya serta satu aspek perlindugan tenaga kerja
pelak- sanaan pekerjaannya. yang sangat penting yang akan
2.3 Definisi Kesehatan Kerja berpengaruh pada segala aspek
Program kesehatan kerja seperti keselamatan, Kesehatan,
merupakan suatu hal yang penting produktivitas dan kesejahteraan
dan perlu diperhatikan oleh pihak tenaga kerja serta mengembangkan
pengusaha. Karena dengan adanya budaya K3 diperusahaan bertujuan
program kesehatan yang baik akan untuk mendorong kebiasaan dan
menguntungkan para mekanik secara motivasi pekerja demi melindungi
material, karena mekanik akan lebih karyawan dan orang lain yang berada
jarang absen, bekerja deng- an di tempat kerja dari resiko
lingkungan yang lebih kecelakaan dan penyakit akibat kerja
menyenangkan, se- hingga secara serta melindungi asset perusahaan
keseluruhan mekanik akan mampu dan lingkungannya dari
bekerjalebih lama. kemungkinan kerusakan, kebakaran
2.4 Pengertian program kesehatan atau peledakan. Maka dari itu dalam
kerja melaksanakan kegiatan operasional
Program kesehatan kerja sehari-hari wajib menempatkan K3
menunjukkan pada kondisi yang pada prioritas utama. Untuk
bebas dari gangguan fisik, mental, mencapai sasaran mencegah dan
emosi atau rasa sakit yang mengurangi tingkat kecelakaan kerja
disebabkan oleh lingkungan kerja. dan penyakit akibat kerja serta
Resiko kesehatan meru- pakan kemungkinan yang ada dengan
faktor-faktor dalam lingkungan kerja adanya komitmen manajemen,
yang bekerja melebihi periode waktu peraturan serta prosedur yang baik,
yang ditentukan, Lingkungan yang komnikasi yang berjalan baik,
dapat membuat stress emosi atau keterlibatan pekerja, dan lingkungan
gangguan fisik (Mangkunegara, social pekerja yang kondusif. Oleh
2000:161). katrena itu, setiap pekerja atau orang
3. Metodologi lain yang berada di tempat kerja,
Metode penelitian yang dituntut peran aktifnya sendiri-
digunakan adalah metode deskriptif sendiri maupun bersama-sama untuk
yaitu dengan memberikan melaksanakan tanggung jawabnya
penjelasan terhadap objek penelitian dalam mencegah atau menghindari
dan metode literatur untuk hal-hal yang berbahaya yang dapat
menimbulkan kecelakaan ataupun 2. Komitmen Top management
sakit akibat kerja serta kerugian asset Komitmen ini dihadirkan melalui
perusahaan dengan menciptakan bentuk kebijakan secara tertulis, jelas
ingkungan kerja yang aman dan dan mudah dimengerti.
sehat dengan menerapkan budaya 3. Komunikasi
keselamatan dan kesehatan kerja Komunikasi yang telah dibangun
yang baik dilingungan perusahaan dalam halperusahaan bentuk
atau pekerjaan. komunikasi searah yang dibangun
4.2 Pembahasan adalah dengan adanya peraturan dan
Terdapat beberapa factor yang kebijakan yang diberikan oleh
mendukung pembentukan budaya K3 perusahaan. Selain itu komunikasi
diperusahaan yang dapat terbentuk yang dibangun secara dua arah
oleh beberapa factor yang dominan. adalah dengan adanya induksi,
diantaranya. coaching, training in house yang
1. Peraturan dan Prosedur dilakukan oleh Departemen Safety,
Peraturan dan prosedur K3 baik kepada karyawan ketika ingin
merupakan sesuatu hal yang mulai bekerja dan kepada
mengikat dan telah disepakati, yang outsourcing sebagai tenaga kerja
betujuan untuk mengendalikan kontraktor yang menjadi mitra kerja
bahaya yang ada di tempat kerja, perusahaan.
untuk melindungi pekerja dari 4. Keterlibatan Pekerja
kemungkinan terjadinya kecelakaan. Terdapat beberapa kriteria
Berkaitan dengan faktor pekerja yang memiliki kesadaran
sebelumnya, responden akan K3. Diperusahaan biasanya
mengungkakan bahwa faktor ini banyak pekerja yang tidak memiliki
juga dapat ditunjukkan dengan bukti kesadaran akan pentingnya menjaga
adanya buku pedoman mengenai K3 kesehatan dan keselamatan kerja.
di perusahaan ini dan adanya PKB Hal ini juga didukung dengan data
yang mengungkapkan sanksi dan kasus pelanggaran yang terjadi di
reward bagi pekerja. Sanksi dan perusahaan seperti pelanggaran
reward ini diberikan perusahaan bagi dibatas kendaraan, kedapatan
karyawan yang berprestasi, yang merokok, dankedapatan tertidur saat
memberikan kontribusi bagi bekerja, serta tidak menggunakan
perusahaan di berbagai bidang, APD. Keterlibatan karyawan sangat
terutama pada bidang K3. minim, biasanya ditunjukkandengan
Perusahaan akan memberikan sanksi tingkat kesadaran yang mereka
bagi karyawan yang tidak taat pada miliki juga sangat kurang terhadap
aturan yang berlaku mengenai K3, bahkan untuk dirinya sendiri.
ketentuan dan kebijakan yang telah Sebagian besar karyawan hanya
ditetapkan, dan akan memberikan akan melakukan itu bila ada sanksi
reward bagi pekerja yang taat dan tegas yang diberikan perusahaanm
patuh akan haltersebut. dan tidak akan menjadikan itu
kesadaran diri sendiri ketika hal itu hanya saja kasus kecelakaan dapat
tidak ada kaitannya dengan diminimalisirkan dengan adanya
pekerjaannyasecara langsung. Tidak budaya Kesehatan dan Keselamatan
hanya itu, budaya untuk saling Kerja (K3) yang diyakini, dan
mengingatkan juga sangat minim, dijalankan oleh pekerja dan
budaya akan kepedulian juga sangat pengusaha. Hal ini sesuai dengan
minim, sehingga apa yang terjadi di ungkapan dari Reason (1997) yang
lingkungan sekitar baik itu menyatakan bahwa program
pelanggaran yang dilakukan rekan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
kerja, dan hal lainnya mereka sebaiknya dimulai dari tahap yang
cendrung diam dan tidak peduli. paling dasar, yaitu pembentukan
Sehinga ketika rekan kerja budaya Kesehatan dan Keselamatan
melakukan pelanggaran bahkan Kerja (K3). Dan Program kesehatan
sekalipun atasannya, mereka dan keselamatan kerja dapat
cendrung diam dan tidak berfungsi dan efektif, apabila
megingatkan. Hal ini juga program tersebut dapat
menjadikan sebab budaya K3 masih terkomunikasikan kepada seluruh
belum bisa diterapkan secara lapisan individu di dalam sebuah
maksimal di perusahaan ini, karena perusahaan. Budaya Kesehatan dan
masih banyak oknum tertentu dari Keselamatan Kerja (K3) merupakan
pihak manajemen yang juga kombinasi dari attitude, beliefs,
melakukan pelanggaran. norms, dan persepsi dari calon
5. Lingkungan sosial pekerja organisasi tertentu yang
Pekerja Lingkungan kerja yang terkait dengan iklim Kesehatan dan
kondusif menjadi faktor penting Keselamatan Kerja (K3), serta
dalam mewujudkan budaya K3 di perilaku sehat dan selamat secara
tempat kerja. Lingkungan kerja praktis (Dula. 2006; Clarke.2000).
yang tidak hanya bersifat fisik ini, Definisi yang paling banyak
sangat memberikan dampak yang digunakan adalah berdasarkan
besar. Seperti kenyamanan pendapat Cooper (2000) yang yang
lingkungan dengan fasilitas yang kemudian diadaptasi, menyatakan
diberikan, berbagai sign peringatan bahwa budaya Kesehatan dan
agar karyawan dengan mudah Keselamatan Kerja (K3) merupakan
mengingat peraturan K3 yang ada, bagian dari budaya organisasi yang
serta hubungan kerja yang kondusif dipengaruhi oleh sikap (attitudes)
menjadi faktor penentu lingkungan dan niai-nilai yang diyakini
kerja yang dapat mendukung (beliefs) dari setiap anggotanya
budaya K3. dalam kerangka performansi
Analisis Budaya K3 dalam Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Mencapai Zero Accident pada (K3) (health and safety
dasarnya kecelakaan kerjapasti akan performance). Lebih lanjut Cooper
terjadi pada setiap perusahaan, (2004) memperjelas bahwa istilah
budaya Kesehatan dan Keselamatan eliminasi, subtitusi, rekayasa teknik,
Kerja (K3) (safety culture) mengacu pengendalian administrasi, dan yang
kepada aspek perilaku (behavioral terakhir adalah penggunaan APD.
aspect) yang merujuk kepada norma Penggunaan APD merupakan
kelompok, misalnya sikap dan kewajiban pekerja ketika memulai
tindakan apa yang dilakukan secara pekerjaannya. APD yang disediakan
kelompok, serta aspek situasional dikondisikan sesuai dengan potensi
(situational aspect) seperti halnya dan risiko bahaya yang dapat terjadi
apa yang dimiliki atau difasilitasi pada pekerja melalui kegiatan risk
oleh organisasi. assessment and determining control
Perilaku pekerja sebagian besar oleh pihak HSE perusahaan. APD
memiliki perilaku yang yang diwajibkan antara lain helm
dikategorikan tidak baik dalam keselamatan, masker, sepatu
kepatuhan menggunakan APD yaitu keselamatan, sarung tangan.
dengan tidak menggunakan APD Kepatuhan (compliance) sendiri
secara lengkap sesuai dengan yang merupakan bentuk perilaku yang
diwajibkan. Upaya yang perlu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
dilakukan oleh pihak HSE eksternal melainkan juga oleh faktor
perusahaan dalam hal internal (Geller dalam Ruhyandi &
penanggulangan bahaya di Evi Candra, 2008). Berdasarkan
lingkungan kerja antara lain dengan hasil pengamatan, diketahui masih
melakukan kegiatan penilaian risiko adanya pekerja yang tidak patuh
bahaya dan pengendaliannya. dalam penggunaan APD dikarenakan
Kegiatan lain dalam pekerja masih merasa terlindungi
penanggulangan bahaya adalah meskipun tidak menggunakan APD.
dengan mengadakan safety patrol Terdapat juga beberapa pekerja yang
terhadap perilaku penggunaan APD baru memakai APD ketika dilakukan
pada seluruh pekerja. Kegiatan safety patrol oleh pihak supervisor
safety patrol dimaksudkan juga dan HSE perusahaan. Hal ini
untuk mengawasi dan melakukan menunjukkan kepedulian pekerja
kontrol pada setiap pekerjaan yang akan keselamatan dan kesehatan
dilakukan oleh pekerja termasuk pada saat bekerja masih rendah.
perilaku bekerja yang baik dan Banyak bahaya di lingkungan kerja
aman. yang berpotensi muncul dan
Penggunaan APD pada pekerja membahayakan keselamatan dan
hanya sebatas untuk mengurangi kesehatan pekerja apabila pekerja
risiko bahaya yang sewaktu-waktu sendiri masih belum sadar dengan
dapat terjadi pada pekerja. Menurut kondisi tersebut dengan masih
Tarwaka (2008), agar pekerja dapat berperilaku tidak baik dalam
terhindar dari risiko bahaya maka penggunaan APD. Pihak HSE
perlu upaya dalam hirarki perusahaan perlu menerapkan sistem
pengendalian bahaya yang meliputi punishment bagi pekerja yang tidak
menggunakan APD ketika berkaitan dengan K3 khususnya
melakukan pekerjaan. Misalnya, dalam safe behavior yang juga
setiap pekerja diberikan kartu merupakan salah satu aspek dalam
pelanggaran K3 dan lingkungan dan pembentuk budaya K3. Semakin
kartu tersebut wajib dibawa setiap baik tingkat motivasi pekerja maka
hari. Kartu tersebut terdiri dari perilaku pekerja dalam penggunaan
beberapa jenis pelanggaran salah APD semakin baik juga, begitupun
satunya tidak menggunakan APD sebaliknya apabila pekerja tidak
ketika bekerja. Apabila ditemukan temotivasi maka akan merugikan
pekerja yang tidak menggunakan efeknya bagi pekerja itu sendiri.
APD akan mendapatkan sanksi yaitu 5. Kesimpulan
berupa peringatan. Apabila pekerja Program Keselamatan dan
yang sama melakukan pelanggaran Kesehatan Kerja (K3) akan berjalan
lagi seperti tidak memakai APD, dengan maksimal jika dimulai
untuk karyawan kontrak akan dengan tahap yang paling dasar yaitu
dikembalikan ke perusahaan Pembentukan Budaya Keselamatan
outsourching sedangkan untuk Dan Kesehatan Kerja (K3). Budaya
karyawan tetap akan dikenakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
pemotongan gaji. Perilaku tidak (K3) tidak hanya menjadi tugas dan
patuh dalam penggunaan APD tanggung jawab pihak manajemen
merupakan salah satu behavioral atau perusahaan, namun menjadi
hazard yang dipandang sederhana tugas dan tanggung jawab bersama
tapi justru berperan besar dalam seluruh elemen didalam perusa- haan
mayoritas kecelakaan kerja yang untuk memupuk nilai K3, sehingga
diakibatkan dari tindakan tidak setiap individu di perusahaan
aman. Motivasi menurut nantinya da- pat menjaga sikap dan
Mangkunegara (2005), motivasi perilaku agar sesuai dengan norma
pekerja dapat terbentuk dari sikap K3. Adapun beberapa faktor
pekerja dalam menghadapi situasi dominan yang membentuk Budaya
kerja di perusahaan. Motivasi juga Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
merupakan energi yang dapat (K3) di suatu perusahaan
menggerakkan diri pekerja yang diantaranya yaitu Komitmen Top
terarah dan tertuju untuk mencapai Manajemen ,Peraturan dan Prosedur,
tujuan suatu organisasi. Dalam hal Komunikasi, Keterlibatan pekerja,
ini motivasilah yang dapat dan Lingkungan sosial pekerja.
mempengaruhi perilaku pekerja Analisis Budaya K3 dalam Upaya
terkait kepatuhan pekerja dalam Mencapai Zero Accident Pada
menggunakan APD saat bekerja. dasarnya kecelakaan kerja pasti akan
Motivasi yang terdapat dalam diri terjadi pada setiap perusahaan, hanya
pekerja sendiri merupakan salah satu saja kasus kecelakaan dapat
aspek psikologis yang dapat diminimalisirkan dengan adanya
mempengaruhi perilaku yang budaya Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) yang diyakini, dan Kepatuhan Penggunaan APD pada
dijalankan oleh pekerja dan Pekerja Produksi Resin Di Sidoarjo.
pengusaha. Hal ini sesuai dengan The Indonesian Journal of
ungkapan dari Reason (1997) yang Occupational Safety and Health,
menyatakan bahwa program Vol. 4, No. 2 : 134–143.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja 5. Christina, W. Y., Ludfi, D., &
sebaiknya dimulai dari tahap yang Thoyib, A. (2012). Pengaruh
paling dasar, yaitu pembentukan Budaya Keselamatan Dan
budaya Kesehatan dan Keselamatan Kesehatan Kerja ( K3 ) Terhadap
Kerja (K3). Perusahaan perlu Kinerja Proyek Konstruksi. Jurnal
melakukan upaya untuk lebih Rekayasa Sipil, 6(1), 83–95.
membudayakan penggunaan APD 6. Adinda, F. 2023. Penerapan
pada pekerja melalui kegiatan Budaya Keselamatan Dan Kesehatan
promotif dan pengawasan secara Kerja (K3) Di PT BNM
berkala demi terciptanya suatu nilai STAINLESS STEEL, Universitas
di dalam diri pekerja untuk dapat Darma Persad Keselamatan Kerja
lebih membudayakan penggunaan Terhadap Produktivitas Mekanik
APD ketika melakukan pekerjaan. Alat Berat. Jurnal INTEKNA :
Daftar Pustaka Informasi Teknik dan Niaga. 14, 1
1. Nugroho, A., dkk. 2017. (Mei. 2014).
Pelaksanaan Budaya Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada
Perusahaan di Sleman
Yogyakarta.Jurnal Formil (Forum
Ilmiah) KesMas Respati. Vol. 2,
No.2 Oktober 2017.
2. Rahman, N. 2014. Pengaruh
Budaya Kesehatan Dan
Keselamatan Kerja Terhadap
Produktivitas Mekanik Alat Berat.
Jurnal INTEKNA : Informasi
Teknik dan Niaga. 14, 1 (Mei.
2014).
3. Seno Andri, Frini Karina Andini.
2018. Budaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja dalam Upaya
Mencapai Zero Accident.
Pekanbaru. Jurnal Aplikasi Bisnis.
Vol. 8 No. 2 April 2018.
4. Brito, GT. 2015. Analisis Aspek
Pembentuk Budaya K3 dengan

Anda mungkin juga menyukai