N
GA A
G
Seminar Keselamatan Nuklir 2015
E
A
BA DA N P
Makalah Penyaji
NUKLIR
B
AP
E TE
N Bidang Fasilitas Radiasi dan Zat Radioaktif
ABSTRAK
MODEL PENGENDALIAN KESELAMATAN TERPADU UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECELAKAAN DI TEMPAT KERJA.
Telah dibuat suatu model pengendalian keselamatan terpadu untuk menurunkan laju kecelakaan di tempat kerja. Komponen keselamatan
yang digunakan adalah perilaku selamat (behavior based safety, BBS), identifikasi bahaya dan pengendalian risiko, 5R, sistem manajemen
keselamatan, iklim keselamatan dan budaya keselamatan yang dibagi menjadi 4 (empat) kelompok. Setiap model dibuat dengan matrik
keterkaitan 3(tiga) komponen keselamatan yang akan diuji melalui hasil pengukuran kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif harus
dilakukan untuk memilih model terpadu yang akan digunakan untuk pencegahan keselamatan untuk jangka pendek atau jangka panjang.
Model pengendalian keselamatan terpadu ini dapat digunakan dan dikembangkan oleh organisasi sesuai lingkup dan kerumitan proses bisnis
organisasi, sehingga potensi kecelakaan lebih mudah di deteksi dan dilakukan tindakan perbaikan dengan cepat untuk menurunkan tingkat
kecelakaan secara terpadu.
Kata Kunci: pengendalian keselamatan terpadu, matrik komponen keselamatan, peningkatan berkelanjutan
ABSTRACT
INTEGRATED SAFETY CONTROL MODEL TO REDUCE THE LEVEL OF ACCIDENTS AT WORKPLACE. A model of integrated safety control to
reduce the rate of accidents in the workplace is proposed. The safety factors used in the model, are the survival behaviour (behavior based safety, BBS),
hazard identification and risk control, 5S, safety management systems, safety climate and safety culture which is divided into four (4) groups. Each model
is created or formulated using a 3 (three) safety components matrix linkage, which will be tested through quantitative and qualitative measurement results.
Qualitative analysis should be conducted to select the integrated model that will be used for either short term or long term safety precautions . This integrated
safety control model could be used and developed by the organization within the scope and complexity of the organization's business processes, so that it will
be easier to detect any potential for accidents and to promptly carry out the necessary corrective action to reduce the level of accident.
Keywords: integrated safety control, matrix components safety, continuous improvement
Dengan membuat skala prioritas maka akan dengan mudah disusun bisnis yang selamat dengan penguatan pada kesesuaian program
integrasikan keterkaitan antar komponen keselamatan sehingga dengan peraturan perundangan yang berlaku. Pada sistem PDCA
memudahkan unit kerja untuk memulai dari pemilihan siklus ini sistem dipaksa patuh terhadap prosedur yang telah ditetapkan
komponen dalam mencegah terjadinya kecelakaan. dan harus melakukan tindakan perbaikan berkelanjutan. Proses
untuk mendapatkan metode dan pendekatan yang sampai saat ini
masih valid adalah yang ditunjukkan pada Gambar 1.
2. METODOLOGI
Konsep iklim keselamatan (safety climate) pertama kali
Kajian ini dilakuan dengan cara melakukan studi pustaka, disampaikan oleh Zohar [7] dan telah dibahas selama lebih dari 30
kajian dan penerapan SB006 OHSAS 18001:2008, Perka BATAN tahun [8]. Namun sampai saat ini belum ada kesepakatan tentang
No. 020/KA/2012, Perka BATAN No. 200/KA/X/2012. definisi safety climate. Pada umumnya safety climate diukur
Pada makalah ini akan diusulkan suatu pendekatan terpadu untuk dengan kuesioner, yang memberikan beberapa implikasi dari
mengurangi tingkat kecelakaan dengan memasukkan unsur unsur keadaan keselamatan pada saat tertentu. Menurut Kofi Adutwum
individu, teknologi (proses dan rekayasa) serta organisasi (ITO) [9], safety climate digunakan untuk menggambarkan persepsi
melalui sistem manajemen keselamatan, BBS, iklim keselamatan, karyawan tentang bagaimana keselamatan dibahas di suatu tempat
budaya keselamatan untuk penguatan organisasi pengoperasi. kerja. Menurut Cooper dan Phillips [10] lingkup safety climate
Tahapan awal penerapan model ini dilakukan secara parsial dikelompokkan dalam empat bidang yaitu, desain dasar alat
melalui pengukuran kuesioner (BBS, iklim keselamatan dan budaya pengukuran safety climate, pengembangan teoritis dan pengujian
keselamatan). Hasil kuantitatif ini digunakan sebagai langkah untuk model, hubungan iklim keamanan dan K3 serta eksplorasi
menganalisis kekuatan dan kelemahan budaya keselamatan dan hubungan antara iklim keselamatan dan iklim organisasi.
kinerja keselamatan unit kerja, sehingga akan memperkuat fokus pada Pada makalah terdahulu telah dibahas suatu model safety
penyusunan program terukur dan berkelanjutan yang terstruktur. climate berdasarkan faktor dominan [11] yang mempengaruhi
untuk penyusunan kuesioner. Dengan pengukuran kuantitatif,
maka organisasi dapat memetakan kekuatan BBS dan sistem
3. LANDASAN TEORI manajemen serta snapshoot budaya keselamatan pada sub
Usaha untuk mengurangi kecelakaan akibat kerja terus organisasi.
dikembangkan para ahli keselamatan, upaya ini berfokus pada Fase yang cukup memberikan dampak signifikan terhadap
bagaimana cara yang effektif untuk mencari akar masalah penyebabnya. faktor penyebab kecelakaan muncul setelah dilakukan pengkajian
Secara umum perkembangan teknologi keselamatan berhubungan terhadap kecelakaan nuklir Chernobyl tahun 1986 dan faktor
erat dengan berbagai disiplin ilmu, teknologi dan kepentingan proses penyebab dominan adalah adanya pelemahan budaya keselamatan.
bisnis industri, organisasi. Organisasi berisiko tinggi umumnya sangat Istilah budaya keselamatan pertama kali digunakan dalam INSAG
peduli terhadap aspek keselamatan, karena akan sangat mempengaruhi (International Nuclear Safety Advisory Group), tentang Ringkasan
kepercayaan publik terdahap hasil produk dari organisasi tersebut. Laporan Rapat Tinjauan Pasca Kecelakaan di Chernobyl [12,13].
Hasil evaluasi menunjukan bahwa 65%-80% kecelakaan yang terjadi Pasca kecelakaan nuklir ini para pakar keselamatan tingkat
di tempat kerja disebabkan oleh perilaku tidak aman (unsafe behavior) dunia memandang bahwa budaya keselamatan merupakan
dan 20% dikategorikan pada un-safe condition. Sikap dan perilaku suatu komplemen penting dari banyak teori keselamatan yang
mempunyai kecenderungan negatif untuk mengganggu lingkungan sudah lama digunakan kalangan industri berisiko tinggi. Budaya
kerja secara umum. Oleh sebab itu pelaku K3 menyadari bahwa keselamatan dianggap dapat menjawab secara holistik tentang
peningkatan pengelolaan K3 dapat dicapai dengan lebih memfokus kecelakaan, sehingga banyak ahli bersepakat bahwa penyebabnya
pada unsafe behavior di tempat kerja [4,5]. adalah gabungan faktor tindakan yang tidak aman, kondisi ini
sangat dipengaruhi oleh iklim keselamatan (safety climate) dan
sistem manajemen keselamatan di tempat kerja. Pendekatan pada
budaya keselamatan adalah mencari akar penyebab pada individu,
teknologi dan proses (organisasi). Pendekatan ini dilakukan
dengan mengukur pelemahan pada karakteristik dan atribut yang
merepresentasikan lemahnya kinerja keselamatan organisasi.
Tabel 2: Daftar periksa pengamatan perilaku personel. Untuk tidak menimbulkan resistensi pekerja, maka sebelum
program pemantauan perilaku harus disosialisasikan diawal
Penggunaan APD Ya Tdk
tahun, sehingga seluruh individu dan pemangku kepentingan
Menggunakan alat pelindung diri*)
Kesesuaian APD yang digunakan dapat mendukung kegiatan. Pemantauan perilaku individu
Keseriusan penggunaan ini akan memberikan dampak keterkaitan antar komponen
Tempat APD keselamatan seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
*):Jas lab, masker, sarung tangan, kaca mata Untuk menunjukkan bahwa tiap komponen saling berkaitan,
Ergonomi seperti pada Gambar 3, jika sikap perilaku individu positif di
Ketepatan posisi kerja individu tempat kerja maka hampir dipastikan SB006 akan dilaksanakan
Penempatan alat
sesuai SOP yang ada. Kaitannya dengan iklim keselamatan, belum
Keamanan posisi alat dan individu
dapat dipastikan jika merata pada semua sub organisasi (X,Y,Z).
Kondisi lingkungan kerja
Untuk mengetahui kondisi ini (X,Y,Z), maka dapat dilakukan
Suhu pengukuran safety climate. Untuk menganalisis secara terpadu
Pencahayaan
keterkaitan ini, dengan harus hasil perhitungan kuantitatif capaian
Kebisingan
Penendalian daerah kerja
safety climate, sehingga prioritas penguatan sub organisasi dapat
Tanda tanda keselamatan dilakukan.
Mapping daerah kerja Untuk dapat mengulur secara kuantitatif iklim keselamatan
Perlangkapan proteksi akan disampaikan model kuesioner [11] yang telah divalidasi
5R dengan cara FGD (focus group discussion) saat dilakukan
Kebersihan workshop budaya keselamatan BATAN Tahun 2014. Pertanyaan
Kerapihan
kuesioner dipilih dengan tingkat kepercayaan >87% seperti
Pengelolaan limbah**)
**) limbah B3, radioaktif, padat, cair, umum
ditunjukkan pada Tabel 3.
6. SARAN
1. Untuk mendapatkan reabilitas dan validitas kuesioner
disarankan hasil kuesioner dapat dianalisis mengggunakan
perangkat lunak perhitungan statistik (misalkan; SPSS,
LISREL, MANOVA) untuk menentukan prioritas perbaikan
dan tindakan kualitatif untuk pendek pendek program tahunan
dan rencana strategis lima tahunan (RENSTRA).
Gambar 7: Contoh keterkaitan komponen keselamatan (1), (2)
2. Daftar periksa BBS dan kuedioner iklim keselamatan pada
dan (4) untuk menurunkan kecelakaan.
makalah ini dapat dikembangkan oleh organisiasi/unit kerja
sesuai kepentingan dan lingkup proses bisnisnya.
Pada kajian terdahulu telah dilakukan suatu pendekatan
penerapan budaya keselamatan melalui sistem manajemen
UCAPAN TERIMA KASIH
keselamatan (SMK3) [15] dengan penekanan pada kaji ulang
manajemen yang kuat, sehingga penguatan budaya keselamatan Disampaikan ucapan terima kasih kepada peserta workshop
dapat diterapkan pada ITO. Interaksi SMK3 dengan budaya budaya keselamatan tingkat struktural BATAN yang dilaksanakan
keselamatan akan lebih fokus untuk penanganan keselamatan pada pada tanggal 25 sampai 29 September 2014 di SLDC Sentul Bogor
jangka pendek karena jumlah temuan akan berkorelasi langsung yang telah membantu dalam validasi kuesioner iklim keselamatan.
dengan kuatnya BBS dan dampak pada hasil kaji diri seperti pada
Gambar 7. DAFTAR PUSTAKA
Ketidaksesuaian yang dominan ditemukan pada penerapan [1] BATAN, (2008); Standar Batan Nomor SB006 OHSAS
SB006 OHSAS 18001:2008 adalah temuan yang berulang dan 18001:2008 Persyaratan Sistem Manajemen Keselamatan dan
lambatnya tindakan perbaikan pada audit internal. Dua masalah ini Kesehatan Kerja; Jakarta.
sering mengalami pengulangan saat dilakukan audit SMK3. Kondisi [2] BATAN, (2012); Peraturan Kepala BATAN Nomor 020/
yang berulang ini merupakan suatu pelemahan karakteristik KA/I/2012 Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Risiko;
budaya keselamatan. Untuk mengatasi hal ini diperlukan analisis Jakarta.
terhadap keterkaitan temuan dengan karakteristik dan atribut [3] BATAN, (2012); Peraturan Kepala BATAN Nomor 200/
budaya keselamatan yang sesuai. Pada Tabel 3 diusulkan contoh KA/X/2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Budaya
dampak keterkaitan penguatan komponen terhadap komponen Keselamatan; Jakarta.
lainnya yang dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Tujuan [4] ONY FISHWICK, TIM SOUTHAM AND DAN RIDLEY,
analisis kualitatif ini sebagai pedoman dalam menentukan prioritas JOHN ORMOND (2004); Behavior base safety application
pengendalian keselamatan terhadap hasil pengendalian yang sudah guide, PRISM Management Consultants Ltd.; Blackpool,
dilakukan berdasarkan pola matrik pada Gambar 3 dan Tabel 1. Lancashire, England.
Contoh keterkaitan lainnya dapat dikembangkan oleh unit [5] HERUTOMO B., (2014); Behavior base safety, Bahan ajar
kerja dengan memperhatikan prioritas yang harus dilakukan. pelatihan budaya keselamatan, Pusdiklat BATAN; Jakarta.
Keterkaitan tersebut pada Gambar 4 dan Gambar 5 dapat [6] Deming, W.E (1950); Elementary Principles of the Statistical
dikembangkan seperti pada diagram keterkaitan yang dapat Control of Quality , JUSE.
disusun oleh unit kerja. Urgensi yang diperlukan harus mengacu [7] DOV ZOHAR (2000); A group-level model of safety climate:
pada komponen utama seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. Testing the effect of group climate on micro-accidents in
Pada Tabel 4, matrik urgensi dampak keterkaitan penguatan manufacturing jobs. Journal of Applied Psychology, 85, 587-596.
komponen terhadap komponen lainnya merupakan strategi jangka [8] DOV ZOHAR (2010); Thirty years of safety climate research:
pendek dan jangka panjang organisiasi sebagai grand design Reflections and Future Directions, Accident Analysis and
(renstra keselamatan unit kerja), dan progress report yang dicapai Prevention 42 (2010) 1517–1522, Liberty Mutual Research
tahunan dapat diukur dari pengukuran kuantitatif komponen Institute for Safety, Hopkinton, MA and Technion–Israel
keselamatan. Institute of Technology, 32000.
[9] KOFI ADUTWUM (2014); The psychometric properties of
a safety climate scale, international researcher, Volume No. 1,
5. KESIMPULAN Issue No. 4 December 2014, ISSN 227- 7471.
1. Dengan membuat matrik keterkaitan antar komponen [10] COOPER M., & PHILLIPS (2004); Exploratory analysis of
keselamatan, dengan cepat dapat mendeteksi masalah the safety climate and safety behaviour relationship. Journal of
keselamatan yang signifikan dari faktor penyebab individu, Safety Research , 35, 497–512.
teknologi ataupun organisasi yang ada pada setiap komponen [11] PRASUAD W., (2014); Peran safety climate dalam fostering
keselamatan, sehingga akan memudahkan unit kerja menyusun budaya keselamatan. Prosiding Seminar Nasional Teknologi
program peningkatan keselamatan dan budaya keselamatan. Pengelolaan Limbah XII, Prosiding , ISSN 1410-6068, halaman
2. Keselamatan terpadu sangat diperlukan sebagai perspektif 271-282.
dalam mengurangi tingkat kecelakaan di tempat kerja untuk [12] IAEA, (1991); SAFETY REPORT INSAG-4, Safety Culture,
jangka pendek, menengah dan untuk jangka panjang berupa Vienna.
122 Model Pengendalian Keselamatan Terpadu Untuk Menurunkan Tingkat Kecelakaan di Tempat Kerja
[13] IAEA, (2002); TECDOC 1329 Safety Culture In Nuclear [15] PRASUAD W., (2014); Strategi dalam implementasi dan
Installation, Vienna. pengembangan budaya keselamatan. Prosiding PPID Buku-II
[14] Yanev Y., (2006); Nuclear knowledge management, Role of PSTA BATAN, Yogyakarta 10-11 Juni 2014, ISSN 0216-3128,
the IAEA , managing nuclear knowledge , Proceeding Nuclear halaman 84-91.
Knowledge management, Vienna.