Anda di halaman 1dari 7

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8 :

1. Eli Wahyuni
2. Eka Khairani
3. Adek Afriani
4. Ahmad Rijal

MAKALAH TENTANG SYIQAQ

A. Pengertian Syiqaq
Syiqaq mengandung arti pertengkaran, kata ini biasanya dihubungkan
kepada suami istri sehingga berarti pertengkaran yang terjadi antara suami-istri
yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keduanya.
Bila salah satu pihak dari pasangan suami-istri itu bersifat buruk, atau
salah satunya bersikap kejam kepada yang lainnya, atau seperti yang kadang kala
terjadi, mereka tak dapat hidup rukun dalam satu keluarga. Maka dalam kasus ini
syiqaq lebih mungkin terjadi, namun ia tetap akan tergantung pada kedua belah
pihak, apakah mereka akan memutuskannya ataukah tidak. Perceraian akan selalu
terjadi bila salah satu pihak merasa mustahil untuk mempertahankan ikatan
perkawinan itu dan terpaksa memutuskannya. 1

B. Sebab-sebab timbulnya Syiqaq


Syiqaq timbul bila suami atau istri atau keduanya tidak melaksanakan
kewajiban yang mesti dipikulnya. Bila terjadi konflik keluarga seperti ini Allah
SWT memberi petunjuk untuk menyelesaikannya. Firman Allah dalam surat An-
Nisaa: 35:

‫َوا ِْن ِخ ْفمُت ْ ِش َق َاق بَيْهِن ِ َما فَابْ َعث ُْوا َحمَك ً ِّاِم ْن َا ْههِل ٖ َحمَك ً ِّاِم ْن َا ْه ِلهَا ۚ ِا ْن يُّ ِريْدَ آ‬
)٣٥: ‫هللا اَك َن عَ ِل ْي ًما َخ ِبرْي ً ا (النساء‬ َ ‫هللا بَيْهَن ُ َما ۗ ِا َّن‬ ُ ‫ِا ْصاَل ًحاي ُّ َو ِِّف ِق‬
Artinya: Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya,
Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari

1
Amir Syariffuddin, Hukum Perkawinan Indonesia (Jakarta: Prenada Media, 2006), Hal.
190

1
keluarga perempuan. jika kedua orang hakam itu bermaksud Mengadakan
perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui lagi Maha Memperhatikan.
Berdasarkan firman Allah SWT tersebut, jika terjadi kasus syiqaq antara
suami istri, maka diutus seorang hakam dari pihak suami dan seorang hakam dari
pihak isteri untuk mengadakan penelitian dan penyelidikan tentang sebab
musabab tentang terjadinya syiqaq serta berusaha mendamaikannya. Atau
mengambil prakarsa putusnya perkawinan kalau sekiranya jalan inilah yang
sebaik-baiknya.
Mengenai masalah kewenangan yang dimiliki oleh kedua hakam, para
ulama' berselisih pendapat bahwa tugas kedua hakam tersebut hanya sebagai juru
damai saja, bukan berwenang untuk menceraikan ikatan perkawinan. Sedang
menurut pendapat Imam Maliki karena keduanya.2
Adapula kemungkinan timbulnya kasus dimana suami dipenjarakan
seumur hidup dalam jangka waktu yang lama, atau dia hilang dan tidak diperoleh
kabar apapun tentangnya, sehingga tak mampu memberi nafkah pada istrinya,
maka dalam keadaan demikian dapat terjadi syiqaq kalau istri menginginkan
perceraian.

C. Bentuk-Bentuk Syiqaq
Adapun bentuk-bentuk konflik (Syiqaq) dalam rumah tangga yang sering
menghancurkan bahtera kehidupan rumah tangga adalah sebagai berikut :
1. Istri tidak memenuhi kewajiban suami. Standar utama mencapai
keharmonisan dan cinta kasih serta sayang adalah kepatuhan istri dalam
rumah tangganya. Dalam hal ini seorang istri harus menta’ati perintah dari
seorang suami, asalkan perintah tersebut tidak melenceng dari jalan Islam.
2. Keluar dari rumah tanpa seizin suami atau tanpa hak syar’i. Keluarnya istri
dari rumah tanpa seijin suami walaupun untuk menjenguk orang tua adalah
merupakan ke durhakaan istri terhadap suami, karena hal itu bisa
menyebabkan kerusakan dan kehancuran rumah tangga.3

2
Al-Ghozi Muhammad bin Qosim, Fathul Qorib Mujib (Jakarta: Darul Kitab Al-
Islamiyah, 2003), Hal. 108
3
Ibid, Hal. 190-191

2
3. Tidak mampu mengatur keuangan. Disamping istri wajib memelihara dan
mendidik anak-anaknya, istri juga wajib memelihara harta suaminya. Dengan
kata lain tidak boros, berlaku hemat demi masa depan anak-anaknya dan
belanja secukupnya tidak hura-hura. Kalau istri boros, itu merupakan
kesalahan istri dalam mengatur keuangan keluarga, karena hal itu sama
halnya dengan seorang istri yang tidak dapat menjaga harta kekayaan suami
yang di percayakan kepadanya. Bila hal ini dilakukan terus maka akan
mengakibatkan munculnya keretakan dalam rumah tangga.
4. Meninggalkan kewajiban-kewajiban agama atau sebagainya. Suami atau istri
tidak menjalankan kewajiban dalam tuntutan agama seperti shalat, puasa, dan
zakat serta kewajiban yang lain
5. Seorang Suami tidak memenuhi kewajiban istri. Dalam rumah tangga tidak
hanya istri yang selalu memenuhi kewajibannya sebagai istri, suami pun
harus memenuhi kewajibannya sebagai suami terhadap istri. Karena kedua
belah pihak sudah melakukan ikatan pernikahan. Maka kedua-duanya harus
menjalankan kewajibannya masing-masing.
6. Ketidakmampuan suami menafkahi keluarganya. Setiap suami harus
memahami bahwa istri adalah amanah yang dibebankan di pundak suami dan
merupakan keharusan baginya untuk memberikan nafkah sejauh
kemampuannya. Suami harus memberikan nafkah lahir batin pada istrinya
dengan kemampuannya, suami memberi makan, minum dan pakaian serta
menggaulinya dengan sebaik mungkin dan dengan kemampuannya asalkan
tidak menzalimi istrinya.
7. Suami tidak pengertian kepada istri. Banyak sang suami yang tidak
mengetahui gangguan-gangguan kodrati yang dialami istri, seperti sedang
hamil, haid, nifas, dan lain-lain. Apalagi disaat istri sedang mengidam sang
suami harus pengertian pada sang istri.4 Mengidam adalah keinginan sang
istri yang sangat mendesak terhadap sesuatu di saat dalam keadaan hamil.

D. Fungsi Hakamain dalam Kasus Syiqaq

4
Ibid, Hal. 193

3
Hakamain yang dimaksud dalam ayat di atas adalah orang bijak yang
dapat menjadi penengah dalam menghadapi konflik keluarga tersebut. Namun ada
perbedaan pendapat diantara para ulama’ mengenai hakam:
1. Imam Abu Hanifah, sebagian pengikut imam Hambali dan Qoul Qodim
Imam Syafi’i, hakam berarti wakil, dimana hakam di sini dari pihak suami
ataupun dari pihak istri tidak dapat menjatuhkan talak sebelum mendapatkan
persetujuan dari suami atau istri.
2. Imam Malik, sebagian pengikut imam Hambali dan qoul jadid Imam Syafi’i,
hakam adalah hakim. Dan disini berhubung hakam berarti hakim maka hakam
boleh memberi keputusan sesuai dengan pendapat keduanya tentang
hubungan antara suami dan istri, apakah akan memberi keputusan perceraian
atau menasehati agar dapat damai kembali, Dalam keadaan ini suami istri
harus mengerti kondisi yang dialami sang istri.

Syarat-syarat hakam:
a. Laki-laki.
b. Muslim.
c. Berakal.
d. Berlaku Adil di antara kedua belah pihak.
e. Cukup mengetahui informasi permasalahan keluarga yang di damaikan.
f. Disegani oleh kedua belah pihak.5

Secara kronologis ibnu Qudamah menjelaskan langkah-langkah dalam


menghadapi konflik tersebut, sebagai berikut:
1. Hakim mempelajari dan meneliti sebab-sebab terjadinya konflik tersebut. Bila
penyebabnya adalah karena nusyuznya istri, ditempuh jalan penyelesaian
sebagaimana kasus nusyuz. Bila ternyata sebab konflik dari nusyuznya suami,
maka hakim mencari seorang yang disegani oleh suami untuk menasehatinya
agar tidak berbuat kekerasan terhadap istrinya. Kalau sebab konflik timbul
dari keduanya dan keduanya saling menuduh dan tidak ada yang mau

5
Ibid, Hal. 194

4
mengalah, hakim mencari seorang yang berwibawa untuk menasehati
keduanya.
2. Bila langkah-langkah tersebut tidak mendatangkan hasil dan ternyata
pertengkaran kedua belah pihak semakin menjadi, maka masalah tersebut
diserahkan pada pengadilan agama.6

KESIMPULAN
6
http:\\ nuzuz-syiqoq dan-fungsi-hakamain.html

5
Syiqaq mengandung arti pertengkaran, kata ini biasanya dihubungkan
kepada suami istri sehingga berarti pertengkaran yang terjadi antara suami-istri
yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keduanya.

Sebab-sebab timbulnya syiqaq yaitu diantaranya:


1. Syiqaq timbul bila suami atau istri atau keduanya tidak melaksanakan
kewajiban yang mesti dipikulnya.
2. Karena suami dipenjarakan seumur hidup sehingga tidak mampu memberi
nafkah kepada istrinya.
3. Apabila suami menghilang dan tidak ada kabar tentang dirinya.

Hakamain adalah orang bijak yang dapat menjadi penengah dalam


menghadapi konflik keluarga tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

6
Syariffuddin, Amir. Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Prenada Media, 2006.
Al-Ghozi Muhammad bin Qosim. Fathul Qorib Mujib. Jakarta: Darul Kitab Al-
Islamiyah, 2003.
http:\\ nuzuz-syiqoq dan-fungsi-hakamain.html

Anda mungkin juga menyukai