“ZAKAT PROFESI”
Disusun oleh :
Syamda Jabbal Thariq
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. tak lupa shalawat
dan salam kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. karena
dengan rahmat dan hidayah-Nya jugalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
“MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF”, dan untuk mengetahui serta menggali
informasi tentang “ZAKAT PROFESI”.
Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat suatu kekurangan, penulis
memohon maaf dan berharap banyak kepada dosen pengajar dan teman-teman untuk
memberikan kritik dan saran yang membangun serta penilaian terhadap penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat membantu kegiatan proses belajar mengajar
dandapat member manfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan kewajiban yang bersifat pasti, telah ditetapkan
sebagai “suatu kewajiban dari Allah”. Zakat itu sendiri adalah hitungan tertentu
dari harta dan sejenisnya di mana syara’ mewajibkan mengeluarkannya kepada
para fakir, dan sejenisnya dengan syarat-syarat khusus. Namun, dewasa ini
sering muncul istilah “profesi” dalam kaitannya dengan zakat.
Oleh karenanya, didalam makalah ini akan membahas tentang definisi
profesi, dasar hukum atau legalitas zakat profesi baik secara hukum islam
maupun secara undang-undang dan macam-macam profesi yang wajib dizakati.
Berkaitan dengan hal tersebut, yang dimaksud dengan profesi adalah suatu
pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan, keahlian, dan kepintaran.
Pada intinya makalah ini membahas tentang kewajiban zakat profesi,
hal tersebut perlu dibahas karena zakat profesi merupakan suatu jenis zakat
baru yang mana pada zaman rasulullah SAW belum pernah terjadi namun
sekarang ini profesi merupakan salah satu bidang pekerjaan yang
menghasilkan uang yang relatif banyak bahkan melebihi sektor pertanian,
perkebunan, dan lain-lain yang sudah jelas ada ketentuan hukum untuk
mengeluarkan zakatnya. Sementara masyarakat sendiri beranggapan bahwa
profesi yang saat ini ia jalani pada zaman rasul dahulu tidak ada ketentuan
ataupun kewajiban untuk mengeluarkan zakatnya. Inilah yang menjadi olemik
berkepanjangan didalam masyarakat. Oleh karenanya, didalam makalah ini
akan membahas terkait dengan hal itu.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Profesi ?
2. Apa Dasar Hukum Zakat Profesi?
3. Bagaimana Implementasi Zakat Profesi ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui apa itu Profesi
2. Untuk mengetahui Hukum Zakat Profesi
3. Untuk Mengetahui Implementasi Zakat Profesi
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Profesi
Sebelum kita mengetahui apa yang dimaksud dengan profesi, ada
baiknya kita mengetahui secara umum apa yang dimaksud dengan zakat. Zakat
ditinjau dari sisi bahasa merupakan kata dasar (masdar) dari zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih dan baik. Sesuatu itu zaka, berarti tumbuh dan
berkembang, dan seorang itu zaka, berarti orang itu baik. Sedangkan secara
etimologi (istilah) syariat, zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang
telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan
diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Mengenai zakat profesi tergolong jenis baru dalam kategorisasi harta
yang wajib dikeluarkan zakatnya. Istilah profesi dalam terminologi Arab tidak
ditemukan padanan katanya secara eksplisit. Hal ini terjadi karena Bahasa Arab
adalah bahasa yang sangat sedikit menyerap bahasa asing. Di negara Arab
modern, istilah profesi diterjemahkan dan dipopulerkan dengan dua kosakata
bahasa Arab. Pertama, al-mihnah. Kata ini sering dipakai untuk menunjuk
pekerjaan yang lebih mengandalkan kinerja otak. Karena itu, kaum profesional
disebut al-mihaniyyun atau ashab al-mihnah. Misalnya, pengacara, penulis,
dokter, konsultan hukum, pekerja kantoran, dan lain sebagainya. Kedua, al-
hirfah. Kata ini lebih sering dipakai untuk menunjuk jenis pekerjaan yang
mengandalkan tangan atau tenaga otot. Misalnya, para pengrajin, tukang pandai
besi, tukang jahit pada konveksi, buruh bangunan, dan lain sebagainya. Mereka
disebut ashab al-hirfah.
Sementara dalam bahasa inggris, istilah profesi berasal dari kata
“profession” yang artinya pekerjaan. Profesi merupakan kelompok lapangan
kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan
keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di
3
dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian
tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan
dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan
sejarah dan lingkungan hidupnya, serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang
profesi tersebut.
Didalam Kamus Bahasa Indonesia “profesi” adalah bidang pekerjaan
yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan, kejuruan, dan sebagainya)
tertentu. Profesi adalah pekerjaan atas keahliannya sebagai mata
pencahariannya. Dalam buku tuntunan ibadah mengatakan profesi adalah suatu
pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata pencaharian, seperti: arsitek,
pelukis, dokter, olahragawan, pejabat tinggi negara, dan sebagainya. Mahjuddin
mengartikan profesi sebagai suatu pekerjaan tetap dengan keahlian tertentu,
yang dapat menghasilkan gaji, honor, upah, atau imbalan. Jadi usaha profesi
erat kaitannya dengan sikap profesional, yaitu sesuatu hal yang dilakukan
dengan dukungan kepandaian khusus untuk menjalankannya.
Profesional adalah yang bersangkutan dengan profesi memerlukan
kepandaian khusus untuk menjalankan. Sedangkan menurut fachrudin: seperti
dikutip oleh Muhammad dalam buku zakat profesi: wacana pemikiran zakat
dalam fiqih kontemporer, profesi adalah segala usaha yang halal yang
mendatangkan hasil (uang) yang relatif banyak dengan cara yang mudah, baik
melalui suatu keahlian atau tidak. Dengan demikian, definisi tersebut diatas
maka diperoleh rumusan zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil
usaha yang halal yang dapat mendatangkan uang yang relatif banyak dengan
cara yang mudah, melalui suatu keahlian tertentu. Dari definisi di atas jelas ada
poin-poin yang perlu di garis bawahi berkaitan dengan pekerjaan profesi yang
dimaksud, yaitu:
1. Jenis usahanya halal
2. Menghasilkan uang yang relatif banyak
4
3. Diperoleh dengan cara yang mudah
4. Melalui suatu keahlian tertentu
Hal diatas sesuai dengan Fatwa Majelis Ulama Indonesia No. 3 Tahun
2003 tentang profesi atau penghasilan, bahwa yang dimaksud dengan
“penghasilan” adalah setiap pendapatan seperti gaji, honorarium, upah, jasa,
dan lain-lain yang diperoleh dengan cara halal, baik rutin seperti pejabat negara,
pegawai atau karyawan, maupun tidak rutin seperti dokter,
pengacara,konsultan, dan sejenisnya, serta pendapatan yang diperoleh dari
pekerjaan bebas lainnya.
Dari beberapa definisi profesi diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan profesi adalah suatu jenis usaha dengan cara
yang halal dan dapat menghasilkan uang baik berasal dari kemampuan otak
ataupun tenaga yang didasari oleh suatu keahlian atau kemahiran khusus.
2. Macam-Macam Profesi
Perlu diketahui bahwa meski pada zaman Rasulullah SAW telah ada
bermacam-macam profesi, kondisinya berbeda dengan zaman sekarang dari
segi penghasilan. Pada zaman itu, penghasilan yang cukup besar dan dapat
membuat seseorang menjadi kaya berbeda dengan sekarang, diantaranya
adalah berdagang, bertani dan beternak. Sebalikya, pada zaman sekarang ini
berdagang tidak otomatis membuat plakunya menjadi kaya, sebagaimana juga
bertani dan beternak, bahkan umumnya petani dan peternak di negeri kita ini
termasuk kelompok orang miskin yang hidupnya masih kekurangan.
Sebaliknya, profesi-profesi tertentu yang dahulu sudah ada, tetapi dari
sisi pendapatan saat itu tidaklah merupakan materi besar. Pada zaman
sekarang, justru profesi-profesi inilah yang mendatangkan sejumlah besar
harta dalam waktu yang singkat, nilainya bisa mencapai ratusan kali lipat dari
petani dan peternak miskin di desa-desa. Dari sinilah mulai muncul polemik
5
mengenai zakat profesi, apakah profesi yang dahulu tidak ada pada zaman
rasul namun pada zaman sekarang profesi tersebut mendatang penghasilan
yang banyak perlu dikeluarkan zakatnya pula atau tidak.
Sementara zakat profesi (penghasilan) itu sendiri adalah kewajiban
zakat yang dikenakan atas penghasilan tiap-tiap pekerjaan atau keahlian
professional tertentu, baik itu dikerjakan sendirian ataupun dilakukan
bersama-sama dengan orang/lembaga lain yang dapat mendatangkan
penghasilan (uang) yang memenuhi nishab (batas minimum harta untuk bisa
berzakat). Zakat profesi merupakan istilah baru yang muncul dewasa ini, yang
belum dikenal secara luas oleh masyarakat, dan bahkan mungkin tidak dikenal
sama sekali, karena zakat profesi belumlah lama diperkenalkan di tengah-
tengah masyarakat Indonesia, termasuk pegawai negeri pada umumnya.
Secara umum pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam.
Pertama, adalah pekerjaan sendiri yang dilakukan tanpa menggantungkan diri
kepada orang lain seperti seorang dokter yang mengadakan praktik, pengacara,
seniman, penjahit, dan lain-lain. Kedua, pekerjaan yang dikerjakan untuk
orang (pihak) lain dengan imbalan mendapat upah atau honorium seperti
pegawai (negeri atau swasta).
Adapun lebih rinci lagi mengenai macam-macam atau jenis-jenis
profesi yang wajib dizakati adalah sebagai berikut. Apabila ditinjau dari segi
bentuknya, usaha profesi dapat berupa :
1. Usaha fisik, seperti pegawai dan artis.
6
seperti upah pekerja dan gaji pegawai. Kedua, hasil yang tidak tetap dan tidak
dapat diperkirakan secara pasti, seperti kontraktor, pengacara, royalti
pengarang, konsultan dan artis.
Menurut Mahjuddin zakat profesi atau jasa, disebut sebagai ك سبyang
artinya : zakat yang dikeluakan dari sumber usaha profesi atau pendapatan
jasa. Istilah profesi, disebut sebagai profession dalam bahasa inggris, yang
dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan tetap dengan keahlian tertentu, yang
dapat menghasilkan gaji, honor, upah atau imbalan. Ada beberapa profesi yang
dapat menjadi sumber zakat; antara lain:
1. Profesi dokter yang dapat dikategorikan sebagai the medical profession;
3. Profesi guru, dosen, guru besar atau tenaga pendidik yang dapat
dikategorikan sebagai the teaching profession; Profesi advokat
(pengacara), konsultan, wartawan, pegawai dan sebagainya
7
4. Permasalahan Fikih Terkait Zakat Profesi
Pemungutan zakat profesi atau zakat penghasilan masih pro dan kontra
saat ini. Pasalnya, zakat profesi secara umum sebenarnya dianggap sama saja
seperti zakat emas, yaitu dipungut per tahun setelah mencapai haul dan nisab.
Tidak ada kewajiban zakat profesi secara khusus dalam empat mahzab.
Pemungutan zakat profesi per bulan masuk dalam pembahasan kontemporer.
Zakat ini menemukan legalitas dengan salah satunya mengikuti sebuah
pendapat dalam mahzab Hambali yang menilai zakat profesi muncul dari
pendapatan tak terduga dan tidak ada syarat harus haul. Dengan begitu dapat
ditunaikan per bulan begitu mendapatkan penghasilan. Mengutip dari laman
NU, dalam fikih klasik tidak ditemukan bahasan soal zakat profesi. Namun,
ulama kontemporer seperti Syaikh Muhammad al-Ghazali dan Dr. Yusuf al-
Qaradlawi melakukan upaya dalam memecahkan persoalan ini dengan
merujuk pada fikih klasik. Menurut Syaikh Muhammad al-Ghazali, orang yang
gajinya melebihi petani saat bekerja, maka wajib mengeluarkan zakat
penghasilan.
Pengambilan zakat profesi atau penghasilan tersebut diserupakan atau
diqiyaskan dengan zakat pertanian. Sementara menurut Dr. Yusuf al-Qardlawi,
menyatakan gaji atau pendapatan yang diterima dari setiap pekerjaan atau
keahlian profesional tertentu wajib dizakati selama dari jalan halal. Pendapat
ini menyamakannya dengan zakat al mal al mustafad atau harta yang diperoleh
seorang muslim melalui satu jenis proses kepemilikan yang baru dan halal.
8
Namun banyak ulama yang sepakat untuk menghitung zakat profesi
dari penghasilan kotor. Misalnya anda memiliki penghasilan senilai Rp
20.000.000 per bulan, maka anda tinggal hitung Rp 20.000.000 X 2,5% = Rp
500.000. Dengan perhitungan tersebut dinyatakan bahwa anda harus keluarkan
uang zakat profesi sekitar Rp 500.000.
9
pentasharufan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) kepada Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) dengan poesentase 75 % untuk Unit Pengumpul Zakat
(UPZ) dan 25 % sisanya dikelola oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
Selanjutnya Unit Pengumpul Zakat (UPZ) mendistribusikan zakat profesi
kepada pihak yang berhak yaitu 8 ashnaf baik dalam bentuk konsumtif maupun
produktif yang berupa pembagian kambing dan modal usaha.
10
BAB III
KESIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
1. https://payok.id/blog/keluarga/pengertian-zakat-profesi-syarat-dan-cara-
menghitung/
2. https://tirto.id/apa-itu-zakat-profesi-dan-bagaimana-perhitungannya-f9BP
12