FIQIH ( QIYAS )
Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih
Disusun Oleh :
Kelompok 8
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “
Qiyas ” ini tepat pada waktunya. Maksud dan tujuan penulisan makalah ini tidak lain adalah
untuk memenuhi salah satu kewajiban mata kuliah Ushul Fiqih dan merupakan bentuk
tanggung jawab langsung penyusun atas tugas yang diberikan.
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu
segala kritik dan saran pembaca akan kami terima dengan senang hati demi kesempurnaan
makalah kami kedepannya.
i
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
BAB II PENUTUP............................................................................................................8
A. Kesimpulan.............................................................................................................8
DAFTAR ISI......................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu tiang penyangga bagi tegaknya Islam, juga merupakan suatu
kewajiban bagi pemeluknya. Zakat juga membawa misi memperbaiki hubungan
horizontal antara sesame manusia, jadi pada akhirnya mempu mengurangi gejolak akibat
bermasalah seperti dalam hidup mereka. Selain itu, zakat juga dapat memperkuat
hubungan vertical manusia dengan Allah, karena Islam menyatakan bahwa zakat
merupakan bentuk pengabdian (ibadah) untuk Yang Maha Kuasa. Salah satu ajaran Islam
yang bertujuan mengatasi seperti antara gejolak sosial tersebut adalah zakat tak dapat
penolakan bahwa zakat sangat mungkin sebagai sebuah sarana yang efektif untuk
memberdayakan ekonomi umat. Potensi itu bila digali secara optimal dari seluruh
masyarakat Islam dan dikelola dengan baik dengan manajemen amanah dan
profesionalisme tinggi, akan mewujudkan jumlah dan yang besar yang bisa dimanfaatkan
untuk mengatasi kemiskinan dan memberdayakan ekonomi umat.1
Salah satu sumber zakat adalah zakat profesi, dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
(KHES) “ zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil usaha yang halal dan
dapat mendatangkan hasil (uang) yang relatif banyak dengan cara yang mudah, baik
melalui suatu keahlian tertentu ataupun tidak”. 2 Semua bentuk penghasilan yang halal
wajib dikeluarkan zakatnya dengan syarat telah mencapai nishab dalam satu tahun, yakni
85 gram emas murni.3
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu akat profesi ?
2. Apa hukum zakat Profesi ?
3. Bagaimana cara perhitungan zakat profesi ?
4. Siapa saja yang berhak mendapatkan zakat profesi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu zakat profesi
2. Mengetahui hukum zakat profesi
3. Mengetahui perhitungan zakat profesi
4. Mengetahui siapa yang berhak menerima zakat
1
. Ali Hasan, Tuntutan Puasa dan Zakat, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Perseda 2001) h. 203
2
Pusat Pengkajian Hukum Islam Dan Masyarakat Madani (PPHIMM), Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah, Kencana, Jakarta, h. 209
3
Team Redaksi Nuansa Aulia, op.cip. h. 241
1
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan apabila ditinjau dari hasil usahanya profesi itu bisa berupa :
1. Hasil yang teratur dan pasti, baik setiap bulan, minggu atau hari, seprti upah
pekerja dan gaji pegawai.
4
Abdul Bakir, M.Ag, Zakat Profesi: Seri Hukum Zakat, Hikam Pustaka, Terbit Digital, 2021 h. 1
5
Saleh Al Fauzan, Fiqih Sehari-Hari, (Jakarta : Gema Insani Press, 2005), h. 244
6
Muhammad, Zakat Profesi, Wacana Pemikiran dalam Fiqih Kontemporer, ( Jakarta: Penerbit
Salemba diniyah 2002), h. 58.
7
ibid
2
2. Hasil yang tidak tetap dan tidak dapat diperkirakan secara pasti, seperti kontraktor,
pengacara, royalti pengarang, konsultan dan artis.
Dari pengertian dan uraian diatas, dapat disimpulkan al-maam almustafad merupakan
hasil yang diperoleh dari usaha seseorang dengan sendirinya. Maka terhadap harta ini
terdapat kewajiban zakat apabila telah memenuhi syarat wajib zakat.8
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untuk
kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memincingkan mata terhadapnya. Dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha
Terpuji”.9
8
Dewan Syariah Lazis Muhammadiyah , Pedoman Zakat Praktis (Jakarta: Suara Muhammadiyah,
2004), h. 6
9
Tafsir Quraish Shihab QS Al- Baqarah ayat 267
3
berdasarkan ketentuan QS. Al –Baqarah : 267 tersebut yang mengandung pengertian
yang umum, asal penghasilan tersebut telah melebihi kebutuhan pokok hidupnya dan
keluarganya (sandang, pangan, papan, beserta alat-alat rumah tangga, alat-alat kerja atau
usaha, kendaraan, dan lain-lain yang tidak bisa diabaikan), bebas dari beban hutang, telah
genap setahun kepemilikannya dan telah mencapai nishab. Jadi dapat disimpulkan zakat
diwajibkan berdasarkan Al- Qur’an dan Hadist Nabi Muhammad Saw.
Selama ini ada banyak yang berbeda pendapat tentang zakat profesi, namun dalam
buku Panduan Zakat Praktis karya. Zakat penghasilan diqiyaskan kepada dua jenis zakat
yaitu:
1. Zakat pertanian dengan ketentuan pengeluaran setiap kali pada maka diqiyaskan
pada setiap menerima gaji/upah
2. Zakat harta simpanan/kekayaan dengan ketentuan nishab 85 gram emas dan kadar
yang dikeluarkan sebesar 2.5%
Kedua poin ini menjadi kajian MUI dalam mengeluarkan fatwa No. 3 tahun 2003
tentang zakat penghasilan yang menyebutkan bahwa penghasilan wajib dizakati adalah
penghasilan bersih setelah dikurangi kebutuhan pokok. Yayasan Baitul Maal BRI
merupakan lembaga filantropi yang membersamai kontribusi anda melalui pengelolaan
zakat, infaq dan sedekah untuk memberi makna Indonesia.
2. Merdeka
Seorang profesional muslim yang membayar zakat profesi harus merdeka, tidak
dalam perbudakan atau penjajahan. Memiliki pekerjaan yang halal.
3. Berakal Sehat
Untuk menunaikan zakat profesi, dibutuhkan akal sehat. Seorang muslim menghitung
zakatnya secara adil, dan secara sadar menunaikannya.
4. Baligh
Seorang muslim laki-laki maupun perempuan yang telah baligh, wajib membayar
zakat. Baligh bagi laki-laki ditandai dengan mimpi, perempuan ditandai dengan haid.
Apabila seorang muslim sudah memiliki penghasilan sebelum usia baligh, tidak
diwajibkan membayar zakat profesi. Namun, jika seorang anak sudah memiliki
4
penghasilan fantastis, seperti artis cilik, beberapa ulama menganjurkan untuk
dibayarkan zakat oleh walinya.
10
Dompet Dhuafa, Sudah Terima Gaji, Simak Dulu Cara Membayar Zakat Profesi Berikut Ini!, Khazanah Islam,
Jakarta Selatan
5
sebelumnya, melalui dalil Al Quran yang umum atau melalui inspirasi sunnah yangseperti
dengan prinsip Al Quran tersebut.11
1. Disamakan dengan nishab zakat emas dan perak, yaitu dengan mengkiaskannya kepada
emas dan perak sebagai standar nilai uang yang wajib dikeluarkan zakatnya, yakni 20
dinar atau 93,6 gram emas.
2. Disamakan dengan zakat hasil pertanian yaitu 5 wasq (sekitar 750 kg beras). Zakatnya
dikeluarkan pada saat diterimanya penghasilan dari profesi tersebut sejumlah 5 atau 10
%, sesuai dengan biaya yang dikeluarkan.
Para ahli fikih kontemporer bersepakat bahwa hasil dari profesi merupakan jenis harta
yang harus dikeluarkan zakatnya jika sudah mencapai nishab. Nishab atau capaian batas
penghasilan yang harus dikeluarkan zakat senilai dengan 85 gram emas per tahun, maka
dibagi 12 bulan untuk nisbah perbulan. Namun jika seorang muslim mengeluarkan zakat
penghasilan setiap bulan, maka telah gugur kewajibannya menunaikan zakat pada akhir
tahun.
Cara menghitung zakat profesi dengan melihat penghasilan baik secara bulanan
maupun tahunan seperti contohnya
1. Pak Hasan memiliki gaji Rp72.000.000 atau Rp6.000.000 per bulan. Harga 1 gram
emas saat itu Rp800.000, maka nishab zakat profesi 85 gram x Rp800.000 =
Rp68.000.000
2. Maka penghasilan Pak Hasan sudah mencapai nishab dan wajib untuk dikeluarkan
zakat dengan nilai yang dikeluarkan 2.5% x Rp6.000.000 = Rp150.000 per bulan
3. Jika Pak Hasan ingin menunaikan zakat profesi yang terakumulasi selama 1 tahun
maka. 2.5% x Rp6.000.000 x 12 bulan = Rp1.800.000
11
Muhammad Aziz dan Sholikah, “ Metode Istimbat Hukum Zakat Profesi Perseptif Yusuf
Alqordawi Dan Implikasinya Terhadap Pengembangan Objek Zakat Di Indonesia”, Ulul Albab
Volume 16, No.1 Tahun 2015, (89-115), h. 103.
6
F. Mustahiq Zakat Profesi
1. Fakir
Fakir merupakan orang atau golongan yang tak memiliki harta untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Kalaupun ada, harta tersebut tak mencapai setengah dari
kebutuhannya.
2. Miskin
Orang yang miskin memiliki kondisi lebih baik dibandingkan fakir. Mereka punya
sedikit harta yang bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhannya. Hanya saja,
mereka hanya mampu memenuhi setengah atau lebih dari kebutuhannya sehari-
hari.
3. Amil Zakat
Amil merupakan pengurus yang secara khusus mengelola pembagian zakat, dan
biasanya memperoleh izin khusus dari pemerintah.
4. Mualaf
Mualaf merupakan orang yang baru masuk Islam dan kondisi imannya masih
lemah.
5. Budak
Golongan ini adalah budak yang memiliki keinginan untuk merdeka dari
penguasaan tuannya dan sedang melakukan pembayaran secara berjangka.
6. Gharim
Gharim merupakan kelompok orang yang memiliki utang, termasuk di antaranya
adalah orang yang berutang demi kebutuhan pribadi atau utang yang disebabkan
karena usaha untuk mendamaikan orang lain.
7. Fi Sabilillah
Fi sabilillah adalah kelompok orang yang menghabiskan waktunya untuk berjuang
di jalan Allah SWT.
8. Ibnu Sabil
Ibnu sabil merupakan golongan musafir yang kehabisan perbekalan ketika dalam
perjalanan. Di sisi lain, musafir tersebut tengah berada jauh dari tempat tinggal dan
mengalami kesulitan untuk minta bantuan kepada anggota keluarganya.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil usaha yang halal yang
mendatangkan hasil (uang) yang relative banyak dengan cara yang mudah, melalui suatu
keahlian tertentu. Hukum zakat profesi adalah wajib. Alasan diwajibkannya zakat profesi
(zakat penghasilan) dapat di tafsirkan dari ayat QS. Al-Baqarah 267.
Syarat menunaikan zakat profesi : beragama islam. Merdeka, berakal sehat, baligh,
penghasilan mencapi nisab, dan penghasilan mencapai haul.
Nisab zakat penghasilan untuk 1 bulan setara dengan harga 653 kg gabah. Nisab ini di-
qiyas-kan dari hasil panen pertanian. Zakat pertanian dibayarkan setiap kali panen. Seperti
halnya zakat penghasilan yang dibayar per bulan. Namun, kadar zakatnya sejumlah 2,5%
dari total pendapatan.
Adapun mustahiq dari zakat profesi adalah :
1. Fakir
2.Miskin
3. Mualaf
4. Amil Zakat
5. Budak
6. Gharim
7. Fi Sabilillah
8. Ibnu Sabil
8
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Nurdin, Zakat Profesi, Institut Agama Islam Negeri, Metro 2017
Mahdi Haerul Ihwan, Pengelolaan Zakat Profesi Dalam Tinjauan Hukum Islam, Makassar
2020
https://blog.kitabisa.com/siapa-saja-orang-yang-berhak-menerima-zakat-penghasilan-atau-
profesi/
Marimin Agus Zakat Profesi (Zakat Penghasilan) Menurut Hukum Islam, Jurnal Ilmiah
Ekonomi Islam - Vol. 01, No. 01, Maret 2015
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/12903-Full_Text.pdf
https://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/cara-bayar-zakat-profesi