Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Umum Islam dan Manajemen

Dosen Pengampu: Akbar Nursya’bani, M. Pd.

Disusun dan disampaikan oleh :

Kelompok I

1. Sani Septiana
2. Nida Ladzidzah
3. Salma Salimaturrohmah

Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Semester I


STAI AL-MUHAJIRIN PURWAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021

Jln. Veteran No 155 Kel. Nagri Kaler Purwakarta Kec/Kab. Purwakarta


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita berjuta-juta nikmat
yang senantiasa harus kita syukuri, shalawat dan salam semoga selalu tercurah
limpah kepada Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang
selalu mengikuti langkah beliau hingga akhir zaman.

Alhamdulillah pada kesempatan ini kami dapat menyelesaikan tugas


makalah yang berjudul Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam . Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Dasar Umum (MKDU) Islam dan Manajemen, menambah wawasan dan
pengetahuan khususnya bagi kami sebagai penulis dan umumnya bagi kita semua
pembacanya.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Akbar Nursya’bani,


M.Pd., Sebagai dosen pengampu yang selalu mengedukasi dan memberikan
semangat kepada kami agar terus berjuang demi meraih cita-cita.

Kami sadar bahwasanya dalam pembuatan makalah ini masih sangat banyak
kekurangan, baik dalam penataan tulisan maupun bahasa yang digunakan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun senantiasa terbuka lebar demi
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Wassalamu’alaikum warohmatullah wabarokatuh.

Penyusun,

Purwakarta, 04-12-2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan .................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Pengertian Manajemen Kurikulum ...................................................... 3


B. Komponen-komponen Kurikulum ....................................................... 5
C. Prinsip-prinsip Kurikulum ................................................................... 10
D. Dasar Manajemen Pendidikan Islam .................................................... 11
E. Kerangka Dasar Manajemen Pendidikan Islam ................................... 11
F. Orientasi Kurikulum............................................................................. 12

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 16

A. Kesimpulan .......................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas sumber daya
manusia, menuntut semua pihak dalam berbagai bidang senantiasa
meningkatkan kompetensinya termasuk dalam bidang pendidikan. Suatu
organisasi dalam menjalankan aktivitasnya akan selalu berhadapan
dengan manusia sebagai sumber daya yang dinamis dan memiliki
kemampuan untuk terus berkembang, dimana dengan berkembangnya
manusia sebagai tenaga kerja (pendidik) tersebut akan memengaruahi
stabilitas dan kontinuitas organisasi tersebut termasuk dalam
pendidikan. Salah satu cara upaya untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia tersebut ditempuh melalui sektor pendidikan.
Pendidikan Islam akan maju, mampu bersaing di masa depan
manakala ditata dan dikelola dengan baik. Salah satu cara agar
pendidikan kita baik dan berkualitas adalah pemahaman konsep dan
realiasasi manajemen. Manajemen. Dalam pandangan Islam, segala
sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang pembahasan makalah ini, kami berinisiatif
untuk membahas beberapa persoalan mengenai “Manajemen Kurikulum
Pendidikan Islam”.
1. Apa pengertian dari manajemen kurikulum ?
2. Apa saja komponen kurikulum ?
3. Apa saja prinsip-prinsip penyusunan kurikulum?
4. Apa saja dasar manajemen kurikulum pendidikan islam?
5. Apa saja kerangka dasar manajemen kurikulum pendidikan islam?
6. Apa orientasi kurikulum?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari manajemen kurikulum;
2. Mengetahui komponen kurikulum;

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 1


3. Mengathahui prinsip-prinsip penyusunan kurikulum;
4. Mengathui dasar manajemen kurikulum pendidikan Islam;
5. Mengtahui kerangka dasar manajemen kurikulum pendidikan Islam;
6. Mengtahui orientasi kurikulum;

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MANAJEMEN KURIKULUM


1. Secara Etimologi
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir
yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di
Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh
oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Istilah ini muncul pertama
kali dalam kamus Webster tahun 1856. Barulah pada tahun 1955 istilah
kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata
pelajaran di suatu perguruan. Dalam kamus tersebut kurikulum diartikan
2 macam, yaitu:
1) Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di
sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu.
2) Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan atau jurusan.

Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa diungkapkan dengan manhaj


yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai
bidang kehidupan. Dalam Qamus Tarbiyah adalah seperangkat
perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan
dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.

2. Secara Terminologi
Para ahli telah banyak mendefinisikan kurikulum diantaranya.
1) Crow mendefiniskan bahwa kurikulum adalah rancangan pengajaran
atau sejumlah mata pelajaran yang disusun secara sistematis untuk
menyelesaikan suatu program untuk memperoleh ijazah.
2) M. Arifin memandang kurikulum sebagai seluruh bahan pelajaran
yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem
insitusional pendidikan.

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 3


3) Zakiah Daradjat memandang kurikulum sebagai suatu progam yang
direncanakan dalam bidang pendidikan dan dilaksanakn untuk
mencapai sejumlah tujuan-tujuan pendidikan tertentu.
4) Dr. Abdamardasyi Sarhan dan Dr. Munir Kamil yang distir oleh AL-
Syaibani, bahwa kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh
sekolah bagi murid-muridnya dalam dan di luar sekolah dengan
maksud menolong untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi
dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan-tujuan
pendidikan.
5) Alice Miel mengatakan bahwa kurikulum meliputi keadaan gedung,
suasana sekolah, keinginan, pengetahuan, kecakapan dan sikap-sikap
orang yang melayani dan dilayani di sekolah (termasuk di dalamnya
seluruh pegawai sekolah) dalam hal ini semua pihak yang terlibat
dalam memberikan bantuan kepada siswa termasuk ke dalam
kurikulum.
3. Menurut Fungsinya
Pengertian kurikulum tidak hanya terbatas pada program pendidikan
namun juga dapat diartikan menurut fungsinya.
1) Kurikulum sebagai program studi.
Yaitu seperangkat mata pelajaran yang mampu dipelajari oleh peserta
didik di sekolah atau di instansi pendidikan lainnya.
2) Kurikulum sebagai konten.
Yaitu data atau informasi lainnya yang memungkinkan timbulnya
belajar.
3) Kurikulum sebagai kegiatan berencana.
Yaitu kegiatan yang direncanakn tentang hal-hal yang akan diajarkan
dan dengan cara bagaimana hal itu dapat diajarkan dengan hasil yang
baik.
4) Kurikulum sebagai hasil belajar
Yaitu seperangkat tujuan yang utuh untuk memperoleh suatu hasil
tertentu tanpa menspesifikasikan cara-cara yang dituju untuk

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 4


memperoleh hasil-hasil itu, atau seperangkat hasil belajar yang
direncanakan.
5) Kurikulum sebagai reproduksi kultural
Yaitu transfer dan refleksi butir-butir kebudayaan masyarakat, agar
dimiliki dan dipahami anak-anak generasi muda masyarakat tersebut.
6) Kurikulum sebagai pengalaman belajar.
Yaitu keseluruhan pengalaman belajar yang direncanakan di bawah
pimpinan sekolah.
7) Kurikulum sebagai produksi.
Yaitu seperangkat tugas yang harus dilakukan untuk mencapai hasil
yang ditetapkan terlebih dahulu.

B. KOMPONEN MANAJEMEN KURIKULUM


Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu :
1. Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara
telah mewajibkan para warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan,
melalui berbagai ragam teknis penyelenggaraannya, yang disesuaikan
dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik kemampuan sumber daya
dan keadaan lingkungannya masing-masing. Kendati demikian, dalam hal
menentukan tujuan pendidikan pada dasarnya memiliki esensi yang sama.
Seperti yang disampaikan oleh Hummel (Uyoh Sadulloh, 1994) bahwa
tujuan pendidikan secara universal akan menjangkau tiga jenis nilai utama
yaitu:
1) Autonomy; gives individuals and groups the maximum awarenes,
knowledge, and ability so that they can manage their personal and
collective life to the greatest possible extent.
2) Equity; enable all citizens to participate in cultural and economic life
by coverring them an equal basic education.
3) Survival ; permit every nation to transmit and enrich its cultural
heritage over the generation but also guide education towards mutual

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 5


understanding and towards what has become a worldwide realization
of common destiny.)
2. Materi Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari
filsafat dan teori pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di
atas bahwa pengembangan kurikulum yang didasari filsafat klasik
(perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi
pembelajaran menjadi hal yang utama. Dalam hal ini, materi
pembelajaran disusun secara logis dan sistematis, dalam bentuk:
1) Teori; seperangkat konstruk atau konsep, definisi atau preposisi yang
saling berhubungan, yang menyajikan pendapat sistematik tentang
gejala dengan menspesifikasi hubungan – hubungan antara variabel-
variabel dengan maksud menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
2) Konsep; suatu abstraksi yang dibentuk oleh organisasi dari
kekhususan-kekhususan, merupakan definisi singkat dari sekelompok
fakta atau gejala.
3) Generalisasi; kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus,
bersumber dari analisis, pendapat atau pembuktian dalam penelitian.
4) Prinsip; yaitu ide utama, pola skema yang ada dalam materi yang
mengembangkan hubungan antara beberapa konsep.
5) Prosedur; yaitu seri langkah-langkah yang berurutan dalam materi
pelajaran yang harus dilakukan peserta didik.
6) Fakta; sejumlah informasi khusus dalam materi yang dianggap
penting, terdiri dari terminologi, orang dan tempat serta kejadian.
7) Istilah, kata-kata perbendaharaan yang baru dan khusus yang
diperkenalkan dalam materi.
8) Contoh/ilustrasi, yaitu hal atau tindakan atau proses yang bertujuan
untuk memperjelas suatu uraian atau pendapat.
9) Definisi:yaitu penjelasan tentang makna atau pengertian tentang suatu
hal/kata dalam garis besarnya.
10) Preposisi, yaitu cara yang digunakan untuk menyampaikan materi
pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum.

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 6


3. Strategi Pembelajaran Atau Metode Pembelajaran
Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan
yang melandasi pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam
menentukan tujuan dan materi pembelajaran, hal ini tentunya memiliki
konsekuensi pula terhadap penentuan strategi pembelajaran yang hendak
dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran adalah
penguasaan informasi – intelektual, sebagaimana yang banyak
dikembangkan oleh kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka
pewarisan budaya ataupun keabadian, maka strategi pembelajaran yang
dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan tokoh
sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat
informasi dan pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap
sebagai obyek yang secara pasif menerima sejumlah informasi dari guru.
Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada umumnya bersifat
penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar.
Selain itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat
reaksi dari kalangan progresivisme. Menurut kalangan progresivisme,
yang seharusnya aktif dalam suatu proses pembelajaran adalah peserta
didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan tujuan
belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan
bagaimana cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan
mencapai tujuan belajarnya. Pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik mendapat dukungan dari kalangan rekonstruktivisme yang
menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika
kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik
pembelajaran yang digunakan tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru
tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan memanfaatkan proses
dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler,
obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru
hanya sebagai fasilitator, motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 7


berusaha menciptakan dan menyediakan lingkungan belajar yang
kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya untuk
mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan
perbuatan belajar. Sedangkan sebagai guider, guru melakukan
pembimbingan dengan berusaha mengenal para peserta didiknya secara
personal.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang
menekankan pentingnya penguasaan kompetensi membawa implikasi
tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran. Meski masih bersifat
penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik,
tetapi dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta
didik untuk belajar secara individual. Dalam pembelajaran teknologis
dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa tatap muka langsung
dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik lainnya. Peran
guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director of
learning, yang berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk
melakukan perbuatan-perbuatan belajar sesuai dengan apa yang telah
didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk
menentukan strategi pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran
memiliki kelemahan dan keunggulannya tersendiri.
Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini
mulai muncul konsep pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang
merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya seorang guru
seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif,
menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat
melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan,
dengan efektivitas yang tinggi.
4. Organisasi Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum
memunculkan terjadinya keragaman dalam mengorgansiasikan

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 8


kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam pengorganisasian kurikulum,
yaitu:
1) Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari
sejumlah mata pelajaran yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-
sendiri tanpa ada hubungan dengan mata pelajaran lainnya. Masing-
masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak mempertimbangkan
minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi
diberikan sama.
2) Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk
mengurangi kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan mata
pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah menyampaikan pokok-
pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik
memahami pelajaran tertentu.
3) Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa
pengumpulan beberapa mata pelajaran yang sejenis serta memiliki
ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang
pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan “core subject”,
dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
4) Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program
kurikulum yang menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik,
bukan pada mata pelajaran.
5) Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-
unit masalah, dimana masalah-masalah diambil dari suatu mata
pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya diberikan melalui
kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya.
Mata pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya
diberikan secara terintegrasi.
6) Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan
antara organisasi kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan
peserta didik
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian
terbatas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 9


ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui
kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh Wright
bahwa : “curriculum evaluation may be defined as the estimation of
growth and progress of students toward objectives or values of the
curriculum”.
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum
dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan
ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak
hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi,
kelaikan (feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan
hal-hal yang dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi ; “ objective, it’s
scope, the quality of personnel in charger of it, the capacity of students,
the relative importance of various subject, the degree to which objectives
are implemented, the equipment and materials and so on.”

C. PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN KURIKULUM


Menurut Rahmat Hidayat (2016: 56) terdapat prinsip dan fungsi manajemen
kurikulum yaitu:
1. Produktivitas, yaitu hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan
kurikulum merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam
manajemen kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik
dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus
menjadi sasaran manajemen kurikulum.
2. Demokrasi, yaitu pelaksanaan manajemen kurikulum harus
berasaskan demokrasi, yang menempatkan pengelola, pelaksanaan
dan subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan
tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif, yaitu untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam
kegiatan manajemen kurikulum, perlu adanya kerja sama yang positif
dari berbagai pihak yang terlibat.
4. Efektivitas dan efisiensi, yaitu rangkaian kegiatan manajemen
kurikulum harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 10


mencapai tujuan kurikulum tersebut sehingga memberikan hasil yang
berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.
5. Mengarah pada visi dan misi, dan tujuan, maksudnya menetapkan
kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat
dan mengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.

D. DASAR MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM


Dari uraian di atas yang paling prinsipil dalam penyusunan manajemen
kurikulum Pendikan Islam harus berdasarkan nilai-nilai ajaran Islam yang
terkandung dalam Al-Qur`an dan Hadist. (Heri Gunawan, 2014: 73). Al-
Qur`an dan Hadist harus jadi rujukan utama. Al-Qur`an dan Hadist
wajib menjadi kerangka dasar penyusunan kurikulum Pendidikan Islam.
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Islam harus didasari asumsi tentang
hakekat masyarakat, hakekat pribadi manusia dan hakekat pendidikan
agama itu sendiri. Ada empat dasar dalam proses pengembangan
kurikulum Pendidikan Islam, yaitu :
1. Dasar Religius, penyususan kurikulum berdasarkan nilai-nilai Islami
2. Dasar Filsafat, penyusuna kurikulum harus mengandung suatu kebenaran
3. Dasar Psikologis, penyusunan kurikulum psikis perkembangan anak
didik.
4. Dasar Sosiologis, penyusunan kurikulum harus berimplikasi kepada
penyampaian pengembangan budaya, proses sosialisasi individu, dan
rekonstruksi masyarakat.

E. KERANGKA DASAR MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN


ISLAM
Kurikulum yang baik dan relevan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
islam adalah yang bersifat intergrated dan komperensif serta menjadikan al-
Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama dalam penyusunan.
Kerangka dasar tersebut adalah, (1) Tauhid, dan (2) Perintah membaca.
1. Tauhid

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 11


Tauhid sebagai kerangka dasar utama kurikulum harus dimantapkan
semenjak masih bayi dimulai dengan mendengarkan kalimat-kalimat
tauhid seperti azan atau iqamah terhadap anak yang baru dilahirkan.
2. Perintah Membaca
Kerangka dasar selanjutnya adalah perintah “membaca” ayat-ayat Allah
yang meliputi tiga macam ayat yaitu:
a. Ayat Allah yang berdasarkan wahyu,
b. Ayat Allah yang ada pada diri manusia, dan
c. Ayat Allah terdapat di alam semesta di luar manusia.

F. ORIENTASI KURIKULUM
Kurikulum pendidikan Islam berorientasi kepada pelestarian nilai, peserta
didik, masa depan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
social demand (tuntutan sosial), penciptaan tenaga kerja dan orientasi
penciptaan lapangan kerja. Orientasi Pengembangan kurikulum menurut
Seller menyangkut enam aspek, yaitu :
1. Tujuan pendidikan menyangkut arah kegiatan pendidikan. Artinya ,
hendak dibawa ke mana siswa yang kita didik itu.
2. Pandangan tentang anak. Apakah anan dianggap sebagai organisme yang
aktif atau pasif.
3. Pandangan tentang proses pembelajaran. Apakah proses pembelajaran itu
dianggap sebagai proses transformasi ilmu pengetahuan atau mengubah
prilaku.
4. Pandangan tentang lingkungan. Apakah lingkungan belajar harus dikelola
secara formal, atau secara bebas yang dapat memungkinkan anak bebas
belajar.
5. Konsepsi tentang peran guru . Apakah guru harus berperan sebagai
instruktur yang bersifat otoriter, atau guru dianggap sebagai fasilitator
yang siap memberi bimbingan dan bantuan pada anak untuk belajar.
6. Evaluasi belajar. Apakah mengukur keberhasilan ditentukan dengan tes
atau nontes.

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 12


Orientasi pengembangan kurikulum diartikan sebagai sebuah arah atau
pendekatan yang memiliki penekanan tertentu pada suatu hal dalam
mengembangkan kurikulum baik bagi para pengembang kurikulum maupun
para pelaksana di sekolah.

Ada 3 orientasi:

1. Orientasi Pada Bahan Pelajaran


Orientasi pada bahan pelajaran yakni masalah bahan pelajaran sangat di
tekankan dan dijadikan pangkal kerja. Secara umum dapat dikatakan
bahwa pendekatan ini mengajarkan materi pelajaran dahulu dan setelah
itu menjabarkannya ke dalam pokok-pokok dan sub-sub pokok bahasan
yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Pertimbangan-pertimbangan
dalam menentukan bahan-bahan pelajaran didasarkan pada:
1) Penting atau tidaknya bahan pelajaran tersebut untuk diajarkan di
sekolah tertentu.
2) Manfaat dari bahan tersebut.
3) Kerelevansianya dengan kebutuhan anak setelah nantinya terjun ke
masyarakat.

Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada bahan pelajaran yang


dipentingkan adalah apa materi atau bahan yang disajikan, bukan pada
apa tujuannya, sebab tujuan dapat ditentukan setelah jelas bahan
pelajaranya. Dalam referensi lain pun diterangkan bahwasanya
perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasar materi atau bahan
ajar inilah yang mula-mula dilaksanakan. Inti dari proses belajar mengajar
ditentukan oleh pemilihan materi. Pembahasan mengenai pembaharuan
kurikulum terutama hanya membahas bagaimana sumber bahan dapat
berkembang.

2. Orientasi Pada Tujuan


Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempati rumusan atau
penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan
adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Seperti
tertera pada Hirarki Tujuan Pendidikan Indonesia terdiri atas :

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 13


1) Tujuan Nasional-Tujuan Pendidikan Nasional.
2) Tujuan Institusional-Tujuan Kurikuler.
3) Tujuan Instruksional, yang terbagi lagi menjadi Tujuan Instruksional
umum, dan Tujuan Instruksional Khusus.

Masing-masing tujuan yang ada di bawahnya terkait secara langsung


dengan tujuan yang ada di atasnya. Penyusunan kurikulum dengan
orientasi berdasarkan tujuan, artinya bahwa tujuan pendidikan
dicantumkan terlebih dahulu. Tujuan pendidikan di Indonesia tertera pada
GBHN. Atas dasar tujuan-tujuan yang telah ada, selanjutnya ditetapkan
pokok-pokok bahan pelajaran dan kegiatan belajar mengajar, yang
kesemuanya itu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
Pengembangan kurikulum yang menganut pendekatan berorientasi pada
tujuan ini mendasarkan diri pada tujuan-tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan secara jelas dari tujuan nasional sampai tujuan instruksional.
Dalam hal ini kegiatan pertama adalah merumuskan tujuan-tujuan
pendidikan yang akan dilaksanakan dan dicapai melalui kegiatan belajar
mengajar mengajar. Tujuan-tujuan pendidikan yang dirumuskan biasanya
bersifat menyeluruh, mencakup aspek-aspek, mulai aspek pengetahuan,
nilai-nilai, keterampilan maupun sikap. Dalam pengembangan semacam
ini yang menjadi persoalan adalah menentukan tujuan-tujuan atau harapan
apa yang diinginkan dari tercapainya hasil pembelajaran tersebut.
Pengembangan kurikulum yang semacam ini di Indonesia adalah
kurikulum 1975. Berdasarkan tujuan yang dirumuskan tersebut maka
disusun atau diterapkanlah bahan pelajaran yang meliputi pokok-pokok
dan sub-sub pokok bahasan sehingga lebih terarah.

3. Orientasi Pada Keterampilan Proses


Dalam pendekatan ini yang lebih di tekankan adalah masalah kegiatan
proses belajar mengajar apa yang harus dilakukan siswa dan bagaimana
cara melakukan proses harus di pikirkan dan dikembangkan.
Keterampilan proses adalah pendekatan belajat mengajar yang memberi
tekanan kepada proses pembentukkan keterampilan memperoleh
pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 14


keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien
dalam mencapai tujuan pelajaran. Titik berat yakni memikirkan,
merencanakan, dan melaksanakan bagaimana, cara dan langkah-langkah
agar siswa menguasai keterampilan serta memahami ilmu pengetahuan.
Pengembangan kurikulum di Indonesia yang menganut orientasi tersebut
adalah kurikulum 1984. Pendekatan ini menurut keaktifan keduanya, baik
guru maupun siswa. guru secara aktif merencanakan, memilih,
menentukan, membimbing, menyerahi kegiatan, sedang siswa harus
terlibat baik secara fisik, mental, maupun emosional, serta mereka harus
menemukan sendiri, mengelola, mempergunakan serta
mengkomunikasikan segala hal yang di temukan dalam proses belajar.

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 15


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen Kurikulum adalah pengaturan yang tersistematis mengenai
pengelolaan kurikulum dalam mencapai tujuan kurikulum. Dalam
menjalankan manajemen kurikulum diperlukan keterlibatan masyarakat
dengan maksud agar mampu membantu implementasi kurikulum, dapat
dilihat bahwa sekolah harus mampu mandiri dalam menyiasati kebutuhan
kurikulum, mengatur, mengendalikan dan melaporkan hasil telaah
kurikulum kepada berbagai pihak seperti pemerintah dan masyarakat.
2. Komponen-komponen Kurikulum meliputi :1) Tujuan, 2) Materi
Pembelajaran, 3) Metode Pembelajaran, 4) Organisasi Kurikulum,dan 5)
Evaluasi.
3. Prinsip-prinsip penyusunan kurikulum yakni:1) Produktivitas, 2)
Demokrasi, 3) Kooperatif, 4) Efektivitas dan efesiensi,dan 5) mengarah
kepada visi, misi dan tujuan lembaga.
4. Dasar manajemen kurikulum pendidikan Islam meliputi :1) Dasar
Religius, 2) Dasar Filsafat, 3) Dasar Psikologis,dan 4) Dasar Sosiologis.
5. Kerangka dasar manajemen kurikulum pendidikan Islam yakni dari Al-
Qur`an dan Hadits.
6. Orientasi kurikulum ada 3 : 1) Orientasi pada bahan pembelajaran, 2)
Orientasi pada tujuan,dan 3) Orientasi pada keterampilan proses.

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 16


DAFTAR PUSTAKA

Rahmat Hidayat.2016. Manajemen Pendidikan Islam. Medan :LPPPI

Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, Tela’ah Sistem Pendidikan dan

Pemikiran Para Tokohnya, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009),

S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 1994

Syah, Muhibbin.2013. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Raja Grafindo

Persada.

Wina Sanjaya. 2008. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta

:Prenadamedia Group

Sumber Internet :

jurnal.dharmawangsa.ac.id/index.php/sabilarrasyad/article/download/120/115

https://artikelilmiyah.wordpress.com/2012/06/13/orientasi-kurikulum/

http://paipendidikanagamaislam.blogspot.com/2010/12/kurikulum-pendidikan-
islam.html?m=1

Manajemen Kurikulum Pendidikan Islam| 17

Anda mungkin juga menyukai