Anda di halaman 1dari 4

Tugas Rangkuman Materi

Nama : AZELY ZAHARA ULTADANI

Nim : 1906311017

Kelas : GR 6A

Tanggal : Rabu, 30 Maret 2022

Pertemuan : Ke-4

HADIST

Hadist adalah ucapan dan segala perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW.
Sedangkan secara bahasa, hadits berarti perkataan, percakapan, berbicara. Definisi hadits
terdapat tiga yaitu,

- Qauliyyah
- Fi’liyyah
- Taqririyyah

Sebagian ulama seperti at-Thiby berpendapat bahwa hadits melengkapi sabda, perbuatan, dan
taqrir nabi. Hadits juga melengkapi perkataan, perbuatan, taqrir para sahabat dan Tabi’in.

Macam macam hadist

a. Hadist Qauliyyah
Merupakan hadist yang diucapkan langsung oleh Nabi SAW dalam berbagai bidang.
b. Hadist Fi’liyyah
Merupakan perbuatan Nabi SAW yang sampai kepada kita melalui apa yang sahabat
nabi lihat.
c. Hadist Taqririyyah
Merupakan keadaan Nabi SAW yang mendiamkan, tidak berkomentar dan tidak
menyanggah serta menyetujui apa yang dilakukan para sahabatnya.
Periwayatan hadist dan penulisan hadist jauh berbeda dengan periwayatan dan penulisan Al-
qur’an. Untuk Al-qur’an, semua periwayatan ayat-ayat nya berlangsung secara mutawattir
(berita yang diriwayatkan oleh orang banyak).

Sedangkan untuk periwayatan hadist, sebagian dilakukan secara mutawattir dan sebagian lagi
berlangsung secara ahad (disampaikan oleh orang-orang yang tidak mencapai tingkat
mutawattir)

Secara umum, macam-macam hadist terbagi menjadi tiga yaitu,

a. Hadist Shahih
Merupakan hadist yang disandarkan kepada Nabi SAW yang sanadnya bersambung,
diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit hingga sampai akhir sanad, tidak ada
kejanggalan dan tidak ber’illat.
b. Hadist Hasan
Merupakan hadist yang tidak memperlihatkan kelemahan dalam sanadnya. Perbedaan
hadist hasan dengan hadist shahih adalah pada hafalan, dimana hadist hasan rawinya
tidak kuat hafalannya.
c. Hadist Dhaif
Merupakan hadist yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadist shahih dan
hadist hasan. Hadist ini dinilai sebagai sumber yang paling lemah.

Fungsi hadist
1. Menguatkan dan menegaskan hukum yang tersebut dalam Al-qur’an atau disbeut
dengan fungsi ta’kid dan taqrir
2. Menjelaskan arti yang masih samar dalam Al-qur’an
3. Merinci apa yang dalam Al-qur’an disebutkan secara garis besar
4. Membatasi apa yang dalam Al-qur’an disebutkan secara umum
5. Memperluas maksud dari sesuatu yang tersebut dalam Al-qur’an

Pengertian Sanad

Sanad secara bahasa berarti al-Mu’tamad yaitu artinya adalah yang bisa dijadikan
pegangan atau sesuatu yang terangkat tinggi dari tanah.
Definisi sanad secara istilah adalah jalan yang menyampaikan kepada matan. Sanad
berarti rangkaian rijal atau perawi yang menyampaikan kepada matan. Dinamakan
dengan sanad karena para ahli hadist bersandar kepadanya dalam menentukan shahih
dan dhaif-nya suatu hadist.

Macam macam sanad

a. Sanad ‘Aliy
Merupakan hadist yang perawinya sedikit dan bebas dair kedhaifan. Rijal
sanadnya dekat dengan Rasulullah atau dekat dengan salah satu imam hadist.
Adapun yang memberikan tambahan kriteria untuk sanad ‘aliy selain kedekatan
jarak dengan nabi atau para imam hadist yaitu kualitas sifat rawinya.
b. Sanad Nazil
Merupakan sanad dengan sebagian besar perawi antara muhaddist (ahli hadist)
dan Nabi, atau antara seorang muhaddist dan salah satu imam hadist. Sanad
semacam ini dikenal juga dengan sebutan sanad safil.

MATAN

Matan kitab adalah yang bersifat komentar dan bukan tambahan-tambahan penjelasan. Matan
secara terminologis adalah redaksi hadist yang menjadi unsur pendukung pengertiannya.

Penamaan ini didasarkan pada alasan bahwa bagian terebut merupakan bagian yang menjadi
sasaran utama hadist. Adapun yang disebut matan dalam ilmu hadist adalah perkataan yang
disebut pada akhir sanad yaitu sabda Nabi SAW.

Perbedaan kandungan matan hadist

Periwayatan matan hadist dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

1. Riwayat bi al-lafdzi, yaitu menyampaikan kembali kata kata nabi dengan redaksi
kalimat yang sama dengan apa yang disabdakan Nabi. Dengan periwayatan ini, maka
tidak ada perbedaan antara perwai yang satu dengan perwai yang lainnya dalam
menyampaikan hadist nabi.
2. Riwayat Bi Al-ma’na, yaitu periwayatan dengan makna yang terkandung dalam hadist
namun redaksinya berbeda dengan yang diucapkan Nabi.
Adapun ketentuan dalam periwayatan bi al-ma’na adalah
- Mengetahui pengetahuan bahasa arab yang mendalam
- Dilakukan karena terpaksa
- Yang diriwayatkan bi al-ma’na bukan bacaan yang bersifat ta’abbudi
- Periwayatan bi al-ma’na sepatutnya semakna dengannya, setelah menyebut
matan hadist
- Hal ini hanya berlaku sebelum masa pembukuan hadist secara resmi

Anda mungkin juga menyukai