Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

ANNISA ABIDIN
2214901006

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS
2022
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Kasus (Masalah Utama)


1. Pengertian DPD
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis. Kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).

2. Komponen Perawatan Diri


1) Kategori I : Perawatan Mandiri, yang meliputi;
a. Aktivitas Sehari-hari, pada kategori ini, seperti makan daminum; dapat
dilakukansecara mandiri atau dengan sedikit bantuan. Merapikan diri,
kebutuhan eliminasi dan kenyamana posisi tubuh dapat dilakukan secara
mandiri.
b. Keadaam umum, baik seperti klien yang masuk rumah sakit untuk keperluan
pemeriksaan.
c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan
penjelasan untuk tiap prosedur tindakan.
d. Pengobatan atau tindakan tidak ada atau hanya pengobatan sederhana.

2) Kategori II : Perawatan Minimal, yang meliputi;


a. Aktivitas sehari-hari, pada kategori ini, seperti makan dan minum perlu
bantuan dalam persiapannya dan masih dapat makan sendiri. Merapikan diri
perlu sedikit bantuan. Kebutuhan eliminasi perlu dibantu ke kamar mandi
atau menggunakan urinal. Kenyamanan posisi tubuh dapat melakukan
sendiri.
b. Keadaan Umum; tampak sakit ringan, perlu pemantauan tanda vital.
c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan 10-15
menit per shift, sedikit bingung atau agitasi, tapi terkendari dengan obat.
d. Pengobatan dan tindakan; membutuhkan waktu 20-30 menit per shidt, perlu
sering dievaluasi kefektifan pengobatan dan tindakan, perlu observasi status
mental setiap 2 jam.

3) Kategori III : Perawatan Moderat, meliputi


a. Aktivitas sehari-hari, pada kategori ini seperti makan dan minum harus
disuapi, masih dapat menngunyah dan menelan. Merapikan diri tidak dapat
melakukan sendiri. Kebutuhan eliminasi disediakan pispot/uriinal, sering
ngompol. Kenyaman posisi tubuh bergantung pada perawat.
b. Keadaan umum; gejala akut, bisa hilang timbul, perlu pemantauan fisik dan
emosi tiap 2-4 jam.
c. Kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan emosi; membuthkan 10-30
menit per shift, gelisah, menolak bantuan, cukup dikendalikan dengan obat.
d. Pengobatan dan tindakan; membutuhkan waktu 30-60 menit per shift, perlu
sering diawasi terhadap efek samping pengobatan dan tindakan, perlu
observasi mental setiap 1 jam.

4) Kategori IV : Perawatan Ekstensif (Semi total), meliputi;


a. Aktivtas sehari-hari, pada kategori ini, seperti makan dan minum; tidak bisa
menguunyah dan menelan, perlu makan lewat sonde. Merapka diri; perlu
diurus semua, dimandikan, penataan rambut dan kebersihan mulut.
Kebutuhan eliminasi sering ngompol lebih dari 2 kali per shift. Kenyamanan
posisi tubuh perlu dibantu oleh 2 orang.
b. Keadaan umum; tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah,
gangguan sistem pernafasan akut.
c. Kebutuha pendidikan kesehatan dan emosi; membutuhkan waktu lebih dari
30 menit pershift, gelisah, agitasi dan tidak dapat dikendalikan dengan obat.
d. Pengobatan dan tindakan; membutuhkan waktu lebih dari 60 menit pershift,
perlu observasi status mental setiap kurang dari 1 jam.

5) Kategori V : Perawatan Intensif (Total, pada kategori ini, pemenuhan


kebutuhan dasar seluruhnya bergantung pada perawat. Keadaan umum harus
diobservasi secara terus menerus. Perlu frekuensi pengobatan dan tindakan lebih
sering, maka klien harus dirawat oleh seorang perawat per shift.

3. Rentang Respons

• Pola perawatan diri seimbang, saat klien mendapatkan stressor dan mampu
untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih melakukan perawatan diri.
• Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stresor kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya.
• Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak
bisa melakukan perawatan saat stresor.

B. Proses Terjadinya Masalah


1. Faktor Predisposisi
Stuart (2009) mendefinisikan stressor predisposisi sebagai faktor risiko yang
menjadi sumber terjadinya stres yang mempengaruhi tipe dan sumber dari individu
untuk menghadapi stres baik yang biologis, psikologis d an sosial kultural.
a. Biologis, terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmitternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya
gangguan adalah pada perlaku maladaptif klien (Townsend. 2005). Secara
Biologi riset neurobiologikal memfokuskan pada tiga area otak yaitu :
1) Sistem Limbik, Klien dengan defisit keperawatan diri mengalami gangguan
pada sistem limbik sehingga tidak bisa mengontrol perilaku untuk dapat
membersihkan diri.
2) Lobus Frontal, Klien defisit perawatan diri yang mengalami kerusakan pada
lobus frontal mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif yaitu tidak
mampu berperilaku untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.
3) Hypotalamus, Klien DPD yang terjadi kerusakan pada hipotalamus maka
akan terjadi ganggaun mood dan penurunan motivasi sehingga
mengakibatkan klien tidak dapat melakukan aktifitas perawatan diri.
Selain gangguan pada struktur otak, proses terjadinya gangguan defisit
perawatan diri berdasarkan faktor biologis disebabkan juga oleh adanya kondisi
patologis dan ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter.
1) Dopamine, fungsinya mencakup regualsi gerak dan volunter. Apabila
gangguan fungsi dopamin ini terjadi pada klien skizofrenia, akan
menyebabkan klien mengalami gangguan dalam regulasi gerak dan
koordinasi, emosi, serta kemampuan pemecahan masalah sehinggaklien
tidak dapat memenuhi kebutuhan perawatan diri.
2) Serotinin, berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotin dapat mempengaruhi sistem
kognitif yaitu alam pikir, afektif dan psikomotor. Klien akan cenderung
berperilaku maladaptif, yang dapat dilihat yaitu tidak adanya aktifitas dalam
melakukan aktifias perawatan diri seperri mandi, berganti pakaian, makan
dan toileting.
3) Norepineprin, berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi
proses pembelajaran dan memori. Klien cenderung akan berperilaki negatif
seperti tidak melakukan aktifitas mandi, tidak berhias, tidak memperhatikan
makan dan minum, serta tidak melakukan aktifitas toileting dengan benar.
4) Acetylcholine (Ach) berperan penting untuk belajar dan memori. Jika terjadi
peningkatan kadar Ach akan dapat menurunkan atensi dan mood yang dapat
dilihat dengan adanya gejalan kurang perhatian untuk dirinya dan malas
dalam beraktifitas.

b. Psikologis
1) Konsep diri, mulai dari gambaran diri secara keseluruhan yang diterima
secara positif atau negatif oleh seseorang.
2) Identitas diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam mengenal siapa
dirinya dengan segala keunikannya, dan mampu menghargai dirinya sendiri.
3) Intelektualitas ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang, pengalaman
dan interaksi dengan lingkungan.
4) Kepribadian, pada klien defisit perawatan diri biasnaya ditemukan klien
memiliki kepribadian yang tertutup.
5) Moralitas, klien defisit perawatan diri menganggap dirinya tidak beguna,
negatif terhadap diri sendiri ini menyebabkan klien mengalmai penuruan
motivasi untuk melakukan aktifitas perawatan diri.

c. Sosial Budaya
1) Faktor sosial ekonomi tersebut meliputi kemiskinan, tidak memadainya
sarana dan prasarana, tidak adekuatnya nutrisi, rendahnya pemenuhan
kebutuhan perawatan untuk anggota keluarga, dan perasaan tidak berdaya.
2) Tahap perkembangan, pelajaran kebersihan dari orang tua yang meliputi
kebiasaan keluarga.
3) Pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri dan implikasinya bagi
kesehatan mempengaruhi kebersihan diri.
4) Kultur atau budaya, kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi
mempengaruhi perawatan diri.
5) Motivasi, setiap orang memliki keinginan dan pilihan tentang waktu untuk
mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut sesuia dengan
kebutuhan.
6) Kondisi fisik, orang yang mengalami atau menderita penyakit tertentu atau
yang akan menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau
ketangkasan untk melakukan perawatan kebersihan diri.

2. Faktor Presipitasi
Stuart (2009) mendefinisikan stressor presipitasi sebagai suatu stimulus
yang dipersepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai suati
kesempatan, tantangan, ancaman/tuntutan. Komponennya :
a. Sifat stressor, terjadinya defisit perawatan diri berdasarkan sifat terdiri dari
biologis (infeksi, peny. kronis), psikologis (intelegensi, verbal, moral,
kepribadian), dan sosial budaya (tuntutan masy. yang tidak sesuai dengan
kemampuan seseorang).
b. Asal stressor, terdiri dari internal dan eksternal. Stressor internal atau yang
berasal dari diri sendiri seperti persepsi individu yang tidak baik tentang
dirinya, orang lain dan lingkungan, merasa tidak mampu, ketidakberdaya.
c. Waktu, dilihat sebagai dimensi kapan stressor mulai terjadi dan beberapa
lama terpapat stressor sehingga menyebabkan munculnya gejala.
d. Lama dan jumlah stressor yaitu terkait dengan sejak kapan, sudah berapa
lama, berapa kali kejadiannya, serta jumlah stressor.

3. Penilaian Terhadap Stressor


Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkunga
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang
lain yang menimbulkan rasa aman. Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam
situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu
menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa man itu tidak tercapai. Hal ini
menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan diri dengan
kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
suatu ketidakmampuan dalam menangani stressor internal atau lingkungan dengan
adekuat karena ketidakadekuatan umber-sumber (fisik, psikologis, perilaku atau
kognitif).

4. Sumber Koping
Herdman (2012), kemampuan individu yang harus dimilki oleh klien defisit
perawatan diri adlah kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri dalam
hal pemenuhan kebutuhan mandi, berhias, makan dan minum, serta toileting.
Sedangkan pada klien yang sangat mempengaruhi dalam kemampuan perawatan diri
dan keterbatasan fisik serta ketidakmampuan memanfaatkan dukungan sosial.

5. Mekanisme Koping
a. Mekanisme koping adaptif
Mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi perumbuhan,
belajar dan menbapai tujuan.
b. Mekanisme koping mal adaptif
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integras memecahkan
pertumbuhan, menurunkan otonoms dan cenderung menguasai lingkungan.

6. Tanda Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
• Badan bau, pakaian kotor
• Rambut dan kulit kotor
• Kuku panjang dan kotor
• Gigi kotor disertai mulut bau
• Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
• Malas, tidak ada inisiatif
• Menarik diri, isolasi diri
• Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
• Interaksi dan kegiatan kurang
• Tidak mampu berperilaku sesuai norma
• Cara makan tidak teratur
• BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu
mandiri.
7. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
• Obat anti psikosis : Penotizin
• Obat anti depresi : Amitripilin
• Obat anti ansietas : Diasepam, Bromozepam, Clobozam
• Obat anti insomnia : Phneobarbital
b. Terapi
• Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian seperti BHSP, Jangan memancing
emosi klien, Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga, Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat, Dengarkan ,
bantu dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah yang dialaminya.
• Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, ketrampilan sosial, atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan keadaan
klien karena masalah sebagian orang merupkan perasaan dan tingkah laku
pada orang lain.
• Terapi musik
Dengan musik klien terhibur, rileks dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran pasien.

C. Masalah Keperawatan
1. Daftar Masalah
a. Defisit Perawatan Diri
b. Harga Diri Rendah
c. Isolasi Sosial

2. Data Yang Perlu Dikaji

NO DATA YANG PERLU DIKAJI MASALAH

1 Subjektif Defisit Perawatan


Pasien mengatakan tentang : Diri
1. Malas mandi
2. Tidak mau menyisir rambut
3. Tidak mau menggosok gigi
4. Tidak mau memotong kuku
5. Tidak mau berhias/berdandan
6. Tidan bisa/mau menggunakan alat mandi.
7. Tidak menggunakan alat makan dan minum
8. BAB dan BAK sembarangan
9. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan
BAK.
10. Tidak mengetahui cara perawatan diri yang
benar.
Objektif
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi
kotor, kuku panjang, tidak menggunakan alat-alat
mandi, tidak mandi dengan benar.
2. Rambut kotor, berantakan, kumis dan jenggot
tidak rapi, pakain tidak rapi, tifak mampu
berdandan, memilih, mengambil, dan memakai
pakaian, memakai sandal, sepatu, memakai
resleting.
3. Makan dan mnum sembarangan, berceceran,
tidak menggunakan alat makan, tifak mampu
(Menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke
alat makan, memegang alat makan, membawa
makanan dari piring ke mulut, mengunyah,
menelan makanan secara aman.
4. BAB & BAK tidak pada tempatnya, tifak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tifak
mampu (Menjaga kebersihan toilet, menyiram
toilet)

3. Pohon Masalah

Kerusakan Integritas Kulit

Defisit Perawatan Diri

Intoleransi Aktivitas

D. Diagnosa
1. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan Integritas Kulit
Definisi : Kerusakan kulit (dermis dan/atau jaringan) atau jaringan
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, tedon, tulang, kartilago, kapsul sendi
dan/atau ligamen). (SDKI Hal.282)
b. Defisit Perawatan Diri
Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri. (SDKI Hal.240)
c. Intoleransi Aktivitas
Definisi : Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivtas sehari-hari
(SDKI Hal.128)

2. Diagnosa Medis
a. Skizofrenia
Skizofrenia adalah sindrom heterogen kronis yang ditandai dengan pola
pikir yang tidak teratur, delusi, halusinasi, perubahan perilaku yang tidak tepat
serta adanya gangguan fungsi psikososial. (NIC-NOC Jilid 3 Hal.137)
b. Depresi
Menurut Kusumanto (1981), dalam psikologi definisi depresi adalah
gejala dan sindroma perasaan sedih yang bersifat psikopatologis yang disertai
dengan hilangnya minat, kurang energi, dan meningkatnya rasa lelah.
E. Rencana Tindakan Keperawatan (Tulis Sesuai Dengan Masalah Utama)
Dengan Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawatan Diri

Perencanaan
No Rasional
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

1 Pasien Mampu : Setelah 3x pertemuan, SP 1


1) Melakukan pasien dapat 1) Identifikasi kebersihan diri, 1) Mencari tahu atau menggali apa saja
kebersihan diri menjelaskan pentingnya berdandan, makan dan BAB atau aspek yang akan di tingkatkan
sendiri secara : BAK. kebersihan/perawatan diri klien.
mandiri. 1) Kebersihan diri 2) Jelaskan pentingnya kebersihan diri. 2) Memberi pengetahuan
2) Melakukan 2) Berdandan atau 3) Jelaskan alat dan cara kebersihan 3) Memberi pengetahuan
berhias atau berhias diri. 4) Mengontrol apa apa saja yang pasien
berdandan 3) Makan 4) Masukan dalam jadwal kegiatan lakukan untuk latihannya.
secara baik. 4) BAB dan BAK pasien.
3) Melakukan 5) Dan mampu SP 2
makan dengan melakukan cara 1) Evaluasi Kegiatan yang lalu (SP 1) 1) Membandingkan hasil dan harapan.
baik. perawatan diri. 2) Jelaskan pentingnya berdandan 2) Memberi pengetahuan.
4) Melakukan 3) Latih cara berdandan untuk pasien 3) Memberikan latihan praktik langsung untuk
BAB dan BAK laki-laki meliputi cara berpakaian, meningkatkan kemampuan motorik klien.
secara mandiri. menyisir rambut, bercukur.
4) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meningkatkan kemampuan motorik klien.
4) Latih berdandan untuk pasien
perempuan meliputi berpakaian, 5) Mengontrol apa apa saja yang pasien
menyisir rambut, berhias. lakukan untuk latihannya.
5) Masukkan jadwal kegiatan pasien
SP 3
1) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1 1) Membandingkan hasil dan harapan.
dan SP 2)
2) Jelaskan cara dan alat makan yang 2) Memberi pengetahuan .
benar.
3) Jelaskan cara menyiapkan makanan. 3) Memberi pengetahuan.
4) Jelaskan cara merapikan peralatan 4) Memberi pengetahuan.
makan setelah makan.
5) Praktek makan sesuai dengan 5) Memberikan latihan praktik langsung untuk
tahapan makan yang baik. meningkatkan kemampuan motorik klien.
6) Latih kegiatan makan. 6) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meningkatkan kemampuan motorik klien.
7) Masukkan dalam jadwal kegiatan 7) Mengontrol apa apa saja yang pasien
pasien. lakukan untuk latihannya.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan pasien yang 1) Membandingkan hasil dan harapan.
lalu (SP 1, SP 2 dan SP 3)
2) Latih cara BAB dan BAK yang baik. 2) Memberikan latihan praktik langsung untuk
meningkatkan kemampuan motorik klien.
3) Menjelaskan tempat BAB dan BAK 3) Memberi pengetahuan
yang sesuai.
4) Menjelaskan cara membersihkan dan 4) Memberi pengetahuan.
berdiri setelah BAB atau BAK.
Keluarga mampu Setelah 4x pertemuan SP 1
merawat anggota keluarga mampu 1) Indentifikasi masalah keluarga 1) Mencari tahu atau menggali apa saja
keluarga yang meneruskan melatih dalam merawat pasien dengan aspek yang akan di tingkatkan
mengalami pasien dan mendukung masalah kebersihan diri, berdandan, kebersihan/perawatan diri keluarga klien.
masalah kurang agar kemampuan dalam makan, BAB dan BAK.
perawatan diri perawatan pasien dirinya 2) Jelaskan defisit perawatan diri. 2) Memberi pengetahuan
meningkat. 3) Jelaskan cara merawat kebersihan 3) Memberi pengetahuan
diri, berdandan, makan, BAB atau
BAK.
4) Bermain peran cara merawat. 4) Memberikan latihan praktik langsung
dalam melakukan perawatan.
5) Rencana tindak lanjut keluarga atau 5) Mengontrol apa-apa saja yang pasien
jadwal keluarga untuk merawat lakukan untuk latihannya.
pasien.
SP 2
1) Evaluasi SP 1 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga merawat langsung 2) Memberikan latihan praktik langsung
kepasien, kebersihan diri dan dalam melakukan perawatan.
berdandan.
3) RTL keluarga atau jadwal keluarga 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
untuk merawat pasien. lakukan untuk latihannya.
SP 3
1) Evaluasi kemampuan SP 2 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Latih keluarga merawat langsung 2) Memberikan latihan praktik langsung
kepasien cara makan. dalam melakukan perawatan.
3) RTL krluarga atau jadwal keluarga 3) Mengontrol apa apa saja yang pasien
untuk merawat. lakukan untuk latihannya.
SP 4
1) Evaluasi kemampuan keluarga. 1) Membandingkan hasil dan harapan.
2) Rencana tinfak lanjut keluarga. 2) Mengontrol
3) Follow up 3) Dorongan/motivasi untuk mampu
4) Rujukan 4) Untuk meningkatkan perkembangan

Terapi Spesialis
1. Terapi infivisu : Terapi perilaku : Token Ekonomi.
2. Terapi kelompok : Support Group Theraphy.
3. Terapi keluarga : Terapi Triangel.
4. Terapi komunitas : AC

Anda mungkin juga menyukai