Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

DEFISIT PERAWATAN DIRI

MAGHDALENA, S. Kep

16350081

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2016

1
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. Pengertian
a. Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri ( Depkes 2000).
b. Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, renakan, toileting) (Nurjannah,
2004).
c. Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk rnelakukan
atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri : mandi,
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri. aktifitas makan sendiri dan
aktifitas eliminasi sendiri (Herdman, 2012).
d. Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan flslk dan psikis, ( Poter & Perry,
2005).
e. Defisit perawatan diri menggambarkan suatu keadaan seseorang yang
mengalami gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri, seperti mandi, berganti pakaian, makan dan toileting
(Wilkinson/2DD7).
f. Menurut Herdman (2012) defisit perawatan diri terbagi atas atas 4
kegiatan yaitu: mandi higeine/ berpakaian, berhias, makan, dan toileting.

B. KOMPONEN PERAWATAN DIRI


Pada konsep manajemen keperawatan paslen yang dirawat inap akan
dikategorikan berdasarkantingkat ketergimtungan yang dialaminya.
Swansburg dan Swansburg (1999) menqelornpokkan ketergantungan pasien
menjadi lima kategori, yaitu:
1. Kategori 1 : perawatan Mandiri, yang meliputi; 1) Aktivitas sehari-
hari,pada kategori ini, seperti makan dan minum; dapat dilakukan secara
mandiri atau dengan sedikit bantuan. Merapikan diri, kebutuhan
eHminasidan kenyamanan posisi tubuh; dapat dilakukan secara mandiri; 2)
Keadaan umur.; baik, seperti klien yang masuk rumah sakit untuk
keperluan pemeriksaan check up atau bedah minor; 3) Kebutuhan

2
pendidikan kesehatan dan dukungan emosi, membutuhkan penjelasen
untuk tiap prosedur tindakan, membutuhkan penjelasan untuk persiapan
pulang dan emosi stabil; 4) Pengobatan dan tindakan; . tidak ada,
atau hanya pengobatandan tindakan sederhana.
2. Kategori II: Perawatan Minimal, yang meliputi; 1) Aktivitas sehari-hari,
pada kategori ini, seperti makan dan minum; perlu bantuan dalam
perslapannya dan masih dapat makan sendiri. Merapikan diri; perlu
sedikit bantuan. Kebutuhan eliminasi perlu dibantu ke kamar mandi stau
menggunakan urinal. Kenyamananposisi tubuh dapat melakukan sendiri
dengan sedikit bantuan; 2) Keadaan umum; tampak sakit ringan, perlu
pemantauan tanda vital; 3) kebutuhan pendidikan kesehatan dan dukungan
emosi; membutuhkan waktu 10-15 menit per shift, sedikit bingung atau
agitasi, tapi terkendali dengan obat; 4) Pengobatan dan tindakan
membutuhkan waktu 20-30 menit per shift, .perlu sering dievaluasi
keefektifan penqobatan dan tindakan, perlu observasi status mental setiap
2 jam.
3. Kategori III: Perawatan Moderat, meJiputi; 1) Aktivitas sehari-hari,
pada kategori ini; seperti makan dan minum ; harus disuapi, masih dapat
mengunyah dan menelan. Merapikan diri tidak dapat melakukan sendiri.
Kebutuhan eliminasi disediakan pispot urinal, sering ngompol,
Kenyamanan posisi tubuh bergantung pada bantuan perawat; 2)
Keadaanumum; gejala akut, bisa hilang tlrnbul, perlu pemantauan fisik
dan emosi tiap 2-4 jam. Klien dengan infus, perlu dipantau setiap 1 jam; 3)
Kebutuhan pendidikan kesehatandan dukungan emosi; membutuhkan
waktu 10-30 menit per shift, gelisah, menolak bantuan, cukup
dikendalikan dengan obat; 4) Pengobatan dan tindakan; membutuhkan
waktu 30-60 menit per shift perlu sering diawasi terhadap efek
samping pengobatan dan tindakan, perlu observasistatus mental setiap 1
jam.
4. Kategori IV: Perawatan Ekstensif (Semi total), meliputi; 1)
Aktivitas sehari-hari, pada kategori ini, seperti makan dan minum; tidak
bisa mengunyah dan menelan, perlu makan lewat sonde. Merapikan diri
perlu diurus semua, dimandikan, penataan rambut dan kebersihan

3
mulut. Kebutuhan eliminasi: sering ngompol lebih dari 2 kali per shift.
Kenyamanan posisi tubuh perlu dibantu oleh 2 orang.
2) Keadaan umum; tampak sakit berat, dapat kehilangan cairan atau darah,
gangguan sistem penafasan akut dan perlu sering dipantau; 3)
Kebutuhan dan dukungan emosi; membutuhkan waktu lebih dari 30
menit per shift, gelisah, agitasi dan tidak dapat dikendalikan dengan obat;
4) Pengobatan dan tindakan membutuhkan waktu lebih dari 60 menit
per shift, perlu observasi status mental setiap kurang dari 1jam.
5. Kategori V: Perawatan Intensif (Total); pada kategori ini, pemenuhan
kebutuhan dasar seluruhnya bergantung pada perawat. Keadaan umum;
harus diobservasi secara terus menerus. Perlu frekuensi pengobatan
dan tindakan yang lebih sering, maka klien harus dirawat oleh seoranq
perawat per shift.

RENTANG RESPONS PERAWATAN DIRI

ADAPTIF MALADAPTIF

Pola perawatan Kadang Tidak


diri seimbang perawatan diri melakukan
kadang tidak perawatan diri

Pola perawatan diri seimbang, saat kJien mendapatkan stresor dan


mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan
klien seimbang, klien masih melakukan perawatan diri.
Kadang perawatan diri kadang tidak, saat klien mendapatkan stressor
kadang - kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya,
Tidak melakukan perawatan diri, klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan saat stresor.

C. PROSES TERJADINYA DEFISIT PERAWATAN DIRI

4
Stuart (2009) mendefinisikan stressor predisposisi sebagai factor risiko
yang menjadi sumber terjadinya stres yan~ mempengaruhi tipe dan
sumber dari individu untuk menghadapi stres baik yang biologis,
psikososial dan sosial kultural. St.uart; (2009) membedakan stressor
predisposisi menjadi tiga,meliputi biologis, psikologis dan sosial. budaya.
Stressor predisposisi .ini kejadiannya telah berlalu. Penjelasan secara rinci
tentang tiga stressor predisposisi tersebut sebagai berikut :

1. Faktor Predisposisi
a. Biologis, terkait denqan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Darnpak yang dapat
dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku
maJadaptif klien (Townsend, 2005). Secara biologi riset
neuroblologikal memfocuskan pada tiga area otak yang dipercaya dapat
melibatkan defisit perawatan diri yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan
hypothalamus.

Sistem Limbik merupakan cincin kortek yang berlokasi diperrnukaan


medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutub
serebrum. Fungsinya adalah ngatur persyarapan otonon dan ernosi
(Suliswati,et el,2005 : Stuart, 2009). Fungsi sistem Iimbik berikutnya
adalah menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan denqan
emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan informasi.
Disfungsi pada sistem limbik menghadirkan beberapa gejala klinik
seperti hambatan emosi dan perubahan kepribadian, isyarat antara
rangsangan dan pengalaman masa lalu emosi, perilaku saling
mempengaruhi, adanya periode peristiwa ketakutan, amukan,
kemarahan dan ketegangan;(Kaplan, 'Saddotk & Grebb, 1997) -.
Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa ,klien dengan defisit perawatan
diri mengalami gangguan pada sistem Iimbik sehingga tidak bisa
mengontrol perilaku untuk dapat merawat diri.

5
Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang sangat berarti
dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan
dengan sistern Iimbik (Suliswati,et ai,' 2005 : Stuart! 2009). Menurut
Townsend (2005) lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral
utama yaitu kontrol Inotorik gerakan voluntir termasuk fungsi
bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi.
Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan
berfikir, dan gangguan dalam bicara disorganisasi pembicaraan serta
tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif.
Klien defisit perawatan diri yang mengalami kerusakan pada lobus
frontal mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif yaitu tidak
mampu berperilaku untuk memenuh' kebutuhan perawatan diri.
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam
dari serebrurn yang menghubungkan otak tengah dengar. hemisfer
serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah laku terhadap
emosi dan juga mengatur mood dan motivasi (Suliswati, et ai, 2005 ;
Stuart, 2009). Kerusakan hipotalamus membua seseorang kehilangan
mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan malas melakukan
sesuatu. Apabila kerusakan hipotalamus terjadi pada klien defisit
perawatan diri, maka akan terjadi gangguan mood dan penurunan
motivasi sehingga mengakibatkan klien tidak dapat melakukan
aktifitas perawatan diri.

Selain gangguan pada struktur otak, proses terjadinya gangguan defisit


perawatan diri berdasarkan faktor biologis disebabkan .Juga oleh adanya
kondisi patologis dan ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter.

Neurotransmitter tersebut adalah dopamin, serotonin, norepineprin dan


asetilkolin.

Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasl,


ernosl, kemampuan pemecahan masalah secara volunter (Boyd &
Nihart, 1998 ; Suliswati, et ,al,' 2005). Transmisi dopamin
berimplikasi pada penyebab gangguan emosi tertentu. Menurut
Hawari (2001) funqsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan

6
psikomotor (perilaku) pada klien skizofrenia dipengaruhi oleh
doparnin. Gangguan pada fungsi dopamin akan menyebabkan
.terjadinya g angguan fungsi regulasi gerak dan koordinasi,emosi, serta
kemampuan pemecahan masalah, Apabila gangguan fungsi dopamin
ini terjadi pada klien skizofrenia, akan .menyebabkan klien mengalami
gangguan dalam requlasi gerak dan koordinasi, emosi, serta kemampuan
pemecahan masalah sehingga klien tidak dapat memenuhi kebutuhan
perawatan diri.

Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam


perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotoni dapat
mempengaruhi fungsi kognitif yaitu alam pikir afektif yaitu perasaan dan
psikomotor yaitu pelaku (Hawan~2001). Menurut Wilkinson (2007)
jika serotonin mengalami penurunan akan mengakibatkan kecenderungan
perilaku yaitu maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri
cenderung menunjukkan perilaku maladapatif, Perilaku maladaftif
yang dapat dillhat yaitu :tidak adanya aktlfita: dalam melakukan
aktifitas perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian, makan dan
tolleting

Norepineprin (Boyd & Nihart, 1998 ; Suliswati, et al~ 200~) berfungsi


untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi proses pembelajaran
dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan
mengakibatkan kelemahan yang menunjukkan kecenderungan klien
menampllkan perilaku negatif. Kelemahan yang terjadi mengakibatkan
klien defisit perawatan diri berperilaku negatif seperti tidak melakukan
aktifitas mandi, tidak berhias, tidak memperhatikpn makan dan minum
serta tidak melakukan aktifitas toileting dengan benar

Acetytcboline (Ach) (Soyd & Nihart, 1998) berperan penting untuk


belajar dan memori. Jika terjadi peningkatan kadar acetylcholine akan
dapat menurunkan atensi dan mood. Penurunan atensi dan mood
menyebabkanterjadinya perubahan fungsi otak sebagai pusat pengatur
perilaku manusia. Salah satu dampak perilaku dari penurunan atensi dan

7
mood ini adalah defisit perawatan diri. Pada klien defisit perawatan diri
terjadi penurunan atensi dan mood yang dapat dilihat dengan adanya
gejala kuranq ,perhatian untuk dirinya dan malas dalam beraktivitas.
Defisit perawatan diri tidak dapat dikendalikan hanya dengan
psikofarmaka saja tetapi melalui pendekatan psikoterapi yang
mengubah perilaku maladaptif menjadi perilaku adaptif salah satunya
denqan rnenggunakanterapi perilaku token ekonomi.

Pada klien dengan defisit perawatan diri diperkirakan mengalami


kerusakan pada sistern limbik dan lobus frontal yang berperan dalam
pengendalian atau pengontrolan perilaku, kerusakan pada hipotalamus
yang berperan dalam pengaturan mood dan motivasi. Kondisi
kerusakan ini mengakibatkan klien defisit perawatan diri tidak
memiliki keinginan dan motivasi untuk berperilaku secara adaptif
melakukan aktifitas perawatan diri : mandi, berhias, makan minum dan
toileting. Klien defisit perawatan diri juga diperkirakan mengalami
perubahan pada fungsi neurotransmitter.

Perubahan dopamin, serotonin, norepineprin clan asetilkolln menyebabkan


adanya perubahan regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
memecahkan masalah ; perilaku cenderung negatif atau berperilaku
maladaptive terjadi kelemahan serta penurunan atensi dan mood.

b.Psikologis, meliput konsep diri, intelektualitas, kepribadian, moralitas,


pengalaman masa lalu,koping dan keterampilan komunikasi secara verbal
(Stuart, 20-9). beberapa aspek tersebut diperkirakan ikut berperan
menjadi penyebab secara psikologis terjadinya defisit perawatan dini :

Konsep diri, dimulai dari gambaran diri secara keseluruhan yang diterima
secara positif atau negatif oleh seseorang, Penerimaan gambaran. diri
yang negatif menyebabkan perubahan persepsi seseorang dalam
mernandanq aspek positif lain yang dimiliki. Peran merupakan bagian
terpenting dari hadirnya konsep diri secara utuh. Peran yang terlalu
banyak dapat menjadi beban bagi kehidupan seseorang. hal ini akan
berpenqaruh terhadap kerancuan dari peran dirinya dan dapat

8
menimbulkan depresi yang berat, Ideal diri adalah harapan, cita-cita serta
tujuan yang ingin diwujudkan atau dicapai dalam hidup secara realistis.

ldentitas diri terkait dengan kemampuan seseorang dalam mengenal


siapa dirinya, dengan segala keunikannya, Harga diri merupakan
kemampuanseseorang untuk menghargai diri sendiri serta memberi
penghargaan terhadap kemampuan orang lain. Seseorang yang
memandang dirinya secara negatif sering mengabaikan gambaran
dirinya, tidak memperhatikan kebutuhannya dengan baik, sehlngga
berakibat pula pada tidak terpenuhinya kebutuhan perawatan diri.
Intelektualitas ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang, pengalaman
dan interaksi dengan Iingkungan. Menurut Potter& Perry (2005) klien
dengan defisit perawatan diri cenderung memiliki tingkat pengetahuan
dan pendidikan yang rendah, sehingga tidak mampu memutuskan untuk
melakukan aktifitas perawatan diri yang meliputi mandi, berhias, makan
minum dan tolleting,

Kepribadian pada klien defisit perawatan diri biasanya ditemukan klien


memiliki kepribadian yang tertutup. Klien tidak mudah menerima
masukan dan informasi yang berkaitan dengan kebersihan diri. Klien
juga jaralig bergaul dan cenderung menutup diri. Klien memiliki
ketidakrnampuan untuk mengevaiuasi atau menilai keadaan dirinya dan
tidak mampu memutuskan melakukan peningkatan keadaan menjadi
lebih baik.

Moralitas, klien defisit perawatan diri menganggap dirinya tidak berguna,


negatif terhadap diri sendiri ini menyebabkan klien mengalami penurunen
motivasi untk melakukan aktifitas perawatan diri. Kesimpulannya, adanya
penilaian diri yang negatif menyebabkantidak ada tanggung jawab secara
moral pada klien untuk melakukan aktifitas perawatan diri.

Menurut beberapa penjelasan di atas dapat diambil suatu kesimpulan


bahwa konsep diri negatif, intelektualitas yang rendah, kepribadian dan
moralltas yang tidak ada kuat merupakan penyebab secara psikologis
untuk terjadinya defisit perawatan diri. Klien defisit perawatan diri

9
memerlukan perhatian yang cukup besar untuk dapat mengembalikan
konsep yang seutuhnya.

c. Sosial Budaya, meliput istatus sosial, umur, pendidikan, agama, dan


kondisi politik. Menurut Townsend (2005) ada beberapa hal yang
dikaitkan dengan masalah gangguan jlwa, salah satunya adalah dengan
masalah status sosial. Masyarakat dengan status sosial ekonomi yang
rendah berpeluang lebih besar untuk mengalami gangguan Jiwa
dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki status ekonomi tinggi.
Faktor sosial.. ekonomi tersebut meliputi kemiskinan, tidak memadainya
sarana dan prasarana, tldak ada kuatnya pemenuhan nutrisi, rendahnya
pemenuhan kebutuhan perawatan untuk anggota keluarga, dan perasaan
tidak berdaya. Termasuk dalam faktor sosial ekonomr adalah kemampuan
untuk rnenyediakan peralatan dan perlengkapan mandi, sabun,pasta gigi,
sampo, handuk, dll. Potter dan Perry (2005), mengemukakan faktor-faktor
yang mempengaruhi praktik hygiene seseorang adalah citra tubuh,
praktek sosial, status sosial ekonomi, pendidikan yang rendah,
pengetahuan, kultur budaya, motivasi kurang dan kondisi fisik yang
lemah.

Citra tubuh merupakan konsep subyektif seseorang tentang penampilan


fisiknya. Citra tubuh mempengaruhi citra mempertahankan perawatan
diri. Menurut Struart (2009) citra tubuh adalah kumpulan sikap individu
yang disadar dan tldak disadarl terhadap tubuhnya, termasuk persepsi
serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi, penampilan
dan potensi. Dapat disimpulkan bahwa citra tubuh sangat berpengaruh
bagi seseorahg terutama dalam hal .penampllan fisiknya, seseoranq
memiliki keyakinan terhadap ukuran, struktur, fungsi dan penampilan diri
untuk melakukan perawatan diri. Citra tubuh yang neqatif
menyebabkan penurunan motivasi melakukan .aktifitas perawatandiri.

Tahap Perkembangan pelajaran kebersihan diri dari orang tua yang


meliputi kebiasaan keluarga,jumlah orang di rumah, dan ketersediaan
peralatan kebersihan diri merupakan beberapa faktor yang dapat

10
mempengaruhi perawatan kebersihan diri. Remaja dapat menjadi lebih
perhatlan pada kebersihan diri karena ada ketertarikan pada ternan. Dapat
disirnpulkan bahwa perkembangan sangat berpenqaruh terhadap seseorang
untuk melakukan perawatan diri sesuai denoan usia dan kelompok
kerja,pengetahuan, pengetahuan tentang pentingnya kebersihan diri dan
implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik kebersihan diri.
Pembelajaran yang diharapkan dapat menguntungkan dalam mengurangi
risiko kesehatan dan memotivasi seseorang untuk memenuhi perawatan
diri yang dipedukan. Semakin rendah tingkat pengetahuan seseorang
menyebabkan ketidakmampuan dalammemenuhl kebutuhan perawatan diri

Kultur atau budaya, kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi


mempengaruhi perawatan diri. Kebudayaan di Asia kebersihan dipandang
penting bagi kesehatan. beberapa negara di Eropa, mandi biasa
dilakukan hanya sekali dalam seminggu. Penjelasandi atas menunjukkan
bahwa kebiasaan yang dimillki tiap daerah ataupun bangsa dalam hal
perawatan diri berbedabeda, disesuaikan dengan letak geografis dan
kebiasaanmasyarakat setempat.

Motivasi, setiap orang memiliki keinginan dan pilihan tentang waktu


untuk mandi, bercukur, dan meiakukan perawatan rambut sesuai dengan
kebutuhan. seseorang juga memiliki pilihan mengenai bagaimana
melakukan perawatan dirt, Jika orang tersebut tidak memiliki motivasi,
maka dia tidak mampu menentukan pilihan, hal ini akan mempengaruhi
terpenuhinya kebutuhanperawatan diri.

Kondisi fisik, orang yang mengalami atau menderita penyakit tertentu


atau yang menjalani operasi seringkali kekurangan energi fisik atau
ketangkasan untuk melakukan perawatan kebersihan diri. Menurut
Wilkinson (2007) defisit perawatan diri sering kali disebabksn oleh
intoleransi aktifitas, hambatan ,mobilitas fisik, nyeri, ansietas, gangguan
kognltlf atau persepsi.Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa status sosial ekonomi, pendidikan yang rendah,
kurangnyapengetahuan, motivasi yang kuranq dan kondisi fisik yang

11
lemah dapat mempengaruhi / klien dalam mempertahankan. aktifitas.
pemenuhan perawatan diri, sehingga mengakibatkan klien mengalami
defisit perawatan diri

2. Faktor Presipitasi
Stuart (2009) mendefinisikan stressor presipitas, sebagai suatu
stimulus yang dlpersepsikan oleh individu apakah dipersepsikan sebagai
suatu kesempatan, tantangan,ancaman/tuntutan. Stressor presipitas!
bisa berupa stimulus internal maupun eksternal yang mengancam
individu. Komponen ressor presipitasl terdiri atas sifat, asal, waktu dan
jumlah stressor.
Sifat stresor, terjadinya defisit perawatan diri berdasarkan. sifat
terdiri dari biologis, psikologis, dan sosial budaya. Sifat stresor yang
tergolong komponen biologis, misalnya penyakit infeksi, penyakit kronls
.atau kelainan struktur otak. Komponen psikologi ,mlsalnya lntelegensl
ketrampilan verbal, moral, kepribadian dan kontrol diri, pengalaman
yang tidak menyenangkan ,kurangnya motivasi. Selanjutnya komponen
sosial budaya, mlsalnya : adanya aturan yang sering bertentangan antara
individu dan kelompok masyarakat, tuntutan masyarakat yang tidak
sesual ,dengan kemampuan seseorang, ataupun adanya stigma dan
masyarakat terhadap seseorang yang mengalami gangguan jiwa
sehingga klien melakukan perilaku yang terkadang menentang
hal tersebut yang menurut masyarakat tidak sesuai dengan
kebiasaan dan lingkungan setempat.
Asal stressor terdiri dari internal dan eksternal. Stresor internal
atau yang berasal darl diri sendiri seperti persepsi individu yang tidak
baik tentang dirinya, orang lain dan Iingkungannya. merasa tidak
mampu, ketidakberdayaan. Stresor eksternal atau berasal dari luar diri
seperti kurangnya dukungan keluarga dukungan masyarakat, dukunqan
kelompok/teman sebaya, dan lain-lain.
Stuart (2009) menjelaskan bahwa waktu dilihat sebagai
dimensi kapan stressor mulai terjadi dan berapa lama terpapar stressor
sehingga menyebabkan munculnya gejala. Lama dan jumlah stresor yaitu

12
terkait dengan sejak kapan, sudah tanpa lama: berapa kali kejadiannya
(frekuensi) serta jumlah stresor.
Bila baru pertama kali terkena masalah, maka penanganannya juga
memerlukan suatu upaya yang lebih intensif dengan tujuan . untuk
pencegahan primer. Frekuensi dan jumlah stressor juga mempengaruhi
individu, bila frekuensi dan jumlah stressor lebih sedlklt juga akan
memerlukan penanganan yang berbeda dibandingkan dengan yang
mempunyai frekuensi dan jumlah stressor lebih banyak. Dengan kata lain
seorang perawat harus memahami kondisi stressor yang dialami oleh
seorang individu sehingga penanganannya juga akan lebih baik.
Berbagai penyebab/stressor di atas, yang meliputi stressor
predisposisl dan stressor presipitasi yang dialaml oleh klien defisit
perawatan diri akan memunculkan beberapa respon. Respon respon
tersebut merupakan pikiran, sikap, tanggapan, perasaan dan perilaku yang
ditunjukkan klien terhadap kejadian yang dialami.

3. Penilaian Terhadap Stress


Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagfi sehingga
merasatidak aman dalam berhubungan dengan orang lain, Biasanya klien
berasal dari Iingkungan yang penun
permasalahan,ketegangan,kecemasan dimana tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional hubungan yang positif dengan
orang lain yang menimbulkan rasa aman. klien semakin tidak dapat
melibatkan diri dalam sltuasl yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa
aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan
sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia
mengembangkan raslonalasl dam mengaburkan realitas daripada mencari
penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan .kenyataan,
Keagaan. seorang individu mengalami atau berisiko menqalaml suaui
ketidakmampuan dalam menangani stressor ,internal atau lingkungan
dengan kuat karena ketidak adakuatan sumber sumber (fisik,
psikologis,perilaku atau kognitif).

4. Sumber Koping

13
Menurut Herdman (2012), kemampuan individu yang harus
dimiliki oleh klien defisit perawatan diri adalah kemampuan untuk
aktifitas perawatan diri dalam hal pemenuhan kebutuhan mandi ; berhias ;
makan dan minum ; serta toiletting. Sedangkanpada klien defisit
perawatan dini biasanya didapatkan data rendahnya motivasi klien dalam
merawat diri, keterbatasan intelektual klien yang sangat mempengaruhi
dalam kemampuan perawatan diri dan keterbatasan fisik serta
ketidakmampuan memanfaatkandukungan sosial.

5. Mekimisme Koping
Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi
menjadi 2 (Stuart, GW, 2007) yaitu :
1) Mekanisme koping adaptif.
Mekanismekoping yang mendukunq fungsi inteqrasi,
pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategori adalah klien
bisa memenuhi kebutuhan perawatan dini secara mandiri
2) Mekanisme koping maladaptive
Mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi,
memecah perturnbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan. Kategorinya adalah tidak mau merawat diri.

D. Masalah Keperawatan Yang Sering Muncul :


a. Defisit PerawatanDiri
b. Harga Diri Rendah
c. Isolasi Sosial

Data Yang Perlu Dikaji


MASALAH DATA YANG PERLU DIKAJI
KEPERAWATAN
Defisit Perawatan Subjektif:
Dini Pasienmengatakantentang :
1. Malas mandi
2. Tidak mau menyisir rambut
3. Tidak mau menggosokgigi
4. Tidak mau memotong kuku
5. Tidak mau berhias/ berdandan

14
6. Tidak bisa / tidak mau menggunakan alat mandi /
kebersihan diri
7. Tidak menggunakari alat makan dan minum.saat
makan dan minum
8. BAB dan BAKsembarangan
9. Tidak membersihkan diri dan tempat BAB dan
BAK setelah BAB dan BAK
10. Tidak menqetahui cara perawatan diri yang benar
Objektif:
1. Badan bau, kotor, berdaki, rambut kotor, gigi
kotor, kuku panjanq, tidak menggunakan alat-alat
mandi,tidak mandi dengan benar
2. Rambut kusut, berantakan, kumis dan jenggot
tidak rapi,pakaian tldak rapi, tidak mampu
berdandan,memilih, mengambil, dan memakai
pakaian, memakai sandal sepatu, memakai
resleting,memakai barang-barang yang perlu
dalam berpakaian, melepas barang-barang yang
perlu dalam berpakaian. .
3. Makan dan minum sembarangan, berceceran ,
tidak menggunakan alat makan, tidak
(menyiapkan makanan, memindahkan makanan ke
mampu
I
alat makan,memegang alat makan, membawa
makanan dad piring ke mulut, mengunyah,
menelan makanan secara aman menyelesaikan
makan).
4. BAS dan BAK tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK, tidak
mampu ( menjaga kebersihan toilet, menyiram
toilet.) Kemenkes,2012

D. POHON MASALAH

Kerusakan Integritas Kulit

15
Defisit Perawatan Diri

r
Intoleransi Aktivitas

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN : Defisit Perawatan diri


Diagnosis Medis : 5kizofrenia, Depresi

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Tujuan Kriteria evalusi Intervensi


Pasien mampu : Setelah 3x Sp1
Melakukan Pertemuan,pasien dapat -Identifikasi kebersihan
kebersihan diri menjelaskan pentingnya: diri,berdandan,makan,dan
sendiri secara -kebersihan diri BAB atau BAK
mandiri. -berdandan atau berhias -jelaskan pentingnya
- melakukan -makan kebersihan diri
behias atau -BAB atau BAK -jelaskan alat dan cara
berdandan -Dan mampu melakukan kebersihan diri
secara baik cara merawat diri -masukkan dalam jadwal
-melakukan kegiatan pasien
makan dengan
baik
-melakukan
BAB atau BAK
secara mandiri
Sp2
- evaluasi kegiatan yang lalu
(Sp1)
-jelaskan pentingnya
berdandan
-latih cara berdandan untuk
pasien laki-laki meliputi cara

16
-berpakaian
-menyisir rambut
-bercukur
Untuk pasien perempuan
-berpakaian
-menyisir rambut
-berhias
-masukkan jadwal kegiatan
pasien.
Sp3
-evaluasi kegiatan yang lalu
(sp1 dan sp2)
-jelaskan cara dan alat makan
yang benar
-jelaskan cara menyiapkan
makanan
-jelaskan cara merapikan
peralatan makan setelah
makan
-praktek makan sesuai dengan
tahapan makan yang baik
-latih kegiatan makan
-masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien.

Sp4
-evaluasi kemampuan
Pasien yang
Lalu(sp1,sp2 dan sp3)
-latih cara BAB dan BAK
yang baik
-menjelaskan cara
membersihkan berdiri setelah

17
BAB atau BAK

Keluarga Setelah 4x Sp1


Mampu pertemuan,keluarga -Identifikasi masalah
Merawat mampu meneruskan keluarga dalam merawat
Anggota melatih pasien dan pasien dengan masalah
keluarga yang mendukung agar kebersihan
mengalami kemampuan dalam diri,berdandan,makan,BAB
masalah kurang perawatan pasien dirinya atau BAK
perawatan diri meningkat -Jelaskan defisit perawatan
diri
-jelaskan cara merawat
kebersihan
diri,berdandan,makan,BAB
atau BAK
-bermain peran cara merawat
-rencana tindak lanjut
keluarga atau jadwal keluarga
untuk merawat pasien
Sp2
-evaluasi sp1
-latih keluarga
Merawat langsung ke
pasien,kebersihan diri dan
berdandan
-RTL keluarga atau jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
Sp3
-evaluasi kemampuan
Sp2
-latih keluarga merawat
langsung pasien cara makan

18
-RTL keluarga atau jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
Sp4
-evaluasi kemampuan
keluarga
-evaluasi kemampuan
keluarga
-rencana tindak lanjut
keluarga
-follow up
-rujukan

F. Intervensi Spesialis

a. Terapi Individu: Terapi Perilaku : Token Ekonomi


b.Terapi Kelompok: Supportif Group Therapy
c. Terapi Keluarga: Terapi Triangle
d. Terapi Komunitas: ACT (SAK FIK-UI, 2014)
BAHAN BACAAN

Depkes. (2000). Standar Pedoman Perawatan jiwa.


Hawari, D. (2001). Pendekatan holistik pada gangguan jwa Skizopreniai,
Jakarta:FKUI
Nurjanahl Intansari. 2001. Pedoman Penanganan Pada gangguan Jiwa.
Yogyakarta : Momedia .
Herdman, T. (2012). Nursing Diagnosis: Definition & Classification 2012-2014.
Indianapolis: Willey - Balckwell.

19
FIK-UI1 (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jlwa,
Workshops Ke-7, fakultas ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia,
Jakarta
Kemenkes RI, (2012) Modul: Pelatihan Keperawatan Jiwa Masyarakat,Pusat
Pendidikan ,Tenaga Kesehatan, kementerien Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Stuart, G.W., and Laraia (2005); Principles and practiice of psychiatric
nursing. (7th ed.). St. Louis: Mosby Year Book.
Stuart, G.W (2009). Principles and prsaicc of psychiatric Nursing. (9th edition).
St Louis: Mosby
Suliswati, dkk (2005). Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa, Jakarta : EGC
Wilkinsonl (2007), Diagnosa keperawatan, Jakarta, EGC

20

Anda mungkin juga menyukai