Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENYULUHAN KESEHATAN

DETEKSI DINI GANGGUAN JIWA

DISUSUN OLEH :

IMAM ARIFUDIN 2214901021


LOVI VANIAR 2214901030
ALDY ANDRYAN INDRA JAYA 2214901029
HERI SUPRAYOGI 2214901020
NADYA ULFA ANNISA 2214901035
ALYA NABILA 2214901005
DONI APRIYANTO 2214901012
MUHAMMAD RIFKY FERY FIRNANDO 2214901033
ANNISA ABIDIN 2214901006
FIRZA NOVIATUN NISA 2214901018
KHOLISATUL MUAWANAH 2214901026
KOMANG TIARA KORIDEVANI GIRI 2214901027

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI PROFESI NERS

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan Jiwa tidak terbatas pada psikotik atau yang kita kenal sebagai gila.
Banyak macam gangguan jiwa ringan yang jika tidak segera diterapi menjadi berat
dan mengancam nyawa. Biasanya gangguan itu bermanifestasi sebagai gangguan
fisik. Kesehatan jiwa sebagai bidang kegiatan banyak menggunakan kerangka berpikir
yang berasal dari ilmu kesehatan masyarakat. Dalam garis besar kegiatannya dapat
dibagi dalam tiga kelompok pencegahan atau prevensi primer yang mencakup juga
usaha pembinaan dan promosi kesehatan jiwa, prevensi sekunder yang menekankan
diagnosis dan pengobatan secara dini, dan prevensi tersier yang juga mencakup
rehabilitasi mental.
Gangguan jiwa disebabkan oleh adanya berbagai stressor fisik, psikososial,
atau sosial. Tetapi, gangguan yang actual terjadi karena perantara proses psikososial.
Peningkatan dan pencegahan penyakit kesehatan jiwa intervensi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan sasaran mamu
mengetahui tentang Deteksi Dini Gangguan Jiwa.

2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Deteksi Dini Gangguan Jiwa,
diharapkan peserta mampu :
a. Mengetahui pengertian gangguan jiwa
b. Mengetahui penyebab gangguan jiwa
c. Mengetahui tanda-tanda gangguan jiwa
d. Mengetahui jenis gangguan jiwa
e. Mengetahui peran keluarga pada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Gangguan jiwa atau mental adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh
seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya
tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Djamaludin, 2001).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi
jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Deteksi Dini, Secara fitrah setiap manusia atau individu memiliki mental yang
sehat, akan tetapi karena suatu sebab ada beberapa individu yang mengalami atau
memiliki mental yang tidak sehat. Biasanya mental yang tidak sehat, diakibatkan dari
goncangan-goncangan atau konflik batin yang ada dalam diri (jiwa), dan pengalaman
hidup yang tidak menyenangkan.

B. Penyebab
Penyebab seseorang bisa menderita gangguan jiwa bermacam-macam atau disebut
multifaktorial, yaitu :
a. Faktor genetik, keturunan
b. Kondisi ibu selama dia mengandung, bila ada gangguan mental, emosional,
atau fisik maka akan mempengaruhi saraf otak janin yang dikandungnya
c. Proses persalinan, bila ada komplikasi maka meningkatkan risiko
d. Penyakit fisik seperti panas tinggi, kejang, atau penyakit berat lainnya mulai
dari lahir sampai usia sekarang
e. Riwayat jatuh, terbentur kepala, kena pukul atau kecelakaan
f. Penggunaan Narkoba/Napza seperti : alkohol, ganja (cannabis). Shabu-shabu,
Extasy, obat penenang, heroin (putaw), dll
g. Riwayat trauma, beban psikologis yang berat, masalah yang sulit diselesaikan,
konflik, keinginan yang tidak tercapai, kemarahan yang terpendam, kesedihan
yang mendalam, kehilangan, kekecewaan, dll
Semuanya itu membuat keseimbangan zat kimia di otak (neurotransmiter)
menjadi berubah dan tidak stabil dan inilah yang memunculkan adanya perubahan
pada : cara berpikir, perasaan, sikap, dan perilaku.

C. Tanda dan Gejala


Untuk mengetahui bagaimana kondisi mental atau kondisi jiwa kita. Apakah
kondisi mental itu sehat, normal atau terganggu. Ini semua bisa diketahui atau
dideteksi lewat apa yang disebut dengan “gejala” atau “tanda”.
Gejala adalah tanda-tanda yang mendahului suatu problem, atau sesuatu yang
dapat diamati sebelum timbulnya suatu masalah atau keadaan yang menjadi tanda-
tanda akan timbulnya atau berjangkitnya sesuatu. Jadi gejala-gejala timbulnya
gangguan mental ialah segala bentuk kondisi kejiwaan yang bisa diamati atau bisa
dirasakan secara jelas sebagai realisasi aktivitas kejiwaan yang bisa mengakibatkan
ketidaknyamanan ataupun ketidaktenangan baik secara psikologis maupun secara
jasmaniah (fisik).
Adapun gejala-gejala timbulnya gangguan mental yang dapat dirasakan dan
diamati sebagai bentuk upaya deteksi (diagnosis) yang terjadi dalam diri yaitu, dengan
menilai dan mau merasakan bagaimana kondisi jasmaniah dan rohani yang ada dalam
diri kita. Untuk mengetahuinya bisa diagnosis atau deteksi sendiri melalui beberapa
gejala (tanda). Adapun gejala-gejalanya tersebut bisa dirasakan atau bisa dideteksi
melalui gejala kejiwaan yang ada dalam diri (kejiwaan) yaitu, melalui pikiran,
perasaan, emosi, kehendak dan tingkah laku.
1. Pikiran
Pikiran yang dimiliki setiap manusia memiliki fungsi yaitu untuk berfikir.
Berfikir ialah sebagai bentuk gejala kognisi atau gejala cipta, dan berfikir juga
wujud dari proses kerja pikiran dan merupakan kondisi kejiwaan yang juga bisa
ikut membantu mengontrol segala perilaku manusia. Pikiran memiliki fungsi
untuk mengetahui, mencipta, dan memecahkan problema.
Berfikir bisa disebut juga, gejala atau kondisi kejiwaan yang dapat
menetapkan hubungan-hubungan antara ketahuan-ketahuan kita. Berfikir
merupakan proses dialektika, yakni selama individu berfikir, pikiran akan
mengadakan tanya jawab ataupun melakukan pertimbangan-pertimbangan, untuk
bisa memutuskan suatu persoalan yang akan dilakukan. Dalam proses dialektika
itulah yang memberi arah atau pengertian agar pikiran tidak salah dalam
memberikan keputusan. Adapun kondisi pikiran yang sehat diantaranya yaitu,
mampu berfikir secara cepat, akurat dan sistematis, realistis, mampu
berkonsentrasi, tidak merasa lelah dan tidak merasa gundah dan kacau.
Dengan demikian apabila diri seseorang merasakan hal yang sebaliknya dalam
pikirannya, ini merupakan suatu gejala timbulnya gangguan mental ataupun
gangguan jiwa secara umum.
2. Perasaan
Setiap aktivitas, tingkah laku dan pengalaman kita diliputi oleh perasaan.
Disamping pikiran perasaan juga mempunyai peran untuk memberikan
pertimbangan bagaimana seseorang atau individu untuk berbuat dan bertingkah
laku. Perasaan juga termasuk naluri manusia yang banyak memberi pengaruh serta
mempengaruhi perkembangan sikap dan tingkah lakunya.
Ada dua macam perasaan manusia sebagaimana yang dikategorikan oleh
Jamaludin Kafie yaitu digolongkan ke dalam dua bentuk, yakni:
1. Perasaan yang dikategorikan sebagai perasaan kejasmanian (rendah) seperti,
perasaan penginderaan, perasaan vital, perasaan psikis dan perasaan pribadi.
2. Perasaan kerohanian (tinggi), seperti perasaan religius (hal yang suci),
perasaan etis (hal yang baik), perasaan estetik (hal yang indah), perasaan
egoistis (hal diri sendiri), perasaan sosial (hal bersama), perasaan simpati (hal
tertarik) dan perasaan intelektual (hal yang benar). Perasaan biasanya
disifatkan sebagai kondisi kejiwaan yang dialami oleh setiap manusia pada
suatu waktu. Seperti orang merasa iba, terharu, gembira, merasa gembira atau
sedih, tercengang dan sebagainya.

Secara sederhana perasaan bisa dimaknai sebagai suatu kondisi kejiwaan


sebagai akibat dari adanya peristiwa-peristiwa, pada umumnya datang dari
eksternal individu, yang bisa menimbulkan kegoncangan-kegoncangan pada diri
individu yang mengalaminya. Perasaan yang dimiliki oleh setiap orang tidaklah
sama, itu semua tergantung pada kondisi atau peristiwa yang mempengaruhinya
atau yang dialaminya. Disamping pengaruh stimulus dari luar, perasaan juga
bergantung pada kondisi

 Jasmani dan rohani


 Sifat pembawaan yang erat hubungannya dengan kepribadian seseorang.
 Kondisi perkembangan seseorang, yakni keadaan yang pernah mempengaruhi,
akan dapat memberikan corak dalam perkembangan perasaannya.
 Disamping itu faktor lain yang dapat mempengaruhi perasaan seseorang,
misalnya; keluarga, lingkungan, tempat kerja, sekolah dan sebagainya.

Ekspresi perasaan ini bisa dilihat dari keadaan jasmani, karena banyak
perasaan timbul bersamaan dengan peristiwa tubuh, seperti tertawa, marah,
membentak, mengepal tangan, menangis, mengerutkan dahi dan sebagainya, ini
semua tak lain adalah sebagai perbuatan-perbuatan tubuh (badan) untuk
melahirkan perasaan. Tanggapan-tanggapan perasaan dapat diwujudkan dengan
gerakan-gerakan seperti, perubahan raut muka (mimik) dan gerakan-gerakan tubuh
yang lain baik sebagian (pantomimic) maupun seluruhnya.

Bentuk gejala (symptom) terhadap mental, yakni terganggu tidaknya kondisi


mental seseorang itu bisa diamati atau bisa dirasakan lewat perasaannya, untuk
mengetahuinya bisa kita rasakan atau kita amati terhadap gejala-gejala baik secara
psikis maupun secara fisik seperti, denyut jantung yang sangat cepat tidak seperti
biasanya, pernafasan yang tidak teratur atau tidak seperti biasanya, raut muka yang
tidak seperti biasanya (seperti tampak pucat, tampak murung, tampak bersedih,
dan sebagainya), kehilangan gairah dan sebagainya. kondisi perasaan kita bekerja
pada batas ketidakwajaran dan disertai dengan gejala-gejala jasmaniah yang tidak
seperti biasanya (tidak wajar) berarti mental atau jiwa seseorang mulai terganggu.

Kondisi perasaan seperti inilah yang bisa disebut sebagai gejala terjadinya
gangguan mental. Maka dari itu perasaan seseorang perlu didik dan dilatih agar
menjadi baik, wajar stabil, dan proporsional dan bernilai positif, sehingga dengan
sendirinya akan membentuk mental yang sehat.

3. Emosi
Kondisi kejiwaan yang dapat mempengaruhi “mental”, disamping pikiran dan
perasaan juga dipengaruhi oleh “emosi”. Emosi dengan perasaan hampir tidak
ada perbedaannya. Emosi dalam pengertiannya sangat bermacam-macam, seperti
“keadaan bergejolak”, “gangguan keseimbangan”, “ respon kuat dan tidak teratur
terhadap stimulus”. Dari pengertiantersebut memiliki kecenderungan yang sama
bahwa, keadaan emosional itu menunjukkan penyimpangan dari keadaannya
normal. Keadaan yang normal adalah keadaan yang tenang atau keadaan
seimbang fisik dan sosial.
Perlu dimengerti dan juga diantisipasi bahwa emosi yang tidak stabil dapat
mengganggu pikiran (berfikir), sedangkan berfikir adalah alat terbaik untuk
memecahkan persoalan, dan juga bisa menggangguperasaan. Apabila pikiran
danperasaan terganggu oleh emosi yang tidak stabil tersebut, yang terjadi adalah
pikiran dan perasaan menjadi bingung sehingga tidak bisa berfikir secara
obyektif. Dan lebih parah lagi kondisi mental kita sampai pada taraf diffusi yakni
dalam kondisi ini orang melakukan banyak gerakan yang tidak ada gunanya,
seperti; berjalan mondar-mandir, menarik-narik rambut, menghempaskan apa saja
yang ada di depannya, berteriak dan sebagainya.
4. Kehendak
Kehendak atau kemauan disebut juga gejala konasi atau gejala karsa yang ada
dalam diri (jiwa) seseorang, juga termasuk fungsi jiwa yang memberi dorongan
untuk menuju atau menghindari sesuatu. Kehendak merupakan fungsi jiwa yang
memiliki fungsi untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu keinginan karena
kehendak atau kemauan merupakan tujuan aktif untuk menuju pelaksanaan suatu
tujuan.Akan tetapi yang perlu diwaspadai dan disadari disini yaitubahwa
kehendak atau kemauan juga tidak bisa terlepas dari apa yang disebut dengan
“hasrat” ataupun “nafsu” yang bergejolak, yakni suatu keinginan yang kuat atau
meluap-luap, yang cenderung menggebu-gebu yang terkadang bisa mengganggu
atau pikiran, perasaan, emosi bahkan hasrat tersebut sampai menguasainya, kalau
pikiran, perasaan dan emosinya telah tertutup maka yang muncul adalah sifat
emosionalnya atau nafsunya yang begitu berkobar-berkobar, maka tidak menutup
kemungkinan perilaku atau sikap dan tindakan yang dilakukan pasti tindakan
berada diluar kontrol yang ada dalam dirinya.
Dengan demikian secara lahiriah orang tersebut mengalami gangguan mental.
Maka dari itu kita harus mampu mengatur dan mengendalikan kehendak atau
kemauan kita, jangan sampai terjebak pada hasrat dan nafsu yang cenderung
mengarahkan sikap dan tingkah laku kita pada tindakan yang negatif. Gejala
gangguan mental disini juga bisa kita kenali atau kita deteksi sendiri lewat
kehendak atau kemauan kita.
5. Sikap dan Tingkah Laku
Tingkah laku adalah gerak gerik, aktivitas, tindakan, sikap dan perbuatan atau
gerakan yang nampak pada individu, yang merupakan manifestasi dari gejala-
gejala kejiwaan yang ada dalam diri manusia. Secara sederhana tingkah laku bisa
dikatakan sebagai bentuk yang kongkrit dari jiwa itu sendiri, maka dari itu
tingkah laku sifatnya mudah diamati, dikenali, ditafsirkan, diramalkan, dan
mudah dimengerti atau mudah dipahaminya. Dengan demikian tingkah laku bisa
disebut sebagai bentuk ungkapan jiwa yang tidak bohong, karena tingkah laku
yaitu sebagai manifestasi atau ekspresi dari jiwa baik yang disadari maupun yang
tidak disadari.
Tingkah laku ialah merupakan ekspresi dan manifestasi dari gejala-gejala
hidup kejiwaan yang ada dalam diri manusia tersebut. Maka segala sikap tindakan
yang dilakukan tidak bisa lepas dari kondisi kejiwaannya karena, manusia itu
terbentuk atas dua dimensi yakni dimensi jasmani dan dimensi rohani, yang mana
keduanya saling mempengaruhi. Tingkah laku manusia mempunyai arah dan
tujuan yaitu untuk memenuhi suatu kebutuhan hidupnya baik sebagai mahluk
individual, sosial, dan mahluk berketuhanan. Kebutuhan manusia merupakan
dorongan dari kehendak, atau kemauan, pikiran, emosi dan perasaan, dimana
semuanya secara totalitas bekerjasama untuk menentukan tingkah laku yang tepat
(positif) yang harus dilakukan oleh manusia untuk memenuhi semua kebutuhan.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tingkah laku manusia
menurut tinjauan psikologis ialah beberapa macam aktivitas, kegiatan dan
tindakan manusia yang tampak secara riil (obyektif dan terbuka) sebagai bentuk
penampakan dari adanya dorongan-dorongan psikis untuk memenuhi atau
mencapai suatu kehendak atau kemauan dan tujuan hidupnya.

Dari kelima gejala kejiwaan itulah (pikiran, perasaan, emosi, kehendak


dan tingkah laku) perlu senantiasa kita perhatikan dan kita jaga agar selalu dalam
kondisi seimbang. Sehingga kondisi diri kita atau mental kita selalu dalam
kondisi yang sehat (tidak terganggu). Secara umum, biasanya gejala-gejala
gangguan mental

Gejala psikis, yang merupakan indikasi dari kondisi mental yang tidak
sehat yang bisa menimbulkan terjadinya gangguan mental, dengan ciri-ciri
diantaranya yaitu:
a. Perasaan sering gelisah, menderita insomnia (kesulitan akan tidur), mudah
tersinggung, sering mimpi buruk, mudah marah, cenderung bersikap agresif,
dan mudah garang (kurang perhatian pada daerah sekitarnya).
b. Lekas jadi cemas, sering bingung, sering lupa, suka menyendiri, benci
terhadap keramaian, kehilangan nafsu makan dan seksual, dan cenderung
kehilangan kontrol diri, seperti suka ceroboh, sering berbuat dengan tergesa-
gesa dan lain-lain.
c. Sering terjadi disorientasi waktu, kadang-kadang berperilaku immoral,
terkadang lupa terhadap diri sendiri, terkadang berbicara ngelantur dan tidak
jelas.
d. Sering berbuat apatis, beku emosional, perasaan sering bergantiganti, tidak
mampu melakukan konsentrasi, ada kelesuan pada bagian interesnya,
e. Aktivitas intelektualnya mundur dan juga kemampuan-kemampuan lain
menjadi lemah seperti tidak bisa berfikir secara cermat.
f. Merasa kesulitan dalam melakukan adaptasi atau adjustment dan sering datang
perasaan-perasaan putus asa.
g. Prestasi menurun, merasa kesulitan dalam beraktualisasi, sosialisasi, dan
komunikasi serta timbul perasaan-perasaan cepat bosan dan suka mengumpat.
h. Tanpa disadari tiba-tiba bicara sendiri tanpa dengan obyek yang jelas
i. Sering kehilangan kesabaran, dan perasaan ingin menjerit.

Sementara itu gejala pada fisik, tanda-tanda kondisi mental yang terganggu,
diantaranya yaitu:

a. Terjadi gangguan pada fungsi pencernaan makan.


b. Kondisi stamina tubuh menurun dan otak ada semacam kelesuan, sehingga
timbul rasa malas dan malas berfikir.
c. Ada semacam gangguan pada alat pernafasan
d. Tanpa disadari sering melakukan tics (gerak-gerak facial pada wajah, seperti;
mengedip-ngedipkan mata terus menerus, mengerenyitkerenyitkan cuping
hidung dan bibir, dan lain)
e. Tanpa disadari sering menendang-menendang, tiba-tiba menjerit (histeris) dan
bersikap agresif
f. Sering mondar-mandir tanpa tujuan yang jelas, berdiam diri dan tampak
stupor.
g. Kondisi tubuh terasa capek yang luar biasa, dan suka menggerakgerakkan
anggota tubuh yang tidak biasa dilakukan dan otot leher semakin terasa kaku.
h. Muka tampak memerah, pucat dan lemas
i. Suka marah dan disertai dengan tindakan agresif

Dari sekian gejala yang tampak dalam diri kita sebagaimana tersebut di
atas, semua itu merupakan cerminan dari kondisi mental yang tidak sehat
(terganggu) yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa, sehingga pada ujungnya
dapat membentuk suatu kepribadian yang tidak sehat pula.

Beberapa tanda gangguan jiwa diantaranya adalah :

1. Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi.
2. Menarik diri atau mengasingkan diri (withdrawn). Tidak mau bergaul atau
kontak dengan orang lain, suka melamun (day dreaming).
3. Delusi atau Waham yaitu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk akal)
meskipun telah dibuktikan secara obyektif bahwa keyakinannya itu tidak
rasional, namun penderita tetap meyakini kebenarannya. Sering berpikir /
melamun yang tidak biasa (delusi).
4. Halusinasi yaitu pengelaman panca indra tanpa ada rangsangan misalnya
penderita mendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya padahal
tidak ada sumber dari suara/bisikan itu.
5. Merasa depresi, sedih atau stress tingkat tinggi secara terus-menerus.
6. Kesulitan untuk melakukan pekerjaan atau tugas sehari-hari walaupun
pekerjaan tersebut telah dijalani selama bertahun-tahun.
7. Paranoid (cemas / takut) pada hal-hal biasa yang bagi orang normal tidak perlu
ditakuti atau dicemaskan.
8. Suka menggunakan obat hanya demi kesenangan.
9. Memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup atau bunuh diri.
10. Terjadi perubahan diri yang cukup berarti.
11. Memiliki emosi atau perasaan yang mudah berubah-ubah.
12. Terjadi perubahan pola makan yang tidak seperti biasanya.
13. Pola tidur terjadi perubahan tidak seperti biasa.
14. Kekacauan alam pikir yaitu yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya,
misalnya bicaranya kacau sehingga tidak dapat diikuti jalan pikirannya.
15. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan
semangat dan gembira berlebihan.
16. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam.
17. Sulit dalam berpikir abstrak.
18. Tidak ada atau kehilangan kehendak (avalition), tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya usaha, tidak ada spontanitas, monoton, serta tidak ingin apa-apa dan
serba malas dan selalu terlihat sedih.
D. Jenis Gangguan Jiwa
Berikut ini beberapa gangguan jiwa yang sering terjadi dan memerlukan
perhatian khusus :
1. Pada anak
a. Gangguan perkembangan perfasif, 3 area perkembangan utama yaitu
perilaku, interaksi soialdan komunikasi
Macam gangguan perfasif:
a) Retardasi mental adalah gangguan fungsi intelektual secara signifikan
berada di bawah rata-rata(IQ< 70) dan ketebatasan terkait dalam 2
bidang keterampilan adaptasi atau lebih(komunikasi, perawatan diri)
b) Autisme adalah gangguan yang dicirikan dalam interaksi social dan
komunikasi serta aktivitas dan minat yang terbatas.
c) Gangguan perkembangan spesifik dicirikan dengan keterlambatan
perkembangan yang mengarah kepada kerusakan fungsi pada berbagai
bidang seperti membaca dan bahasa
b. Defisit pehatian dan gangguan perilaku distruktif diantaranya:
a) ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) dicirikan dengan
tingakt gangguan perhatian impulsifitas dan hiperaktifitas yang tidak
sesuai dengan tahap perkembangan.
b) Gangguan perilaku dicirikan dengan perilaku berulang distruktif dan
kesengajaan untuk tidak patuh.
2. Pada remaja
a) Skizofrenia pada awalnya meliputi perubahan ekstrim dalam perilaku
sehari-hari isolasi social, sikap yang aneh, penurunan nilai-nilai akademik,
dan mengekspresikan perilaku yang tidak disadarinya.
b) Bunuh diri mempunyai tanda-tanda diantaranya menarik diri secara tiba-
tiba dengan memberontak atau berperilaku keras, menyalah gunkan obat
atu alcohol dan ancaman butuh secara terang terangan secara verbal.
c) Gangguan penyalahgunaan obat (Narkotika)

3. Pada lansia
a) Dimensia adalah suatu gangguan intelektual atau daya ingat yang ummnya
progresif dan ireversibel biasanya terjadi pada usia lebih dari 65 tahun
b) Depresi gejalanya kehilangan minat mudah lelah dan konsentrasi
berkurang dan kurang percaya diri
c) Gangguan kecemasan berupa gangguan manik, fobia, dan gangguan stress
akut
d) Fenomena yang sering dikeluhkan pada lansia adalah lebih banyak
terbangun pada dini hari ngantuk pada siang hari dan tidur sejenak pada
siang hari
Gangguan jiwa membuat seseorang menjadi terganggu fungsi dan
produktivitasnya dan ini bisa mengganggu juga keluarga dan masyarakat. Dengan
melakukan deteksi dini dan penanganan yang baik maka gangguan jiwa dapat cepat
dipulihkan dan tidak mejadi makin berat. Deteksi dini gangguan jiwa dapat dilakukan
di puskesmas, rumah sakit, psikiater, psikolog, perawat jiwa dan di rumah sakit jiwa.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah wawancara, pemeriksaan lab dan radiologi (bila
diperlukan), tes kesehatan mental dan tes psikologis lainnya. Setelah diagnosis
ditegakkan maka terapi akan segera dimulai dan kesembuhan akan cepat diraih.
Pengobatan untuk gangguan jiwa berlangsung lama dan dibutuhkan konsultasi yang
rutin. Dengan melakukan deteksi dini dan pemeriksaan maka gangguan jiwa yang
berat dapat dihindari sehingga bahaya juga bisa dicegah.

E. Tindakan/Peran keluarga

Keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya


(Friedman, 1981), dan tugas keluarga pada anggotanya yang mengalami gangguan
jiwa adalah sebagai berikut:

a. Mengenal gangguan jiwa setiap anggotanya.


b. Menetapkan pelayanan kesehatan jiwa yang tepat.
c. Merawat anggota keluarganya yang gangguan jiwa.
d. Menyediakan lingkungan yang mendukung kesehatan jiwa.
e. Memanfaatkan pelayanan kesehatan jiwa, lintas sektor dan jaringan dukungan
keluarga yang tersedia di lingkungan.
BAB III

KEGIATAN PENYULUHAN

A. Pelaksanaan Kegiatan
1. Tujuan Instruktional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan sasaran mamu
mengetahui tentang Deteksi Dini Gangguan Jiwa.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Deteksi Dini Gangguan Jiwa,
diharapkan peserta mampu :
a. Mengetahui pengertian gangguan jiwa
b. Mengetahui penyebab gangguan jiwa
c. Mengetahui tanda-tanda gangguan jiwa
d. Mengetahui jenis gangguan jiwa
e. Mengetahui peran keluarga pada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa
3. Topik
Deteksi Dini Gangguan Jiwa
4. Sasaran
Pengunjung Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Bandar Lampung
5. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
6. Media
Leaflet dan Lembar Balik
7. Waktu dan Tempat
Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Bandar Lampung 07.30 – 08.00 wib
8. Setting Tempat

P P P
L E E E
N N N
G G G
U U U
N N N
J J J
CL U U U
N N N
G G G
O
9. Organisasi
Leader : Aldy Andryan Indra Jaya
Co leader : Doni Apriyatno
Fasilitator : Annisa Abidin
Alya Nabila
Nadya Ulfa Annisa
Komang Tiara Koridevani Giri
Imam Aripudin
Lovi Vaniar
Notulen : Firza Noviatun Nisa
Observer : Kholisatul Muawanah
Dokumentasi : Heri Suprayogi
Muhammad Rifky Fery Firnando

Tugas terapis:
a) Leader
 Bertanggung jawab memberikan terapi tentang pengertian, tujuan dan
manfaat terapi.
 Membuka acara.
 Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.
 Menyusun rencana pembuatan proposal.
 Menjelaskan tujuan dan topic.
 Menjelaskan kontrak waktu.
 Memimpin dan mengarahkan alur dalam terapi.
 Menutup acara.
b) Co-leader
 Membantu leader mengorganisasi anggota.
 Membantu mengingatkan leader.
 Mengarahkan anggota kelompok.
 Memperagakan langkah-langkah dalam terapi.
c) Fasilitator
 Ikut serta dalam kelompok untuk mengikuti kegiatan.
 Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok.
 Bertanggung jawab dengan pasien disebelah kiri dan kanannya.
 Memotivasi peserta agar berperan aktif dalam kegiatan.
 Membuat absensi kehadiran.
 Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan.
d) Observer
 Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
 Membuat laporan kegiatan yang telah dilaksanakan.
e) Notulen
 Menulis point-point penting dalam diskusi dan mencatat pertanyaan
hasil diskusi
f) Dokumentasi
 Mendokumentasikan kegiatan selama penyuluhan kesehatan
berlangsung

B. Kegiatan Penyuluhan

No Tahap Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta PJ


Kegiatan
1. Pendahuluan 5 menit - Mengucapkan - Menjawab kelompok
salam salam
- Menjelaskan - Mendengarkan
kontrak dan
pertemuan hari memperhatikan
ini - Mengangguk
- Menjelaskan tanda setuju
tujuan - Menjawab
- Menanyakan pertanyaan
kabar
2. Isi 15 - Menjelaskan - Memperhatikan Kelompok
Menit pengertian dan
gangguan jiwa mendengarkan
- Menjelaskan
penyebab - Memperhatikan
gangguan jiwa dan
mendengarkan

- Menjelaskan
tanda-tanda - Memperhatikan
gangguan jiwa dan
Menjelaskan mendengarkan
jenis gangguan
jiwa - Memperhatikan
- Menjelaskan dan
peran keluarga mendengarkan
- Mengevaluasi
hasil - Memperhatikan
penyuluhan, dan
memberikan mendengarkan
pertanyaan
berupa : - Menjawab
sebutkan pertanyaan
pengertian
gangguan jiwa,
sebutkan
penyebab
gangguan jiwa,
sebutkan
tanda-tanda - Menerima
gangguan reward
jiwa?
- Memberikan
reward

3. Penutup 10 - Menyimpulkan - Memperhatikan Kelompok


menit hasil kegiatan dan
penyuluhan mendengarkan
- Mengakhiri - Menjawab
acara dengan salam
salam penutup
dan terima
kasih
Lampiran

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

Pokok Bahasan : Deteksi Dini Gangguan Jiwa


Sub Pokok Bahasan : Definisi Gangguan Jiwa

Penyebab Gangguan Jiwa

Jenis Gangguan Jiwa

Tanda-Tanda Gangguan Jiwa

Peran Keluarga

Tempat : Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Bandar Lampung


Tanggal : 23 September 2022
Waktu : 07.30 s/d 08.00 wib
Sasaran : Semua Pengunjung Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Bandar
Lampung

A. Tujuan
Tujuan Umum
Peserta penyuluhan diharapkan dapat lebih mengerti dan mengetahui tentang tanda
dan gejala gangguan jiwa pada seseorang.

Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan tentang Deteksi Dini Gangguan Jiwa, diharapkan
peserta mampu :
a. Mengetahui pengertian gangguan jiwa
b. Mengetahui penyebab gangguan jiwa
c. Mengetahui tanda-tanda gangguan jiwa
d. Mengetahui jenis gangguan jiwa
e. Mengetahui peran keluarga pada anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa
B. Media dan Alat
Leaflet dan Lembar balik
C. Metode
Penyuluhan dan Tanya Jawab

D. Pelaksanaan
No Tahap Waktu Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Peserta PJ
Kegiatan
1. Pendahuluan 5 menit - Mengucapkan - Menjawab kelompok
salam salam
- Menjelaskan - Mendengarkan
kontrak dan
pertemuan hari memperhatikan
ini - Mengangguk
- Menjelaskan tanda setuju
tujuan - Menjawab
- Menanyakan pertanyaan
kabar
2. Isi 15 Menit - Menjelaskan - Memperhatikan Kelompok
pengertian dan
gangguan jiwa mendengarkan
- Menjelaskan
penyebab - Memperhatikan
gangguan jiwa dan
mendengarkan

- Menjelaskan
tanda-tanda - Memperhatikan
gangguan jiwa dan
Menjelaskan mendengarkan
jenis gangguan
jiwa - Memperhatikan
- Menjelaskan dan
peran keluarga mendengarkan
- Mengevaluasi
hasil - Memperhatikan
penyuluhan, dan
memberikan mendengarkan
pertanyaan
berupa : - Menjawab
sebutkan pertanyaan
pengertian
gangguan jiwa,
sebutkan
penyebab - Menerima
gangguan jiwa, reward
sebutkan
tanda-tanda
gangguan
jiwa?
- Memberikan
reward

3. Penutup 10 menit - Menyimpulkan - Memperhatikan Kelompok


hasil kegiatan dan
penyuluhan mendengarkan
- Mengakhiri - Menjawab
acara dengan salam
salam penutup
dan terima
kasih

Evaluasi : memberikan pertanyaan kepada seluruh audiens penyuluhan


DAFTAR PUSTAKA

Clifford R. Anderson. MD. (1979). Petunjuk Modern Pada Kesehatan. Bandung : Publising
House.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai