Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PENELITAN EMPIRIS (EVIDENCE BASED) IMD ( INISIASI MENYUSUI DINI


PADA BAYI BARU LAHIR

Disampaikan kepada Dewi Ratna Sulistina, S.ST , M.Kes


Sebagai tugas mata kuliah Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita

OLEH :

1. Adinda Meirissa Diahningrum (190106001)


2. Ajeng Oktavia Kurniawati (190106002)
3. Dian Retno Sari (190106003)
4. Fiki Oktaviani (190106004)
5. Hani’atul Mahmudah (190106005)
6. Ika Rahma Wati (190106006)
7. Lintang Kurnia Dewi (190106007)
8. Meta Selviana (190106008)
9. Nur Witasari (190106010)
10. Octaviana Giacesita N.A (190106011)

TINGKAT II B
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG
Jl. Raya Tulungagung – Blitar Km 4 Sumbergempol Tulungagung
2020 / 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.Tidak lupa

kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam pembuatan makalah ini, baik yang

disengaja maupun tidak disengaja. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak

yang telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah kami masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

kami sangat menerima kritik dan saran dari pembaca.

Tulungagung, 26 Januari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Inisiasi Meenyusu Dini (IMD)
B. Manfaat Menyusui…………………………………………………………………..
C. Posisi dan Perlekatan Menyusui
D. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar
E. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI
F. Penelitian Empiris IMD

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan
B. Saran…………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
IMD atau Inisiasi Menyusu Dini adalah satu program yang gencar diserukan
pemerintah.Meyusu dan bukan menyusui merupakan gambaranbahwa IMD bukan
program ibumenyususi bayi namun sebaliknyabayi yang harus aktif menemukan sendiri
putting susu ibu. Cara melakukan IMD harus saat bayi baru lahir,tanpa boleh ditunda
denga kegiatan meimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihka, hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung kulit bersentuha dengan
bayi.
Mengingat pentingnya ASI dan keterikatan kasih sayang (Bounding Attechment)
antara ibu dan anak, dan masih kurangnya pengetahuan masyarakat dengan hal tersebut,
maka didalam makalah ini akan dibahas tentang ASI dan bagaimana cara mewujudkan
kasih sayang tersebut. Keterikatan kasih sayang bisa terwujud dari janin masih berada
didalam kandungan dan untuk mempereratnya bayi yang baru lahir bisa dilakukan IMD
(inisiasi menyusu dini), dari hal tersebut selain manfaat ASI yang didapatkan begitu besar
juga sangat bermanfaat untuk psikologis ibu dan anak karena sebuah kasih sayang bisa
berawal dari sebuah sentuhan,dan dekapan ibu kepada anaknya disaat dilakukan IMD.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian IMD(inisiasi menyusu dini)?
2. Bagaimana IMD serta apa manfaat dari IMD?
3. Bagaimana posisi dan perlekatan menyusui?

C. Tujuan
Tujuannya adalah agar ibu nifas atau ibu menyusui mengerti dan bisa melakukan
IMD dengan cara yang benar sehingga bisa terwujudnya Bounding Attechment antara ibu
dan anak serta mengerti dan paham manfaat dari IMD itu sendiri. Brgitupun dengan
tenaga medis bisa mensosialisasikan kembali tentang IMD kepada ibu hamil, ibu bersalin
dan ibu nifas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera
setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun
untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu hingga
dua jam.
Inisiasi Menyusu Dini atau disingkat sebagai IMD merupakan program yang
sedang gencar dianjurkan pemerintah. Menyusu dan bukan menyusui merupakan
gambaran bahwa IMD bukan program ibu menyusui bayi tetapi bayi yang harus aktif
menemukan sendiri putting susu ibu. Program ini dilakukan dengan cara langsung
meletakkan bayi yang baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi ini merayap untuk
menemukan puting susu ibu untuk menyusu. IMD harus dilakukan langsung saat lahir,
tanpa boleh ditunda dengan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak
boleh dibersihkan, hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung
skin to skin antara bayi dan ibu.
Jika bayi baru lahir segera dikeringkan dan diletakan diperut ibu dengan kontak
kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibunya setidaknya satu jam, semua bayi akan
melakukan lima tahapan perilaku (pre-feeding behaviuor) sebelum ia berhasil meyusui.
Berikut lima tahapan perilaku bayi tersebut :
1 Dalam 30 menit pertama: stadium istirahat/diam dalam keadaan siaga (rest/quit
alert stage). Bayi diam tidak bergerak. Sesekali matanya terbuka lebar melihat
ibunya. Masa tenang yang istimewa ini merupakan penyesuain peralihan dari
keadaan dalam kandungan. Bonding (hubungan kasih sayang) ini merupakan
dasar pertumbuhan bayi dalam suasana asam.
2 Antara 30-40 menit: mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti ingin minum,
mencium, dam menjilat tangan. Bau dan rasa ini akan membimbing bayi untuk
menemukan payudara dan putting susu ibu.
3 Mengeluarkan air liur: saat menyadari bahwa ada makanan disekitarnya, bayi
mengeluarkan iar liurnya.
4 Bayi mulai bergerak ke arah payudara. Areola sebagai sasaran, dengan kaki
menekan perut ibu, ia menjilat-jilat ibu, menghentak-hentakkan kepala ke dada
ibu, menoleh kekanan dan kiri, serta menyentuh meremas daerah putting susu dan
sekitarnya dengan tangannya yang mengigil.
5 Menemukan, menjilat, mengulum putting, memebuka mulut lebar, dan melekat
dengan baik.

Berikut informasi tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang dapat mendorong Anda
untuk melakukan IMD sesaat setelah bayi Anda dilahirkan:
1 Percayalah bayi dapat melakukan ini sendiri. Sebenarnya, ada kodrat
alami seorang bayi untuk menyusu dari ibu bahkan saat dia baru lahir. Jadi
anda tidak perlu terlalu menghawatirkan bayi anda. Ini merupakan tahap
awal yang sangat baik bila anda ingin memberikan ASI eksklusif pada 6
bulan pertama. Bayi akan menyukai ASI dan ibu tidak akan kekurangan
untuk memberikannya. IMD juga mengurangi rasa nyeri saat harus
menyusui.
2 Jangan kuatir bayi anda kedinginan karena tanpa pakaian apapun harus
dibiarkan selama kurang lebih 1 jam untuk mencari puting susu ibu.
Karena kulit ibu dapat menghangatkan bayi secara sempurna. Bila bayi
merasa kedinginan, suhu tubuh ibu akan meningkat 2 derajat celcius,
sedangkan bila bayi kepanasan, kulit ibu akan menyesuaikan dengan
menurunkan suhu sebanyak 1 derajat celcius. Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi sehingga mengurangi
tingkat kematian bayi yang baru lahir. Gerakan bayi yang merangkak
mencari puting susu dapat menekan rahim dan mengelurkan hormon yang
membantu menghentikan pendarahan ibu.
3 Bila bayi dalam melakukan IMD menangis, jangan cepat-cepat anda
menyerah untuk memberikan ASI. Bayi menangis belum tentu karena
merasa lapar, biarkan bayi anda menemukan susu sendiri.
4 Bila persalinan harus melalui proses Cesar, anda dapat tetap melakukan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) walaupun kemungkinan berhasilnya sekitar
50% daripada persalinan normal.
5 IMD membantu meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak.

B. Manfaat Menyusui

Berikut ini adalah manfaat yang didapatkan dengan menyusui bagi bayi, ibu,
keluarga, dan negara:
1. Manfaat bagi bayi
a. Komposisi sesuai kebutuhan
b. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan
c. ASI mengandung zat pelidung
d. Perkembangan psikomotorik lebih cepat
e. Menunjang perkembangan kognitif
f. Menunjang perkembangan penglihatan
g. Memperkuat ikatan batin antara ibu dan anak
h. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat
i. Dasar untuk perkembangan kepribadian yang percaya diri
2. Manfaat bagi ibu
a. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim
kebentuk semula
b. Mencegah anemia defisiensi zat besi
c. Mempercepat ibu kembali ke berat badan sebelum hamil
d. Menunda kesuburan
e. Menimbulkan perasaan dibutuhkan
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara dan ovarium
3. Manfaat bagi keluarga
a. Mudah dalam proses pemberiannya
b. Mengurangi biaya rumah tangga
c. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk
berobat
4. Manfaat bagi negara
a. Penghematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan
b. Penghematan devisa dalam hal pemblian susu formula dan perlengkapan menyusui
c. Mengurangi polusi
d. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas

C. Posisi dan Perlekatan Menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu pascaoprasi
cesar. Bayi diletakan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi
kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di
payudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurepkan di atas
dada ibu, tangan ibu sedikit menekan kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak
terdesak.
 Posisi normal saat menyususi bayi
Sebelum menyusui :
o Ibu terlebih dahulu mencuci kedua tangan dengan sabun sampai bersih.
o Kedua puting susu ibu dibersihkan dengan kapas yang telah direndam
terlebih dahulu dengan air hangat
Posisi menyusui :
o Posisi berbaring dan duduk.
o Duduk dengan bantal untuk menyangga punggung dan menahan tubuh
bayi.
o Angkat bayi menyamping dengan tubuh menghadap ke payudara ibu.
o Tumpukan kepala dan leher bayi pada lengan ibu.
Cara Menyusui :
o Posisikan bayi agar nyaman dalam dekapan ibu. Bantu bayi menemukan
puting susu ibu dengan cara menyentuhkan puting pada bibir atau
hidungnya.
o Usap pipi bayi hingga berpaling ke arah ibu dan siap menghisap.
o Gendong bayi rapat ke arah ibu.
o Posisi mulut harus sejajar dengan putting susu.Punggung bayi harus
berada dalam satu garis lurus, dan sangga dengan lengan.
o Pada saat bayi membuka mulutnya, masukkan puting susu ibu sehingga
bayi dapat langsung menghisap.
o Mulut bayi harus menutup seluruh areola, membentuk penutup yang
kencang.
o Ibu harus merasakan lidah bayi menekan puting susu dan melihat
rahangnya bergerak ketika menghisap
o Bila bayi merasa cukup, dia akan menghentikan hisapan tetapi mulutnya
tetap menempel.
o Ibu merasa payudara sudah kosong, tetapi bayi masih menghisap
o Tekan areola ibu di daerah samping mulut bayi dengan jari kelingking
sehingga puting terlepas dari hisapan bayi.
o Sebelum memindahkan bayi ke payudara yang lain, bantu bayi
bersendawa dengan cara menggendongnya pada posisi tegak di pundak
ibu.

D. Langkah-Langkah Menyusui Yang Benar

1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan di sekitar
putting, kemudian duduk dan berbaring dengan santai.
2. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi menyanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke
dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu. Dekatkan tubuh bayi
ke tubuh ibu, menyentuh bibir bayi keputing susunya, dan menunggu sampai mulut
bayi terbuka lebar.
3. Segera dekatkan bayi ke payudara sedangkan sedemikian rupa, sehingga bibir bawah
bayi terletak di bawah putting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu
dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, dan bibir bawah bayi
membuka lebar.
Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda
sebagai berikut:
1. Bayi tampak tenang
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagean areola masuk ke dalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang
masuk
6. Bayi tampak mengisap dengan ritme perlahan-lahan
7. Putting susu tidak terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9. Kepala bayi agak menengadah

E. Dukungan Bidan Dalam Pemberian ASI

Upaya bidan dalam pemberian ASI pada bayi adalah salah satunya menerapkan 10
langkah menuju keberhasilan menyususi pada sarana kesehatan, dibawah ini adalah 10
langkah tersebut :
1. Sarana pelayanan kesehata mempunyai kebijakan tertulis mengenal pemberian ASI
yang dikomunikasikan secara rutin.
2. Lakukan pelatiha pada petugas dalam hal pegetahuan dan keterampilan untuk
menerapkan kebijakan tersebut.
3. Beri informasi pada semua ibu hamil tentang manfaat ASI dan bagaimana cara
menyusui.
4. Bantu ibu untuk menyususi setengah jam setelah melahirkan.
5. Bantu ibu cara meyusui yang benar dan cara mempertahankan menyusui meski
dipisahkan dari bayi atas idikasi medis.
6. Jangan memberi makanan/minuman apapu pada bayi baru lahir kecuali ada indikasi
medis.
7. Laksanakan rawat gabung ibu dan bayinya.
8. Batu ibu menyususi semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama da
frekuesi meyususi.
9. Jangan beri dot atau kempen pada bayi yag sedang diberi ASI.
10. Upayakan terbentuknya kelompok pendukung ASI da rujuk ibu kepada kelompok itu
ketika pulang dari tempat bersalin
Bidan juga dapat melakukan asuhan dengan membiarkan bayi bersama ibunya segera
sesudah dilahirka selama beberapa jam pertama. Ajarkan cara merawat payudara yang
sehat pada ibu untuk mencegah masalah umum yag timbul, bantulah ibu pada waktu
pertama kali memberi ASI, harus dilakukan rawat gabung, memeberikan ASI pada bayi
sesering mungkin, hanya berikan ASI saja pada bayi seserig mungkin, hidari susu botol
dan dot empeng.

F. Penelitian Empiris IMD


 Penelitian 1
 STUDI PERSALINAN KALA IV PADA IBU BERSALIN YANG
MELAKUKAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DI RUANG MINA
RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH TUBAN
Umu Qonitun1, Fitri Novitasari2
 Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif. Variabel
penelitiannya yaitu Tekanan Darah, Nadi, Tinggi Fundus Uteri (TFU), dan
Kontraksi Uterus. Populasi pada penelitian ini berjumlah 29 ibu bersalin.
Sampel pada penelitian ini berjumlah 29 responden. Tehnik pengambilan
sampel purposife sampling, memilih sampel dari populasi sesuai yang di
kehendaki peneliti (Nursalam, 2008). Alat pengumpulan data pada
penelitian ini adalah observasi langsung terhadap responden. Analisa data
di proporsikan dalam bentuk presentase.
 Hasil
Penelitian ini di lakukan di Ruang Mina RS Muhammadiyah
Tuban. Pada penelitian ini yang di jadikan responden adalah seluruh ibu
bersalin yang melakukan IMD.
1. Umur Responden Distribusi data responden berdasarkan umur ibu bersalin
yang melakukan IMD di Ruang Mina RS Muhammadiyah Tuban pada
Agustus 2017

Berdasarkan tabel 1 bahwa dari 29 responden di dapatkan sebagian besar


responden berumur produktif 28 (96,55%).
2. Tekanan Darah (TD) ibu bersalin yang melakukan IMD Distribusi Kala IV
(TD) 30 menit terakhir dalam 2 jam pasca persalinan yang melakukan
IMD di Ruang Mina RS Muhammadiyah Tuban pada Agustus 2017

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa Tekanan darah dari 29 ibu


bersalin yang melakukan IMD normal seluruhnya 29 (100%).
3. Nadi ibu bersalin yang melakukan IMD
Distribusi Kala IV (Nadi) 30 menit terakhir dalam 2 jam pasca persalinan
yang melakukan IMD di Ruang Mina RS Muhammadiyah Tuban pada
Agustus 2017

4. Kontraksi uterus ibu bersalin yang melakukan IMD


Distribusi Kala IV (Kontraksi Uterus) 30 menit terakhir dalam 2 jam pasca
persalinan yang melakukan IMD di Ruang Mina RS Muhammadiyah
Tuban pada Agustus 2017

 Penelitian 2
4. PEMBERIAN INISIASI MENYUSU DINI PADA BAYI BARU
LAHIR Arlin Adam1 ,
Andi Alim2 , Novi Purnama Sari3
5. Metode Penelitian
o Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan observasi analitik yaitu penelitian yang
menjelaskan adanya hubungan antara variabel melalui pengujian
hipotesa. Sedangkan waktu penelitian dengan metode survey dan
wawancara dengan kuesioner. Berdasarkan waktu penelitian
adalah potong lintang (cross sectional) karena mempelajari
korelasi antar variabel sebab dengan akibat.
o Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Makassar
Provinsi Sulawesi Selatan dimulai pada tanggal 25 April sampai
dengan 24 Juni tahun 2016
6. Hasil
Berdasarkan tabel 1, distribusi responden berdasarkan umur yaitu pada umur
26-30 sebanyak 42 responden (42%), sedangkan pada umur 21 – 25
sebanyak 39 responden (39%) dan pada umur 18 – 20 sebanyak 15
responden (15%). Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
responden yaitu 52 responden (52%) mengenyam pendidikan SLTA,
sebanyak 3 responden (37%) mengenyam pendidikan SLTP, pada tingkat
Akademi/S1 Sebanyak 6 responden (6%), yang tingkat pendidikan sekolah
dasar sebanyak 3 responden (3%) dan yang tidak bersekolah 2 responden
(2%). Berdasarkan dari pemberian Inisiasi Menyusu Dini sebanyak 81
responden (81%) tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini, sedangkan 19
responden (19%) melakukan Inisiasi Menyusu Dini. Responden yang
memiliki pengetahuan yang cukup tentang IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
adalah sebanyak 23 respoden (23%) dan responden yang memiliki
pengetahuan kurang lebih kecil yaitu 77 responden (77%). Berdasarkan
dukungan tenaga kesehatan, sebanyak 76 responden (76%) tidak
mendapatkan dukungan tenaga kesehatan, sedangkan sebanyak 24
responden (24%) mendapatkan dukungan tenaga kesehatan. Berdasarkan
sosial budaya terdapat 68 responden (68%) tidak percaya, sedangkan
sebanyak 32 responden (32%) percaya. Hasil Analisa Hubungan Variabel
Berdasarkan Tabel. 2 menunjukkan hubungan pengetahuan ibu dengan
Inisiasi Menyusu Dini. Responden dengan pengetahuan cukup namun tidak
memberikan Inisiasi Menyusu Dini sebesar 8 (34,78%) serta yang
memberikan Inisiasi Menyusu Dini sebanyak 15 (65,22%), sedangkan yang
memiliki pengetahuan kurang dan tidak memberikan Inisiasi Menyusu Dini
sebanyak 73 (94,81%) dan yang memberikan Inisiasi Menyusu Dini
sebanyak 4 (5,19%). Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0. 000
< α = 0,05, hal ini berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak atau ada
hubungan antara pengetahuan ibu dengan Inisiasi Menyusu Dini.

Responden yang tidak mendapatkan dukungan tenaga kesehatan dan tidak


memberikan IMD sebesar 72 (94,74%) dan memberikan Inisiasi Menyusu
Dini sebesar 4 (5,26%) sedangkan yang mendapat dukungan tenaga
kesehatan dan tidak memberikan IMD sebesar 9 (37,50%) dan memberikan
IMD sebesar 15 (62,50%). Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh nilai p =
0,000 < α = 0,05, hal ini berarti bahwa Ha diterima dan Ho ditolak atau
adanya hubungan antara dukungan tenaga kesehatan dengan pemberian
inisiasi menyusu dini. Responden yang tidak percaya dan tidak melakukan
Inisiasi Menyusu adalah sebesar 55 (80,88%) dan yang melakukan Inisiasi
Menyusu Dini adalah sebesar 13 (19,12%) sedangkan responden yang
percaya dan tidak melakukan Inisiasi Menyusu Dini adalah sebesar 26
(81,25%) dan yang melakukan Inisiasi Menyusu Dini adalah sebesar 6
(18,75%). Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh nilai p = 1, 000 > α =
0,05, hal ini berarti bahwa Ho diterima dan Ha ditolak atau tidak adanya
hubungan antara sosial budaya dengan pemberian inisiasi menyusu dini.
 Penelitian 3
1. Determinan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
Saifuddin Sirajuddin* Tahir Abdullah** Sutriyani N Lumula
2. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tilamuta Kabupaten
Boalemo, Provinsi Gorontalo yang lokasinya terletak di wilayah yang tidak
terlalu jauh dari pusat kota. Sebagian besar dihubungkan dengan transportasi
darat yang cukup lancar. Penelitian observasional analitis ini menggunakan
desain studi potong lintang. Populasi penelitian adalah ibu bersalin di wilayah
kerja Puskesmas Tilamuta pada periode bulan Januari hingga Desember 2012.
Sampel sebanyak 215 orang yang dipilih secara acak sederhana. Pengumpulan
dilakukan langsung pada responden melalui wawancara dengan menggunakan
kuesioner. Metode wawancara ini dilakukan pada saat kegiatan posyandu dan
kunjungan ke tiap rumah bagi ibu yang berhalangan hadir di posyandu.
Analisis data secara univariat dilakukan terhadap semua variabel penelitian.
Untuk melihat hubungan variabel independen dengan variabel dependen
(bivariat), analisis kai kuadrat digunakan untuk melihat variabel independen
yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen digunakan uji regresi
logistik berganda.
3. Hasil
Sebagian besar responden berada pada usia reproduksi sehat (20 – 34
tahun), tetapi tingkat pendidikan responden sebagian besar masih tergolong
rendah meliputi SD dan SMP dan umumnya bekerja sebagai ibu rumah
tangga. IMD lebih banyak dilaksanakan pada ibu yang berpendidikan cukup
(69,6%) daripada yang berpendidikan kurang (23,1%) (Tabel 1). Pengaruh
pendidikan terhadap pelaksanaan IMD (nilai p = 0,000) dan berkontribusi
sekitar 37,1% atau tingkat kekuatan hubungannya sedang. Pelaksanaan IMD
lebih banyak dilaksanakan pada ibu yang mempunyai pengetahuan yang
cukup (66,3%) dibandingkan ibu yang mempunyai pengetahuan kurang
(37,8%). Ditemukan pengaruh pengetahuan terhadap pelaksanaan IMD (nilai
p = 0,000) dengan kontribusi hanya 22,1% (lemah). Sikap ibu juga
menunjukkan pengaruh yang bermakna terhadap pelaksanaan IMD (nilai p =
0,002), pelaksanaan IMD lebih banyak dilaksanakan oleh ibu yang
mempunyai sikap yang mendukung (66,9%) dibandingkan ibu yang
mempunyai sikap tidak mendukung (42,9%),
besarnya kontribusi variabel sikap terhadap pelaksanaan IMD berdasarkan
uji Phi = 20,7%. Tindakan bidan dan dukungan keluarga berpengaruh
bermakna terhadap pelaksanaan IMD (nilai p = 0,000) dan berkontribusi
yang lebih besar terhadap pelaksanaan IMD, masingmasing adalah 46,2%
dan 55,0% (Tabel 2). Hasil analisis multivariat uji regresi logistik
menunjukkan bahwa dari lima variabel penelitian hanya tiga variabel yang
memberikan kontribusi yang bermakna (nilai p < 0,05), yaitu dukungan
keluarga , pendidikan ibu dan tindakan bidan. Berdasarkan hasil tersebut
terlihat bahwa variabel yang berkontribusi paling besar adalah dukungan
keluarga (Tabel 3).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
IMD atau Inisiasi Menyusu Dini adalah satu program yang gencar diserukan
pemerintah.Meyusu dan bukan menyusui merupakan gambaranbahwa IMD bukan
program ibumenyususi bayi namun sebaliknyabayi yang harus aktif menemukan sendiri
putting susu ibu. Cara melakukan IMD harus saat bayi baru lahir,tanpa boleh ditunda
denga kegiatan meimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihka, hanya
dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung kulit bersentuha dengan
bayi.
Inisiasi Menyusu Dini adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri segera
setelah lahiran. Hal ini merupakan kodrat dan anugrah dari Tuhan yang sudah disusun
untuk kita. Melakukannya juga tidak sulit, hanya membutuhkan waktu sekitar satu
hingga dua jam.
Kesimpulan Jurnal :
1. Penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin yang tidak
mendapatkan dukungan petugas kesehatan terkait pelaksanaan inisiasi
menyusu dini tidak melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini. Sedangkan pada ibu
bersalin yang mendapatkan dukungan tenaga kesehatan sebagian besar
melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh yendra (2011), Suhartatik dkk (2013) yang menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan tenaga kesehatan
dengan pemberian Inisiasi Menyusu Dini. Petugas kesahatan penolong
persalinan merupakan kunci utama keberhasilan IMD karena dalam waktu
tersebut peran dan dukungan penolong persalinan masih sangat dominan.
Apabila penolong persalinan memfasilitasi ibu untuk segera memeluk bayinya
maka interaksi ibu dan bayi diharapkan segera terjadi. Dengan pelaksanaan
IMD, ibu semakin percaya diri untuk tetap memberikan ASI nya sehingga
tidak merasa perlu untuk memberikan makanan atau minuman kepada bayinya
dan bayi akan merasa nyaman menempel pada payudara ibu dan tenang dalam
pelukan ibu segera setelah lahir. Oleh karena itu, keterampilan dalam
menerapkan tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini dengan benar memang sudah
menjadi hal yang mutlak yang harus dimiliki oleh petugas kesehatan yang
menolong persalinan. Ibu maupun suami yang mendampingi akan mengikuti
apa saja yang disarankan dan dilakukan oleh petugas kesehatan pada saat
persalinan. Apabila petugas kesehatan tidak terampil dalam penerapan
langkah-langkah dalam IMD maka kemungkinan besar Inisiasi Menyusu Dini
akan gagal dilaksanakan pasca persalinan. Kendala utama yang ditemukan di
lapangan antara lain, belum optimalnya komitmen Rumah Sakit dan penolong
persalinan untuk selalu melakukan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi baru lahir,
gempuran promosi susu formula dengan iming-iming bonus yang begitu besar
kepada petugas kesehatan. Faktor ibu bersalin juga berperan pada kegagalan
Inisiasi Menyusu Dini antara lain rendahnya pengetahuan ibu tentang Inisiasi
Menyusu dini. Oleh karena itu diharapkan petugas kesehatan lebih bijak
dalam memberikan penyuluhan dan pengarahan tentang IMD jangan malah
petugas kesehatan sendiri yang memotivasi ibu untuk memberikan susu
formula.
2. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah suatu upaya mengembalikan hak bayi
yang selama ini terenggut oleh para praktisi kelahiran yang membantu proses
persalinan yang langsung memisahkan bayi dari ibu sesaat setelah dilahirkan.
Langkah ini tidak membuat bayi menjadi lebih baik, tetapi justru menurunkan
ketahanan tubuh bayi hingga 25 persen. Pada kasus yang lebih parah, bayi
dapat mengalami goncangan psikologis akibat kehilangan perlindungan yang
ia butuhkan dari ibu sehingga berdampak buruk terhadap tumbuh kembang,
khususnya kualitas fisik, psikologis, dan kecerdasan anak. Bayi tersebut
berpotensi mengalami keterbelakangan kognitif lambat. Yang dinilai melalui
poin kecerdasan intelektual. Penurunan poin kecerdasan intelektual sebesar
15% akan menjadi ancaman bagi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di
kemudian hari. Dengan pemahaman dan pelaksanaan yang baik tentang IMD,
seorang ibu telah meletakkan dasar yang baik dan kuat bagi tumbuh kembang
anak. Pemenuhan Air Susu Ibu (ASI) yang dilakukan sejak bayi lahir sampai
usia 6 bulan berdampak pada poin kecerdasan intelektual yang lebih tinggi.
IMD bukan saja menyukseskan pemberian ASI eksklusif, tetapi lebih dari itu
memperlihatkan hasil nyata menyelamatkan nyawa bayi. Apabila semua bayi
segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan
kontak kulit ibu ke kulit bayi paling tidak selama satu tahun, maka satu juta
nyawa bayi dapat diselamatkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMD
dapat mengurangi Angka Kematian Neonatal sebesar 22%. Di berbagai negara
berkembang IMD dapat menghemat sekitar 1,45 juta jiwa setiap tahun.
Berdasarkan hasil penelitian di Bolivia dan Madagaskar, seperempat sampai
setengah dari kematian bayi di negara berkembang terjadi pada minggu
pertama kehidupan.2 Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian
ASI eksklusif sebagai upaya menurunkan mortalitas bayi, menurunkan
morbiditas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan bayi, membantu
perkembangan kecerdasan anak, dan membantu memperpanjang jarak
kehamilan. baik dan dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui bayinya.
3. Kontraksi Uterus dari ibu bersalin yang melakukan IMD sebagian besar yaitu
hampir seluruhnya normal, sedangkan yang tidak normal hanya sebagian kecil
saja. Kontraksi uterus yaitu pembuluh darah yang berada di antara anyaman
otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan pasca
persalinan serta mempercepat proses involusi uterus. Uterus yang berada di
atas umbilikus dan bergeser cenderung menandakan kandung kemih penuh.
Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika di sentuh. Jika uterus
lembek nenandakan bahwa kontraksi uterus tidak normal (Saleha, 2009).
Menyusui merupakan metode efektif untuk meningkatkan tonus uteri selain
itu dapat di lakukan dengan cara mempertahankan masase pada uterus
sehingga dapat mengurangi pendarahan. Berdasarkan teori dan fakta
kenyataan maka dapat dilihat bahwa jika ibu bersalin yang melakukan IMD
dapat mempengaruhi kontraksi uterus jika kontraksi uterus tidak baik maka
uterus terasa lembek, lakukan masase uterus dan seluruhnya ibu bersalin yang
melakukan IMD yaitu sebagian kecil saja yang kontraksi uterusnya lembek
hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang massase uterus jika
uterus ibu lembek. Dan setelah di lakukan masase uterus oleh petugas maka
uterus ibu dapat berkontraksi dengan baik (keras). Maka dapat di simpulkan
bahwa IMD sangat berhubungan dan memberi manfaat bagii kala IV ibu
bersalin.

B. Saran
 Agar ibu bisa mempraktikan apa yang telah diberitahukan oleh petugas kesehatan
(Bidan) tentang IMD.
 Di usahakan petugas kesehatan (Bidan) untuk selalu menerapkan dan
memberitahukan mengenai IMD karena dengan hal itu akan tercipta keterikatan
kasih sayang antara ibu dan bayi.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Rakorpop Kementerian Kesehatan RI


Jakarta, 1 Desember 2015. Jakarta : Depkes.
Eka,W. E. (2014). Modul Menyusui yang Benar. Tuban: STIKES NU TUBAN.
Kemenkes, RI. (2016). Profik Kesehatan. Jakarta : Depkes.
Ali Muchtar. (2004). Pengembangan Berpikir dan Nilai dalam Pendidikan IPS. Gelar
Pustaka Mandiri. Bandung.
Irawan. (2013). Inisiasi Menyusui Dini Tertunda Meningkatkan Resiko Kematian
Neonatal (jurnal) vol 117 No 31 hal E380-e386.
JNPK-KR. (2013). Pelatihan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini.
Jakarta.
Roesli U. Inisiasi menyusu dini plus ASI ekslusif. Jakarta: Pustaka Bunda; 2008.
https://id.scribd.com
https://media.neliti.com
https://jurnal.poltekkesmamuju.ac.id/index.php/m/article/view/19

Anda mungkin juga menyukai