Anda di halaman 1dari 12

A.

KONSEP KELUARGA
Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam meningkatkan
derajat kesehatan komunitas. Apabila setiap keluarga sehat akan tercipta komunitas
keluarga yang sehat. Masalah kesehatan yang dialami oleh salah satu anggota
keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain. Masalah kesehatan yang
dialami oleh sebuah keluarga dapat mempengaruhi system keluarga tersebut dan
mempengaruhi komunitas setempat, bahkan komunitas global. Sebagai contoh,
apabila ada seorang anggota keluarga yang menderita penyakit demam berdarah,
nyamuk sebagai factor penyebab dapat menggigit keluarga tetangganya. Hal tersebut
dapat mempengaruhi komunitas tempat keluarga tersebut menetap. Sehat seharusnya
dimulai dengan membangun keluarga sehat sesuai dengan budaya keluarga.
Perawat keluarga sangat dibutuhkan oleh keluarga untuk membangun keluarga
sehat sesuai dengan budayany. Perawat berperan sebagai pemberi asuhan
keperawatan, konselor, pendidik, atau peneliti agar keluarga dapat mengenal tanda
bahaya dini gangguan kesehatan pada anggota keluarganya. Dengan demikian,
apabila keluarga tersebut mempunyai masalah kesehatan, mereka tidak datangke
pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah kronis. Perawat keluarga memiliki
peran yang sangat strategis dalam pemberdayaan kesehatan keluarga ssehingga
tercapai Indonesia sehat.
Program pemerintah dalam pemberdayaan keluarga di bidang kesehatan belum
mengikutsertakan perawat keluarga secara optimal. Oleh karena itu, kita perlu
mempertimbangkan adanya satu orang perawat keluarga dalam satu kelurahan atau
desa dalam membangun keluarga sehat. Asuhan keperawatan tersebut tentunya
dilaksanakan dengan melibatkan peran serta aktif keluarga.

B. DEFINISI KELUARGA
Menurut Departemen Kesehatan (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Bailon dan Maglaya (1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih
individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka
hidup dalam rumah tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran
masing-masing, serta menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Menurut
Friedman (1998), definisi keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung
karena ikan tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan
emosional, seta mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang
selaras dan seimbang antara anggota kelurga dan masyarakat serta lingkungannya.

C. BENTUK KELUARGA
Beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut.
1. Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang
terdiri dari suami, istri, dan beberapa orang anak, baik karena kelahiran natural
maupun adopsi.
2. Keluarga asal (family of origin)
Merupakan satu unit kelurga tempat asal seseorang dilahirkan.
3. Keluarga besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya
kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua
tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian
families).
4. Keluarga berantai (social family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
5. Keluarga duda atau janda
Keluarga yang terbentuk karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang
dicintai.
6. Keluarga komposit (composite family)
Keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
7. Keluaga kohabitasi (cohabitation)
Dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.
Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertentangan dengan budaya
timur. Namun, lambat laun keluarga kohabitasi mulai dapat diterima.
8. Keluarga inses (incest family)

pg. 2
Seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat
dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan
menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki,
paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah
dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak
lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari
semakin besar. Hal tersebut dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai
media cetak dan elektronik.
9. Keluarga tradisional dan nontradisional
Dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh
perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.
Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak dari hasil perkawinan atau
adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal disebuah
asrama.

D. STRUKTUR DAN FUNGSI KELUARGA


Setiap keluarga mempunyai struktur peran formal dan informal. Misalnya, ayah
mempunyai peran formal sebagai kepala keluarga an pencari nafkah. Peran informal
ayah adala sebagai panutan dan pelindung keluarga.
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan system pendukung di antara anggota
keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut.
1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial, saling mengasuh dan memberkan cinta kasih, serta saling menerima
dan mendukung.
2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga,
tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan
social.
3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.
4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
seperti sandang, pangan, dan papan.

pg. 3
5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.

E. TUMBUH KEMBANG KELUARGA


Menurut Duval (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap
perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap
perkembangan.
1. Tahap 1, pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan,
membina hubungan yang harmonis dengan saudara dan kerabat, dan
merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak yang diinginkan).
2. Tahap 2, menanti kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi
berusia kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyiapkan anggota keluarga yang baru (bayi dalam keluarga), membagi waktu
untuk individu, pasangan, dan keluarga.
3. Tahap 3, keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5 tahun sampai
dengan 6 tahun. Tugas perkemmbangan keluarga pada tahap ini adalah
menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara lain ruang atau
kamar pribadi dan keamanan, mensosialisasikan anak-anak, menyatukan
keinginan anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga.
4. Tahap 4, keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua berusia 7 sampai 12
tahun. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan
anak-anak termasuk membantu anak-anak membina hubungan dengan teman
sebaya, mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi
kebutuhan kesehatan masing-masing anggota keluarga.
5. Tahap 5, keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua berusia 13 sampai 20
tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan
remaja dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja,
memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan melakukan komunikasi yang
terbuka diantara orangtua dengan anak-anak remaja.
6. Tahap 6, keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran
anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah dewas,
pg. 4
menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya proses penuaan,
termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.
7. Tahap 7, keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu, memperkuat hubungan
perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi kesehatan.
8. Tahap 8, keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan
dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan,
menerima kehilangan pasangan, mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan
menemukan arti hidup.

F. ISTILAH DALAM KELUARGA


1. Keluarga Sejahtera
Keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada TYME, memiliki
hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antarkeluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.
Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga
sejahtera terdiri dari:
a. Keluarga Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau
belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan
KB
b. Keluarga Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan
pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
c. Keluarga Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan social
psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.
d. Keluarga Sejahtera III
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi

pg. 5
masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan
berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
e. Keluarga Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian social yang tinggi.
2. Keluarga Berencana
Upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
3. Kualitas keluarga
Kondisi keluarga yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan, ekonomi, social budaya,
kemandirian keluarga, dan mental spiritual serta nilai-nilai agama yang merupakan dasar
untuk mencapai keluarga sejahtera.
4. Kemandirian keluarga
Sikap mental dalam hal berupaya meningkatkan kepedulian masyarakat dalam
pembangunan, mendewasakan usia perkawinanan, membina dan meningkatkan ketahanan
keluarga, mengatur kelahiran dan mengembangkan kualitas dan keejahteraan keluarga,
berdasarkan kesadaran dan tanggungjawab.
5. Ketahanan Keluarga
Kondisi dinamik sebuah keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan serta
mengandung kemampuan fisik-material dan psikis-mental spiritual guna hidup mandiri
dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam meningkatkan
kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.
6. NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera)
Suatu nilai yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan sosial budaya yang membudaya
dalam diri pribadi, keluarga, dan masyarakat, yang berorientasi kepada kehidupan
sejahtera dengan jumlah anak ideal untuk mewujudkan kesejahteraan lahir dan
kebahagiaan batin.

Indikator-indikator keluarga sejahtera adalah sebagai berikut.


a. Keluarga prasejahtera
Keluarga ini belum mampu untuk melaksanakan indicator sebagai berikut.
1. Keluarga melaksanakan ibadah menurut agama yang dianut masing-masing.
2. Keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
3. Keluarga menggunakan pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan.
4. Keluarga mempunyai rumah yang sebagian besar berlantai bukan dari tanah.

pg. 6
5. Keluarga memeriksakan kesehatan ke petugas atau sarana kesehatan (bila anak
sakit atau PUS ingin ber-KB).
b. Keluarga sejahtera 1
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 5 tetapi belum mampu
melaksanakan indicator sebagai berikut.
6. Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama yang dianut.
7. Keluarga makan daging, ikan, atau telur sebagai lauk-pauk sekurang-kurangnya
sekali dalam seminggu.
8. Keluarga memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir.
9. Setiap anggota keluarga mempunyai ruang kamar yang luasnya 8 m2.
10. semua anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir sehingga dapat
melaksanakan fungsi mereka masing-masing.
11. Paling sedikit satu anggota keluarga yang berumur 15 tahun ke atas
memiliki penghasilan yang tetap.
12. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10 sampai 60 tahun mampu
membaca dan menulis latin.
13. Anak usia sekolah (7 sampai 15 tahun) dapat bersekolah.
14. Keluarga yang masih pasangan usia subur memakai kontrasepsi dan mempunyai
dua anak atau lebih yang hidup.
c. Keluarga sejahtera II
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 14, tetapi belum mampu
melaksanakan indicator-indikator sebagai berikut.
15. Keluarga berusaha meningkatkan atau menambah pengetahuan agama.
16. Keluarga mempunyai tabungan
17. Keluarga makan bersama paling sedikit sekali sehari.
18. Keluarga ikut serta dalam kegiatan masyarakat.
19. Keluarga melakukan rekreasi bersama/penyegaran paling kurangsekali dalam 6
bulan.
20. Keluarga memperoleh berita dari surat kabar, majalah, radio, dan televise.
21. Keluarga mampu menggunakan sarana transportasi.
d. Keluarga sejahtera III
Keluarga ini sudah mampu melaksanakan indicator 1 sampai 21, tetapi belum mampu
melaksanakan indicator sebagai berikut.
22. Keluarga memberikan sumbangan secara teratur (waktu tertentu) dan sukarela
dalam bentuk material kepada masyarakat.
23. Keluargaaktif sebagai pengurus yayasan atau institusi masyarakat.

pg. 7
e. Keluarga sejahtera III plus
Sebuah keluarga dapat disebut keluarga sejahtera plus bila sudah mampu
melaksanakan semua indicator (23).

G. PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA


Peraturan pemerintah No. 21 tahun 1994 pasal 2, menyatakan bahwa penyelenggaraan
pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga dan
keluarga berencana yang diselenggarakan secara menyeluruh dan terpadu oleh pemerintah,
masyarakat, dan keluarga.
Tujuan : mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, sehat, produktif, mandiri, dan memiliki kemampuan untuk membangun diri
sendiri dan lingkungan.
Pokok-pokok kegiatan :
1. Pembinaan ketahanan fisik keluarga adalah kegiatan pertumbuhan dan pengembangan
perilaku usaha dan tenaga terampil sehingga dapat melakukan usaha ekonomi produktif
untuk mewujudkan keluarga kecil, behagia, dan sejahtera.
Bentuk kegiatan pembinaan ketahan fisik keluarga adalah sebagai berikut.
a. Penumbuhan dan pengembangan pengetahuan, sikap perilaku usaha, dan
keterampilan keluarga melalui penyuluhan, pelatihan magang, studi banding, dan
pendampingan.
b. Penumbuhan dan pengembangan kelompok usaha, melalui kelompok Usaha
Peningkatan Pendapatan Keluarga sejahtera (UPPKS)
c. Pembinaan permodalan, melalui tabungan, takesra (tabungan keluarga sejahtera),
Kukesra (Kredit keluarga sejahtera)
d. Pembinaan pemasaran, melalui kerja sama dengan para pengusaha dan sector terkait.
e. Pembinaan produksi, melalui bimbingan dalam memilih dan memanfaatkan alat
teknologi tepat guna yang diperlukan dalam proses produksi.
f. Pembinaan kemitrausahaan, dengan para pengusaha dari sector terkait koperasi.
g. Pengembangan jaringan usaha, khususnya bekerja sama dengan departemen koperasi
dan PPKM.
2. Pembinaan ketahanan nonfisik keluarga.
Tujuan : peningkatan kualitas anak, pembinaan kesehatan reproduksi remaja, dan
peningkatan keharmonisan keluarga, keimanan, dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
Bentuk kegiatan ketahanan nonfisik keluarga adalah sebagai berikut.
a. Bina Keluarga Balita

pg. 8
Pembinaan terhadap orang tua anak balita agar pertumbuhan dan perkembangan
anaknya optimal secara fisik dan mental melalui kelompok dengan bantuan alat
permainan edukatif ( APE)
b. Pembinaan kesehatan reproduksi remaja dilakukan melalui.
1) Pusat-pusat konsultasi remaja
2) Penyuluhan konseling di sekolah dan pesantren, kelompok-kelompok.
3) Remaja, karang taruna, remaja masjid, pramuka, dan lain-lain.
4) Kelompok Bina Keluarga Remaja ( BKR), dan penyuluhan melalui media massa.
c. Pembinaan keluarga lansia melalui kelompok Bina Keluarga lansia (BKL).
d. Kegiatan-kegiatan lain adalah sebagai berikut.
1) Gerakan Keluarga Sejahtera Sadar Buta Aksara
2) Beasiswa supersemar.
3) Satuan Karya Pramuka Keluarga Berencana (Saka Kencana) kegiatan lomba-
lomba.
3. Pelayanan Keluarga Berencana
a. Kegiatan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE)
Kegiatan ini meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan perubahan perilaku
masyarakat dalam pelaksanaan KB.
b. Pelayanan kesehatan reproduksi meliputi pelayanan kontrasepsi, pelayanan kesehatan
reproduksi bagi ibu, serta pelayanan lain yang ada hubungannnya dengan reproduksi.
4. Pendataan Keluarga Sejahtera
Dalam rangka mengevaluasi pelaksanaan Gerakan Keluarga Sejahtera setiap tahun, antara
bulan Januari sampai Maret., dilakukan pendataan keluarga untuk mengetahui pencapaian
keluarga berencana dan tahapan keluarga sejahtera.
Friedman (1981) membagi lima tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga,
yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan tindakan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian annggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal-balik antara keluarga lembaga-lembaga kesehatan
yang menunjukkan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.

pg. 9
H. PERAN PERAWAT KELUARGA
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu memperhatikan
prinsip-prinsip berikut: (a) melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif, (b) memulai
pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga, (c) menyesuaikan rencana
asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan keluarga, (d) menerima dan mengakui
struktur keluarga, dan (e) menekankan pada kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut.
1. Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan
kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
2. Sebagai coordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung jawab
memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayana keperawatan yang
bersinambungan diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelyananan kesehatan (Puskesmas dan Rumah Sakit)
3. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan perawatan dapat diberikan kepada
keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian anggota keluarga yang sakit dapat dapat menjadi
“entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan keperawatan keluarga secara
komprehensif.
4. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervise ataupun
pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap
keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak.
5. Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk
melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.perawat diharapakan mampu mengetahui
harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak
dan kebutuhan keluarga.
6. Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga, dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi
sehari-hari serta dapat memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah.
7. Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami masalah-
masalah kesehatan yang dialami oleh anggota keluarga

pg. 10
DAFTAR PUSTAKA

Sudiharto, S.kep.,M.kes. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan


Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
Syaripudin, Tatang. 2008. Pedagogik Teoritis Sistematis. Percikan Ilmu:Bandung.

pg. 11
pg. 12

Anda mungkin juga menyukai