Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN TBC PADA ANAK

OLEH :

KELOMPOK IX

1. YARISA MAULIDIA
2. NOVITA MARAMIS
3. PARIATI PUSPITAYANTI

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah tentang peran manajemen risiko dalam
patien.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena
itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Asuhan keperawatan


TBC pada anak ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Mataram 20 Juni 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................ 3
2.1 Definisi ....................................................................................... 3
2.2 Etiologi........................................................................................ 3
2.3 Patofisiologi dan Patway............................................................. 4
2.4 Manifestasi Klinis....................................................................... 4
2.5 Komplikasi.................................................................................. 12
2.6 Pemeriksaan Penunjang.............................................................. 15
2.7 Penatalaksanaan.......................................................................... 15
2.8 Pencegahan.................................................................................. 19
2.9 Asuhan Keperawatan.................................................................. 20
BAB III PENUTUP..................................................................................... 38
3.1 Kesimpulan................................................................................. 38
3.2 Saran............................................................................................ 38
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit TBC adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri mycobacterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang bdan
bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam
( BTA ). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada
tanggal 24 maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri
tersebut diberi nama baksil koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru
kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP ).
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja dan dimana saja. Setiap
tahunnya, indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus TBC dan
sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC.
Bahkan, indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di
indonesia.
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang bersifat
sistemik, yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru.
Sifat sistemik ini disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen
setelah terjadi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Data insidens dan
prevalens tuberkulosis anak tidak mudah dengan penelitian indeks
tuberkulin dapat diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis anak
Penyakit TBC pada anak tidak mempunyai gejala yang khas, bahkan
sering tanpa gejala dan baru diketahui adanya kelainan dengan
pemeriksaan foto rontgen paru. Pada saat itu kemungkinannya ada dua,
apakah yang akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali
tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh. Setelah bertahun-tahun bisa saja
muncul, bukan di paru-paru lagi melainkan di tulang, ginjal, otak dan
sebagainya. Ini yang berbahaya dan butuh waktu yang lama untuk
penyembuhannya.
Karena itu perlu kita sadari kembali bahwa TBC dalah penyakit
yang sangat perlu mendapat perhatian untuk ditanggulangi. Karena bakteri
mycobacterium tuberculosa sangat mudah menular melalui udara pada saat

1
pasien TBC batuk atau bersin, bahkan pada saat meludah dan berbicara.
Satu penderita bisa menyebarkan bakteri TBC ke 10-15 orang dalam satu
tahun.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan TBC pada anak?
2. Apa saja penyebab dari TBC pada anak?
3. Apa Patofisiologi dan patway TBC pada anak?
4. Sebutkan Manifestasi klinis TBC pada anak?
5. Sebutkan Komplikasi TBC pada anak?
6. Sebutkan Pemeriksaan Penunjang TBC pada anak?
7. Sebutkan Penatalaksanaan endometriosis?
8. Sebutkan cara mencegah endometriosis?
9. Apa saja Asuhan Keperawatan pada endometriosis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC pada anak
2. Untuk mengetahui penyebab TBC pada anak
3. Untuk mengetahui patofisiologi dan patway TBC pada anak
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis TBC pada anak
5. Untuk mengetahui Komplikasi TBC pada anak
6. Untuk mengetahui Pemeriksaan Penunjang TBC pada anak
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan TBC pada anak
8. Untuk mengetahui pencegahan TBC pada anak
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan TBC pada anak

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium
tuberkculosis sistemis sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan

2
lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer (Arif Mansjoer, 2000).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama
menyerang parenkim paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian
tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne
dan Brenda, 2001).
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang bersifat
sistemik, yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru.
Sifat sistemik ini disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen
setelah terjadi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Data insidens dan
prevalens tuberkulosis anak tidak mudah dengan penelitian indeks
tuberkulin dapat diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis anak.
Kriteria masalah tuberkulosis di suatu negara adalah kasus
BTA positif per satu juta penduduk. Jadi sampai saat ini belum ada satu
negara pun yang bebas tuberkulosis.
Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan
pemberian imunisasi BCG pada anak dan pengobatan sumber infeksi, yaitu
penderita TB dewasa. Disamping itu dengan adanya penyakit karena HIV
maka perhatian pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan. Anak biasanya
tertular TB, atau juga disebut mendapat infeksi primer TB, akan membentuk
imunitas sehingga uji tuberkulin akan menjadi positif, tidak semua anak
yang terinfeksi TB primer ini akan sakit TB.
2.2 Etiologi
a. Factor –faktor yang menyebabkan anak mengalami TBC :
1) Mycobacterium tuberculosa
2) Mycobacterium bovis
3) Tertular dari ibu saat dalam kandungan
4) Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban
yang terinfeksi
5) Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi
oleh percikan saliva yang terinfeksi
6) Merokok pasif : Merokok pasif bisa berdampak pada
sistem kekebalan anak, sehingga meningkatkan risiko tertular.
Pajanan pada asap rokok mengubah fungsi sel, misalnya dengan

3
menurunkan tingkat kejernihan zat yang dihirup dan kerusakan
kemampuan penyerapan sel dan pembuluh darah (Reuters Health,
2007).
b. Faktor Risiko TBC anak (admin., 2007)
1) Resiko infeksi TBC : Anak yang memiliki kontak dengan orang
dewasa dengan TBC aktif, daerah endemis, penggunaan obat-obat
intravena, kemiskinan serta lingkungan yang tidak sehat. Pajanan
terhadap orang dewasa yang infeksius. Resiko timbulnya transmisi
kuman dari orang dewasa ke anak akan lebih tinggi jika pasien dewasa
tersebut mempunyai BTA sputum yang positif, terdapat infiltrat luas
pada lobus atas atau kavitas produksi sputum banyak dan encer, batuk
produktif dan kuat serta terdapat faktor lingkungan yang kurang sehat,
terutama sirkulasi udara yang tidak baik. Pasien TBC anak jarang
menularkan kuman pada anak lain atau orang dewasa disekitarnya,
karena TBC pada anak jarang infeksius, hal ini disebabkan karena
kuman TBC sangat jarang ditemukan pada sekret endotracheal, dan
jarang terdapat batuk5. Walaupun terdapat batuk tetapi jarang
menghasilkan sputum. Bahkan jika ada sputum pun, kuman TBC
jarang sebab hanya terdapat dalam konsentrasi yang rendah pada
sektret endobrokial anak.
2) Resiko Penyakit TBC : Anak ≤ 5 tahun mempunyai resiko lebih
besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TBC, mungkin karena
imunitas selulernya belum berkembang sempurna (imatur). Namun,
resiko sakit TBC ini akan berkurang secara bertahap seiring
pertambahan usia. Pada bayi < 1 tahun yang terinfeksi TBC, 43% nya
akan menjadi sakit TBC, sedangkan pada anak usia 1-5 tahun, yang
menjadi sakit hanya 24%, pada usia remaja 15% dan pada dewasa 5-
10%. Anak < 5 tahun memiliki resiko lebih tinggi mengalami TBC
diseminata dengan angka kesakitan dan kematian yang tinggi . Konversi
tes tuberkulin dalam 1- 2 tahun terakhir, malnutrisi, keadaan
imunokompromis, diabetes melitus, gagal ginjal kronik dan silikosis.
Status sosial ekonomi yang rendah, penghasilan yang kurang, kepadatan
hunian, pengangguran, dan pendidikan yang rendah.

4
2.3 Patofisiologi
Berbeda dengan TBC pada orang dewasa, TBC pada anak tidak
menular. Pada TBC anak, kuman berkembang biak di kelenjar paru-paru.
Jadi, kuman ada di dalam kelenjar, tidak terbuka. Sementara pada TBC
dewasa, kuman berada di paru-paru dan membuat lubang untuk keluar
melalui jalan napas. Nah, pada saat batuk, percikan ludahnya mengandung
kuman. Ini yang biasanya terisap oleh anak-anak, lalu masuk ke paru-paru
(Wirjodiardjo, 2008).
Proses penularan tuberculosis dapat melalui proses udara atau
langsung, seperti saat batuk. Terdapat dua kelompok besar penyakit ini
diantaranya adalah sebagai berikut: tuberculosis paru primer dan
tuberculosis post primer. Tuberculosis primer sering terjadi pada anak,
proses ini dapat dimulai dari proses yang disebut droplet nuklei, yaitu statu
proses terinfeksinya partikel yang mengandung dua atau lebih kuman
tuberculosis yang hidup dan terhirup serta diendapkan pada permukaan
alveoli, yang akan terjadi eksudasi dan dilatasi pada kapiler,
pembengkakan sel endotel dan alveolar, keluar fibrin serta makrofag ke
dalam alveolar spase. Tuberculosis post primer, dimana penyakit ini terjadi
pada pasien yang sebelumnya terinfeksi oleh kuman Mycobacterium
tuberculosis (Hidayat, 2008).
Sebagian besar infeksi tuberculosis menyebar melalui udara melalui
terhirupnya nukleus droplet yang berisikan mikroorganisme basil tuberkel
dari seseorang yang terinfeksi. Tuberculosisadalah penyakit yang
dikendalikan oleh respon imunitas yang diperantarai oleh sel dengan sel
elector berupa makropag dan limfosit (biasanya sel T) sebagai sel
imuniresponsif. Tipe imunitas ini melibatkan pengaktifan makrofag pada
bagian yang terinfeksi oleh limfosit dan limfokin mereka, responya berupa
reaksi hipersentifitas selular (lambat). Basil tuberkel yang mencapai
permukaan alveolar membangkitkan reaksi peradangan yaitu ketika
leukosit digantikan oleh makropag. Alveoli yang terlibat mengalami
konsolidasi dan timbal pneumobia akut, yang dapat sembuh sendiri

5
sehingga tidak terdapat sisa, atau prosesnya dapat berjalan terus dengan
bakteri di dalam sel-sel (Price dan Wilson, 2006).
Drainase limfatik basil tersebut juta masuk ke kelenjar getah bening
regional dan infiltrasi makrofag membentuk tuberkel sel epitelloid yang
dikelilingi oleh limfosit. Nekrosis sel menyebabkan gambaran keju
(nekrosis gaseosa), jeringan grabulasi yang disekitarnya pada sel-sel
epitelloid dan fibroblas dapat lebih berserat, membentuk jatingan parut
kolagenosa, menghasilkan kapsul yang mengeliligi tuberkel. Lesi primer
pada paru dinamakan fokus ghon, dan kombinasi antara kelenjar getah
bening yang terlibat dengan lesi primer disebut kompleks ghon. Kompleks
ghon yang mengalami kalsifikasi dapat terlihat dalam pemeriksaan foto
thorax rutin pada seseorang yang sehat (Price dan Wilson, 2006).
Tuberculosis paru termasuk insidias. Sebagian besar pasien
menunjukkan demam tingkat rendah, keletihan, anorexia, penurunan berat
badan, berkeringat malam, nyeri dada dan batuk menetal. Batuk pada
awalnya mungkin nonproduktif, tetapi dapat berkembang ke arah
pembentukan sputum mukopurulen dengan hemoptisis. Tuberculosis dapat
mempunyai manifestasi atipikal pada anak seperti perilaku tidak biasa dan
perubahan status mental, demam , anorexia dan penurunan berat badan.
Basil tuberkulosis dapat bertahan lebih dari 50 tahun dalam keadaan
dorman (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Admin (2007) patogenesis penyakit tuberkulosis pada anak terdiri
atas :
1. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat
melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan
sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat
kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan
membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini
disebut sebagai kompleks primer predileksinya disemua lobus, 70%

6
terletak subpelura. Fokus primer dapat mengalami penyembuhan
sempurna, kalsifikasi atau penyebaran lebih lanjut. Waktu antara terjadinya
infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman
yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TBC2. Meskipun demikian, ada beberapa kuman
akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang
kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
2. TBC Pasca Primer (Post Primary TBC)
TBC pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari TBC pasca
primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
efusi pleura.

Patway

7
2.4 Manifestasi Klinik
Menurut Wirjodiardjo (2008) gejala TBC pada anak tidak serta-merta
muncul. Pada saat-saat awal, 4-8 minggu setelah infeksi, biasanya anak
hanya demam sedikit. Beberapa bulan kemudian, gejalanya mulai muncul
di paru-paru. Anak batuk-batuk sedikit. Tahap berikutnya (3-9 bulan
setelah infeksi), anak tidak napsu makan, kurang gairah, dan berat badan
turun tanpa sebab. Juga ada pembesaran kelenjar di leher, sementara di
paru-paru muncul gambaran vlek. Pada saat itu, kemungkinannya ada dua,

8
apakah akan muncul gejala TBC yang benar-benar atau sama sekali tidak
muncul. Ini tergantung kekebalan anak. Kalau anak kebal (daya tahan
tubuhnya bagus), TBC-nya tidak muncul. Tapi bukan berarti sembuh.
Setelah bertahun-tahun, bisa saja muncul, bukan di paru-paru lagi,
melainkan di tulang, ginjal, otak, dan sebagainya. Ini yang berbahaya dan
butuh waktu lama untuk penyembuhannya.
Riwayat penyakit TBC anak sulit dideteksi penyebabnya, Penyebab
TBC adalah kuman TBC (mycobacterium tuberculosis). Sebetulnya, untuk
mendeteksi bakteri TBC (dewasa) tidak begitu sulit. Pada orang dewasa
bisa dideteksi dengan pemeriksaan dahak langsung dengan mikroskop atau
dibiakkan dulu di media. Mendeteksi TBC anak sangat sulit, karena tidak
mengeluarkan kuman pada dahaknya dan gejalanya sedikit. Diperiksa
dahaknya pun tidak akan keluar, sehingga harus dibuat diagnosis baku
untuk mendiagnosis anak TBC sedini mungkin. Yang harus dicermati pada
saat diagnosis TBC anak adalah riwayat penyakitnya. Apakah ada riwayat
kontak anak dengan pasien TBC dewasa. Kalau ini ada, agak yakin anak
positif TBC (Wirjodiardjo, 2008).
Gejala-gejala lain untuk diagnosa antara lain (Wirjodiardjo, 2008):
1. Apakah anak sudah mendapat imunisasi BCG semasa
kecil. Atau reaksi BCG sangat cepat. Misalnya, bengkak hanya
seminggu setelah diimunisasi BCG. Ini juga harus dicurigai TBC,
meskipun jarang.
2. Berat badan anak turun tanpa sebab yang jelas, atau
kenaikan berat badan setiap bulan berkurang.
3. Demam lama atau berulang tanpa sebab. Ini juga jarang
terjadi. Kalaupun ada, setelah diperiksa, ternyata tipus atau demam
berdarah.
4. Batuk lama, lebih dari 3 minggu. Ini terkadang tersamar
dengan alergi. Kalau tidak ada alergi dan tidak ada penyebab lain,
baru dokter boleh curiga kemungkinan anak terkena TBC.
5. Pembesaran kelenjar di kulit, terutama di bagian leher, juga
bisa ditengarai sebagai kemungkinan gejala TBC. Yang sekarang

9
sudah jarang adalah adanya pembesaran kelenjar di seluruh tubuh,
misalnya di selangkangan, ketiak, dan sebagainya.
6. Mata merah bukan karena sakit mata, tapi di sudut mata
ada kemerahan yang khas.
7. Pemeriksaan lain juga dibutuhkan diantaranya pemeriksaan
tuberkulin (Mantoux Test, MT) dan foto. Pada anak normal,
Mantoux Test positif jika hasilnya lebih dari 10 mm. Tetapi, pada
anak yang gizinya kurang, meskipun ada TBC, hasilnya biasanya
negatif, karena tidak memberikan reaksi terhadap MT.
Menurut Supriyatno (2009) skrining tuberkulosis pada anak antara
lain : Sesungguhnya mendiagnosa tuberculosis pada anak, terlebih pada
anak-anak yang masih sangat kecil, sangat sulit. Diagnosa tepat TBC tak
lain dan tak bukan adalah dengan menemukan adanya Mycobacterium
tuberculosis yang hidup dan aktif dalam tubuh suspect TB atau orang yang
diduga TBC. Caranya? Yang paling mudah adalah dengan melakukan tes
dahak. Pada orang dewasa, hal ini tak sulit dilakukan. Tapi lain ceritanya,
pada anak-anak karena mereka, apalagi yang masih usia balita, belum
mampu mengeluarkan dahak. Karenanya, diperlukan alternatif lain untuk
mendiagnosa TB pada anak.
2.5 Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat
terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :
1) Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah)
yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau
karena tersumbatnya jalan napas.
2) Atelektasis (parumengembang kurang sempurna) atau
kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
3) Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis
(pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada
paru.
4) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, dan ginjal.

10
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1) Kultur sputum : positif untuk mycobakterium pada tahap akhir
penyakit.
2) Ziehl Neelsen : (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk
usapan cairan darah) positif untuk basil asam cepat.
3) Test kulit : (PPD, Mantoux, potongan vollmer) ; reaksi positif (area
durasi 10 mm) terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intra dermal. Antigen
menunjukan infeksi masa lalu dan adanya anti body tetapi tidak secara
berarti menunjukan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mycobacterium yang berbeda.
4) Elisa / Western Blot : dapat menyatakan adanya HIV.
5) Foto thorax ; dapat menunjukan infiltrsi lesi awal pada area paru
atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer atau efusi cairan, perubahan
menunjukan lebih luas TB dapat masuk rongga area fibrosa.
6) Histologi atau kultur jaringan ( termasuk pembersihan gaster ;
urien dan cairan serebrospinal, biopsi kulit ) positif untuk
mycobakterium tubrerkulosis.
7) Biopsi jarum pada jarinagn paru ; positif untuk granula TB ;
adanya sel raksasa menunjukan nekrosis.
8) Elektrolit, dapat tidak normal tergantung lokasi dan bertanya
infeksi ; ex ;Hyponaremia, karena retensi air tidak normal, didapat pada
TB paru luas. GDA dapat tidak normal tergantung lokasi, berat dan
kerusakan sisa pada paru.
9) Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital,
peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas
paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi
parenkhim / fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural (TB
paru kronis luas).
2.7 PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksananaan Medis
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
a) Jangka pendek. Dengan tata cara pengobatan : setiap hari dengan
jangka waktu 1 – 3 bulan.
Streptomisin inj 750 mg.
Pas 10 mg.
Ethambutol 1000 mg.

11
Isoniazid 400 mg.
b) Kemudian dilanjutkan dengan jangka panjang, tata cara
pengobatannya adalah setiap 2 x seminggu, selama 13 – 18 bulan, tetapi
setelah perkembangan pengobatan ditemukan terapi. Therapi TB paru
dapat dilakukan dengan minum obat saja, obat yang diberikan dengan
jenis :
INH.
Rifampicin.
Ethambutol
Dengan fase selama 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi 6-9 bulan.
c) Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila
ditemukan dalam pemeriksan sputum BTA ( + ) dengan kombinasi obat :
Rifampicin.
Isoniazid (INH).
Ethambutol.
Pyridoxin (B6).

2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Hidayat (2008) perawatan anak dengan tuberculosis dapat
dilakukan dengan melakukan :
a) Pemantauan tanda-tanda infeksi sekunder
b) Pemberian oksigen yang adekuat
c) Latihan batuk efektif
d) Fisioterapi dada
e) Pemberian nutrisi yang adekuat
f) Kolaburasi pemberian obat antutuberkulosis (seperti: isoniazid,
streptomisin, etambutol, rifamfisin, pirazinamid dan lain-lain)
g) Intervensi yang dapat dilakukan untuk menstimulasi pertumbuhan
perkembangan anak yang tenderita tuberculosis dengan membantu
memenuhi kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas
perkembangan, yaitu (Suriadi dan Yuliani, 2001) :
- Memberikan aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak
(permainan, ketrampilan tangan, vidio game, televisi)
- Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus
yang bervariasi bagi anak
- Melibatkan anak dalam mengatur jadual harian dan memilih aktivitas
yang diinginkan

12
- Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di rumah
sakit, menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman
melalui telepon jika memungkinkan

2.8 PENCEGAHAN
1. Imunisasi BCG pada anak balita, Vaksin BCG sebaiknya diberikan
sejak anak masih kecil agar terhindar dari penyakit tersebut.
2. Bila ada yang dicurigai sebagai penderita TBC maka harus segera
diobati sampai tuntas agar tidak menjadi penyakit yang lebih berat dan
terjadi penularan.
3. Jangan minum susu sapi mentah dan harus dimasak.
4. Bagi penderita untuk tidak membuang ludah sembarangan.
5. Pencegahan terhadap penyakit TBC dapat dilakukan dengan tidak
melakukan kontak udara dengan penderita, minum obat pencegah dengan
dosis tinggi dan hidup secara sehat. Terutama rumah harus baik ventilasi
udaranya dimana sinar matahari pagi masuk ke dalam rumah.
6. Tutup mulut dengan sapu tangan bila batuk serta tidak
meludah/mengeluarkan dahak di sembarangan tempat dan menyediakan
tempat ludah yang diberi lisol atau bahan lain yang dianjurkan dokter dan
untuk mengurangi aktivitas kerja serta menenangkan pikiran.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit tuberkulosis pada anak merupakan penyakit yang bersifat
sistemik, yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ, terutama paru.
Sifat sistemik ini disebabkan oleh penyebaran hematogen dan limfogen
setelah terjadi infeksi Mycobacterium tuberculosis. Data insidens dan
prevalens tuberkulosis anak tidak mudah dengan penelitian indeks
tuberkulin dapat diperkirakan angka kejadian prevalens tuberkulosis anak.
Factor –faktor yang menyebabkan anak mengalami TBC :
1) Mycobacterium tuberculosa
2) Mycobacterium bovis
3) Tertular dari ibu saat dalam kandungan
4) Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang
terinfeksi
5) Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh
percikan saliva yang terinfeksi
6) Merokok pasif
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan ada kritik dan saran yang dapat
membangun sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan


Kebidanan. Cetakan I. Yakarta : Penerbit salemba Medika
Nastiti N Rahajoe, dkk. Pedoman Nasional Tuberkulosis Anak. 2005.
Jakarta : UKK Pulmonologi PP IDAI : 33-50
Noenoeng Rahajoe, dkk. Perkambangan dan Masalah Pulmonologi Anak
Saat Ini. 1994. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI : 161-179
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC
Suriadi dan Yuliani, R. (2001). Buku Pegangan Praktik Klinik Asuhan
Keperawatan Anak. Edisi 1. Jakarta : Penerbit CV Sagung Seto
Reuters Health , (2007). Merokok pasif dikaitkan dengan risiko TB pada
anak-anak

15

Anda mungkin juga menyukai