Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN


KARDIOVASKULER PADA KASUS HIPERTENSI DI RUANG TUNJUNG
2 RUMAH SAKIT PRAYA

SRI APRIYANTI
NIM: 091 STYC17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAATAN
MATARAM
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAMPIRAN PENGALAMAN BELAJAR PRAKTIK


MAHASISWA TINGKAT II SEMESTER IV PRODI S1 KEPERAWATAN
DI RUANG TUNJUNG 2 RUMAH SAKIT PRAYA LOMBOK TENGAH

Waktu Pelaksanaan

08 Juli – 13 Juli 2019

Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah diperiksa, disetujui, dan
dievaluasi oleh pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing lahan Pembimbing pendidikan


ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN
KARDIOVASKULER PADA KASUS HIPERTENSI DI RUANG TUNJUNG
2 RUMAH SAKIT PRAYA

1. Konsep Dasar Penyakit hipertensi


A. Definisi
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastoliknya sedikit 90 mmHg.
Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi
juga beresiko menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, maka makin besar
resikonya (Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015).
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi dua
golongan besar yaitu: (Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015)
1. Hipertensi primer (esensial)
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui
penyebabnya. Faktor yang mempengaruhinya yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas, saraf simpatis sistem renin. Angiotensin dan
peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor yang meningkatkan
resiko: obesitas, merokok, alkohol dan polistemia.
2. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu: penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom
cushing dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
Hipertensi berdasarkan usia lanjut dibedakan atas:
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140
mmHg dan/ atau tekanan diastoliknya sama atau lebih besar dari 90
mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

1
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada:
1. Elastisitas dinting aurta menurun
2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah
menurun menyebabkan menurunya konteraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu:
(Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015)
No Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade I (ringan) 140-159 90-99
6 Grade II (sedang) 160-179 100-109
7 Grade III (berat) 180-209 100-119
8 Grade IV (sangat >210 >120
berat)

C. Patway Faktor predisposisi usia, jenis kelamin,


merokok, stress, kurang olahraga, genetik,
alkohol, konsentrasi, garam dan obesitas

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah
2
Hipertensi
Perubahan struktur

Penyumbatan
pembuluh darah

Vasokonstriksi
Mk: Resiko
Gangguan sirkulasi Otak Suplai O2 ke otak ketidakefektifan
menurun perfusi jaringan ke
v
otak
Ginjal
Retina
Pembuluh darah
Vasokontriksi
pembuluh darah Spasme
arteriol Koroner Sitemik
Ginjal
Blood flow darah
menurun Mk: Resiko Iskemia Vasokonsttiksi
Cedera miokard
Respon RAA MK: penurunan Afterload
Mk: Nyeri curah jantung meningkat
Merangsang akut
aldosteron Fatigue
Mk. Kelebihan Volume
Edema Caran
Retensi Na
Mk: Intoleransi
Aktivitas

(Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015).

D. Patofisiologi
Manurut Amin Huda kusuma (2015), hipertensi dapat disebabkan
menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer (esensial) dan hupertensi

3
sekunder. Pada hipertensi primer faktor yang mempengaruhinya yaitu
genetik, lingkungan, hiperaktivitas saraf simpatis dan sistem renin, dsn
faktor yang meningkatkan resiko hipertensi primer ini seperti: obesistas,
merokok dan alkohol. Sedangkan hipertensi sekunder penyebabnya yaitu:
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan hipertensi
yang berhubungan dengan kehamilan.
Menurut Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma (2015) Faktor
predisposisi (utama) terjadinya hipertensi yakni usia, jenis kelamin,
merokok, stres, kurang olahraga, genetik, alkohol konsentrasi garam, dan
obesitas.
Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan vaskuler (peredaran
pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari peredaran
pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi karena
terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga menyumbat
pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di otak, ginjal, retina, dan
pembuluh darah terganggu.
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk implus yang bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf paska ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

4
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mengsekresi kortisol dan dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan
renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian di
ubah menajdi II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung
pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi
dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang di
pompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2005).
1. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari
peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi
karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga
menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di otak
terjadi dan membuat suplai O2 ke otak menurun sehingga muncul
Masalah keperawatan “Resiko Ketidakefektifan Perfusi Jaringan ke
Otak”
2. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari
peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi
karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga

5
menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di ginjal
terjadi karena vasokonstriksi pembuluh darah (kontrasi dinding otot
hingga menyumbat pembuluh darah) sehingga terjadi blood flow
(aliran darah menurun) sehingga terjadi respon RRA (Renin-
Angiotensin-Aldosteron) dan yang merangsang adalah Aldosteron dan
menyebabkan retensi natrium darah dan menyebabkan edema sehingga
muncul masalah keperawatan “Kelebihan Volume Cairan”
3. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari
peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi
karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga
menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi di retina.
Kelainan pada pembuluh darah ini menyebabkan kelinan pada retina
yaitu retinopati hipertensi dengan arteri yang besarnya tidak teratur,
episudat pada retina, udema retina dan perdarahan retina. Spasme
(penyempitan) pembuluh darah dapat berupa: pembuluh darah
(terutama arteri retina) yang berwarna lebih pucat, kapiler pembuluh
yang menjadi lebih kecil atau irreguler (karena spasme lokal), dan
percabangan arteriol yang tajam sehingga muncul masalah
keperawatan “Resiko Cedera”
4. Hipertensi dapat terjadi karena ada kerusakan kerusakan vaskuler
(peredaran pembuluh darah) sehingga terjadi perubahan struktur dari
peredaran pembuluh darah, dan penyumbatan pembuluh darah terjadi
karena terjadinya vasokonstriksi (kontraksi dinding otot) hingga
menyumbat pembuluh darah sehingga gangguan sirkulasi pada
pembuluh darah yang mengalirkan O2 mengalami penurunan dan
terjadilah PJK (Penyakit jantung Koroner) dimana kondisi pembuluh
darah jantung tersumbat oleh lemak dan menyebabkan terjadinya
iskemia miokard (kondisi yang terjadi ketika aliran darah berhenti
pada sebagian jantung, menyebabkan kerusakan pada otot jantung, jika
salah satu arteri ini tersumbat secara tiba-tiba sebagian jantung menjadi

6
kekurangan oksigen sehingga muncul masalah keperawatan “Nyeri
akut”.
5. Gangguan peredaran darah sitemik terjadi karena gangguan sirkulasi
sehingga menyebabkan terganggunya peredarahan darah sistemik
(peredaran darah besar) ini mengalami kontraksi dinding otot hingga
menyumbat pembuluh darah sehingga aliran darah keseluruh tubuh
terganggu, sedangkan Afterload meningkat (tekanan dimana jantung
harus bekerja untuk mengeluarkan darah selama sistol, dengan kata
lain beban akhir dari jantung untuk di edarkan ke seluruh tubuh) dan
tentu orang yang mengalami gangguan ini akan cepat merasa lelah
(Fatigue) sehingga muncul masalah keperawatan “Intoleransi
Aktivitas”
E. Menifestasi klinis
Menurut Amin Huda Nuraif & Hardi Kusuma, 2015 Tanda dan
gejala pada hipertensi dapat dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang sepsifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri
oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak teratur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala, kaku kuduk dan kelelahan. Dalam
kenyataan ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu: meengeluh
sakit kepala, pusing, lemas kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual,
muntah, epistaksis dan kesadaran menurun.

F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi

7
Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya
hidup sangat penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam mengobati
tekanan darah tinggi (Ridwanamiruddin, 2007). Penatalaksanaan
hipertensi dengan nonfarmakologis terdiri dari berbagai macam cara
modifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu:
a. Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan ideal sesuai body mass index
(BMI) dengan rentang 18,5-24,9 kg/m2 (Kaplan, 2006). BMI dapat
diketahui dengan membagi berat badan anda yang telah di
kuadratkan dalam satuan diet rendah kolesterol namun kaya
dengan serat dan protein (pfizerpeduli.com), dan jika berhasil
menurunkan berat badan 2,5-5 kg maka tekanan darah diastolik
dapat diturunkan sebanyak 5 mmHg (Radmarssy, 2007).
b. Kurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan natrium dapat dilakukan dengan cara
diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6
gr NaCL atau 2,4 gr garam/hari)b(Kaplan, 2006). Jumlah yang lain
dengan mengurangi asupan garam sampai kurang dari 2300 mg (1
sendok teh) setiap hari. Pengaturan konsumsi garam menjadi ½
sendok teh/hari, dapat menurunkan tekanan sistolik sebanyak 5
mmHg dan tekanan diastolik sekitar 2,5 mmHg (Radmarssy,
2007).
c. Batasi konsumsi alkohol
Radmarssy (2007) mengatakan bahwa mengkonsumsi
alkohol harus dibatasi karena konsumsi alkohol berlebihan dapat
meningkatkan tekanan darah. Para peminum berat mempunyai
resikomengalami hipertensi empat kali lebih besar dari pada
mereka yang tidak minum minuman beralkohol.

d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet

8
Pertahankan asupan diet pottasium (>90 mmol (3500
mg)/hari) dengan cara konsumsi tinggi buah dan sayur dan diet
rendah lemak dengan cara mengurangi asupan lemak jenuh dan
lemak total (Kaplan, 2006). Kalium dapat menurunkan tekanan
darah dengan meningkatkan jumlah natrium yang terbuang
bersama air kencing. Dengan setidaknya mengonsumsi buah-
buahan sebanyak 3-5 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai
asupan potassium yang cukup (Radmarssy, 2007).
e. Menghindari merokok
Merokok memang tidak berhubungan secara langsung
dengan timbulnya hipertensi, tetapi merokok dapat meningkatkan
risiko komplikasi pada pasien hipertensi seperti penyakit jantung
dan stroke, maka perlu dihindari mengkonsumsi tembakau (rokok)
karena dapat memperberat hipertensi (Dalimartha, 2008).
Nikotin dalam tembakau membuat jantung bekerja lebih
keras karena menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan
frekuensi denyut jantung serta tekanan darah (Sheps, 2005). Maka
pada penderita hipertensi dianjurkan untuk menghentikan
kebiasaan merokok (pfizerpeduli.com).
f. Penurunan stress
Stress memang tidak menyebabkan hipertensi yang
menetap namun jika episode stress sering terjadi dapat
menyebabkan kenaikan sementara yang sangat tinggi (Sheps,
2005). Menghindari stress dengan menciptakan suasana yang
menyenangkan bagi penderita hipertensi dan memperkenalkan
berbagai macam metode relaksasi seperti yoga atau meditasi yang
dapat mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan
tekanan darah (pfizerpeduli.com).
g. Terapi masase (pijat)
Menurut Dhalimartha (2008), pada prinsipnya pijat yang
dilakukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancar
aliran energi dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dan

9
komplikasinya dapat diminimalisir, ketika semua jalur energi
terbuka dan aliran energi tidak lagi terhalang oleh ketegangan otot
dan hambatan lain maka risiko hipertensi dapat ditekan.
2. Pengobatan Farmakologi
a. Diuretik (Hidroklorotiazid)
Mengeluarkan cairan tubuh sehingga volume cairan ditubuh
berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih
ringan.
b. Penghambatan Simpatetik (Metildopa, Klonidin, dan Reserpin)
Menghambat aktivitas saraf simpatis.
c. Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol)
1) Menurunkan daya pompa jantung.
2) Tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernapasan seperti asam bronkial.
3) Pada penderita diabetes melitus: dapat menutupi gejala
hipoglikemia.
d. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin)
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot pembuluh darah.
e. ACE inhibitor (Captopril)
1) Menghambat pembentukan zat Angiotensin II.
2) Efek samping: batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
f. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan)
Menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptor
sehingga memperingan daya pompa jantung.
g. Antagonis kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas).

G. Komplikasi

10
Menurut Padila, 2013 Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati
dan ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan
kerusakan arteri didalam tubuh organ yang mendapat suplai darah dari
arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ
sebagai berikut:
1. Jantung
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal
jantung dan penyakit jantung koroner. Pada penderita hipertensi, beban
kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan
berkurang elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya,
jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan
diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak
nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
2. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,
apabila tidak diobati risiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
3. Ginjal
Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan system
penyaringan di dalam ginjal akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu
membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui
aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
4. Mata
Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati
hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Yahya, 2005).
H. Pemeriksaan penunjang
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan retina
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti
ginjal dan jantung
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisasi untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.

11
6. Pemeriksaan: renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

12
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, dan pekerjaan,
b. Identitas penanggung jawab
Hal yang perlu dikaji meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, agama, dan hubungannya dengan klien
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan yang dominan muncul pada kasus hipertensi yakni
pusing, sakit kepala disertai leher terasa tegang dan kaku, nyeri pada
tungkai, fatingue (lemah), sulit bernapas, temuan fisik meliputi
peningkatan frekuensi denyut jantung, disritmia, dan takipnea
(Udjianti, 2013)
2) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada
setiap gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, selah, susah, napfas, mual,
gelisah, kesadaran menurun, pengelihatan menjadi kabur, tinnitus
(telinga berdenging), palpitasi (berdebar-debar), kaku kuduk, tekanan
darah diatas normal, gampang marah (Nurarif & Kusuma, 2015)
3) Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah
dialami sebelumnya: misalnya: klien pernah memiliki riwayat penyakit
gagal ginjal dan klien mengalami penyakit yang sangat berat
(haryanto, 2015)
4) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya penyakit keturunan dalam keluarga. Hipertensi
pada orang yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sekitar
15-35%. Suatu penelitian pada orang kembar, hipertensi terjadi 60%
laki-laki dan 30-40% perempuan. Hipertensi usia di bawah 55 tahun

13
terjadi 3,8 kali lebih sering pada orang dengan riwayat hipertensi
keluarga (Pikir dkk, 2015)
5) Riwayat pengobatan
Ada bebaraoa obat yang harus diminum oleh penderita
penyakit hipertensi yaitu pengobatan antihipertensi: deuritic,
angiotensin (Pikir dkk, 2015)
d. Pengkajian pemenuhan kebutuhan dasar Manusia menurut virgina
Henderson:
1) Pola Respirasi
pada pola pernafasan yang perlu diperhatikan adalah frekuensi,
pernafasan, gerak dinding dada, pernafasan cuping hidung, apakah
klien merasa sesak.
2) Pola nutrisi
pada pola nutrisi yang ditanyakan adalah nafsu makan, diet
khusus, suplemen yang dikonsumsi, instruksi, diet sebelumnya, jumlah
cairan dan makanan yang masuk perhari, ada tidaknya mual, muntah
dan kesulitan menelan.
3) Pola eliminasi
pada pola eliminasi yang perlu ditanyakan adalah jumlah
kebiasaan BAK dan BAB sehari.
4) Pola aktivitas
pada aktivitas apakah selama melakukan kegiatan sehari-hari
lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot.
5) Kebutuhan Istirahat tidur
pengkajian pola kebutuhan tidur ini yang ditanyakan adalah
jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, dan siang, merasa tenang
setelah tidur, masalah selama tidur.
6) Mempertahankan tempratur tubuhnya
Bagaimana temperatur tubuh pada kasus hipertensi apakah
mengalami penurunan atau peningkatan.

14
7) Kebutuhan personal Hyigiene
Bagaimana personal hygiene pada pasien hipertensi apakah
menjaga atau tidak
8) Kebutuhan rasa aman nyaman
Pada klien dengan Hipertensi akan ditemukan gangguan rasa
aman nyaman, dalam kebutuhan rasa aman nyaman ini perlu
ditanyakan apakah klien tetap merasakan aman dan terlindungi oleh
keluarganya.
9) Berkomunikasi dengan orang lain
bagaimana hubungan klien dengan keluarga serta bagaimana
klien berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
10) Kebutuhan bekerja
bagaimana klien saat bekerja
11) Kebutuhan bermain dan rekreasi
pada pengumpulan data ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
hal-hal apa yang dapat membuat klien senang.
12) Kebutuhan berpakaian
tidak mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan
berpakaian.
13) Kebutuhan belajar
kebutuhan klien dalam memperoleh ilmu pengetahuan
14) Kebutuhan spiritual
percayaan dan keyakinan dalam beragama.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran: seorang pasien yang terkenan penyakit hipertensi
kesadaranya adalah sadar dan juga dapat mengalami penurunan
kesadaran (Nuraif & Kusuma, 2015).
b) Tanda-tanda vital: (1) TD: saat melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital pada kasus hipertensi tekanan darah yang dimiliki oleh
penderita hipertensi systole 140 mmHg dan tekanan diastole diatas
90 mmHg (Haryanto & rini, 2015).(2)Nadi: meningkat pada arteri

15
karotis, jugularis, pulsasi radialis, perbedaan denyut nadi atau tidak
ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri popliteal,
posterior tibia (udjianti, 2013). (3) respirasi: normal atau
meningkat. (4) suhu: normal atau meningkat.
2) Body sistem
a) Sistem pernafasan: Mengeluh sesak nafas saat beraktivitas,
takipnea, ortopnea (gangguan pernafasan saat berbaring), batuk
dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok. Temuan fisik
meliputi sianosis, penggunaan otot bantu, pernapasan terdengar
suara napas tambahan (tonkhi, rales, wheezing) (udjianti, 2013).
b) Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : gerakan dinding abnormal
Palpasi: denyut apical kuat
Perkusi: denyut apical bergeser dan/kuat angkat.
Auskultasi: denyut jantung takikardi dan distrimia, bunyi jantung
s2 mengeras s3 (gejala CHF dini). Murmur dapat terdengar jika
stenosis atau insufisiensi katup (Udjianti, 2013)
c) Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/pusing sakit kepala berdenyut
di suboksipital, episode mati rasa, atau kelumpuhan salah satu sisi
badan. Gangguan Visual (diplopia-pandangan ganda atau
pandangan kabur) dan episode epistaksis (Udjianti, 2013).
d) Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urin <50 ml/jam atau oliguri
(Udjianti, 2013).
e) Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan
riwayat pemakaian deuretik. Temuan fisik meliputi berat badan
normal atau obesitas, edema, kongesti vena, distensi vena jugularis,
dan glikosuria (udjianti, 2013).

16
f) Sistem integumen
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler
lambat, (> 2 detik), sianosis, diaphoresis, atau flusing (Udjianti,
2013).
g) Sistem muskuluskletal
Terjadi kaku kuduk pada area leher (Haryanto & Rini,
2015)
h) Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan
adanya kelainan pada sistem endokrin (Udjianti, 2013).
i) Sistem reproduksi
Pada pasien hipertensi terjadi peningkatan TIK (Tekanan
intra cranial) pada saat melakukan hubungan seksual dan terjadi
gangguan reproduksi pada ibu hamil yang memiliki hipertensi
(Nurarif & Kusuma, 2015).
j) Sistem penginderaan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau
sklerosis arteri edema atau papil edema (eksudat atau hemoragi)
tergantung derajat lamanya hipertensi (Udjianti, 2013).
k) Sistem imun
Pada pasien hipertensi mengalami penurunan sistem
kekebalan tubuh (Manurung, 2016).
f. Pemeriksaan penunjang
1) Hitung darah lengkap : pemeriksaan Hb, Ht (hematokrit), untuk
menilai vakositas dan indikator faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas anemia (Udjianti, 2013).
2) Kimia darah (Udjianti, 2013)
3) BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi
atau renal.
4) Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes militus adalah presipitator
hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.

17
5) Kadar kolsterol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
6) Kadar serum aldesteron: menilai adanya aldosteronisme primer
7) Studi tiroid (T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang
berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.
8) Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko
hipertensi.
9) Elektrolit (udjianti, 2013).
10) Radiologi (udjianti, 2013)
11) CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
12) IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti: batu ginjal,
perbaikan ginjal
13) Photo dada: menunjukkan destruksi kalsifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. ANALISA DATA
No Symptom Etiologic Problem
1 Ds: keluarga pasien Faktor predisposisi: Resiko
mengatakan pasien usia, jenis kelamin, ketidakefektian
mengalami penurunan meorok, stress, genetik, perfusi jaringan
kesadaran alkohol, konsentrasi otak
Do: kesadaran garam,obesitas
menurun, darah
Hipe
melorot ke kiri
rtensi
TD: 180/90 mmHg

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

18
Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak

Suplai O2 ke otak
menurun

Resiko
ketidakseimbangan
perfusi jaringan otak
2 Ds: ansietas, dispnea Faktor predisposisi: Kelebihan volume
atau pendek nafas, usia, jenis kelamin, cairan
gelisah. meorok, stress, genetik,
Do: suara nafas tidak alkohol, konsentrasi
normal, anasarka, garam,obesitas
ansietas, azotemia,
Hipe
perubahan tekanan
rtensi
darah, perubahan pola
pernafasan,
Kerusakan vaskuler
ketidakseimbangan
pembuluh darah
elektrolit, gelisah.

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah
Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

19
Ginjal

vasokontriksi pembuluh
darah ginjal

Blood flow darah


menurun

Respon RAA

Merangsang aldosteron

Retensi Na

Edema

Kelebihan Volume
cairan

3 Ds: pasien Faktor predisposisi: Resiko cedera


mengatakan pada usia, jenis kelamin,
sejak 5 hari mata meorok, stress, genetik,
kanan pasien alkohol, konsentrasi
mendadak buram, garam,obesitas
pasien merasa
Hipe
pandangan menjadi
rtensi
gelap seperti ada
rambut atau asap.
Kerusakan vaskuler
Do: pembuluh darah
pembuluh darah
(terutama arteri
retina) yang berwarna
Perubahan struktur
lebih pucat, kapiler

20
pembuluh yang
menjadi lebih kecil
atau irreguler (karena Penyumbatan pembuluh
spasme lokal), dan darah
percabangan arteriol Vasokontriksi
yang tajam
Gangguan sirkulasi

Retina

Spasme Arteriol

Resiko Cedera
4 Ds: klien mengeluh Faktor predisposisi: Penurunan curah
pusing, klien usia, jenis kelamin, jantung
mengatakan ketika meorok, stress, genetik,
melakukan aktivitas alkohol, konsentrasi
sehari-hari bertambah garam,obesitas
sesak.
Hipe
Do: klien tampak
rtensi
lemah
TD: 140/90 mmHg
Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah
Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

21
pembuluh darah
sistemik

vasokontriksi

afterload meningkat

penurunan curah
jantung
5 1. Gejala dan tanda Faktor predisposisi: Intoleransi aktivitas
mayor usia, jenis kelamin,
Ds: mengeluh meorok, stress, genetik,
lelah alkohol, konsentrasi
Do: frekuensi garam,obesitas
jantung
Hipe
meningkat >20%
rtensi
dari kondisi
istrahat
Kerusakan vaskuler
2. Gejala dan tanda
pembuluh darah
minor
Ds: dispnea
Perubahan struktur
saat/setelah
aktivitas, merasa
Penyumbatan pembuluh
tidak nyaman
darah
setelah
Vasokontriksi
beraktivitas,
merasa lemah
Gangguan sirkulasi
Do: tekanan darah
berubah >20%
pembuluh darah
dari kondisi
sistemik
istrahat, gambaran
EKG
vasokontriksi
menggambarkan

22
aritmia
saat/setelah afterload meningkat
aktivitas, sianosis
fatigue

Intoleransi Aktivitas
6 DS: mengeluh nyeri Faktor predisposisi: Nyeri akut
di bagian leher usia, jenis kelamin,
DO: tampak meorok, stress, genetik,
meringis, frekuensi alkohol, konsentrasi
nadi meningkat, sulit garam,obesitas
tidur, TD meningkat,
Hipe
pola napas berubah,
rtensi
nafsu makan berubah.

Kerusakan vaskuler
pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah
Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

pembuluh darah

Koroner

Iskemia Miokard

Nyeri akut

23
b. Diagnosa keperawatan
1. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan
kerusakan vaskuler pembuluh darah, vasokontriksi, gangguan sirkulasi
di otak sehingga suplai O2 menurun ditandai dengan keluarga pasien
mengatakan pasien mengalami penurunan kesadaran, bibir melorot ke
kiri.
2. Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah ginjal, blood flow darah menurun, respon RAA,
merangsang aldosteron, retensi Na, edema ditandai dengan ansietas,
dispnea atau pendek nafas, gelisah.
3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan sirkulasi pada retina,
sapsme arterio ditandai dengan pasien mengatakan pada sejak 5 hari
mata kanan pasien mendadak buram, pasien merasa pandangan
menjadi gelap seperti ada rambut atau asap, pembuluh darah (terutama
arteri retina) yang berwarna lebih pucat, kapiler pembuluh yang
menjadi lebih kecil atau irreguler (karena spasme lokal), dan
percabangan arteriol yang tajam.
4. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi
pembuluh darah sistemik, vasokontriksi, afterload meningkat ditandai
dengan klien mengeluh pusing, klien mengatakan ketika melakukan
aktivitas sehari-hari bertambah sesak, klien tampak lemah.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan sirkulasi pembuluh
darah sitemik, vasokontriksi, afterload meningkat, fatigue ditandai
dengan frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istrahat.
6. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan sirkulasi pembuluh darah
koroner, iskemia miokard ditandai dengan mengeluh nyeri di bagian
leher tampak meringis, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur, TD
meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

24
Menurut M. Wilkinson Judith. 2016.
N Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi (NIC)
o keperawatan Hasil (NOC)
1 Resiko Tujuan : Setelah Peripheral sensation
ketidakefektifa dilakukan tindakan management
n perfusi keperawatan selama 2x24 (managemen sensasi
jaringan otak jam diharapkan sirkulasi perifer)
berhubungan yang masuk ke otak tidk 1. Monitor adanya
dengan terganggu dengan kriteria daerah tertentu yang
kerusakan hasil: hanya peka terhadap
vaskuler Noc panas/dingin/tajam/tu
pembuluh 1. Circulation status mpul
darah, 2. Tissue prefusion: 2. Monitor adanya
vasokontriksi, cerebral paretese
gangguan Kritria hasil: 3. Instruksi keluarga
sirkulasi di 1. Mendemonstrasikan untuk mengobservasi
otak sehingga status sirkulasi yang kulit jika ada isi atau
suplai O2 ditandai dengan laserasi
menurun 2. Tekanan sistol dan 4. Gunakan sarung
ditandai diastol dalam rentang tangan untuk proteksi
dengan yang diharapkan 5. Batas gerakan pada
keluarga pasien 3. Tidak ada kepala, leher dan
mengatakan ortostatikhipertensi punggung
pasien 4. Tidak ada tanda-tanda 6. Monitor kemampuan
mengalami peningkatan tekanan BAB
penurunan indra intrakrania (tidak 7. Kolaborasi pemberian
kesadaran, lebihdari 15mmHg) analgetik
bibir melorot 5. Mendemonstrasikan 8. Monitor adanya
ke kiri. kemampuan kognitif tromboplebitis
yang ditandai dengan: 9. Diskusikan mengenai
6. Berkomunikasi penyebab perubahan
dengan jelas dan sensai
sesuai dengan

25
kemampuan
7. Menunjukkan
perhatian, konsentrasi
dan orientasi
8. Memproses informasi
9. Membuat keputusan
dengan benar
10. Menunjukkan fungsi
sensori motori cranial
yang utuh: tingkat
kesadaran membaik,
tidak ada gerakan-
gerakan involunter

2 Kelebihan Tujuan : Setelah NIC :


1 Pertahankan catatan
Volume cairan dilakukan tindakan
intake dan output
berhubungan keperawatan selama 2x24
yang akurat
dengan jam diharapkan cairan
2 Pasang urin kateter
vasokontriksi klien dalam batas normal.
jika diperlukan
pembuluh Kriteria hasil:
3 Monitor hasil lab
darah ginjal, 1 Electrolit and acid
yang sesuai dengan
blood flow base balance
retensi cairan (BUN ,
darah menurun, 2 Fluid balance
Hmt , osmolalitas
respon RAA, 3 Hydration
urin )
merangsang Setelah dilakukan
4 Monitor vital sign
aldosteron, tindakan keperawatan
5 Monitor indikasi
retensi Na, selama 2x 24 jam
retensi / kelebihan
edema ditandai Kelebihan volume cairan
cairan (cracles, CVP ,
dengan teratasi dengan kriteria:
edema, distensi vena
ansietas, 1 Terbebas dari edema,
leher, asites)
dispnea atau efusi, anaskara
6 Kaji lokasi dan luas
pendek nafas, 2 Bunyi nafas bersih,
edema
gelisah. tidak ada

26
dyspneu/ortopneu 7 Monitor masukan
3 Terbebas dari distensi makanan / cairan
vena jugularis, 8 Monitor status nutrisi
4 Memelihara tekanan 9 Berikan diuretik
vena sentral, tekanan sesuai interuksi
kapiler paru, output 10 Kolaborasi pemberian
jantung dan vital sign obat.
DBN 11 Monitor berat badan
5 Terbebas dari 12 Monitor elektrolit
kelelahan, kecemasan 13 Monitor tanda dan
atau bingung gejala dari odema

3 Resiko cedera Tujuan : Setelah Environment


berhubungan dilakukan tindakan management
dengan keperawatan selama 2x24 (manajemen
gangguan jam diharapkan klien tidak lingkungan)
sirkulasi pada akan mengalami cedera. 1 Sediakan lingkungan
retina, sapsme Noc: yang aman untuk
arterio ditandai 1. Risk kontrol pasien
dengan pasien Kriteria hasil: 2 Identifikasi kebutuhan
mengatakan 2. Klien terbebas dari keamanan pasien,
pada sejak 5 cedera sesuai dengan kondisi
hari mata 3. Klien mampu fisik dan fungsi
kanan pasien menjelaskan cara atau kognitif pasien dan
mendadak metode untuk riwayat penyakit
buram, pasien mencegah dahulu pasien
merasa unjury/cedera 3 Menghindarkan
pandangan 4. Klien mampu lingkungan yang
menjadi gelap menjelaskan faktor berbahaya (misalkan
seperti ada resiko dari lingkungan memindahkan
rambut atau atau perilaku personal perabotan)
asap, pembuluh 5. Mampu memodifikasi 4 Memasang side rail
darah gaya hidup untuk tempat tidur

27
(terutama arteri mencegah injury 5 Menyediakan tempat
retina) yang 6. Menggunakan fasilitas tidur yang nyaman dan
berwarna lebih kesehatan yang ada bersih
pucat, kapiler 7. Mampu mengenali 6 Menempatkan saklar
pembuluh yang perubahan status lampu ditempat yang
menjadi lebih kesehatan mudah dijangkau
kecil atau pasien
irreguler 7 Membatasi
(karena spasme pengunjung
lokal), dan 8 Menganjurkan
percabangan keluarga untuk
arteriol yang menemani pasien
tajam. 9 Mengontrol
lingkungan dari
kebisingan
10 Memindahkan barang-
barang yang
membahayakan
11 Berikan penjelasan
pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
4 Penurunan NOC : NIC :
curah jantung  Cardiac Pump 1. Evaluasi adanya nyeri
berhubungan effectiveness dada
dengan  Circulation Status 2. Catat adanya disritmia
gangguan  Vital Sign Status jantung
sirkulasi  Tissue perfusion: 3. Catat adanya tanda
pembuluh perifer dan gejala penurunan
darah sistemik, cardiac putput

28
vasokontriksi, Setelah dilakukan asuhan 4. Monitor status
afterload selama 2x24 jam pernafasan yang
meningkat penurunan kardiak output menandakan gagal
ditandai klien teratasi dengan jantung
dengan klien kriteria hasil: 5. Monitor balance
mengeluh 1. Tanda Vital dalam cairan
pusing, klien rentang normal 6. Monitor respon pasien
mengatakan (Tekanan darah, Nadi, terhadap efek
ketika respirasi) pengobatan antiaritmia
melakukan 2. Dapat mentoleransi 7. Atur periode latihan
aktivitas aktivitas, tidak ada dan istirahat untuk
sehari-hari kelelahan menghindari kelelahan
bertambah 3. Tidak ada edema paru, 8. Monitor toleransi
sesak, klien perifer, dan tidak ada aktivitas pasien
tampak lemah. asites 9. Monitor adanya
4. Tidak ada penurunan dyspneu, fatigue,
kesadaran tekipneu dan ortopneu
5. AGD dalam batas 10. Anjurkan untuk
normal menurunkan stress
6. Tidak ada distensi 11. Monitor TD, nadi,
vena leher suhu, dan RR
7. Warna kulit normal 12. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk, atau berdiri
13. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
14. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah aktivitas
15. Monitor jumlah, bunyi
dan irama jantung

29
16. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
17. Monitor pola
pernapasan abnormal
18. Monitor suhu, warna,
dan kelembaban kulit
19. Monitor sianosis
perifer
20. Monitor adanya
cushing triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatan sistolik)
21. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign
22. Jelaskan pada pasien
tujuan dari pemberian
oksigen
23. Sediakan informasi
untuk mengurangi
stress
24. Kelola pemberian obat
anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan
vasodilator untuk
mempertahankan
kontraktilitas jantung
25. Kelola pemberian
antikoagulan untuk
mencegah trombus
perifer

30
26. Minimalkan stress
lingkungan

5 Intoleransi NOC : NIC :


1. Observasi adanya
aktivitas 1. Self Care : ADLs
pembatasan klien
berhubungan 2. Toleransi aktivitas
dalam melakukan
dengan 3. Konservasi eneergi
aktivitas
gangguan Setelah dilakukan
2. Kaji adanya faktor yang
sirkulasi tindakan keperawatan
menyebabkan kelelahan
pembuluh selama 2x24 jam Pasien
3. Monitor nutrisi dan
darah sitemik, bertoleransi terhadap
sumber energi yang
vasokontriksi, aktivitas dengan Kriteria
adekuat
afterload Hasil :
4. Monitor pasien akan
meningkat, 1. Berpartisipasi dalam
adanya kelelahan fisik
fatigue aktivitas fisik tanpa
dan emosi secara
ditandai disertai peningkatan
berlebihan
dengan tekanan darah, nadi
5. Monitor respon
frekuensi dan RR
kardivaskuler terhadap
jantung 2. Mampu melakukan
aktivitas (takikardi,
meningkat aktivitas sehari hari
disritmia, sesak nafas,
>20% dari (ADLs) secara
diaporesis, pucat,
kondisi mandiri
perubahan
istrahat. 3. Keseimbangan
hemodinamik)
aktivitas dan istirahat
6. Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
7. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencanakan progran
terapi yang tepat.
8. Bantu klien untuk
mengidentifikasi

31
aktivitas yang mampu
dilakukan
9. Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
10. Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
11. Bantu untuk
mendpatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
13. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan
positif bagi yang aktif
beraktivitas
16. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
17. Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual

6 Nyeri akut Tujuan: Setelah dilakukan a. Manajemen


berhubungan tindakan keperawatan Analgesik
dengan selama 2 x 24 jam 1) Menggunakan agens
gangguan diharapkan nyeri pasien farmakologi untuk
sirkulasi teratasi. Kriteria hasil : mengurangi atau
pembuluh 1. Nyeri yang dirasakan menghilangkan nyeri
darah koroner, dapat berkurang. 2) pemberian medikasi :

32
iskemia 2. Memperlihatkan Mempersiapkan,
miokard teknik relaksasi secara memberikan, dan
ditandai individual yang efektif mengevaluasi
dengan untuk mencapai keefektifan obat resep
mengeluh nyeri kenyamanan dan obat bebas.
di bagian leher 3) Menejemen Medikasi
tampak : memfasilitasi
meringis, penggunaan obat
frekuensi nadi resep atau obat bebas
meningkat, secara aman dan
sulit tidur, TD efektif.
meningkat, 4) Menejemen Nyeri :
pola napas Meringankan atau
berubah, nafsu mengurangi nyeri
makan sampai pada tingkat
berubah. kenyamanan yang
dapat diterima oleh
pasien.
5) Bantuan
analgesik yang
dikendalikan ole
pasien (patient-
control Analgesik
{PCA} :
memudahkan
pengendalian
pemberian dan
pengaturan
analgesik oleh
pasien.
b. Manajemen Sedasi
6) memberikan

33
sedatif,
memantau
respon pasien,
dan memberikan
dukungan
fisiologis yang
dibutuhkan
selama prosedur
diagnostik atau
terapeutik.
7) Surveilans :
Mengumpulkan,
menginterprestas
i, dan
menyintesis data
pasien secara
terarah dan
kontinu untuk
membuat
keputusan klinis.
8) Tentukan riwayat
nyeri, lokasi, durasi
dan intensitas.
9) Evaluasi terapi :
pembedahan, radiasi,
kemoterapi, bioterapi,
ajarkan klien dan
keluarga tentang cara
menghadapinya.
10) Berikan pengalihan
seperti reposisi dan
aktivitas

34
menyenangkan
seperti mendengarkan
musik atau nonton
TV.
11) Menganjurkan teknik
penanganan stress
(teknik relaksasi,
visualisasi,
bimbingan), gembira
dan berikan sentuhan
terapeutik.
12) Evaluasi nyeri,
berikan pengobatan
bila perlu.
13) Diskusikan
penanganan nyeri
dengan dokter dan
juga dengan klien.
14) Berikan analgetik
sesuai indikasi seperti
morfin, metadone,
narkotik dll.

4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Impelementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya: Implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah setelah dilakukan validasi; keterampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien di lindungi serta
dokumentasi intervensi dan respon pasien.

35
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari
rencana intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan
perawatan yang muncul pada pasien.
5. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tercapai tujuan intervensi dari
setiap diagnosa keperawatan, yaitu sebagai berikut:
1. Pasien dapat menunjukkan terpenuhinya suplai oksigen ke otak
2. Pasien dapat menunjukkan terpenuhiya kebutuhan cairan
3. Masalah keperawatan dapat teratasi secara sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Nuraif, Amin Huda & Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc Jilid 2.
Medication Jogja: Jogjakarta.
M. Wilkinson Judith. 2016. Diagnosa Keperawatan Diagnosa NANDA_I
Intervensi NIC Hasil NOC Edisi 10. EGC: Jakarta.
Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Pokjo Tim SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia Definis dan Indikator Diagnostik Edisi I. Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Indonesia: Jakarta.

36

Anda mungkin juga menyukai