Anda di halaman 1dari 137

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN LATIHAN ACTIVE ASSISTIVE ROM SPHERICAL GRIP


TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS
PADA PENDERITA STROKE NON HEMORAGIC DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PELANGAN

SAEPUDIN RAHMAN
025 SYE 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG . D III
MATARAM
2020
KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN LATIHAN ACTIVE ASSISTIVE ROM SPHERICAL GRIP


TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS
PADA PENDERITA STROKE NON HEMORAGIC DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PELANGAN

Karya Tulis Ilmiah Ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Penelitian Serta Meneyelesaikan Pendidikan Diploma III Keperawatan

SAEPUDIN RAHMAN

025 SYE 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.III
MATARAM
2020
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya Yang Bertanda Tangan Di Bawah Ini :

Nama : Saepudin Rahman

NIM : 025 SYE 17

Prodi : DIII Keperawatan

Institusi : Stikes Yarsi Mataram

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini

adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan

pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil

tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mataram, 14 Agustus 2020


Pembuat Pernyataan

(Saepudin Rahman)

Mengetahui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

BAIQ.Ruli Fatmawati.,Ners M.Kep M.Alwi Andi, S.Kep.,MMR


NIK : 3041417 NIK : 3031405

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN LATIHAN ACTIVE ASSISTIVE ROM SPHERICAL GRIP


TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS
PADA PENDERITA STROKE HEMORAGIC DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PELANGAN

diajukan oleh

SAEPUDIN RAHMAN

025SYE17

Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diujikan.

Pembimbing I : BAIQ.Ruli Fatmawati.,Ners M.Kep (.........................)


NIK : 3041417

Pembimbing II : M.Alwi Andi, S.Kep.,MMR (.........................)


NIK : 3031405

Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.III
Ketua,

(Melati Inayati Albayani, SST.,S.Pd.,Ners.,MPH)


NIK: 2109715

iii
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN LATIHAN ACTIVE ASSISTIVE ROM SPHERICAL GRIP


TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS
PADA PENDERITA STROKE NON HEMORAGIK DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS PELANGAN

diajukan oleh

SAEPUDIN RAHMAN
025SYE17

Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji


Pada Tanggal14 - Agustus2020

Dewan Penguji:

Penguji I : Kurniati Prihatin, Ners.,M.Kep (......................)


NIK: 3041415

Penguji II : BAIQ.Ruli Fatmawati., Ners.,M.Kep (......................)


NIK: 2119611

Penguji III : M.Alwi Andi, S.Kep.,MMR (......................)


NIK: 3031405

Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.III
Ketua,

(Melati Inayati Albayani, SST., S.Pd., Ners., MPH)


NIK: 2109715

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugasKarya Tulis Ilmiah

dengan judul “Penerapan Latihan Active Assistive Rom Spherical Grip Terhadap

Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Pada Pasien Penderita Stroke Non

Hemoragic Di Wilayah Kerja Puskesmas Pelangan”.

Dengan tersusunnyaKarya Tulis Ilmiah ini, saya mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan

kerendahan hati saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. H. Zulkahfi, S.Kep., Ners., M. Kes selaku ketua STIKES YARSI Mataram

yang menjadi pelindung dan penanggung jawab pelaksanaan proses belajar

mengajar di pendidikan Diploma III Keperawatan di STIKES YARSI

Mataram.

2. Zuloutbi.,S.Kep.,Ners. Selaku Kepala Puskesmas Pelangan yang telah

memberikan izin, dan duklungan, dan arahan selama di laukannya penelitian

yang banyak membantu dan memudahkan sehingga penelitian berjalan dengan

lancar dan dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini selesai tepat waktu.

3. Melati Inayati Albayani, S.Pd., Ners., MPH selaku Ketua Program Studi D.III

Keperawatan STIKES YARSI Mataram yang telah memberikan kesempatan

dan fasilitas serta arahan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Diploma III Keperawatan di STIKES YARSI Mataram.

4. Baiq Ruli Fatmawati, Ners.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan motivasi dan arahan

v
sehingga penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

5. M.Alwi Andi Andi, S.Kep.,MMRselaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan motivasi dan arahan

sehingga penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

6. Semua Staf pengajar serta tata usaha STIKES YARSI Mataram yang telah

membantu segala fasilitas dan dukungan sehingga Proposal Karya Tulis

Ilmiah ini bisa terselesaikan.

7. Kedua orang tua dan saudara-saudara tercinta yang telah memberikan doa,

dukungan serta bantuan material dan spiritual kepada penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan kemurahan hati dan

budi pekerti baik semua pihak yang telah membantu memberikan kesempatan,

dukungan, fasilitas, kritik dan saran dalam menyelesaikan Proposal Karya

Tulis Ilmiah.

Mataram, Agustus 2020

Penulis

vi
INTISARI
PENERAPAN LATIHAN ACTIVE ASSISTIVE ROM SPHERICAL GRIP
TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS
PADA PENDERITA STROKE NON HEMORAGIK
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELANGAN

SAEPUDIN RAHMAN
(2020)

Program Studi Jenjang D.III Keperawatan


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stikes Yarsi Mataram

Baiq Ruli Fatmawati, Ners.,M.KepM.Alwi Andi Andi, S.Kep., MMR

Pendahuluan: Stroke non haemoragik adalah gangguan fungsi otak yang


disebabkan oleh penurunan aliran oksigen akibat penyempitan atau penyumbatan
arteri ke otak yang dapat merusak sel-sel saraf. Salah satu dampak yang terjadi
pada pasien stroke non haemoragik diantaranya mengalami kelemahan pada salah
satu sisi tubuh. Oleh karena itu, pasien stroke non haemoragik memerlukan
rehabilitasi latihan aktive assistive range of motion (ROM) spherical grip secara
teratur dan tepat. Tujuan: menggambarkan asuhan keperawatan penerapan latihan
aktive assistive range of motion (ROM) Spherical Grip di Dusun Rambut Petung,
Desa Pelangan, Kecamatan Sekotong Barat, Lombok Barat Provinsi NTB.
Metode: penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan studi kasus.
Data diperoleh dari wawancara dan observasi. Subjek dari studi kasus1 pasien,
waktu dimulai bulan juli 2020. Hasil: setelah melakukan latihan active assistive
Range Of Motion (ROM ) Spherical Grip, pasien dapat menggerakkan tangan
kanan mengenggam dan membuka jari-jari tangan. Kesimpulan: hasil penelitian
menunjukan adanya pengaruh latihan aktive assistive range of motion (ROM)
spherical grip terhadap perubahan perubahan kekuatan otot dan tonusotot.

Kata Kunci : Active Assistive Rom Spherical Grip Kekuatan Otot

vii
ABSTRACKT
PENERAPAN LATIHAN ACTIVE ASSISTIVE ROM SPHERICAL GRIP
TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS
PADA PENDERITA STROKE NON HEMORAGIK
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELANGAN

SAEPUDIN RAHMAN
(2020)
Program Studi Jenjang D.III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stikes Yarsi Mataram

Baiq Ruli Fatmawati, Ners.,M.KepM.Alwi Andi Andi, S.Kep., MMR

Introduction: Non-haemorrhagic stroke is a disorder of brain function caused by


decreased oxygen flow due to narrowing or blockage of arteries to the brain which
can damage nerve cells. One of the effects that occurs in non-haemorrhagic stroke
patients is experiencing weakness on one side of the body. Therefore, non-
haemorrhagic stroke patients require regular and precise rehabilitation of active
assistive range of motion (ROM) spherical grip exercises. Purpose: describe
nursing care application of active assistive range of motion (ROM) Spherical Grip
exercises in Rambut Petung Hamlet, Pelangan Village, Sekotong Barat District,
West Lombok, NTB Province. Method: This research is a descriptive analytic
with a case study approach. Data obtained from interviews and observations.
Subject from case study1 patient, time started in July 2020. Result:
implementation of the active assistive Range of Motion (ROM) Spherical Grip
exercise action, the patient can move his right hand to grip and open the fingers.
Conclusion: the results of this study indicate the effect of active assistive range of
motion (ROM) spherical grip training on changes in changes in muscle strength
and muscle tone.

Keywords: Active Assistive Rom Spherical Grip Muscle Strength

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................iv
KATA PENGANTAR ................................................................................ v
INTISARI .................................................................................................. vii
ABSTRACK ............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii
BAB 1PENDAHULUAN............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 5
1.3 Tujuan Studi Kasus .................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 5
1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 6
1.4 Manfaat Studi Kasus .................................................................. 6
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 8
2.1 Konsep Medis Stroke ................................................................. 8
2.1.1 Pengertian ...................................................................... 8
2.1.2 Anatomy Fisiologi ................................................................ 9
2.1.3 Etiolog .......................................................................... 14
2.1.4 Tanda Dan Gejala .......................................................... 15
2.1.5 Patofisiologi .................................................................. 16
2.1.6 Pathways ....................................................................... 18
2.1.7 Klasifikasi ..................................................................... 19
2.1.8 Komplikasi ................................................................... 21
2.1.9 Penatalaksanaan ............................................................ 24

ix
2.1.10 Pemeriksaan Penunjang ................................................. 26
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke ..................... 29
2.2.1 Pengkajian..................................................................... 29
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .................................................. 35
2.2.3 Intervensi keperawatan (Nanda NIC & NOC 2015-
2017)............................................................................. 39
2.2.4 Implementasi ................................................................. 44
2.2.5 Evaluasi ........................................................................ 45
2.3 Konsep Tindakan Keperawatan ................................................ 47
2.3.1 Range of Motion (ROM) ............................................... 45
2.3.2 Konsep ShepricalGrip ................................................... 51
2.3.3 Teknik Pemberian SphericalGrip .................................. 52
2.3.4 Manfaat Pemberian ShepricalGrip ................................ 53
BAB 3METODE PENELITIAN .............................................................. 55

3.1 RancanganPenelitian .............................................................. 55


3.2 Subyek StudiKasus ................................................................. 55
3.3 FokusStudi ............................................................................. 56
3.4 Definisi Operasional FocusStudi............................................. 56

3.5 Prosedur metodROM .............................................................. 57


3.6 Instrumen StudiKasus ............................................................. 59
3.7 Metode PengumpulanData ...................................................... 60

3.8 Lokasi Dan Waktu StudiKasus ............................................... 61


3.9 Analisis Data Dan PenyajianData ........................................... 62
3.10 Etika StudiKasus .................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisa Data ................................................................................ 34

Tabel 2.2 Intervensi keperawatan ............................................................... 37

Tabel 2.3 Macam Macam gerakan Rom ...................................................... 48

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gpherical grip Gambar ........................................................... 54

Gambar 2.3 Jenis Power Grip ...................................................................... 54

Gambar 2.4 Spherical Grip Bola ................................................................. 54

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent....................................................................... 67

Lampiran 2 Kuesioner Data Demografi ......................................................... 68

Lampiran 3 Panduan Latihan Harian ROM ................................................... 70

Lampiran 4 Lembar observasi Latihan Kekuatan Otot ................................... 72

xiii
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan salah satu penyakit yang mengancam jiwa dan

merupakan penyumbang terjadinya kecacatan. Selain itu, stroke merupakan

penyakit neurologis yang terjadi secara mendadak,dan menyebabkan

terjadinya sumbatan pada pembuluh darah serebral baik sumbatan total

ataupun parsial yang terjadi selama kurun waktu 24 jam (Prok, 2016).

Menurut World Health Organization(WHO, 2017) menyatakan

bahwa stroke merupakan urutan kedua penyebab kematian setelah penyakit

jantung iskemik, serta penyakit ketiga kecacatan setelah penyakit menular

dan kanker. Sekitar 15 juta orang menderita stroke setiap tahun, dengan

sepertiga dari kasus ini atau sekitar 6,6 juta mengalami kematian ( 3,5 juta

perempuan dan 3,1 juta laki-laki).

Menurut American Heart Asociation (AHA, 2013) sekitar 55-75%

di Amerika serikat pasien stroke mengalami penurunan pada kemampuan

motorik. Selain itu terjadi peningkatan angka kejadian stroke yang berusia

25 sampai 44 tahun sebesar 43,8%. Stroke ini dapat menyebabkan

kecacatan bahkan kematian, dan stroke juga menjadi yang menakutkan di

Amerika serikat. Setiap tahunnya, 700 ribu warga amerika serikat

mengalami stroke dan 160 ribu orang meninggal karenanya (Indrawati,

2016).

1
2

Data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2018) peningkatan jumlah

penyakit stroke terbilang sangat tinggi. Peningkatan penyakit stroke di

Indonesia terjadi pada kelompok usia >75 tahun dengan prevalensi penderita

stroke sebesar 50,2%. Penyakit stroke tidak hanya menyerang orang lanjut

usia saja. Penderita stroke sudah mulai dari kelompok usia 15-24 tahun

dengan prevalensi 0,4%, usia 24-34 tahun sebanyak 1,4%, usia 35-44 tahun

sebanyak 3,7%, dan usia 45-54 tahun sebanyak 14,2%.

Penyakit tidak menular salah satunya yaitu stroke merupakan

penyebab kecacatan dan kematian utama di Nusa Tenggara Barat.

Prevalensi Stroke di NTB berdasarkan profil kesehatan nasional cukup

tinggi yaitu sebesar 10,9%(Riskesdas, 2018).

Serangan stroke mengakibatkan kemampuan motorik pasien

mengalami kelemahan atau hemiparesis (Nasir, 2017). Hal ini disebabkan

karena adanya atrofi pada otot sehingga mengakibatkan penurunan fungsi

otot. Otot yang mengecil karena atrofi lambat laun akan kehilangan

kemampuan berkontraksi. Apabila tidak segera mendapatkan terapi akan

memicu terjadinya kelemahan anggota ekstremitas atas dan bawah.

Kelemahan ekstermitas atas menyebabkan hilangnya kemampuan fungsi

motorik pada tangan seperti kemampuan menggenggam, dan mencubit,

sehingga perlu dilakukan pemulihan pada fungsi motorik halus. Defisit pada

sistem neurologis yang mengakibatkan gangguan pada sistem motorik oleh

karena tidak adanya stimulus dari saraf yang merangsang sereblum dan

korteks serebri yang mengatur suatu pola gerakan tubuh (Kartika, dkk,

2017).
3

Kemenkes RI menganjurkan olahraga seperti latihan aktivitas fisik

yang sangat bermanfaat terutama bagi orang yang tidak ingin terkena stroke,

atau bahkan individu pasca stroke (Germas,2018). Salah satu latihan yamg

di anjurkan bila penderita pasca stroke sudah mampu bergerak adalah Range

Of Motion (ROM) akan tetapi geraknya masih sangat terbatas karena adanya

kelemahan pada ototnya sebagai akibat dari stroke tersebut. Dalam

melakukan gerakan ini, penderita pasca stroke menggerakan anggota tubuh

yang di kehendaki semampunya dengan di bantu oleh terapis, atau

pendamping (Indrawati, 2013).

Salah satu bentuk penerapan latihan untuk memulihkan kekuatan

otot adalah Range Of Motion (ROM) latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan dan memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan

masa otot dan tonus otot. Latihan ROM adalah latihan gerakan sendi yang

memunkinkan terjadinya kontraksi dan peregangan otot, dimana klien

menggerakan masing masing persendiannya sesuai gerakan normal baik

secara aktif maupun pasif. Melakukan mobilisasi persendian dengan

melakukan latihan Range Of Motion (ROM) dapat mencegah berbagai

komplikasi seperti infeksi saluran perkemihan, pneumonia aspirasi, nyeri

karena tekanan, kontraktur, tromboplebitis, dekubitus, sehingga mobilitas

dini penting dilakukan secara rutin dan kontinyu (Tarwoto, 2013 ).

Ekstermitas atas merupakan salah satu bagian tubuh yang penting

di lakukan Range Of Motion (ROM). Hal ini di karenakan ekstermitas atas

fungsinya sangat penting dalam melakukan kegiatan sehari hari dan


4

melakuakan kegiatan yang paling aktif , maka lesi bagian otak yang

mengakibatkan kelemahan ekstermitas yang sangat menghambat dan

mengganggu aktivitas sehari-hari seseorang. Gerak pada tangan dapat di

stimulasikan dengan latihan fungsi menggenggam yang di lakukan melalui

tiga tahap yaitu membuka tangan, menutup jari untuk menggenggam objek

dan mengatur kekuatan genggaman (Irfan, 2012).

Pemberian latihan Range Of Motion (ROM) Spherical Grip dapat

membantu mengembangkan cara untuk mengimbangi paralisis melalui

penguraian otot yang mempunyai fungsi normal, membantu

mempertahankan membentuk adanya kekuatan, dan mengontrol bekas yang

mempengaruhinya pada otot dan mampu mempertahankan Range Of Motion

(ROM) dalam mempengaruhi anggota badan dalam mencegah otot dari

pemendekan (kontraktur) dan kejadian kecacatan. Salah satu gerak aktif

yang dapat dilakukan dengan cara latihan menggenggam bola. Untuk

membantu pemulihan bagian lengan atau bagian ekstermitas atas di

perlukan teknik untuk merangsang tangan seperti dengan latihan Spherical

Grip yang merupakan latihan fungsional tangan dengan cara menggenggam

sebuah benda berbentuk bulat seperti bola pada telapak tangan

(Gersal&Angliadi, 2016).

Di dukung dalam hasil penelitian Olviani (2017) menyatakan

keberhasilan penerapan range of motion (ROM) spherical grip memberikan

dampak positif terhadap peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada

pasien post stroke. Hal ini berimplikasi bahwalatihan range of

motion(ROM)spherical grip dapat di jadikan alternatif terapi latihan dalam


5

proses rehabiltasi pasien post stroke yang dapat di gunakan perawat untuk

upaya pencegahan terjadinya cacat permaanen pada pasien pasca perawatan

di rumah sakit.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk

mengaplikasikan pemberian latihan Active Asisstive Range Of Motion

(ROM) Spherical Grip untuk meningkatkan kekuatan otot ekstermitas atas

pada pasien stroke, untuk mengurangi resiko kecacatan dan kelemahan otot

akibat serangan stroke.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan dengan pemberian latihan active

assistive rom spherical gripuntik meningkatkan kekuatan otot ekstermitas

atas pada pasien stroke?

1.3 Tujuan Studi Kasus

1.3.1 Tujuan Umum

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian latihan

active assistive rom spherical grip untuk meningkatkan kekuatan

otot ekstermitas atas pada pasien stroke.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus pada penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi kekuatan otot sebelum dan setelah dilakukan

latihan ROM pada penderita yang mengalami stroke.

2. Menganalisis pengaruh latihan ROM terhadap kekuatan otot pada

pasien yang mengalami stroke dirumah. Melakukan penerapan

active asistiverom spherical grip pada pada penderita yang


6

mengalami stroke untuk meningkatkan kekuatan otot ekstremitas

atas.

3. Mendiskripsikan peningkatan kekuatan otot ekstremitas atas pada

penderita yang mengalami stroke di rumah.

1.4 Manfaat Studi Kasus

Manfaat karya tulis ini di harapkan memberikan mafaat bagi :

1.4.1 Masyarakat

Menambah informasi dan pengetahuan khususnya pasien dan

keluarga tentang pemberian latihan active assistive rom spherical

gripuntuk mempercepat proses penyembuhan pada pasien stroke.

1.4.2 Pengembangan ilmu pengetahuan

Menambah wawasan dan pengetahuan dalam tindakan keperawatan

terutama tentang latihan active assistive rom spherical grip pada

pasien stroke.

1.4.3 Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kasus tentang latihan active assistive

rom spherical grippada pasien stroke.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis Stroke

2.1.1 Pengertian

Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak

berupa kelumpuhan saraf (deficite neurologis) akibat terhamabatnya

aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut Ginsberg (2012) stroke

adalah sindrom yang terdiri dari tanda atau gejala hilangnya fungsi

sistem saraf pusat fokal atau global yang terjadi secara cepat dan

mendadak (dalam menit atau pun detik) yang berlangsung lebih dari

24 jam atau menyebabkan kematian.

Menurut (WHO, 2016) juga mendefinisikan stroke sebagai

perkembangan tanda-tanda klinis fokal atau global yang pesat

disebabkan oleh gangguan pada fungsi otak dengan gejala-gejala

yang berlaku dalam tempoh masa 24 jam atau lebih dan dapat

menyebabkan berlakunya kematian. Stroke terbagi kepada dua tipe.

Tipe pertama adalah stroke iskemik yang bermaksud stroke yang

disebabkan oleh kekurangan darah mencapai otak yang biasanya

karena pembuluh darah otak menyempit atau tersumbat deposit

lemak yang disebut plak sehingga jaringan otak mengalami iskemik.

Tipe yang lain adalah stroke hemoragik yang disebabkan oleh

berlakunya pemecahan aneurisma sama ada pada parenchyma otak

atau pada rongga antara otak dan tengkorak hingga menyebabkan

7
8

berlakunya iskemik serta desakan pada jaringan otak

(American Heart Association, 2013).

Jadi, stroke merupakan gangguan fungsi saraf yang

disebabkan oleh gangguan aliran darah pada otak yang dapat timbul

secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam

beberapa menit dan jam.

2.1.2 Anatomy Fisiologi

1. Anatomi

Gambar 2.1 gambar otak (Adam, 2017).

2. Fisiologi

Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting karena

merupakan pusat computer dari semua alat tubuh. Bagian dari

saraf sentral yang terletak didalam rongga tengkorak (kranium)

dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak dalam

rongga cranium berkembang dari sebuah tabung yang mulanya

memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal. Otak depan


9

menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta

hypothalamus. Otak tengah, tegmentum, krus serebrium, korpus

kurdigeminus.Otak belakang, menjadi pons varoli, medulla

oblongata, dan serebelum.

a. Sereberum

Sereberum (otak besar) merupakan bagian yang

terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur, mengisi

penuh bagian atas rongga tengkorak. Masing – masing

disebut fosa kranialis atas dan fosa kranialis mediac. Pada

otak besar di temukan beberapa lobus yaitu :

1) Lobus frontalis adalah bagian dari sereberum yang

terletak di depan sulkus sentralis.

2) Lobus parientalis terdapat di depan sulkus sentralis dan

dibelakangi oleh korako - oksipitalis.

3) Lobus temporalis, terdapat di bawah lateral dari fisura

sereberalis dan di depan lobus oksipitalis

4) Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari

sereberum.

Korteks serebri selain dibagi dalam lobus dapat juga

dibagi menurut fungsi dan banyaknya area. Cambel

membagi bentuk korteks serebri menjadi 20 area. Secara

umum korteks serebri dibagi menjadi empat bagian :

1) Korteks sensoris. Pusat sensasi umum primer suatu

hemisfer serebri yang mengurus bagian badan, luas


10

daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian

tubuh yang bersangkutan.

2) Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi

sendiri merupakan kemampuan otak manusia dalam

bidang intelektual, ingatan, pikiran, rangsangan yang

diterima, diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan

data yang lain. Bagian anterior lobus temporalis

mempunyai hubungan dengan psikokorteks.

3) Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensori,

fungs utamanya adalah konstribuksi pada traktus

piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.

4) Korteks pre–frontal terletak pada lobus frontalis

berhubungan dengan sikap mental dan kepribadian.

b. Batang Otak

Batang otak terdiri dari :

1) Diensefalson, bagian batang otak paling atas terdapat di

antara serebelum dengan mesensefalon. Kumpulan dari

sel saraf yang terdapat di bagian lobus temporalis

terdapat kapsula interna dengan sudut menghadap ke

samping. Fungsinya dari diensefalon:

a) Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluhdarah

b) Respiratori, membantu proses persarafan

c) Mengontrol kegiatan reflex

d) Membantu kerjajantung
11

2) Mensesefalon, atap dari mensesefalon terdiri dari empat

bagian yang menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut

korpus kuadrigeminus superior dan dua sebelah bawah

disebut korpus kuadrigeminus inferior. Serta nervus

troklearis berjalan kearah dorsal menyilang garis tengah

ke sisi lain. Fungsinya:

a) Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak

mata.

b) Memutar mata dan pusat pergerakan mata.

3) Pons varoli barikum pontis yang menghubungkan

mesensefalon dengan pons varoli dan dengan serebelum,

terletak di depan serebelum di antara otak tengah dan

medulla oblongata. Di sini terdapat premoktosid yang

mengatur gerakan pernafasan dan refleks. Fungsinya:

a) Penghubung anatara kedua bagian serebelum dan juga

antara medulla oblongata dengan serebelum atau otak

besar

b) Pusat saraf nervus trigeminus.

4) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak

yang paling bawah yang menghubungkan pons varoli

dengan medula spinalis. Bagian bawah medulla

oblongata merupakan persambungan medulla spinalis

ke atas, bagian atas medulla oblongata yang melebar


12

disebut kanalis sentralis di daerah tengah bagian

ventral medulla.

oblongata Fungsinya :

a) Mengontrol kerja jantung

b) Mengecilkan pembuluh darah

c) Pusat pernafasan

d) Mengontrol kegiatan reflex

e) Serebelum

Serebelum (otak kecil) terletak dibagian bawah dan

dibelakang tengkorak dipisahkan dengan sereberum oleh

fisura transveralis di belakangi oleh pons vorali dan diatas

medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut

afren sensoris, merupakan pusat koordinasi dan integrasi.

Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut

vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut

hemisfer serebelum berhubungan dengan batang otak

melalui pundun kulus serebri inferior. Permukaan luar

serebelum berlipat – lipat menyerupai serebelum tetapi

lipatannya lebih kecil dan lebih lentur. Permukaan

serebelum ini mengandung zat kelabu. Korteks serebelum

dibentuk oleh subtansia grisia, terdiri dari tiga lapisan yaitu

granular luar, lapisan purkinye, lapisan granular dalam.

Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari sereberum

harus melewati serebelum.


13

2.1.3 Etiologi

Menurut Smeltzer dan Bare (2012) stroke biasanya

diakibatkan oleh salah satu dari empat kejadian dibawah ini, yaitu :

1. Trombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau

leher. Arteriosklerosis serebral adalah penyebab utama trombosis,

yang adalah penyebab paling umum dari stroke. Secara umum,

trombosis tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara

sementara, hemiplegia, atau paresthesia pada setengah tubuh

dapat mendahului paralisis berat pada beberapa jam atau hari.

2. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang

dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain. Embolus biasanya 12

menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya yang

merusak sirkulasi serebral (Valante et al, 2015).

3. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak. Iskemia

terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai

darah ke otak (Valante et al, 2015).

4. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral

dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak.

Pasien dengan perdarahan dan hemoragi mengalami penurunan

nyata pada tingkat kesadaran dan dapat menjadi stupor atau tidak

responsif.

Akibat dari keempat kejadian di atas maka terjadi

penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan


14

sementara atau permanen fungsi otak dalam gerakan, berfikir,

memori, bicara, atau sensasi.

2.1.4 Tanda Dan Gejala

Tanda dan Gejala Stroke WHO (2016) menjelaskan bahwa

gejala umum yang terjadi pada stroke yaitu wajah, tangan atau kaki

yang tiba-tiba kaku atau mati rasa dan lemah, dan biasanya terjadi

pada satu sisi tubuh saja. Gejala lainnya yaitu pusing, kesulitan

bicara atau mengerti perkataan, kesulitan melihat baik dengan satu

mata maupun kedua mata, sulit berjalan, kehilangan koordinasi dan

keseimbangan, sakit kepala yang berat dengan penyebab yang tidak

diketahui, dan kehilangan kesadaran atau pingsan. Tanda dan gejala

yang 15 terjadi tergantung pada bagian otak yang mengalami

kerusakan dan seberapa parah kerusakannya itu terjadi.

Serangan stroke dapat terjadi secara mendadak pada

beberapa pasien tanpa diduga sebelumnya. Stroke bisa terjadi ketika

pasien dalam kondisi tidur dan gejalanya baru dapt diketahui ketika

bangun. Gejala yang dimiliki pasien tergantung pada bagian otak

mana yang rusak. Tanda dan gejala yang umumnya terjadi pada

stroke atau TIA yaitu wajah, lengan, dan kaki dari salah satu sisi

tubuh mengalami kelemahan dan atau kaku atau mati rasa, kesulitan

berbicara, masalah pada penglihatan baik pada satu ataupun kedua

mata, mengalami pusing berat secara tiba-tiba dan kehilangan

keseimbangan, sakit kepala yang sangat parah, bertambah


15

mengantuk dengan kemungkinan kehilangan kesadaran, dan

kebingungan (Silva, et al., 2014).

2.1.5 Patofisiologi

Oksigen sangat penting untuk otak, jika terjadi hipoksia

seperti yang terjadi pada stroke, di otak akan mengalami perubahan

metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam

3 sampai dengan 10 menit (AHA, 2015). Pembuluh darah yang

paling sering terkena adalah arteri serebral dan arteri karotis interna

yang ada di leher (Guyton & Hall, 2012). Adanya gangguan pada

peredaran darah otak dapat mengakibatkan cedera pada otak melalui

beberapa mekanisme, yaitu :

1. Penebalan dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang

menimbulkan penyembitan sehingga aliran darah tidak adekuat

yang selanjutnya akan terjadi iskemik.

2. Pecahnya dinding pembulh darah yang menyebabkan hemoragi.

3. Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan

jaringan otak.

4. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang

interstitial jaringan otak (Smeltzer dan Bare, 2012).

Penyempitan pembuluh darah otak mula-mula

menyebabkan perubahan pada aliran darah dan setelah terjadi

stenosis cukup hebat dan melampaui batas krisis terjadi pengurangan

darah secara drastis dan cepat. Obtruksi suatu pembuluh darah arteri

di otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak


16

normal sekitarnya masih mempunyai peredaran darah yang baik

berusaha membantu suplai darah melalui jalur-jalur anastomosis

yang ada. Perubahan yang terjadi pada kortek akibat oklusi

pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna darah vena,

penurunan kecepatan aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola

(AHA, 2015).
17

2.1.6 Pathways
18

2.1.7 Klasifikasi

Menurut (Dourman, 2013) stroke dapat diklasifikasikan

menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu:

1. Stroke Hemoragik
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan

subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak

pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan

aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat

istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun. Perdarahan otak

dibagi dua, yaitu:

a. Perdarahan intraserebral

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma)

terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke

dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan

jaringan otak, dan menimbulkan edema otak. Peningkatan

TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian

mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang

disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah

putamen, thalamus, pons dan serebelum.

b. Perdarahan subaraknoid

Pedarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry

atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh

darah sirkulasi willisi dan cabang-cabangnya yang terdapat

diluar parenkim otak.Pecahnya arteri dan keluarnya keruang

subaraknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak,


19

meregangnya struktur peka nyeri, dan vasospasme pembuluh

darah serebral yang berakibat disfungsi otak global (sakit

kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparase,

gangguan hemisensorik, dll)

2. Stroke Non Hemoragik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral,

biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur

atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia

yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema

sekunder. Kesadaran umumnya baik.

Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya, yaitu:

a. TIA (Trans Iskemik Attack)

Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama

beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul

akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu

kurang dari 24 jam.

1) Stroke involusi
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana

gangguan neurologis terlihat semakin berat dan

bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau

beberapa hari.

2) Stroke komplit
Dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap

atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit

dapat diawali oleh serangan TIA berulang.


20

2.1.8 Komplikasi

Menurut Junaidi (2011) komplikasi yang sering terjadi pada

pasien stroke yaitu:

1. Dekubitus merupakan tidur yang terlalu lama karena kelumpuh

dapat mengakibatkan luka/lecet pada bagian yang menjadi

tumpuan saat berbaring, seperti pinggul, sendi kaki, pantat dan

tumit. Luka dekubitus jika dibiarkan akan menyebabkan infeksi.

2. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada

kaki yang lumpuh dan penumpukan cairan.

3. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan

menimbulkan kekauan pada otot atau sendi. Penekanan saraf

peroneus dapat menyebabkan drop foot. Selain itu dapat terjadi

kompresi saraf ulnar dan kompresi saraf femoral.

4. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini dapat dilihat dari

berkurangnya densitas mineral pada tulang. Keadaan ini dapat

disebabkan oleh imobilisasi dan kurangnya paparan terhadap

sinar matahari.

5. Depresi dan efek psikologis dikarenakan kepribadian penderita

atau karena umur sudah tua. 25% menderita depresi mayor pada

fase akut dan 31% menderita depresi pada 3 bulan paska stroke

s dan keadaan ini lebih sering pada hemiparesis kiri.

6. Inkontinensia dan konstipasi pada umumnya penyebab adalah

imobilitas, kekurangan cairan dan intake makanan serta

pemberian obat.
21

7. Spastisitas dan kontraktur pada umumnya sesuai pola hemiplegi

dan nyeri bahu pada bagian di sisi yang lemah. Kontraktur dan

nyeri bahu (shoulder hand syndrome) terjadi pada 27% pasien

stroke. Stroke tidak hanya menyerang orang yang sakit saja

tetapi juga dapat menyerang orang secara fisik yang sehat juga.

Stroke datangnya secara tiba-tiba dalam waktu sejenak,

beberapa menit, jam atau setengah hari. Hal ini dapat

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya stress yang tinggi

(Smeltzer, Bare, 2012 & Junaidi, 2011). Stres dan depresi

merupakan gangguan emosi yang paling sering dikaitan dengan

stroke dan mengalami kehilangan kontrol pada diri sendiri,

mengalami gangguan daya fikir, penurunan memori dan

penampilan sangat turun sehingga menyebabkan timbul rasa

sedih, marah dan tak berdaya terhadap hidupnya (Giaquinto,

2010).

Menurut ESO excecutive committe and ESO writing

committe (2013) dan Stroke National clinical guideline for diagnosis

and initial management of acute stroke and transite ischemic attack

(2014), daerahdaerah (domain) neurologis yang mengalami

gangguan akibat stroke dapat dikelompokkan yaitu:

1. Motor: gangguan motorik adalah yang paling prevalen dari

semua kelainan yang disebabkan oleh stroke dan pada umumnya

meliputi muka, lengan, dan kaki maupun dalam bentuk

gabungan atau seluruh tubuh. Biasanya manifestasi stroke


22

seperti hemiplegia, hemiparesis (kelemahan salah satu sisi

tubuh), hilang atau menurunnya reflex tendon. Hemiparesis

adalah kekuatan otot yang berkurang pada sebagian tubuh

dimana lengan dan tungkai sisi lumpuh sama beratnya ataupun

dimana lengan sisi lebih lumpuh dari tungkai atau sebaliknya

sedangkan hemiplegia adalah kekuatan otot yang hilang.

2. Sensori: defisit sensorik berkisar antara kehilangan sensasi

primer sampai kehilangan persepsi yang sifatnya lebih

kompleks. Penderita mungkin menyatakannya sebagai perasaan

kesemutan, rasa baal, atau gangguan sensitivitas.

3. Penglihatan: stroke dapat menyebabkan hilangnya visus secara

monokuler, hemianopsia homonim, atau kebutaan kortikal.

4. Bicara dan bahasa: disfasia mungkin tampak sebagai gangguan

komprehensi, lupa akan nama-nama, adanya repetisi, dan

gangguan membaca dan menulis. Kira-kira 30% penderita

stroke menunjukkan gangguan bicara. Kelainan bicara dan

bahasa dapat mengganggu kemampuan penderita untuk kembali

ke kehidupan mandiri seperti sebelum sakit.

5. Kognitif: kelainan ini berupa adanya gangguan memori, atensi,

orientasi, dan hilangnya kemampuan menghitung. Sekitar 15-

25% penderita stroke menunjukkan gangguaun kognitif yang

nyata setelah mengalami serangan akut iskemik.


23

6. Afek: gangguan afeksi berupa depresi adalah yang paling sering

menyertai stroke. Depresi cenderung terjadi beberapa bulan

setelah serangan dan jarang pada saat akut.

2.1.9 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Fase akut

Fase akut stroke berakhir 48 sampai 72 jam. Pasien

yng koma pada saat masuk dipertimbangkan memiliki

prognosis buruk. Sebaliknya pasien sadar penuh mempunyai

prognosis yang lebih dapat diharapkan. Prioritas dalam fase

akut ini adalah mempertahankan jalan nafas dan ventilasi

yang baik (Smeltzer dan Bare, 2012).

b. Fase rehabiliasi

Fase rehabilitasi stroke adalah fase pemulihan pada

kondisi sebelum stroke. Program pada fase ini bertujuan

untuk mengoptimalkan kapasitas fungsional pasien stroke,

sehingga mampu mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-

hari adekuat (Smeltzer dan Bare, 2012).

c. Pembedahan

Dilakukan jika perdarahan serebrum diameter lebih

dari 3 cm atau volume lebih dari 50 ml untuk dekompresi

atau pemasangan pintasan ventrikulo-peritoneal bila ada

hidrosefalus obstrukis akut.


24

d. Terapi obat-obatan

1) Antihipertensi : Katropil, antagonis kalsium

2) Diuretic : manitol 20%, furosemid

3) Antikolvusan : fenitoin

2. Penatalaksanaan Di Rumah Dengan Peran Keluarga

Perawatan penderita stroke di rumah yang dapat

dilakukan oleh keluarga antara lain: membantu aktivitas fisik

pasca stroke, membantu menangani kebersihan diri, membantu

menangani masalah makan dan minum, menangani masalah

kepatuhan program pengobatan, mengatasi masalah emosional

dan kognitif di rumah, mengatasi masalah pencegahan cedera/

jatuh. Penderita stroke cenderung dapat mempertahankan

kemampuannya untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-

hari jika mereka menerima pelayanan terapi dan perawatan di

rumah.

Prinsip dalam merawat pasien stroke dirumah adalah:

a. Membantu mencegah kecacatan menjadi seminimal

mungkin

b. Melatih pasien mandiri dalam melakukan kegiatan sehari-

hari

c. Meningkatkan rasa percaya diri pasien

d. Mencegah terulangnya stroke


25

2.1.10 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada Stroke (Robinson, 2014)

adalah:

1. Radiologi

a. Angiografi serebri

Membantu menentukan penyebab dari stroke secara

spesifik sperti stroke perdarahan arteriovena atau adanya

ruptur. Biasanya pada stroke perdarahan akan ditemukan

adanya aneurisma

b. Lumbal pungsi

Biasanya pada pasien stroke haemoragik, saat

pemeriksaan cairan lumbal maka terdapat tekanan yang

meningkat disertai bercak darah. Hal itu akan menunjukkan

adanya haemoragik pada subarachnoid atau pada intrakranial

c. CT-Scan

Memperhatikan secara spesifik letak edema, posisi

hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia,

sertaposis secara pasti. Hasil pemerksaan biasanya didapatkan

hiperdens fokal, kadang masuk ke ventrikel atau menyebar ke

permukaan otak

d. Macnetic Resonance Imaging(MRI)

Menentukan posisi serta besar/luas terjadinya

perdarahan otak. Hasil pemeriksaan biasanya didapatkan area

yang mengalami lesi dan infark akibat dari haemoragik


26

e. USGDoppler

Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena

(masalah sistem karotis)

f. EEG

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang

timbul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga

menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

2. Laboratorium

a. Pemeriksaan darah lengkap seperti Hb, Leukosit, Trombosit,

Eritrosit. Hal ini berguna untuk mengetahui apakahpasien

menderita anemia. Sedangkan leukosit untuk melihat sistem

imun pasien. Bila kadar leukosit diatas normal, berarti ada

penyakit infeksi yang sedang menyerang pasien.

b. Test darah koagulasi

Test darah ini terdiri dari 4 pemeriksaan, yaitu: prothrombin

time, partial thromboplastin (PTT), International Normalized

Ratio (INR) dan agregasi trombosit. Keempat test ini

gunanya mengukur seberapa cepat darah pasien

menggumpal. Gangguan penggumpalan bisa menyebabkan

perdarahan atau pembekuan darah. Jika pasien sebelumnya

sudah menerima obat pengencer darah seperti warfarin, INR

digunakan untuk mengecek apakah obat itu diberikan dalam

dosis yang benar.Begitu pun bila sebelumnya sudah diobati

heparin, PTT bermanfaat untuk melihat dosis yang diberikan


27

benar atau tidak.

c. Test kimiadarah

Cek darah ini untuk melihat kandungan gula darah,

kolesterol, asam urat, dll. Apabila kadar gula darah atau

kolesterol berlebih, bisa menjadi pertanda pasien sudah

menderita diabetes dan jantung.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke

Penatalaksanaan keperawatan pada kasus stroke ini menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari beberapa tahapan yaitu :

pengkajian, diagnosa, intervensi, pelaksanaan dan evaluasi tindakan

keperawatan.

2.2.1 Pengkajian

Menurut tarwoto (2013) Pengkajian keperawatan pada pasien

stroke meliputi :

1. Identitas Pasien

Nama, Umur( Kebanyakan Terjadi Pada Usia Tua), Jenis

Kelamin, Pendidikan, Alamat, Pekerjaan, Agama, Suku, Tanggal

Dan Jam MRS, Nomor Register, Diagnosa Medis

2. Keluhan utama

Keluhan yang di dapatkan biasanya gangguan motorik kelemahan

anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat

berkomunikasi, nyeri kepala hebat tiba-tiba, gangguan sensorik,

kelemahan dilengan atau di tungkai secara tiba-tiba serta

kehilangan koordinasi dan keseimbangan.


28

3. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke imfark biasanya didahului dengan serangan awal

yang tidak disadari oleh pasien, biasanya ditemukan gejala awal

sering kesemutan, rasa lemah pada salah satu anggota gerak. Pada

serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung secara

mendadak, pada saat pasien melakukan aktivitas, biasanya terjadi

nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar,

disamping gejala kelumpuhan separuh badan atau fungsi otak

yang lain.

4. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, enyakit jantung,

anemia, trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan

obat-obatan anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif,

kegemukan.

5. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun

diabetes melitus.

6. Riwayat psikososial

Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya

untuk pemeriksaan, pengobatan dan perawatan dapat

mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat

mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran pasien dan keluarga.


29

7. Pemeriksaan fisik

a. Kesadaran

Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran

somnolen, apatis, soporos coma, hingga coma dengan GCS

<12 pada awal terserang stroke. Sedangkan pada saat

pemulihan biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan

composmetis dengan GCS 13-15.

b. Tanda-tanda vital :

1. Tekanan darah

Biasanya pasien dengan stroke non hemoragik memiliki

riwayat tekanan darah tinggi dengan tekanan sistole>140

keatas dan diastole > 90 keatas.

2. Nadi

Biasanya nadi normal dengan kisaran 85-150 kali permenit

3. Pernafasan

Biasanya pasien stroke non hemoragik mengalami

ganguan pada bersihan jalan nafas

4. Suhu

Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan

stroke.

c. Rambut

Biasanya tidak di temukan masalah

d. Wajah
30

Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan nervus v

(Trigeminal) : biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi

usapan dan pada pasien koma, ketika di usap kornea mata

dengan kapas halus, pasien akan menutup kelopak mata.

Sedangkan pada nervus VII (facialis) : biasanya alis mata

simetris, dapat mengangkat alis, mengernyitkan dahi,

mengernyitkan hidung, mengembungkan pipi, saat pasien

mengembungkan pipi tidak simetris kiri dan kanan

tergantung lokasi lemah dan saat diminta mengunyah pasien

kesulitan untuk mengunyah.

e. Mata

Biasanya konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil

isokor, kelopak mata tidak edema. Pada pemeriksaan nervus

II (optikus) : biasanya luas pandang baik 90 derajat, visus

6/6. Pada nervus III (okulomotoris) : biasanya diameter pupil

2mm/2mm, pupil kadang isokor dan anisokor, palpebra dan

reflek kedip dapat di nilai jika pasien bisa membuka mata.

Nervus IV (abdusen) : biasanya pasien dapat mengikuti arah

tangan perawat ke kiri dan kanan.

f. Hidung

Biasanya simetris kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus I

(olfaktorius) : kadang ada yang bisa menyebutkan bau yang

di berikan perawat namun ada juga yang tidak, dan biasanya

ketajaman penciuman antara kiri dan kanan berbeda.


31

g. Mulut dan gigi

Biasanya pada pasien apatis, sopor, soporos coma hingga

coma akan mengalami masalah bau mulut, gigi kotor,

mukosa bibir kering dan biasanya bibir mencong ke kiri atau

ke kanan . Pada pemeriksaan nervus VII (facialis) : biasanya

lidah akan mendorong pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan

dapat menyebutkan rasa manis dan asin. Pada nervus IX

(glossofaringeal) : biasanya ovule yang terangkat tidak

simetris, moncong kearah bagian tubuh yang lemah dan

pasien dapat meraakan rasa asam dan pahit.

h. Telinga

Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan.

Padapemeriksaan nervus VIII (akustikus) : biasanya pasien

kurangbisa mendengarkan gesekan jari dari perawat

tergantungdimana lokasi kelemahan dan pasien hanya dapat

mendengarjika suara keras dan dengan artikulasi yang jelas.

i. Leher

Pada pemeriksaan nervus X ( vagus ) : biasanya pasien stroke

hemoragik mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan

kaku kuduk biasanya sangat terasa.

j. Thorak

Biasanya dengan pasien stroke non hemoragik bentuk thorak

simetris dan tidak ada nyeri tekan.


32

k. Abdomen

Biasanya pada pasien strooke abdomennya normal dengan

bentuk simetris,tidak ada keluhan seperti nyeri

tekan.Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak

terdengar, pada saat perut pasien di gores biasanya pasien

tidak merasakan apa-apa.

l. Ekstermitas

1) Atas

Biasanya terpasang infus bagian dexstra / sinistra. CRT

biasanya normal yaitu < 2 detik. Pada pemeriksaan

nervusXI (aksesorius) : biasanya pasien stroke non

haemoragik kekuatan ototnya tigabisa melawan gravitasi

tetapi tidak dapat menahan atau melawan tahanan

perawat.Pada pemeriksaan reflek, biasanya saat siku

diketuk tidakada respon apa-apa dari siku, tidak fleksi

maupun ekstensi(reflek bicep) dan pada pemeriksaan

tricep respon tidakada fleksi dan supinasi (reflek

bicep). Sedangkan pada

pemeriksaan reflek hoffman tromer biasanya jari

tidakmengembang ketika diberi reflek (reflek Hoffman

tromer).

2) Bawah

Pada pemeriksaan reflek, biasanya

saatpemeriksaanbluedzensky I kaki kiri pasien fleksi


33

(bluedzensky).Pada saat telapak kaki digores

biasanya jari tidakmengembang (reflek babinsky).

Pada saat dorsum pedisdigores biasanya jari kaki juga

tidak beresponn (reflekcaddok). Pada saat tulang

kering digurut dari atas kebawah biasanya tidak ada

respon fleksi atau ekstensi (reflekopenheim) dan pada

saat betis diremas dengan kuatbiasanya pasien tidak

merasakan apa-apa (reflek gordon). Pada saat dilakukan

reflek patella biasanya femur tidakbereaksi saat di

ketukkan (reflek patella).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Nurarif (2013) mendefinisikan bahwa diagnosa keperawatan

adalah“masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan

pendidikandan pengalamannya dia mampu dan mempunyai

kewenangan untukmemberikan tindakan keperawatan”.

1. Analisa Data

Analisa data adalah mengelompokan data- data klien atau

keadaan tertentu dimana klien mengalami permasalahan (Nurarif,

2013).

2.1 Tabel Analisa Data


NO SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 Data subjektif Terbentuknya Trombus Arteria ketidakefektifan
1. Mengeluh lemas secara Perfusi jaringan
tiba tiba. serebral.
2. Tiba tiba pusing atau Penyumbatan pembuluh darah
kehilangan keseimbangan. Otak
3. Tiba tiba menderita sakit
kepala yang parah.
Data objektif Suplai O2 ke otak
1. Gangguan status mental.
34

2. Perubahan perilaku.
3. Perubahan respon Iskemik jaringan pada otak
motorik.
4. Perubahan reaksi pupil.
5. Kesulitan menelan Syok neurologik
6. Kelemahan atau paralisis
ekster-
mitas.
7. Abnormalitas bicara
8. GCS 7-9
9. Kesadaran somnolen
2 Data subjektif Iskemik pada arteri serebral Hambatan
1. Mengeluh sulit anterior mobilitas fisik.
menggerakan ekstermitas.
2. Nyeri saat bergerak.
3. Enggan melakukan Gangguan premotor area
pergerakan.
4. Merasa cemas saat Kerusakan neuromoskular
bergerak.
Data objektif Hemiparesis
1. Kekuatan otot menurun
(3). Hambatan mobilitas fisik
2. Rentang gerak menurun.
3. Sendi kaku.
4. Gerak tidak terkordinasi.
5. Gerak terbatas.
6. Fisik lemah.

3 Data subjektif Iskemik pada arteri serebral Defisit perawatan


1. Menolak melakukan anterior diri
penawaran diri.
Data objektif
1. Tidak mampu mandi, Gangguan premotor area
mengena-
an pakaian, ke toilet,
berhias secara mandiri. Kerusakan neuromuskular
2. Mminat melakukan
perawatan diri kurang.
Hemiparesis

Hambatan mobilitas fisik


35

4 Data subjektif Iskemik pada arteri serebral Gangguan


- medial komunikasi verbal
Data objektif
1. Tidak mampu bicara atau
men- Gangguan brocha’s
dengar. motorspeech area
2. Menunjukan respon tidak
sesuai
3. Ttidak ada kontak mata. Disatria, afasia, amouruasis
4. Sulit memahami fulgaks
komunikasi.
5. Sulit mempertahankan
komuni- Hambatan komunikasi verbal
asi.
6. Sult menggunakan
ekspresi wajah atau tubuh.
7. Gagap.
8. Pelo.

5 Data subjektif Terbentuknya thrombus arterial Nyeri akut


1. Pasien mengeluh nyeri. dan emboli
Data objektif
1. Tanda dan gejala mayor
a) Tampak meringis Penyumbatan pembuluh darah
b) Bersikap protektif otak
(seperti waspada,
posisi menghinda-
ri nyeri) Suplai O2 ke otak
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi
meningkat Iskemik jaringan pada otak
e) Sulit tidur
2. Tanda dan gejala minor
a) Tekanan darah Syok neurologic
meningkat
b) Pola napas berubah
c) Proses speaker Metabolisme anareob
terganggu
d) Menarik diri
e) Berfokus pada diri Penumpukan asam laktat
sendiri
f) Diafhoresis
Tekanan intra karnial
36

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia diagnosis

keperawatan yang munkin mucul pada pasien asuhan keperawatan

sistem persyarafan adalah :

a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d penurunan

aliran darah ke otak.

b. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular.

c. Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, toileting

berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler.

d. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan serebral.


37

2.2.3 Intervensi keperawatan (Nanda NIC & NOC 2015-2017)

2.2Tabel Intervensi keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kereteria Intervensi RASIONAL


Hasil
1 Resiko perfusi jaringan Setelah melakukan 1. Kaji keadaan umum 1. Agar pasien bisa
tindakan keperawa Dan identifikasi resi Memahami prosed
serebral tidak efektif Tan selama 7x dalam 7 ko latihan dan prose ur latihan serta kad
hari di harapakan dur latihan pasien. aan pasien bisa di
resiko perfusi srebral ketahui.
terata
asi dengan kereteria 2. Kaji TTV sebelum 2. Untuk mengetahui
hasil : dan sesudah melatih perubahan TD seb
pasien dan lihat resp lum dan sesudah
1. Tingkat kesadar on pasien. melakukan latihan.
an normal dengan 3. Lakukan pengkajian 3. Untuk mengetahui
GCS : E=4, V=5,
kekuatan otot pasien derajat dan nilai ke
M=6.
2. Sakit Kepala pasiien kuatan otot pasien.
berkurang. 4. Ajarkan latihan aktif 4. Untuk meningkat
3. Pasien tidak gelis asistif range of moti kan kekuatan dan
ah. on spherical grip me ketahanan otot ser
4. Pasien tidak cem nggenggam bola kar ta menjaga fungsi
as. et bergerigi dengan fisiologis normal
5. Tekanan darah da
kuat selama 5 detik otot.
lam rentang norm
al. kemudian pasien di
6. CRT kurang dari 2 anjurkan untuk rileks
detik , mengulangi latihan
sebanyak 7x dalam
10 menit untuk meni
ngkatkan kekuatan to
nus otot pasien.
5. Beri pujian terhadap 5. Untuk meningkat
pasien dalm setiap kan semangat pasien
sesi 1-7 latihan 6. Membantu pasien
6. Latih pasien dalam dalam membangun
pemenuhan kebutuh kemandirian.
an ADL secara man
diri sesuai kemam
puan pasien. 7. Untuk membantu
7. Anjurkan untuk rutin pasien dalam men
Minum obat anti capai tekanan dar
hipertensi yang di ah dalam rentang
berikan dari puskesm normal
as.

2 Gangguan mobilit Setelah melakukan 1. Kaji keadaan umum 1. Agar pasien bisa
as fisik b/d gangg tindakan keperawat Dan identifikasi resi Memahami prosed
uan neuromuskul an 7x dalam 7 hari ko latihan dan prose ur latihan serta kad
38

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kereteria Intervensi RASIONAL


Hasil
ar. diharapkan ada pen dur latihan pasien. aan pasien bisa di
ingkatan kekuatan ketahui.
otot terhadap pasien
dan peningkatan ke 2. Kaji TTV sebelum 2. Untuk mengetahui
mandirian pasien da dan sesudah melatih perubahan TD seb
lam beraktivitas den pasien dan lihat resp lum dan sesudah
gan kereteria hasil : on pasien. melakukan latihan.
1. Pasien Baik 3. Lakukan pengkajian 3. Untuk mengetahui
(mampu berakti kekuatan otot pasien derajat dan nilai ke
vitas secara ma kuatan otot pasien.
ndiri). 4. Ajarkan latihan aktif 4. Untuk meningkat
2. GCS : E4, V5, asistif range of moti kan kekuatan dan
M6 on spherical grip me ketahanan otot ser
3. Pasien mampu nggenggam bola kar ta menjaga fungsi
beraktivitas seh et bergerigi dengan fisiologis normal
ari-hari seperti kuat selama 5 detik otot.
makan, minum, kemudian pasien di
personal hygine anjurkan untuk rileks
, ADL mandiri , mengulangi latihan
dengan nilai 3 : sebanyak 7x dalam
memerlukan ba 10 menit untuk meni
ntuan dan peng ngkatkan kekuatan to
awasan orang nus otot pasien.
lain. 5. Beri pujian terhadap 5. Untuk meningkat
4. TD yang ingin pasien dalm setiap kan semangat pasien
di capai 140/80 sesi 1-7 latihan 6. Membantu pasien
mmHg 6. Latih pasien dalam dalam membangun
5. Kekuatan otot pemenuhan kebutuh kemandirian.
yang ingin di capai an ADL secara man
maksimal diri sesuai kemam
5, minimal 4 puan pasien. 7. Untuk membantu
7. Anjurkan untuk rutin pasien dalam men
Minum obat anti capai tekanan dar
hipertensi yang di ah dalam rentang
berikan dari puskesm normal
as.

3 Defisit perawatan diri Goal: pasien akan 1. 1. Mengetahui

meningkatkan peraw- 2. Identifikasi kesiapan kemampuan pasien

atan diri selama dalam dan kemampuan 2. Keadaan pasien

perawatan objektif : menerima informasi 3. Untuk memba-tu

dalam jangka waktu 7 3. Identifikasi faktor pasien menc-apai

x dalam 7 hari pasien faktor yang 4. Tingkat fungsi-onal :


39

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kereteria Intervensi RASIONAL


Hasil
akan : mempengaruhi kemampuan tertinggi

1. Mampu untuk me- penurunan motivasi 5. Untuk mening-

mbersihkan tubuh hidup sehat katkan harga diri

sendiri secara ma- 4. Jelaskan faktor 6. Untuk mening-

ndiri atau tanpa resioko yang dapat katkan perasaan

bantuan mempengaruhi mandiri

2. Kulitb pasien tam- kesehatan 7. Untuk menghi-ndari

pak bersih 5. Ajarkan perilaku keletihan

3. Rambut tampak hidup bersih dan

rapi sehat.

6. Periksa status gizi,

status alergi,

program diet

7. Demonstrasikan

cara memposisikan

diri

8. Ajarkan pasien cara

membersihkan diri

dari kepala ke kaki

9. Dorong pasien u-

ntuk mengungkap

kan perasaan dan

keluhan menge-nai

defisit

10. Perawatan diri

11. Berikan privasi

12. Bantu sebagian atau


40

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kereteria Intervensi RASIONAL


Hasil
sepenuhnya saat

mandi setiap hari

13. Beri kesempatan

pasien untuk ber-

istirahat

4 Gangguan komunikasi Proses komunikasi 1. Monitor kecepatan, 1. Umpan balik

verbal b.d kerusakan pasien dapat berfungsi tekanan, kualitas, 2. Menyediakan waktu

serebral secara optimal dengan volume, dan diksi untuk merespon

kriteria hasil : bicara 3. Layanan pemenuhan

1. Komunikasi : pen- 2. Monitor frustasi, kebutuhan

erimaan, intrapre- marah, depresi, atau 4. Memberikan w-aktu

tasi dan eksresi hal lain yang tambahan untuk

pesan lisan, tulis- mengganggu bicara pasien

an dan non verbal 3. Identifiksi prilaku berkomunikasi

meningkat emosional dan fisik 5. Agar pasien tetap

2. Komunikasi eksp- sebagai bentuk fokus

resif (kesulitan be- komunikasi trapiutik 6. Meningkatkan

erbicara) ekspresi 4. Gunakan kemampuan

pesan verbal atau komunikasi 7. Komunikasi umum

non verbal berma- alternatif misalkan 8. Membantu pasien

akna berkedip intubasi dan trakea

3. Komunikasi 5. Sesuaikan atau mreka yang

reseptif ( kesulitan komunikasi dengan memiliki kabel

mendengar) kebutuhan 9. Meningkatkan

penerimaan kom- 6. Modifikasi parsitipasi dan

nikasi dan interpr- lingkungan untuk komirmen untuk

etasi pasien verbal meminimalkan merencnakan dan


41

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kereteria Intervensi RASIONAL


Hasil
/non verbal bantuan pengambi-lan

4. Gerakan terkordi- 7. Ulangi apa yang di tindakan

nasi : mampu me- sampaikan pasien 10. Dengan pujian pasien

ngkordinasi gera- 8. Berikan dukungan dapat meningkatkan

kan dalam meng- fsikolog kepercayaan diri

gunakan isyarat 11. Untuk memahami

5. Ppengolahan inf- kebutuhan khusus

rmasi pasien ma- pasien

mpu untuk memp-

eroleh, mengatur,

dan menggunakan

informasi

6. Mampu mengon-

trol respon ketaku-

tan dan kecemasan

terhadap ketidak

mampuan berbic-

ara

7. Mampu meneje-

emen kemampuan

fisik yang dimiliki

8. Mampu mengko-

munikasikan keb-

utuhan dengan

lingkungan sosial

5 Nyeri akut b.d Setelah melakukan Manajement nyeri 1. Untuk menentu-kan

gangguan suplai asuhan 1. Melakukan pen- intervensi selanutnya


42

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kereteria Intervensi RASIONAL


Hasil
oksigen ,peningk-atan keperawatan 7x gkajian nyeri se-cara 2. Mengetahui pe-

TIK dalam 7 hari komperhens-if rkembangan re-spon

masalah nyeri termasuk lokasi, nyeri

pasien teratasi karakteri-stik, 3. Mengurangi

1. Tingkat nyeri durasi, frekuensi, peningkatan nyeri

2. Kontrol nyeri kuali-tas dan faktor 4. Meminimalkan nyeri

3. Tingkat kenyam- pr-esipitasi yang di rasakan

anan 2. Obsevasi reaksi non 5. Mengetahui

Kriteria hasil : verbal dari keefektifan intervensi

1. Mampu mengont- ketidaknyamanan 6. Pengobatan medis

rol nyeri (tahu 3. Kurangi faktor untuk mengurangi

penyebab nyeri, presipitasi nyeri nyeri

mampu menggu- 4. Ajarkan teknik non

nakan tekhnik non farmakologi (teknik

farmakologi untuk relaksasi dan

mengurangi nyeri, distraksi)

mencari bantuan) 5. Eevaluasi

2. Melaporkan bah- keefektifan kon-trol

wa nyeri berkur- nyeri

ang dengan meng- 6. Kolaborasikan

gunakan manej- dengan dokter jika

emen nyeri ada keluhan dan

3. Mampu mengenali tindakan nyeri tidak

nyeri (skala, intes- berhasil

tas, frekuensi, dan

tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa
43

NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kereteria Intervensi RASIONAL


Hasil
nyaman setelah

nyeri berkurang

5. Tanda vital dalam

rentang normal

2.2.4 Implementasi

Merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien oleh perawat, dengan tujuan umum untuk

membantu klien dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

pemeliharaan kesehatan dan memfasilitasi koping.

Tiga fase implementasi keperawatan yaitu : fase persiapan,

meliputi pertama pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,

pengetahuan, dan keterampilan mengimplementasikan rencana,

kedua fase persiapan klien, ketiga fase persiapan lingkungan

berdasarkan dengan intervensi yang direncanakan (Nursalam, 2016).

2.2.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan.

Ada tiga alternatif dalam penilaian keberhasilan tujuan yaitu tujuan

tercapai, tujuan tercapai sebagian, dan tujuan tidak tercapai.

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara

hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan

untuk melihat keberhasilannya. Evaluasi disusun dengan

menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian:


44

S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamat yang objektif setelah implementasi

keperawatan.

A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif

dan masalah keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan

standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana

keperawatan keluarga.

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada

tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh

perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil

implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan

sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan

menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa

keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,

diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Suprajitno,

2011).

Apabila dalam penilaian, tujuan tidak tercapai maka perlu

dicari penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor :

1. Tujuan tidakrealitas

2. Tindakan keperawatan yang tidakjelas

3. Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi Adapun metode


45

yang digunakan dalam penilaian yaitu:

a. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan

yang terjadi dalamkeluarga.

b. Wawancara : mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan

perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang

diberikan perawat.

c. Memeriksa laporan : dapat dilihat dari rencana asuhan

keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan

sesuai dengan rencana.

d. Latihan stimulasi : latihan stimulasi berguna dalam

menentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan

asuhankeperawatan.

2.3 Konsep Tindakan Keperawatan

2.3.1 Range of Motion (ROM)

1. Pengertian Range of Motion (ROM)

Range of motion ( ROM ) adalah pergerakan dalam

keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan

(lyndon, 2013). Latihan range of motion (ROM) adalah latihan

yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat

kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara

normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus

otot (Potter & Perry, 2010).

2. Manfaat Range of Motion (ROM)

Menurut Potter& Perry (2010) manfaat dari ROM adalah


46

a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam

melakukan pergerakan.

b. Mengkaji tulang, sendi, danotot.

c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi.

d. Memperlancar sirkulasi darah.

e. Memperbaiki tonus otot.

f. Meningkatkan mobilisasi sendi.

g. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan.

3. Klasifikasi Range of Motion (ROM)

Menurut Carpenito (2012) latihan ROM dibedakan


menjadi 4 jenis yaitu :

a. ROM Aktif ROM Aktif adalah kontraksi otot secara aktif

melawan gaya gravitasi seperti mengangkat tungkai dalam

posisi lurus.

b. ROM Pasif ROM Pasif yaitu gerakan otot klien yang

dilakukan oleh orang lain dengan bantuan oleh klien.

c. ROM Aktif-Asitif ROM Aktif-Asitif yaitu kontraksi otot

secara aktif dengan bantuan gaya dari luar seperti terapis, alat

mekanis atau ekstremitas yang sedang tidak dilatih.

d. ROM AktifResestif ROM Aktif Resestif adalah kontraksi

otot secara aktif melawan tahanan yang diberikan, misalnya

beban.

4. Indikasi Range of Motion (ROM)

Menurut Potter & Perry (2010) indikasi ROM adalah


47

a. Indikasi ROM Aktif

1) Pada saat pasien dapat melakukan kontraksi otot secara

aktif dan menggerakkan ruas sendinya baik dengan

bantuan atau tidak.

2) Pada saat pasien memiliki kelemahan otot dan tidak dapat

menggerakkan persendian sepenuhnya, digunakan A-

AROM (Active-Assistive ROM, adalah jenis ROMAktif

yang mana bantuan diberikan melalui gaya dari luar

apakah secara manual atau mekanik, karena otot

penggerak primer memerlukan bantuan untuk

menyelesaikan gerakan).

3) ROM Aktif dapat digunakan untuk program latihana

erobik.

4) ROM Aktif digunakan untuk memelihara mobilisasi ruas

diatas dan dibawah daerah yang tidak dapat bergerak.

b. Indikasi ROM Pasif

a. Pada daerah dimana terdapat inflamasi jaringan akut yang

apabila dilakukan pergerakan aktif akan menghambat

proses penyembuhan.

b. Ketika pasien tidak dapat atau tidak diperbolehkan untuk

bergerak aktif pada ruas atau seluruh tubuh, misalnya

keadaan koma, kelumpuhan atau bed resttotal.


48

5. Kontra Indikasi ROM

Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada

latihan ROM menurut Carpenito (2012) yaitu:

a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat

mengganggu proses penyembuhancedera.

1) Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-

batas gerakan yang bebas nyeri selama fase awal

penyembuhan akan memperlihatkan manfaat terhadap

penyembuhan dan pemulihan.

2) Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat

gerakan yang salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri

dan peradangan.

3) ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau

kondisinya membahayakan (lifethreatening).

4) PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar,

sedangkan AROM pada sendi ankle dan kaki untuk

meminimalisasi venous stasis dan pembentukan trombus.

5) Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri

koronaria, dan lain-lain, ROM pada ekstremitas atas

masih dapat

6. Macam-macam gerakan ROM berdasarkan bagian tubuh

Menurut Potter & Perry (2010), ROM terdiri dari

gerakan pada persendian sebagai berikut:


49

Tabel 2.3 Macam Macam gerakan Rom

Bagian
Tubuh Gerakan Penjelasan Rentang
1. Leher Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada Rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak Rentang 45°
Rentang 40-
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh 45°
Mungkin
Memiringkan kepala sejauh mungkin
Fleksi lateral sejauh Rentang 40-
mungkin kearah setiapbahu 45°
Rotasi Memutar kepala sejauhmungkin dalam Rentang 180°
gerakan sirkuler
2. Bahu Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping Rentang 180°
tubuh ke depan ke posisi di atas kepala
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di Rentang 180°
samping tubuh
Rentang 45-
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang 60°
tubuh, siku tetap lurus
Menaikan lengan ke posisi samping di
Abduksi atas Rentang 180°
kepala dengan telapak tangan jauh dari
Kepala
Adduksi Menurunkan lengan ke samping Rentang 320°
dan menyilang tubuh sejauh mungkin
Dengan siku pleksi, memutar bahu
Rotasi dalam dengan Rentang 90°
menggerakan lengan sampai ibu
jari
menghadap ke dalam dan ke belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan Rentang 90°
sampai ibu jari ke atas dan samping
kepala
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran Rentang 360°
Penuh
Menggerakkan siku sehingga lengan
3. Siku Fleksi bahu Rentang 150°
bergerak ke depan sendi bahu dan
tangan
sejajar bahu
Ektensi Meluruskan siku dengan Rentang 150°
menurunkantangan
4. Lengan Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan Rentang 70-
sehingga telapak tangan menghadap ke
Bawah atas, 90°
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak Rentang 70-
tangan menghadap ke bawah 90°
5.Pergelang Menggerakan telapak tangan ke sisi
an Fleksi bagian Rentang 80-
Tangan dalam lengan bawah 90°
Mengerakan jari-jari tangan sehingga
Ekstensi jari- Rentang 80-
50

jari, tangan, lengan bawah berada dalam 90°


arah yang sama
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke Rentang 89-
belakang sejauh mungkin 90°
Menekuk pergelangan tangan miring ke
Abduksi ibu Rentang 30°
jari
Rentang 30-
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke 50°

Bagian Gerakan Penjelasan Rentang


Tubuh
arah lima jari
Fleksi Membuat genggaman Rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan Rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke belakang Rentang 30-60°
sejauh mungkin
Abduksi Mereggangkan jari-jaritangan yang satu Rentang 30°
dengan yang lain
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan Rentang 30°
7. Ibu jari Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang permukaan Rentang 90°
telapak tangan
Ekstensi Menggerakan ibu jari lurus menjauh dari Rentang 90°
tangan
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping Rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan Rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari
tangan pada tangan yang sama -
8. Pinggul Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan atas Rentang 90-
120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping tungkai Rentang 90-
yang lain 120°
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang tubuh Rentang 30-50°
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping menjauhi Rentang 30-50°
tubuh
Mengerakan tungkai kembali ke posisi
Adduksi media danmelebihi jika mungkin Rentang 30-500
Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai
Rotasi dalam lain Rentang 90°
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai Rentang 90°
lain
Sirkumduksi Menggerakan tungkai Melingkar -
9. Lutut Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang paha Rentang 120-
130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai Rentang 120-
130°
10.Mata
kaki Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki Rentang 20-30°
menekuk ke atas
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki Rentang 45-
51

menekuk ke bawah 50°


11.Kaki Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam Rentang 10°
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar Rentang 10°

12.Jari-jari
kaki Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah Rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki Rentang 30-60°

Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan Rentang 15°


yang lain
Adduksi Merapatkan kembalibersama-sama Rentang 15°

7. KekuatanOtot

Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi

dan menghasilkan gaya. Ada banyak hal yang bisa

mempengaruhi kekuatan otot, seperti operasi, cedera, atau

penyakit tertentu. Malas berolahraga juga dapat menurunkan

kekuatan otot yang dapat membuat Anda rentan mengalami

cedera saat beraktifitas (Carpenito, 2012).

Nilai derajat kekuatan otot :

1. Derajat 0 : Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan

palpasi.Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan

dapat mengganggu proses penyembuhan cedera.

2. Derajat 1 : Tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot

dapat dipalpasi.

3. Derajat 2 : Dapat menggerakan otot atau bagian yang

lemah sesuai perintah.

4. Derajat 3: Mampu bergerak dengan luas gerak sendi

penuh dan melawan gravitasi tanpa tahanan.


52

5. Derajat 4 : Mampu bergerak dengan luas gerak sendi

penuh, melawan gravitasi dan melawan tahanan sedang.

6. Derajat 5 : Mampu bergerak dengan luas gerak sendi

penuh, melawan gavitasi dan melawan tahanan

maksimal.

2.3.2 Konsep ShepricalGrip

1. Pengertian ShepricalGrip

Fungsi tangan (prehinsion) begitu penting dalam

melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian yang

paling aktif maka lesi pada bagian otak yang mengakibatkan

kelemahan akan sangat menghambat dan mengganggu

kemampuan dan aktivitas sehari- hari seseorang. Tangan juga

merupakan organ panca indera dengan daya guna yang sangat

khusus.Prehension dapat didefinisikan sebagai semua fungsi

yang dilakukan ketika menggerakan sebuah objek yang

digenggam oleh tangan. Beberapa bentuk dari fungsional

tangan antara lain power grip yang merupakan bagian dari

fungsional tangan yang dominan terdiri dari cylindrical grip,

spherical grip,hook grip lateral prehinsion grip (Irfan,2010).

Spherical grip adalah latihan untuk menstimulasi gerak

pada tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam.

Latihan ini dilakukan melalui 3 tahap yaitu membuka tangan,

menutup jari-jari untuk menggenggam objek dan mengatur

kekuatan menggenggam. Latihan ini adalah latihan fungsional


53

tangan dengan cara menggenggam sebuah benda berbentuk

bulat seperti bola pada telapak tangan (Irfan, 2010). Kadang

sulit membedakan antara Cylindrical grip dan Spherical grip.

Perbedaan utama antara keduanya biasanya tergantung dari

ukuran objeknya. Untuk ukuran yang lebih besar menggunakan

spherical grip karena jarak antara jari-jari juga semakin luas.

Dan otot yang berpengaruh dalam hal ini yaituabduktor dan

adduktor jari – jari, selain fleksor jari-jari. Berdasarkan ulusan

diatas untuk membantu pemulihan lengan bagian atas atau

ekstremitas atas maka di perlukan teknik untuk merangsang

tangan seperti latihan spherical grip (Wahyudin, 2013).

2.3.3 Teknik Pemberian SphericalGrip

Prosedur pemberian teknik spherical grip menurut Irfan

(2013) adalah:

a. Berikan benda berbenuk bulat (bolatenis).

b. Lakukan koreksi pada jari-jari agar menggengga sempurna.

c. Posisikan wrist joint 45 derajat.

d. Berikan intruksi untuk menggenggam (menggeggam kuat)

selama 5 detik kemudian rileks.

e. Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali.

2.3.4 Manfaat Pemberian SphericalGrip

Pada latihan spherical grip diharapkan agar terjadi

peningkatan mobilitas pada daerah pergelangan tangan (wrist joint)

serta stabilitas pada daerah punggung tangan (metacarpophalangeal


54

joint) dan jari- jari (phalangs). Banyak dijumpai pada insan stroke

dimana ketidakmampuan fungsi tangan (prehension) diakibatkan

oleh adanya instabilitas dari pergelangan tangan serta hiperekstensi

dari sendi metacarpophalangeal. Hal ini terjadi akibat kesalahan

penanganan dan atau penguluran yang berlebihan pada jari-jari yang

dilakukan oleh insan stroke sendiri. Perlu diketahui bahwa,

fungsional jari-jari dimungkinkan jika terdapat stabilitas yang baik

padapergelangan tangan serta mobilitas yang baik pada jari-jari.

Optimalisasi fungsi tangan hanya dapat dilakukan jika tangan

berbentuk lumbrikal (Lesmana, 2013).

Dengan adanya perbaikan dari tonus postural melalui

stimulasi atau rangsangan propriceptif berupa tekanan pada

persendian akan merangsang otot-otot di sekitar sendi untuk

berkontraksi mempertahankan posisi. Dari sisi aktif efferent dari

muscle spindle dan gologitendon akan meningkat sehingga informasi

akan sampai pada saraf pusat dan munculah proses fasilitasi dan

inhibisi, serta reduksi dari kemampuan otot dan sendi dalam

melakukan gerakkan yang disadari (Victoria,2014).


55

Gambar 2.2 spherical grip Gambar 2.3 Jenis Power Grip

Gambar 2.4 Spherical Grip Bol


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 RancanganPenelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan Proposal Karya

Tulis Ilmiah adalah desain studi kasus. Penilitian desain studi kasus adalah

studi yang mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan batasan

terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan

berbagai sumber informasi.

Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus

yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Penelitian studi

kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah “Latihan Active

Assistive Rom Sheprical Grip untuk meningkatkan otot pasien stroke

diwilayah kerja puskesmas penimbung”.

3.2 Subyek StudiKasus

Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk

mengambil kasus. Subyek penelitian yang digunakan adalah pasien stroke

non haemoragik yaitu dengan penerapan latihan Active Assistive Rom

Sheprical Grip untuk meningkatkan kekuatan otot ekstermitas atas, dengan

kriteria pasien sebagai berikut :

1. Pasien stroke non haemoragik

2. Pasien setuju dilakukan atau di ikutsertakan dalam penelitian

3. Pasien mengalami hemaparisis atau kelemahan pada otot tangan

4. Mengalami gangguan kebutuhan aktivitas sehari-hari

56
57

5. Nilai kekuatan otot derajat 3 yaitu melawan gravitasi tetapi tidak dapat

menahan atau melawan tahanan

6. Usia antara 45-60 tahun

7. Setuju diberikan latihan Active Assistive ROM spherical grip 1kali

dalam sehari (Pagi)

8. Penerapan latihan Active Assistive ROM spherical grip selama 7 hari

3.3 FokusStudi

Penerapan prosedur metode Rom Sheprical Grip pada pasien stroke

non haemoragik

3.4 Definisi Operasional FocusStudi

Stroke adalah Pasien yang mengalami stroke non Haemorragik yang

mengalami penurunan kesadaran, nyeri kepala hebat secara tiba-tiba,

penglihatan kabur atau ketajaman penglihatan menurun, bingung yaitu

gangguan orientasi ruang, waktu, atau personal, kesulitan bicara secara tiba-

tiba, kehilangan keseimbangan, rasa kebas yakni mati rasa atau kesemutan

pada satu sisi tubuh, dan kelemahan otot-otot pada satu sisi tubuh.

Range of Motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk

mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan

menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan

massa otot dan tonusotot.


58

No Variable Definisi operasional Parameter Alat ukur

1 Stroke Non Pasien stroke non haemoragik Stroke non Lembar


Haemoragik yang mengalami nyeri kepala haemoragik observasi
berat sekali, mual munah sering yang tidak (check list)
kali terjdai pada permulaan mampu
serangan. Kelemahan pada melakukan
lengan (tungkai) atau kekakuan gerakan
sendi, otot pada ektermitas atas aktif
dan bersedia menjadiresponden.

2 Range Of Motion Range Of Motion (ROM) adalah Kekuatan Nilai derajat


pergerakan yang dilakukan untuk otot kekuatanotot
(ROM) menentukan nilai rentang gerak
sendi, tulang dan otot dalam
melakukan gerakan dengan
tujuan meningkatkan,
memperbaiki, dan mencegah
terjadiny kekakuan pada sendi,
tulang, otot ekstermitas atas
(tungkai).

3.5 Prosedur metodeROM

Salah satu bentuk dari Range Of Motion Active Assistive spherical

grip merupakan latihan fungsional tangan dengan cara menggenggam

sebuah benda berbentuk bulat seperti bola karet pada telapak tangan, dimana

saat responden melakukan latihan dengan bola karet, beban yang diangkat

lebih besar dari pada responden yang melakukan latihan dengan benda lain

seperti tissue gulung yang menyebabkan kontraksi otot dengan tenaga yang

besar dan kontraksi yang terjadi lebih kuat sehingga menghasilkan

peningkatan motor unit yang diproduksi asetilcholin, sehingga

mengakibatkan kontraksi. Mekanisme melalui lebih banyak yang

berdampak pada peningkatankekuatan otot yang lebih baik (Irsyam, 2012).


59

1. Tujuan

a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibelitas dan kekuatan otot

pada pasien stroke

b. Mempertahakan fungsi jantung dan pernafasan

c. Mencegah kekauan pada sendi

d. Merangsang sirkulasi darah

e. Mencegah kelainan bentuk, kekauan dan kontraktur

2. Persiapan Peralatan

a. Bola karet

b. Lembar Observasi derajat kekuatan otot

3. Tahap Prainteraksi

a. Melakukan verfikasi data dari rekam medik pasien

b. Mengecek kembali kelengkapan alat

c. Hand hygiene (hand wash/hand scrub)

4. Tahap orientasi

a. Memberikan salam sebagai pendekatan tarapeutik

b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/klien

c. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

5. Tahap kerja

a. Mencuci tangan

b. Mengukur derajat kekuatan sebelum tindakan ROM aktif-aktif

c. Spherical gripMemberikan pasien bola karet (bola tennis)

d. Melakukan koreksi pada jari-jariagar menggenggam

(menggenggam kuat) selama 5 detik kemudian rileks.


60

e. Memposisikan wrist joint 45 derajat

f. Lakukan pengulangan sebanyak 7 kali

g. Mengukur kekuatan derajat otot pasien

h. Dokumentasi

6. Tahap terminasi

a. Merapikan pasien

b. Berpamitan dengan pasien

c. Membereskan dan mengembalikan alat

d. Mencuci tangan

e. Dokumentasi

3.6 Instrumen StudiKasus

Instrument penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu :

3.6.1 Alat Untuk Perawatan Metode Room

Bola karet (bola tenis)

3.6.2 Alat tulis (bolpoint, penghapus)

Digunakan untuk meengisi format penelitian

3.6.3 Lembar observasi (check list)

Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan bertujuan untuk

mengetahui secara langsung dan menggali bagaimana hasil tindakan

dari Latihan Active Assistive Rom Sheprical Grip untuk

meningkatkan otot pasien stroke.

Nilai derajat kekuatan otot:

1. Derajat 0 :Kontraksi otot tidak terdeteksi dengan palpasi.

Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat


61

mengganggu proses penyembuhan cedera.

2. Derajat 1 :Tidak ada gerakan sendi, tetapi kontraksi otot dapat

dipalpasi.

3. Derajat 2 :Dapat menggerakan otot atau bagian yang lemah

sesuaiperintah.

4. Derajat 3:Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan

melawan gravitasi tanpatahanan.

5. Derajat 4 :Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh,

melawan gravitasi dan melawan tahanansedang.

6. Derajat 5 :Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh,

melawan gavitasi dan melawan tahananmaksimal.

3.6.4 Lembarwawancara

Lembar wawancara berisi pertanyan penerapan metode

Latihan Active Assistive Rom Sheprical Grip untuk meningkatkan

kekuatan otot pasien stroke untuk mencegah kelumpuhan pada otot.

Dalam penelitian ini, pewancara mengajukan pertanyaan sesuai

dengan daftar pertanyaan yang sudah disiapkan secara sistematis.

3.7 Metode PengumpulanData

Teknik pengumpulan data dengan cara pemeriksaa kekuatan

otot dengan pedoman skala kekuatan otot Medical Research Council

(MRC)sebagai data awal, kemudian diberikan panduan latihan Active

Assistive Range Of Motion spherical grip sebanyak 2 kali sehari ( pagi dan

sore) dengan waktu 10 menit diberikan selama 7 hari berturut-turut dan

dihari ke 7 sore hari dilakukan kembali pemeriksaan kekuatan otot sebagai


62

data akhir dari latihanROM.

3.7.1 Biofisiologis (pengukuran yang berorientasi pada dimensi fisiologis

manusia, baik invivo maupuninvitro).

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan melakukan pemeriksaan

fisik/fisiologis pada responden dengan tekhnik melihat, meraba,

mengetuk serta mendengarkan, dan melakukan pengamatan yang

tersirat atau respon dari anggota tubuh yangdiperiksa.

3.7.2 Observasi (terstruktur dan tidakterstruktur)

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan mengamati keadaan

responden mulai dari mencatat tingkah laku tanda dan gejala

responden, mengamati lingkungan, suasana sekitar responden yang

mungkin tidak bisa tercantum dalam hasil wawancara dan kuesioner.

3.7.3 Wawancara

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan cara terstruktur yaitu

mengajukan pertanyaan yang sudah tersusun dengan sistematis oleh

peneliti sehingga mengetahui informasi apa saja yang akan di dapat,

selain itu peneliti juga akan menggunakan tekhnik tatap muka

langsung atau secara tidak langsung (melalui handphone) dengan

responden tanpa menggunakan pedoman wawancara yang sudah

disusun sistematis.

3.8 Lokasi Dan Waktu StudiKasus

Penelitian studi kasus ini akan dilaksanakan di wilayah kerja

puskesmas penimbung pada bulan April 2020.


63

3.9 Analisis Data Dan PenyajianData

Analisa data dilakukan sejak peneliti dilapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini

pembahasan. Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan

jawaban-jawaban dari penelitian yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

penelitian. Teknik analisa digunakan dengan cara observasi oleh peneliti

dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya

diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan

untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam

analisis adalah:

3.9.1 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil anamnesa mendalam. Hasil ditulis

dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk

transkrip.

3.9.2 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan

jalan mengaburkan identitas dari responden atau dengan

menggunakan inisial nama.


64

3.9.3 Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induksi.

3.10 Etika StudiKasus

Etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :

3.10.1 Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

denganmemberikanlembar persetujuan. Informed Consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden (Hidayat, 2010).

3.10.2 Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

(Hidayat, 2010).

3.10.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti,

hanyakelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2010)
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Studi Kasus

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penenlitian dilakukan di Dusun Rambut Petung, Desa

Pelangan, Kecamatan Sekotong Barat, Lombok Barat NTB. Tempat

penelitian yang dilakukan bernaung di wilayah kerja Pusat kesehatan

masyarakat (Puskesmas) Pelangan yang terakreditasi dengan status

utama.Puskemas ini merupakan fasilitas kesehatan yang berada di

Kecamatan Sekotong Barat dengan alamat lengkap Jalan Raya

Pelangan , Dusun kayu putih, Kecamatan Sekotong barat, Kabupaten

Lombok Barat Nusa Tenggara Barat.

4.1.2 Gambaran Hasil Penelitian

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Nama : Ny.A

Umur : 76 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Pernikahan : Cerai Hidup

Pendidikan : SD

pekerjaan : IRT

Agama : Islam

Alamat : Rambut petung

Tanggal Pengkajian : Rabo, 15 Juli 2020

65
66

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny.S

Umur : 40 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Hubungan Dengan Pasien : Anak pasien

3. Keluhan Utama

Pasien mengeluh kaki dan tangan mengakami kelemahan

untuk bergerak.

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien bertempat tingal di Desa Pelangan Dusun Rambut

Petung Kabupaten Lombok Barat Provensi NTB, pasien

merupakan penderita stroke sejak berumur 72 tahun. Pasien

sering mengeluh pusing, nyeri tengkuk, kesemutan pada

ekstremitas bawah, pasien merasa lemas secara tiba tiba

kemudian keluarga membawa pasien ke pelayanan kesehatan

terdekat hasil pemeriksaan di dapatkan TD : 200/100 mmHg,

dan dokter memberikan obat penurun TD amlodipin 10 mg

1x1/24jam peroral. Pada saat di kaji tanggal 14 juli 2020,

pukul 08:00 wita pasien mengeluh mengeluh kaki dan tangan

mengalami kelemahan untuk bergerak, pasien mengeluh

pusing , nyeri tengkuk, pasien tampak gelisah, pasien tampak

cemas, dengan TTV = TD: 170/100 mmHg N : 90x/ menit, RR


67

: 20x/ menit, S : 36,5 c, dan ADLs di bantu sebagian oleh

keluarga.

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan pernah di rawat Di Rumah Sakit Umum

Daerah Gerung Lombok Barat NTB selama 2 minggu lebih

pada bulan februari 2016 dengan keluhan pasien mengalami

kelemahan atau kesulitan menggerakan tangan dan kaki

sebelah kanan secara tiba-tiba saat melakukan aktivitas bersih-

bersih rumah, tekanan darah pasien meningkat 200/100

mmHg, Karena keterbatasan biaya dan belum memiliki BPJS

pasien di bawa pulang oleh keluarga setelah 2 minggu di

rawat di RS.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Anak pasien mengatakan sebelumnya tidak ada keluarga yang

mengalami penyakit seperti pasien alami sekarang, dan

keluarga pasien mengatakan pasien tidak ada riwayat penyakit

seperti asma, jantung dan diabetes miletus dan penyakit

menular dan keturunan.


68

Genogram :

Keterangan :

: Pasien

: Laki-Laki Sudah Meninggal

: Perempuan Sudah Meninggal

: Laki-Laki

: Perempuan

// : Cerai Hidup

........ : Tinggal Serumah

: Garis Perkawinan

: Garis Keturunan

7. Pola Fungsi Kesehatan Menurut Gordon

a. Pola persepsi kesehatan

Sebelum Sakit : pasien dan keluarga mengatakan bahwa

pasien memiliki kebiasaan makan makannan yang

mengandung garam yang berlebih kolesterol tinggi, dan

jarang beraktivitas atau berolah raga, pasien juga


69

mengatakan tidak rutin memriksakan diri ke pelayanan

kesehatan, atau meminum obat yang di berikan oleh dokter

ketika pasien merara pusing.

Saat Sakit : pasien dan keluarga mengatakan mencoba

mengurangi makan makanan yang mengandung tingi

garam dan tinggi kolesterol, pasien juga mulai rutin

meminum obat yang di berikan oleh dokter ketika gejala

pusing muncul ( amlodipin 10 mg).

b. Pola Nutrisi Metabolik

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien

biasanya makan 3x sehari dengan menu seadanya,

keluarga pasien juga mengatakan pasien lebih suka

mengkonsumsi makanan yang berlemak seperti daging

sapi, makanan yang bersantan, ikan asin dan lain-lain,

pasien minum biasanya 1500 ml perhari, BB : 65 kg, TB

: 168 cm, IMT : 23 (Berat Badan pasien ideal).

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan makan pasien

sebanyak 3x sehari dengan lauk seadanya kadang ikan dan

sayuran dengan di bantu keluarga.

Dengan BB : 65 kg, TB: 168 cm, IMT : 23 (Berat badan

pasien ideal).

c. Pola Eliminasi

Sebelum sakit: BAK frekuensi 4-5 kali sehari, volume

urin tidak dipantau, warna urin kuning bening dengan bau


70

khas urin, tidak ada keluhan saat BAK. BAB frekuensi 2

kali sehari, lembek, dan tidak ada keluhan saatBAB.

Saat sakit: di bantu keluarga BAK frekuensi 4-5 kali

sehari, volume urine tidak terpantau dan BAB 1 kali sehari

tidak ada keluhan saat BAB.

d. Pola Aktivitas-Latihan

Sebelum sakit : keluarga pasien mengatakan pasien

beraktivitas di rumah dengan mandiri seperti memasak,

mencuci, menyapu sekitar halaman rumah, dan dapat

melakukan aktivitasnya secara mandiri tanpa bantuan dari

oranglain.

Saat sakit : pasien dan keluarga mengatakan kegiatan

sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan

berpakaian, mobilitas di tempat tidur dan ambulasi di

bantu sebagian oleh keluarga.Dengan tingkat

ketergantungan ADLs 2 yaitu memerlukan bantuan dan

pengawasan orang lain.

e. Pola Istirahat Tidur

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien biasa

tidur malam kurang lebih selama 7-8 jam dari pukul

22.00-05.00 Wita dengan nyenyak, tidur siang kurang

lebih 1-2 jam dan tidak ada keluhan saat istirahat tidur.

Saat sakit: keluarga pasien mengatakan tidur pasien mulai

pukul 21:00- 04:00 pagi kadang telat bangun dan tidak ada
71

gangguan, pada siang hari tidur pasien agak terganggu

karena suasana lingkungan yang banyak suara mesin yang

membuat sulit akan tidur.

f. Pola Kognitif Persepsual

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien

mampu berkomunikasi dengan baik dan mengerti apa yang

dibicarakan, berespon dan berorientasi dengan masyarakat,

tetangga maupun keluarga dengan baik.

Saat sakit : Pasien tidak mampu berkomunikasi dengan

baik, pasien bisa bicara mengatakan pandangan matanya

terasa kabur dengan suara yang kurang jelas dan pasien

masih mengerti apa yang ditanyakan oleh keluarga dan

peneliti.

g. Pola Persepsi Diri

Sebelum sakit: Pasien mengatakan dirinya adalah seorang

Nenek yang selalu ada untuk cucu-cucunya yang tampak

sehat dan bugar sebagai ibu rumah tangga.

Selama sakit: Pasien mengatakan dirinya adalah ibu

rumah tangga yang tampak lemah, pasien juga tampak

masih merasa gelisah karena tidak bisa melakukan

aktivitas secaranormal dan melakukan ibadah secara

normal.
72

h. Pola peran- hubungan

Sebelum sakit : pasien adalah seorang ibu tunggal dengan

satu anak, pasien memiliki banyak kerabat, baik

dilingkunagn rumah atau di luar lingkungan rumah. Pasien

merasa puas dengan perannya, keluarganya sangat

berharga baginya, dan selalu mendukung pasien.

Selama sakit : pasien adalah seorang ibu tunggal dengan

satu anak, pasien memiliki banyak kerabat, baik

dilingkunagn rumah atau di luar lingkungan rumah. Pasien

merasa puas dengan perannya, keluarganya sangat

berharga baginya, dan selalu mendukung pasien.

i. Pola Seksualitas dan Reproduksi

Sebelum sakit : Pasien mengatakan sudah menopause

tidak pernah keguguran dan mempunyai 1 orang anak

perempuan hasil dari jalinan dengan suami dan satu kali

menikah yang status bercerai sejak anaknya kecil.

Selama sakit : Pasien mengatakan sudah menopause,

tidak pendarahan yang menyebabkan masalah reproduksi

pada pasien, tidak ada gangguan pada Rahim dan tidak ada

masalah pada vagina namun keinginan dan motivasi

hubungan seksual sudah berkurang dan sudah lama tidak

melakukan hubungan suami isteri dikarenakan faktorusia.


73

j. Pola Koping Toleransi-streess

Sebelum sakit : Keluarga pasien mengatakan jika pasien

ada masalah selalu terbuka dengan anggota keluarga, jika

ada masalah selalu di selesaikan bersama-sama baik

dengan suami maupun anak-anaknya.

Saat sakit : Keluarga pasien mengatakan pasien tetap

terbuka dengan keluarga walaupun dalam keadaan

perawatan di rumah dan pasien mengatakan setiap masalah

ada solusinya.

k. Pola Nilai Keyakinan

Sebelum sakit: Pasien mengatakan beragama islam dan

rajin melaksanakan ibadah sholat 5 waktu dan mengikuti

acara-acara ibadah orang muslim.

Selama sakit : Pasien mengatakan tetap melaksanakan

sholat sesuai dengan keadaan dan kondisi saat ini dan

kadang di bantu keluarga untuk wudhu.

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : pasien lemah

b. Kesadaran : compos metis

c. GCS : E =4 V=5 M=6

d. BB : 65 kg

e. TB : 168 cm

f. IMT : 27

g. TTV : TD = 170/100 mmHg, N = 90, S = 36,5, RR = 20


74

h. Pemeriksaan Head toe-Toe

1) Rambut dan Kepala

Inspeksi: Bentuk kepala mesocepal, tidak ada lesi atau

trauma dibagian kepala, tidak ada benjolan maupun

pembesaran pada kepala, rambut beruban dan agak

tebal.

Palpasi: Tidak ada masa dan tidak ada benjolan di

kepala, tidak ada nyeri tekan pada bagian kepala.

2) Wajah ( Nervus facialis, Trigeminus, V, VII )

Inspeksi : Wajah simetris, tampak pucat, alis mata

simetris, pasien dapat menggerakkan alis mata sesuai

perintah, mengernyitkan dahi, mengernyitkan

hidung.Palpasi : Gangguan sensorik yaitu kehilangan

sedikit sensasi sentuhan pada wajah bagian kanan.

3) Mata (Nervus optikus,okulo,trochlearis II,III,IV)

Inspeksi : Mata kanan dan kiri simetris, sclera tidak

icterus, konjungtiva tidak pucat , kelopak mata tidak

edema, pupil isokor, saat gerak buka tutup mata terlihat

adanya keterlambatan gerak pada kelopak mata, bola

mata pasien dapat mengikuti arah tangan perawat kekiri

dan kekanan, kebawah dan keatas sesuaiperintah.

Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan pada sekitar

mata dan tidak ada nyeri tekan.


75

4) Telinga (Nervus vestibulocochlearis,VIII)

Inspeksi : Telinga tampak simetris kiri dan kanan dan

tidak tampak adanya serumen pada lubang telinga kiri

dan kanan, pada saat tes pendengaran menggunakan

arloji ke telinga pasien, pasien dapat mendengar detak

arlojitersebut.

5) Hidung (Nervus olfaktori,I)

Inspeksi: Penciuman baik, mampu membedakan bau

teh, susu, tidak ada pernafasan cuping hidung, lubang

hidung simetris.

Palpasi: Tidak ada masa maupun polip, tidak ada nyeri

tekan pada hidung.

6) Mulut (Nervus fasialis, glosofaringeus,VII,IX)

Inspeksi : Mulut pasien tampak simetris, lidah kotor,

namun mampu membedakan rasa manis dan asam,

mukosa mulut kering, gigi terlihat kotor, bibir kering,

tidak ada luka padamulut.

Palpasi : Tidak ada benjolan serta tidak ada nyeri

tekan.

7) Leher (Nervus Vagus,X)

Inspeksi: Tidak dijumpai adanya lesi, tidak adanya

pembesaran kelenjar tiroid, bentuk leher normal, tidak

ada luka pada leher, pasien tidak kesulitan

memfleksikan leher dengan dagu ke dada, pasien


76

mengatakan kesulitan mengerakkan kepala kebelakang,

kemudian pasien mencoba menggerakkan kepala ke

samping sehingga telinga bergerak kearah bahu terlihat

masih kaku.

Palpasi: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan

tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada nyeri

tekan pada leher.

8) DadaThorax

a) Paru

Inspeksi : Bentuk dada simetris, irama nafas teratur,

tidak ada retraksi dinding dada, frekuensi

pernafasan20x/menit.

Palpasi: Tidak ada kelainan pada bagian dada, dan

tidak ada nyeri tekan.

Perkusi : Perkusi paru sonor

Auskultasi : Vesikuler

b) Jantung

Inspeksi : Iktus kardis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba di intercostal V

Perkusi : pekak

Auskultasi : S1-S2 tunggal (S1 : lub - S2 : dub)

9) Abdomen

Inspeksi :Warna kulit sama dengan anggota tubuh

lainya, tidak ada pembesaran pada bagian abdomen,


77

tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tidak ada

pembesaran umbilicus.

Auskultasi : Pada saat auskultasi terdengar suara bising

usus 9 x/mernit Perkusi: kuadran kanan atas redup,

kuadran kanan bawah timpani, kuadran kiri atas

timpani, kuadran kiri bawah timpani.

Palpasi : Tidak ada teraba massa dan perut tidak

membesar, tidak ada nyeri tekan pada bagian perut.

10) Genetalia

11) Ekstremitas Atas

Inspeksi : otot antara tangan kanan kiri asimetris

Palpasi :tidak terdapat edema Pengisian kapiler darah

pada kuku tangan sebelah kanan dan kiri CRT < 2

detik.

3 5
4 5

Kekuatan otot pasien ekstremitas atas bagian kanan

mengalami penurunan derajat 3 yaitu pasien mampu

bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan

gravitasi tanpa tahanan.

12) Ekstremitas Bawah

Inspeksi : otot antara tangan kanan kiri asimetris,

Derajat kekuatan otot kaki kiri 5 (Mampu bergerak

dengan luas gerak sendi penuh, melawan gravitasi dan


78

melawan tahanan maksimal), kekuatan otot kaki kanan

4 (Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh,

melawan gravitasi dan melawan tahanan sedang.), kuku

kaki tampak bersih.

Palpasi : Tidak adanya nyeri tekan, kuku kaki sebelah

kanan kiri CRT < 2detik.

Kekuatan Otot :

3 5
4 5

Kekuatan otot pasien ekstremitas bawah bagian kanan

mengalami penurunan derajat yaitu pasien mampu

bergerak dengan luas gerak sendi penuh dan melawan

gravitasi dan melawan tahanan sedang .

9. Pemeriksaan Penunjang

Tidak Terkaji.

10. Terapi obat

1. Amlodipine 1x1/ 24 jam 10 mg peroral


79

B. Diagnosa Keperawatan

1. Analisa Data

Nama : Ny.A

Umur : 76 Th

Tabel 4.1 Diagnosa Keperawatan


NO SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 Data Subyektif : Iskemik pada arteri Gangguan
1. Pasien mengeluh sereberal anterior Mobilitas Fisik
kaki dan tangan
mengakami
kelemahan untuk Penurunan kendali
bergerak. otot
2. Keluarga pasien me
ngatakan pasien lebih Gangguan neuro
banyak di bantu muskular
keluarga dalam bera
ktivitas sehari-hari. hemiparesis atau
3. Keluarga pasien men kelemhan bagian
ngatakan sebagian tubuh sebelah kanan
(ADL) di bantu oleh
keluarga.
Data Obyektif : kelemahan anggota
1. Keadaan umum gerak
lemah
2. GCS : E=4 V=5 M=6
3. Pasien tanpak di ban
tu dalam berjalan de
ngan di tuntun oleh
keluarga.
4. ADL ( Activities OF
Daily Living )
sebagian di ban
tu keluarga.
5. Tingkat kebutuhan
aktivitas 2 (memerlu
kan bantuan, pengaw
asan orang lain)
6. TTV : TD = 170/100
mmHg, N= 90x,
RR=20x, S=36,5
7. Kekuatan Otot

3 5
4 5

2 Data Subyektif : Terbentuknya Resiko Perfusi


1. Pasien mengatakan Serebral Tidak
Trombus Arteria
kepalanya terasa Efektif
pusing.
2. Pasien mengatakan
nyeri di daerah
80

tengkuk. Penyumbatan
3. Pasien mengeluh
pembuluh darah
lemas.
Data Objektif : Otak
1. Pasien tampak lemah
2. Kesadaran :
composmetis
3. GCS : E=4, V=5,
Suplai O2 ke otak
M=6
4. TTV :
TD = 170/100mmHg
N = 90 x/m
RR = 20x/m Iskemik jaringan
S = 36,5o C
pada otak
5. CRT < 2 detik
6. Kekuatan otot :
3 5
4 5
7. Motorik lengan ada Saraf pusat terganggu
gerakan
8. Motorik tungkai ada
gerakan

2. Rumusan Diagnosa

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan denganPenurunan

kekuatan otot, ditandai dengan Pasien mengeluh kaki dan

tangan mengalami kelemahan untuk bergerak, Keluarga

pasien mengatakan sebagian (ADL) dibantu oleh keluarga

seperti berjalan ke kamar mandi dan berjalan di sekitar

rumah, Keadaan umum lemah, kesadaraan compos mentis,

GCS : E4, V5, V6, ADL (Activities OF Daily Living),

tingkat kebutuhan aktivitas 2 (Memerlukan bantuan,

pengawasan orang lain) TTV :TD = 170/100 mmHg,

S=36,5o C, N=90x/m, RR=20x/m.


81

Kekuatan otot:

3 5
4 5

2. Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif

berhubungan dengan Hipertensi, di tandai dengan Pasien

mengatakan kepalanya terasa pusing, pasien mengatakan

nyeri di daerah tengkuk, Pasien mengeluh lemas, Pasien

tampak lemahKesadaran : composmetis, GCS : E=4, V=5,

M=6, TTV :TD = 170/100mmHg, N= 90 x/m, RR=

20x/m, S = 36,5o C, CRT < 2 detik, kekuatan otot :

3 5
4 5

C. Intervensi Keperawatan

Nama : Ny.A

Umur : 76 Th

Tabel 4.2 Intervensi Keperawatan


NO Diagnosa Tujuan Dan Kereteria Intervensi Rasional
keperawatan Hasil keperawatan
1 Gangguan Setelah melakukan 8. Kaji keadaan umum 8. Agar pasien bisa
mobilit tindakan keperawat Dan identifikasi resi Memahami prosed
as fisik b/d an 7x dalam 7 hari ko latihan dan prose ur latihan serta kad
gangg diharapkan ada pen dur latihan pasien. aan pasien bisa di
uan ingkatan kekuatan ketahui.
neuromuskul otot terhadap pasien
ar. dan peningkatan ke 9. Kaji TTV sebelum 9. Untuk mengetahui
mandirian pasien da dan sesudah melatih perubahan TD seb
lam beraktivitas den pasien dan lihat resp lum dan sesudah
82

NO Diagnosa Tujuan Dan Kereteria Intervensi Rasional


keperawatan Hasil keperawatan
gan kereteria hasil : on pasien. melakukan latihan.
6. Pasien Baik 10. Lakukan 10. Untuk
(mampu berakti pengkajian mengetahui
vitas secara ma kekuatan otot pasien derajat dan nilai ke
ndiri). kuatan otot pasien.
7. GCS : E4, V5, 11. Ajarkan 11. Untuk
M6 latihan aktif meningkat
8. Pasien mampu asistif range of moti kan kekuatan dan
beraktivitas seh on spherical grip me ketahanan otot ser
ari-hari seperti nggenggam bola kar ta menjaga fungsi
makan, minum, et bergerigi dengan fisiologis normal
personal hygine kuat selama 5 detik otot.
, ADL mandiri kemudian pasien di
dengan nilai 3 : anjurkan untuk rileks
memerlukan ba , mengulangi latihan
ntuan dan peng sebanyak 7x dalam
awasan orang 10 menit untuk meni
lain. ngkatkan kekuatan to
9. TD yang ingin nus otot pasien.
di capai 140/80 12. Beri 12. Untuk
mmHg pujian terhadap meningkat
10. Kekuatan otot pasien dalm setiap kan semangat pasien
yang ingin di capai sesi 1-7 latihan 13. Membant
maksimal 13. Latih u pasien
5, minimal 4 pasien dalam dalam membangun
pemenuhan kebutuh kemandirian.
an ADL secara man
diri sesuai kemam
puan pasien. 14. Untuk
14. Anjurka membantu pasien
n untuk rutin dalam men
Minum obat anti capai tekanan dar
hipertensi yang di ah dalam rentang
berikan dari puskesm normal
as.

2. Resiko Setelah melakukan Pemantauan tekanan


Perfusi tindakan keperawa intrakranial :
Serebral Tan selama 7x dalam 7 1. Monitor tanda tanda 1. Memantau terus
vital: TD, N, S, dan
Tidak Efektif hari di harapakan kondisi pasien dari
RR
resiko perfusi srebral perkembangan TTV
terata 2. Mengetahui
asi dengan kereteria 2. Monitor adanya perkembangan
hasil : penurunan kesadaran kesadaran pasien
3. Mengetahui gejala yang
7. Tingkat kesadar lain mucul
an normal dengan 3. Monitor CRT dan
4. Untuk mengurangi
GCS : E=4, V=5, konjungtiva
4. Pertahankan kecemasan
M=6.
83

NO Diagnosa Tujuan Dan Kereteria Intervensi Rasional


keperawatan Hasil keperawatan
8. Sakit Kepala pasiien lingkungan yang 5. Agar pasien
berkurang. nyaman untuk pasien mengetahui cemas itu
9. Pasien tidak gelis 5. Anjurkan pasien tidak baik juga untuk
ah. untuk mengurangi
kesehatan
10. Pasien kecemasan
tidak cem 6. Ajarkan terapi 6. Untuk pasien lebih
as. relaksasi nafas dalam. rileks dan tenang
11. Tekana
n darah da
lam rentang norm
al.
12. CRT
kurang dari 2 detik

D. Implementasi Keperawatan

Nama : Ny.A

Umur : 76 Th

Tabel 4.3 Implementasi Keperawatan


Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf
Jam DX
Selasa 1&2 1. Mengkaji keadaan umum dan keluhan 1. keadaan umum pasien
14-07-20 pasien serta mengidentifikasi resiko dan lemah,dan mengeluh tangan
prosedur latihan pasien. dan kakikanan pasien terasa
08:30 lemah dan sulit untuk di
Wita gerakan pasien tampak
memahami prosedur dan
resiko yang sudah di jelaskan.
2 2. Mempertahankan lingkungan yang 2. Pasien tampak lebih nyaman
nyaman

1&2 3. Monitor TTV : TD, N, S, dan RR. 3. TTV :


09:00 TD = 170/100 mmHg
Wita S = 36,5oC
N = 90x/m
RR = 20x/m
2 4. Melakukan pengukuran kesadaran GCS 4. Hasil pengukuran kesadaran
GCS: E=4 V=5 M=6 normal
1 5. Mengukur derajat kekuatan otot dengan 5. Pasien mampu mengangkat
(MMT) Manual Muscle Testing tangan kanan dengan gerakan
pengukuran di lakukan padatangan kanan ekstensi dan bisa menahan
dengan mengintruksikan pasien gravitasi, pada saat peneliti
mengangkat tangan gerakan ekstensi mencoba memberikan tahanan
kemudian lihat apakah pasien bisa dari atas telapak tangan
09:00 menahan gravitasi dan peneliti mencoba pasien, pasien tidak bisa
84

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
Wita memberikan tahanan dari atas telapak menahan, kekuatan otot
tangan pasien menggunakan tangan tangan kanan pasien derajat 3
peneliti, kemudian lihat respon pasien. (mampu bergerak dengan luas
gerak sendi penuh dan
melawan gravitasi tanpa
1 tahanan)
6. Melakukan pengukuran kekuatan otot 6. Pasien mampu mengangkat
pada kaki kanan dengan cara posisikan kaki kanan dengan gerakan
09:30 pasien berbaring, instruksikan pasien ekstensi dan bisa menahan
Wita mengangkat kaki dengan gerakan ekstensi. gravitasi, pada saat peneliti
mencoba memberikan tahanan
dari atas telapak tangan
pasien, pasien bisa menahan
sedikit kemudian menurunkan
kaki, kekuatan otot kaki
kanan pasien derajat 4
10:00 (mampu bergerak dengan luas
Wita gerak sendi penuh dan
melawan gravitasi dengan
tahanan ringan).
1 7. Melatih rentang gerak sendi (aktif 7. Pasien tampak menggerakan
asisstive) tangan kanan selama 10 menit siku sehingga lengan bahu
yaitu fleksi (menggerakan siku sehingga bergerak ke depan dan
lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu meluruskan siku dengan
dan tangan sejajar bahu. Ekstensi menurunkan tangan pada
(meluruskan siku dengan menurunkan bagian tangan kanan latihan
tangan) pada bagian tangan kanan yang selama 10 menit di bantu
mengalami kelemahan peneliti dengan hasil fleksi
140o dan ekstensi 150o.
1 8. kemudian melatih rentang gerak sendi 8. Dan pada kaki kanan pasien
(aktif asisstive) pada kaki kanan selama 5 tampak mampu fleksi
menit dengan gerakan fleksi (menggerakan tumit ke arah
(menggerakan tumit ke arah belakang belakang paha) dan ekstensi (
paha) dan ekstensi ( mengembalikan tumit mengembalikan tumit ke
10:30 1 ke posisi semula). posisi semula). Dengan nilai
Wita fleksi 100o dan ekstensi 130o
9. Melatih ROM Pasif pada tangan dan kaki 9. Pasien tampak menggerakan
sebelah kiri pasien siku sehingga lengan bahu
1 bergerak ke depan dan
meluruskan siku dengan
menurunkan tangan pada
bagian tangan kiri latihan
selama 10 menit secara
mandiri dengan hasil fleksi
150o dan ekstensi 150o.Dan
pada kaki kanan pasien
11:00 tampak mampu fleksi
1&2 (menggerakan tumit ke arah
85

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
belakang paha) dan ekstensi (
mengembalikan tumit ke
2 posisi semula). Dengan nilai
fleksi 130o dan ekstensi 130o
2 10. Menerapkan latihan aktif asistive range of 10. Pasien tampak mengikuti
motion sphericalgrip dengan instruksi peneliti dengan Jari
menggunakan bola karet bergerigi di jari tangan pasien (fleksi) :
lakukan dengan cara menggenggam bola mampu menggenggam bola
dengan kuat selama 5 detik kemudian dengan sedikit bantuan dari
pasien di anjarkan untuk rileks, penelitipasien menggenggam
mengulangi latihan sebanyak 7x dalam 10 bola selama 5 detik dan ,
menit untuk meningkatkan kekuatan tonus (ekstensi) meluruskan jari jari
otot. tangan dengan sedikit bantuan
peneliti pasien tampak rileks.

11. Memberikan pujian positif saat aktivitas 11. Pasien tampak lebih semangat
latihan rentanggerak aktif assistive range latihan.
of motion spherical grip
12. Menganjurkan pasien untuk tidak cemas 12. Pasien tampak mencoba
mengurangi kecemasannya
13. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam 13. Pasien tampak mengikuti
untuk mengurangi cemas yang di contohkan peneliti
dan pasien tampak lebih
rilexs.
Rabu 1&2 1. Mengkaji keadaan umum 1. keadaan umum pasien lemah.
15-07-20 1&2 2. Monitor TTV : TD, N, S, dan RR. 2. TTV :
TD = 170/100 mmHg
08:30 S = 36,5o C
Wita N = 90x/m
RR = 20x/m
3. Mempertahankan lingkungan yang 3. Pasien tampak lebih nyaman
2 nyaman.
4. Mengukur kekuatan otot kepada pasien
4. Pasien mampu mengangkat
dengan pengujian otot secara manual
1 tangan kanan dengan gerakan
yaitu(MMT) Manual Muscle Testing
09:00 ekstensi dan bisa menahan
pengukuran di lakukan padatangan kanan
Wita gravitasi, pada saat peneliti
dengan mengintruksikan pasien
mencoba memberikan tahanan
mengangkat tangan gerakan ekstensi
dari atas telapak tangan pasien,
kemudian lihat apakah pasien bisa
09:00 pasien tidak bisa menahan,
menahan gravitasi dan peneliti mencoba
Wita kekuatan otot tangan kanan
memberikan tahanan dari atas telapak pasien derajat 3 (mampu
tangan pasien menggunakan tangan bergerak dengan luas gerak
peneliti, kemudian lihat respon pasien.
sendi penuh dan melawan
gravitasi tanpa tahanan)
5. Kemudian melakukan pengukuran
5. Pasien mampu mengangkat
kekuatan otot pada kaki kanan dengan
1 kaki kanan dengan gerakan
cara posisikan pasien tiduran instruksikan
ekstensi dan bisa menahan
pasien mengangkat kaki dengan gerakan
86

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
09:00 ekstensi kemudian lihat apakah pasien gravitasi, pada saat peneliti
Wita bisa menahan gravitasi dan peneliti mencoba memberikan tahanan
mencoba memberikan tahanan dari atas dari atas telapak tangan pasien,
kaki menggunakan tangan peneliti, pasien bisa menahan sedikit
kemudian lihat respon pasien. kemudian menurunkan kaki,
kekuatan otot kaki kanan pasien
derajat 4 (mampu bergerak
dengan luas gerak sendi penuh
dan melawan gravitasi dengan
tahanan ringan).
6. Melatih rentang gerak sendi (aktif 6. Pasien tampak menggerakan
1 asisstive) pada tangan kanan selama 5 siku sehingga lengan bahu
10:00 menit yaitu fleksi (menggerakan siku bergerak ke depan dan
Wita sehingga lengan bahu bergerak ke depan meluruskan siku dengan
sendi bahu dan tangan sejajar bahu. menurunkan tangan pada
Ekstensi (meluruskan siku dengan bagian tangan kanan latihan
menurunkan tangan) pada bagian tangan selama 10 menit di bantu
kanan yang mengalami kelemahan. peneliti dengan hasil fleksi 140o
dan ekstensi 150o.
1 7. kemudian melatih rentang gerak sendi 7. Dan pada kaki kanan pasien
(aktif asisstive) pada kaki kanan selama 5 tampak mampu fleksi
menit dengan gerakan fleksi (menggerakan tumit ke arah
(menggerakan tumit ke arah belakang belakang paha) dan ekstensi (
10:30 paha) dan ekstensi ( mengembalikan menPasien tampak
Wita tumit ke posisi semula). menggerakan siku sehingga
lengan bahu bergerak ke depan
8. Menerapkan latihan aktif asistive range of dan meluruskan siku dengan
1 motion sphericalgrip dengan menurunkan tangan pada
menggunakan bolakaret bergerigi di bagian tangan kiri latihan
lakukan dengan cara menggenggam bola selama 10 menit secara mandiri
dengan kuat selama 5 detikkemudian dengan hasil fleksi 150o dan
pasien di anjarkan untuk rileks, ekstensi 150o.Dan pada kaki
mengulangi latihan sebanyak 7x kanan pasien tampak mampu
fleksi (menggerakan tumit ke
dalam 10 menit untuk meningkatkan
arah belakang paha) dan
kekuatan tonus otot.
ekstensi ( mengembalikan tumit
ke posisi semula). Dengan nilai
fleksi 130o dan ekstensi 130o
1&2 8. Pasien tampak mengikuti
instruksi peneliti dengan Jari
jari tangan pasien (fleksi) :
2 mampu menggenggam bola
dengan sedikit bantuan dari
penelitipasien menggenggam
bola selama 5 detik dan ,
(ekstensi) meluruskan jari jari
tangan dengan sedikit bantuan
peneliti pasien tampak
87

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
rileks.gembalikan tumit ke
posisi semula). Dengan nilai
fleksi 100o dan ekstensi 130o
9. Melatih ROM Pasif pada tangan dan kaki
9. Pasien tampak mengikuti
sebelah kiri pasien instruksi peneliti dengan Jari
jari tangan pasien (fleksi) :
mampu menggenggam bola
dengan sedikit bantuan dari
penelitipasien menggenggam
bola selama 5 detik dan ,
(ekstensi) meluruskan jari jari
tangan dengan sedikit bantuan
peneliti pasien tampak rileks.
10. Memberikan pujian positif saat aktivitas
10. Pasien tampak lebih semangat
latihan rentanggerak aktif assistive range
latihan.
of motion spherical grip
11. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
11. Pasien tampak lebih tenang
untuk mengurangi cemas
dari hari sebelumnya
Kamis 1&2 1. Mengkaji keadaan umum 1. keadaan umum pasien lemah.
15-07-20 1&2 2. Monitor TTV : TD, N, S, dan RR. 2. TTV :
TD = 170/100 mmHg
08:30 S = 36,5o C
Wita N = 90x/m
RR = 20x/m
3. Mempertahankan lingkungan yang 3. Pasien tampak lebih nyaman
2 nyaman.
4. Mengukur kekuatan otot kepada pasien 4. Pasien mampu mengangkat
1 dengan pengujian otot secara manual
tangan kanan dengan gerakan
yaitu(MMT) Manual Muscle Testing
09:00 ekstensi dan bisa menahan
pengukuran di lakukan padatangan kanan
Wita gravitasi, pada saat peneliti
dengan mengintruksikan pasien
mencoba memberikan tahanan
mengangkat tangan gerakan ekstensi
dari atas telapak tangan pasien,
kemudian lihat apakah pasien bisa
09:00 pasien tidak bisa menahan,
menahan gravitasi dan peneliti mencoba
Wita kekuatan otot tangan kanan
memberikan tahanan dari atas telapak
pasien derajat 3 (mampu
tangan pasien menggunakan tangan
bergerak dengan luas gerak
peneliti, kemudian lihat respon pasien. sendi penuh dan melawan
gravitasi tanpa tahanan)
5. Kemudian melakukan pengukuran
1 5. Pasien mampu mengangkat
kekuatan otot pada kaki kanan dengan
kaki kanan dengan gerakan
cara posisikan pasien tiduran instruksikan
ekstensi dan bisa menahan
pasien mengangkat kaki dengan gerakan
09:00 gravitasi, pada saat peneliti
ekstensi kemudian lihat apakah pasien
Wita mencoba memberikan tahanan
bisa menahan gravitasi dan peneliti
dari atas telapak tangan pasien,
mencoba memberikan tahanan dari atas
pasien bisa menahan sedikit
kaki menggunakan tangan peneliti,
kemudian menurunkan kaki,
kemudian lihat respon pasien.
kekuatan otot kaki kanan pasien
88

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
derajat 4 (mampu bergerak
dengan luas gerak sendi penuh
dan melawan gravitasi dengan
tahanan ringan).
1 6. Melatih rentang gerak sendi (aktif 6. Pasien tampak menggerakan
asisstive) tangan kanan selama 5 menit siku sehingga lengan bahu
10:00 yaitu fleksi (menggerakan siku sehingga bergerak ke depan dan
Wita lengan bahu bergerak ke depan sendi meluruskan siku dengan
bahu dan tangan sejajar bahu. Ekstensi menurunkan tangan pada
(meluruskan siku dengan menurunkan bagian tangan kanan latihan
tangan) pada bagian tangan kanan yang selama 10 menit di bantu
mengalami kelemahan. peneliti dengan hasil fleksi 140o
7. Kemudian melatih rentang gerak sendi dan ekstensi 150o.
1 (aktif asisstive)kaki kanan selama 5 menit 7. Dan pada kaki kanan pasien
dengan gerakan fleksi (menggerakan tampak mampu fleksi
tumit ke arah belakang paha) dan ekstensi (menggerakan tumit ke arah
( mengembalikan tumit ke posisi semula). belakang paha) dan ekstensi (
10:30 mengembalikan tumit ke posisi
Wita semula). Dengan nilai fleksi
8. Menerapkan latihan aktif asistive range of 100o dan ekstensi 130o
1 motion sphericalgrip dengan 8. Pasien tampak mengikuti
menggunakan bolakaret bergerigi di instruksi peneliti dengan Jari
lakukan dengan cara menggenggam bola jari tangan pasien (fleksi) :
dengan kuat selama 5 detikkemudian mampu menggenggam bola
pasien di anjarkan untuk rileks, dengan sedikit bantuan dari
mengulangi latihan sebanyak 7x penelitipasien menggenggam
dalam 10 menit untuk meningkatkan bola selama 5 detik dan ,
(ekstensi) meluruskan jari jari
kekuatan tonus otot.
tangan dengan sedikit bantuan
peneliti pasien tampak rileks.
9. Memberikan pujian positif saat aktivitas
9. Pasien tampak lebih semangat
latihan rentanggerak aktif assistive range
1&2 latihan.
of motion spherical grip
10. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
10. Pasien tampak lebih tenang
untuk mengurangi cemas
2 dari hari sebelumnya
Jumat 1&2 1. Mengkaji keadaan umum 1. keadaan umum pasien lemah.
17-07-20 1&2 2. Monitor TTV : TD, N, S, dan RR. 2. TTV :
TD = 170/100 mmHg
08:30 S = 36,5o C
Wita N = 90x/m
RR = 20x/m
3. Mempertahankan lingkungan yang 3. Pasien tampak lebih nyaman
2 nyaman.
4. Mengukur kekuatan otot kepada pasien
1 4. Pasien mampu mengangkat
dengan pengujian otot secara manual
09:00 tangan kanan dengan gerakan
yaitu(MMT) Manual Muscle Testing
Wita ekstensi dan bisa menahan
pengukuran di lakukan padatangan kanan
gravitasi, pada saat peneliti
dengan mengintruksikan pasien
89

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
mengangkat tangan gerakan ekstensi mencoba memberikan tahanan
09:00 kemudian lihat apakah pasien bisa dari atas telapak tangan pasien,
Wita menahan gravitasi dan peneliti mencoba pasien tidak bisa menahan,
memberikan tahanan dari atas telapak kekuatan otot tangan kanan
tangan pasien menggunakan tangan pasien derajat 3 (mampu
peneliti, kemudian lihat respon pasien. bergerak dengan luas gerak
sendi penuh dan melawan
5. Kemudian melakukan pengukuran gravitasi tanpa tahanan)
1 kekuatan otot pada kaki kanan dengan 5. Pasien mampu mengangkat
cara posisikan pasien tiduran instruksikan kaki kanan dengan gerakan
pasien mengangkat kaki dengan gerakan ekstensi dan bisa menahan
ekstensi kemudian lihat apakah pasien gravitasi, pada saat peneliti
bisa menahan gravitasi dan peneliti mencoba memberikan tahanan
mencoba memberikan tahanan dari atas dari atas telapak tangan pasien,
kaki menggunakan tangan peneliti, pasien bisa menahan sedikit
kemudian lihat respon pasien. kemudian menurunkan kaki,
09:30 kekuatan otot kaki kanan pasien
Wita derajat 4 (mampu bergerak
dengan luas gerak sendi penuh
dan melawan gravitasi dengan
tahanan ringan).
1 6. Melatih rentang gerak sendi (aktif 6. Pasien tampak menggerakan
asisstive) tangan kanan selama 5 menit siku sehingga lengan bahu
yaitu fleksi (menggerakan siku sehingga bergerak ke depan dan
lengan bahu bergerak ke depan sendi meluruskan siku dengan
bahu dan tangan sejajar bahu. Ekstensi menurunkan tangan pada
(meluruskan siku dengan menurunkan bagian tangan kanan latihan
tangan) pada bagian tangan kanan yang selama 10 menit di bantu
10:00 mengalami kelemahan. peneliti dengan hasil fleksi 140o
Wita dan ekstensi 150o.
1 7. kemudian melatih rentang gerak sendi 7. Dan pada kaki kanan pasien
(aktif asisstive) kaki kanan selama 5 tampak mampu fleksi
menit dengan gerakan fleksi (menggerakan tumit ke arah
(menggerakan tumit ke arah belakang belakang paha) dan ekstensi (
paha) dan ekstensi ( mengembalikan mengembalikan tumit ke posisi
tumit ke posisi semula). semula). Dengan nilai fleksi
100o dan ekstensi 130o
8. Pasien tampak mengikuti
1 8. Menerapkan latihan aktif asistive range of instruksi peneliti dengan Jari
motion sphericalgrip dengan jari tangan pasien (fleksi) :
menggunakan bolakaret bergerigi di mampu menggenggam bola
lakukan dengan cara menggenggam bola dengan sedikit bantuan dari
dengan kuat selama 5 detikkemudian penelitipasien menggenggam
pasien di anjarkan untuk rileks, bola selama 5 detik dan ,
mengulangi latihan sebanyak 7x (ekstensi) meluruskan jari jari
tangan dengan sedikit bantuan
dalam 10 menit untuk meningkatkan
peneliti pasien tampak rileks.
kekuatan tonus otot.
9. Pasien tampak lebih semangat
90

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
9. Memberikan pujian positif saat aktivitas latihan.
1&2 latihan rentanggerak aktif assistive range
of motion spherical grip 10. Pasien tampak lebih tenang
10. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam dari hari sebelumnya
2 untuk mengurangi cemas
Sabtu 1&2 1. Mengkaji keadaan umum 1. keadaan umum pasien lemah.
18-07-20 1&2 2. Monitor TTV : TD, N, S, dan RR. 2. TTV :
TD = 170/100 mmHg
09:00 S = 36,5o C
Wita N = 90x/m
RR = 20x/m
3. Mempertahankan lingkungan yang 3. Pasien tampak lebih nyaman
2 nyaman.
4. Mengukur kekuatan otot kepada pasien
1 4. Pasien mampu mengangkat
dengan pengujian otot secara manual
tangan kanan dengan gerakan
yaitu(MMT) Manual Muscle Testing
ekstensi dan bisa menahan
pengukuran di lakukan padatangan kanan gravitasi, pada saat peneliti
dengan mengintruksikan pasien mencoba memberikan tahanan
09:30 mengangkat tangan gerakan ekstensi
Wita dari atas telapak tangan pasien,
kemudian lihat apakah pasien bisa
pasien tidak bisa menahan,
menahan gravitasi dan peneliti mencoba
kekuatan otot tangan kanan
memberikan tahanan dari atas telapak
pasien derajat 3 (mampu
tangan pasien menggunakan tangan
bergerak dengan luas gerak
peneliti, kemudian lihat respon pasien.
sendi penuh dan melawan
gravitasi tanpa tahanan)
5. Kemudian melakukan pengukuran
1 5. Pasien mampu mengangkat
kekuatan otot pada kaki kanan dengan
kaki kanan dengan gerakan
cara posisikan pasien tiduran instruksikan
ekstensi dan bisa menahan
pasien mengangkat kaki dengan gerakan
10:00 gravitasi, pada saat peneliti
ekstensi kemudian lihat apakah pasien
Wita mencoba memberikan tahanan
bisa menahan gravitasi dan peneliti
dari atas telapak tangan pasien,
mencoba memberikan tahanan dari atas
pasien bisa menahan sedikit
kaki menggunakan tangan peneliti,
kemudian menurunkan kaki,
kemudian lihat respon pasien.
kekuatan otot kaki kanan pasien
derajat 4 (mampu bergerak
dengan luas gerak sendi penuh
dan melawan gravitasi dengan
tahanan ringan).
1 6. Pasien tampak menggerakan
6. Melatih rentang gerak sendi (aktif
siku sehingga lengan bahu
asisstive) selama 10 menit yaitu fleksi
bergerak ke depan dan
(menggerakan siku sehingga lengan bahu
meluruskan siku dengan
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
11:00 menurunkan tangan pada
sejajar bahu. Ekstensi (meluruskan siku
Wita bagian tangan kanan latihan
dengan menurunkan tangan) pada bagian
selama 10 menit di bantu
tangan kanan yang mengalami
peneliti dengan hasil fleksi 140o
kelemahan, kemudian melatih rentang
dan ekstensi 150o.
gerak sendi (aktif asisstive) selama 5
91

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
menit dengan gerakan fleksi Dan pada kaki kanan pasien
(menggerakan tumit ke arah belakang tampak mampu fleksi
paha) dan ekstensi ( mengembalikan (menggerakan tumit ke arah
tumit ke posisi semula). belakang paha) dan ekstensi (
mengembalikan tumit ke posisi
semula). Dengan nilai fleksi
7. Menerapkan latihan aktif asistive range of 100o dan ekstensi 130o
1 motion sphericalgrip dengan 7. Pasien tampak mengikuti
menggunakan bolakaret bergerigi di instruksi peneliti dengan Jari
lakukan dengan cara menggenggam bola jari tangan pasien (fleksi) :
dengan kuat selama 5 detikkemudian mampu menggenggam bola
pasien di anjarkan untuk rileks, dengan sedikit bantuan dari
mengulangi latihan sebanyak 7x penelitipasien menggenggam
dalam 10 menit untuk meningkatkan bola selama 5 detik dan ,
(ekstensi) meluruskan jari jari
kekuatan tonus otot.
tangan dengan sedikit bantuan
peneliti pasien tampak rileks.
8. Memberikan pujian positif saat aktivitas
8. Pasien tampak lebih semangat
latihan rentanggerak aktif assistive range
1&2 latihan.
of motion spherical grip
9. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
untuk mengurangi cemas
2
9. Pasien tampak lebih tenang dari
hari sebelumnya
Minggu 1&2 1. Mengkaji keadaan umum 1. keadaan umum baik.
19-07-20 1&2 2. Monitor TTV : TD, N, S, dan RR. 2. TTV :
TD = 170/100 mmHg
S = 36,5o C
08:30 N = 90x/m
Wita RR = 20x/m
3. Mempertahankan lingkungan yang 3. Pasien tampak lebih nyaman
2 nyaman.
4. Mengukur kekuatan otot kepada pasien
1 4. Pasien mampu mengangkat
dengan pengujian otot secara manual
tangan kanan dengan gerakan
yaitu(MMT) Manual Muscle Testing
ekstensi dan bisa menahan
pengukuran di lakukan padatangan kanan
09:00 gravitasi, pada saat peneliti
dengan mengintruksikan pasien mencoba memberikan tahanan
Wita mengangkat tangan gerakan ekstensi dari atas telapak tangan pasien,
kemudian lihat apakah pasien bisa
pasien tidak bisa menahan,
menahan gravitasi dan peneliti mencoba
kekuatan otot tangan kanan
memberikan tahanan dari atas telapak
pasien derajat 3 (mampu
tangan pasien menggunakan tangan
bergerak dengan luas gerak
peneliti, kemudian lihat respon pasien.
sendi penuh dan melawan
gravitasi tanpa tahanan)
5. Kemudian melakukan pengukuran
1 5. Pasien mampu mengangkat
kekuatan otot pada kaki kanan dengan
09:30 kaki kanan dengan gerakan
cara posisikan pasien tiduran instruksikan
Wita ekstensi dan bisa menahan
pasien mengangkat kaki dengan gerakan
92

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
ekstensi kemudian lihat apakah pasien gravitasi, pada saat peneliti
bisa menahan gravitasi dan peneliti mencoba memberikan tahanan
mencoba memberikan tahanan dari atas dari atas telapak tangan pasien,
kaki menggunakan tangan peneliti, pasien bisa menahan sedikit
kemudian lihat respon pasien. kemudian menurunkan kaki,
kekuatan otot kaki kanan pasien
derajat 4 (mampu bergerak
dengan luas gerak sendi penuh
dan melawan gravitasi dengan
10:00 6. Melatih rentang gerak sendi (aktif tahanan ringan).
Wita 1 asisstive) selama 10 menit yaitu fleksi 6. Pasien tampak menggerakan
(menggerakan siku sehingga lengan bahu siku sehingga lengan bahu
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan bergerak ke depan dan
sejajar bahu. Ekstensi (meluruskan siku meluruskan siku dengan
dengan menurunkan tangan) pada bagian menurunkan tangan pada
tangan kanan yang mengalami bagian tangan kanan latihan
kelemahan. selama 10 menit di bantu
peneliti dengan hasil fleksi 140o
7. kemudian melatih rentang gerak sendi dan ekstensi 150o.
1 (aktif asisstive) selama 5 menit dengan 7. Dan pada kaki kanan pasien
gerakan fleksi (menggerakan tumit ke tampak mampu fleksi
arah belakang paha) dan ekstensi ( (menggerakan tumit ke arah
mengembalikan tumit ke posisi semula). belakang paha) dan ekstensi (
10:30 mengembalikan tumit ke posisi
wita semula). Dengan nilai fleksi
8. Menerapkan latihan aktif asistive range of 100o dan ekstensi 130o
1 motion sphericalgrip dengan 8. Pasien tampak mengikuti
menggunakan bolakaret bergerigi di instruksi peneliti dengan Jari
lakukan dengan cara menggenggam bola jari tangan pasien (fleksi) :
dengan kuat selama 5 detikkemudian mampu menggenggam bola
pasien di anjarkan untuk rileks, dengan sedikit bantuan dari
mengulangi latihan sebanyak 7x penelitipasien menggenggam
dalam 10 menit untuk meningkatkan bola selama 5 detik dan ,
(ekstensi) meluruskan jari jari
kekuatan tonus otot.
tangan dengan sedikit bantuan
peneliti pasien tampak rileks.
9. Memberikan pujian positif saat aktivitas
9. Pasien tampak lebih semangat
latihan rentanggerak aktif assistive range
1&2 latihan.
of motion spherical grip
10. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
10. Pasien tampak lebih tenang
untuk mengurangi cemas
2 dari hari sebelumnya
Senin 1&2 1. Mengkaji keadaan umum 1. keadaan umum pasien baik.
20-07-20 1&2 2. Monitor TTV : TD, N, S, dan RR. 2. TTV :
TD = 160/100 mmHg
08:30 S = 36,5o C
Wita N = 90x/m
RR = 20x/m
3. Mempertahankan lingkungan yang 3. Pasien tampak nyaman
93

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
2 nyaman.
4. Mengukur kekuatan otot kepada pasien 4. Pasien mampu mengangkat
1 dengan pengujian otot secara manual tangan kanan dengan gerakan
09:00 yaitu(MMT) Manual Muscle Testing ekstensi dan bisa menahan
Wita pengukuran di lakukan padatangan kanan gravitasi, pada saat peneliti
dengan mengintruksikan pasien mencoba memberikan tahanan
mengangkat tangan gerakan ekstensi dari atas telapak tangan pasien,
kemudian lihat apakah pasien bisa pasien tidak bisa menahan,
menahan gravitasi dan peneliti mencoba kekuatan otot tangan kanan
memberikan tahanan dari atas telapak pasien derajat 3 (mampu
tangan pasien menggunakan tangan bergerak dengan luas gerak
peneliti, kemudian lihat respon pasien. sendi penuh dan melawan
gravitasi tanpa tahanan)
5. Kemudian melakukan pengukuran 5. Pasien mampu mengangkat
1 kekuatan otot pada kaki kanan dengan kaki kanan dengan gerakan
cara posisikan pasien tiduran instruksikan ekstensi dan bisa menahan
pasien mengangkat kaki dengan gerakan gravitasi, pada saat peneliti
09:30 ekstensi kemudian lihat apakah pasien mencoba memberikan tahanan
Wita bisa menahan gravitasi dan peneliti dari atas telapak tangan pasien,
mencoba memberikan tahanan dari atas pasien bisa menahan sedikit
kaki menggunakan tangan peneliti, kemudian menurunkan kaki,
kemudian lihat respon pasien. kekuatan otot kaki kanan pasien
derajat 4 (mampu bergerak
dengan luas gerak sendi penuh
dan melawan gravitasi dengan
tahanan ringan).
6. Melatih rentang gerak sendi (aktif 6. Pasien tampak menggerakan
1 asisstive) tangan kanan selama 5 menit siku sehingga lengan bahu
yaitu fleksi (menggerakan siku sehingga bergerak ke depan dan
lengan bahu bergerak ke depan sendi meluruskan siku dengan
bahu dan tangan sejajar bahu. Ekstensi menurunkan tangan pada
(meluruskan siku dengan menurunkan bagian tangan kanan latihan
tangan) pada bagian tangan kanan yang selama 10 menit di bantu
mengalami kelemahan. peneliti dengan hasil fleksi 150o
dan ekstensi 150o.
1 7. kemudian melatih rentang gerak sendi 7. Dan pada kaki kanan pasien
(aktif asisstive) selama 5 menit dengan tampak mampu fleksi
gerakan fleksi (menggerakan tumit (menggerakan tumit ke arah
kearah belakang paha) dan ekstensi ( belakang paha) dan ekstensi (
mengembalikan tumit ke posisi semula). mengembalikan tumit ke posisi
semula). Dengan nilai fleksi
10:00 120o dan ekstensi 130o
Wita 8. Menerapkan latihan aktif asistive range of 8. Pasien tampak mengikuti
1 motion sphericalgrip dengan instruksi peneliti dengan Jari
menggunakan bolakaret bergerigi di jari tangan pasien (fleksi) :
lakukan dengan cara menggenggam bola mampu menggenggam bola
dengan kuat selama 5 detikkemudian pasien menggenggam bola
pasien di anjarkan untuk rileks, selama 5 detik dan , (ekstensi)
94

Hari/Tgl/ NO Implementasi Keperawatan Respon Hasil Paraf


Jam DX
mengulangi latihan sebanyak 7x meluruskan jari jari tangan
dalam 10 menit untuk meningkatkan dengan sedikit bantuan peneliti
kekuatan tonus otot. pasien tampak rileks.

9. Memberikan pujian positif saat aktivitas


latihan rentanggerak aktif assistive range 9. Pasien tampak lebih semangat
1&2 of motion spherical grip latihan.
10. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
10. Pasien tampak tenang
untuk mengurangi cemas
2 11. Motivasi pasien untuk selalu meminum
11. Pasien mengerti akan
obat yang sudah di berikan oleh dokter
pentingnya minum obat

E. Evaluasi

Tabel 4.3 Evaluasi Keperawatan


NO Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Soap Paraf
1 Selasa Hambatan S:
21 juli 2020 mobilitas fisik Pasien mengatakan sudah bisa
menggengam bola untuk terapi secara
mandiri di hari ke tujuh.
O:
a. Keadaan umum baik
b. Pasien tampak tenang
c. GCS: E=4, V=5, M=6
d. TTV: TD = 160/100 mmHg, S=
36,5o C, N = 90x/m, RR = 20x/m
e. Rentang gerak tangan sudah
mencapai fleksi: 150o dan ekstensi
:150o
f. Rentang gerak kaki sudah
mencapai fleksi: 120o dan ekstensi
:130o
g. ADLs di bantu sebagian oleh
keluarga
h. Tingkat mobilitas fisik 2
memerlukan bantuan serta
pengawasan keluarga
i. Kekuatan otot tangan kanan masih
derajat 3
j. Kekuatan otot kaki kiri masih
derajat 4
A:
Masalah teratasi sebagian
P:
Intervensi di hentikan

2 Selasa Resiko Perfusi S:


21 juli 2020 Serebral Tidak Pasien mengatakan sudah tidak pusing
Efektif dan cemas serta nyeri tengkuk lagi
95

NO Hari/Tanggal Diagnosa Evaluasi Soap Paraf


O:
a. Keadaan umum baik
b. Pasien tampak tenang
c. GCS: E=4, V=5, M=6
d. TTV: TD = 160/100 mmHg, S=
36,5o C, N = 90x/m, RR = 20x/m
e. ADLs di bantu sebagian oleh
keluarga
f. Tingkat mobilitas fisik 2
memerlukan bantuan serta
pengawasan keluarga
A:
Masalah teratasi
P:
Intervensi di hentikan
96

4.2 Pembahasan

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Ny. “A” secara langsung

di Rumah pasienDusun Rambut Petung Desa pelangan Kecamatan Sekotong

Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat pada gangguan persarafan dengan kasus

Stroke Non Haemoragik, Penulis akan menguraikan dan membahas masalah-

masalah yang ditemukan antara teori dengan kasus Stroke Non Haemoragik.

Dalam pembahasan ini penulis akan membahas secara bertahap mulai dari

pengkajian sampai dengan evaluasi sesuai dengan proses keperawatan.

4.2.1. Pengkajian

Dalam proses pengkajian, pengumpulan data dilakukan dengan

metode wawancara dengan anak pasien, observasi secara lansung

kepada pasien dan menanyakan secara langsung ke pasien.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny “A” Tanggal 14

Juli 2020 jam 08.30 Wita di Rumah pasien diDusun Rambut Petung

Desa pelangan Kecamatan Sekotong Barat Provinsi NTB, didapatkan

keluhan utamanya Pasien mengeluh kaki dan tangan mengalami

kelemahan untuk bergerak, kemudiandi riwayat penyakit sekarang saat

di kaji tanggal 14 juli 2020, pukul 08:00 wita pasien mengeluh

mengeluh kaki dan tangan mengalami kelemahan untuk bergerak,

pasien mengeluh pusing , nyeri tengkuk, pasien tampak gelisah, pasien

tampak pasien cemas, dengan TTV = TD: 170/100 mmHg N : 90x/

menit, RR : 20x/ menit, S : 36,5 c, dan ADLs di bantu sebagian oleh

keluarga. Selain itu pada pengkajian riwayat penyakit dahulu ditemukan

Pasien mengatakan pernah di rawat Di Rumah Sakit Umum Daerah


97

Gerung Lombok Barat NTB selama 2 minggu lebih pada bulan februari

2016 dengan keluhan pasien mengalami kelemahan atau kesulitan

menggerakan tangan dan kaki sebelah kanan secara tiba-tiba saat

melakukan aktivitas bersih-bersih rumah, tekanan darah pasien

meningkat 200/100 mmHg, Karena keterbatasan biaya dan belum

memiliki BPJS pasien di bawa pulang oleh keluarga setelah 2 minggu

di rawat di RS.

Menurut wijaya & Putri (2013) mengatakan bahwa riwayat

kesehatan dahulu meliputi riwayat hipertensi, riwayat penyakit

kardiovaskuler, riwayat tinggi kolesterol, obesitas, diabetes melitus,

aterosklerosis, riwayat pemakaian kontrasepsi, minum alkohol, hal ini

sesuai dengan hasil pengkajian pada Ny.A yang di dapatkan yaitu

keluarga pasien mengatakan pernah mengalami hipertensi sebelumnya.

Pada tinjauan teori dengan kasus Stroke Non Haemoragik menurut

(Kartika, 2017) berbagai dampak yang ditimbulkan selain kecacatan

atau kelumpuhan pada anggota gerak, juga ganggaun pada proses bicara

(Afasia), serta penurunan daya ingat. Apabila terjadi hambatan pada

sistem motorik pasien maka pasien akan mengalami kesulitan atau

keterbatasan dalam melakukan gerakan. Anggota tubuh yang

mengalami serangan biasanya adalah ekstermitas atas dan bawah.

Kelemahan ekstermitas atas menyebabkan hilangnya kemampuan

fungsi motorik pada tangan seperti kemampuan menggenggam,

mencubit, sehingga perlu dilakukan pemulihan pada fungsi motorik dan

sensorik. Defisit pada sistem neurologis yang menyebabkan gangguan


98

pada sistem motorik oleh karena tidak adanya stimulus dari saraf yang

meransgang serebelum (otak kecil) dan korteks serebri yang mengatur

suatu pola gerakan. Keluhan utama yang didapatkan pada pasien Stroke

Non Haemoragik biasanya gangguan motorik, kelemahan anggota gerak

sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi dengan baik,

nyeri bagian kepala, gangguan sensorik, kelemahan lengan atau tungkai

secara tiba-tiba.

Pada Stroke Non Haemoragik terjadi gangguan fungsi otak secara

tiba-tiba yang disebabkan oleh penurunan aliran oksigen (akibat

penyempitan atau penyumbatan arteri ke otak) yang dapat mematikan

sel-sel saraf. Keadaan ini dapat berlanjut menjadi kematian sel-sel otak

yang disebabkan infark (selebral infarction). Penyumbatan juga bisa

terjadi disepanjang jalur pembuluh darah arteri yang menuju ke otak

disebabkan oleh proses Atrerrosklerosis (Pengerasan dinding pembuluh

darah akibat penumpukan lemak). Sehingga Darah ke otak disuplai oleh

dua arteri karotis interna dan dua arteri vtebralis, arteri-arteri ini

merupakan cabang dari lengkung aorta jantung (Dourman, 2013).

Pengkajian pola fungsi kesehatan menggunakan fungsi gordon

ditemukan masalah pola aktivitas yaitu Keluarga pasien

mengatakankegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/BAK,

dan berpakaian, mobilitas di tempat tidur dan ambulasi di bantu

sebagian oleh keluarga.Dengan tingkat ketergantungan ADLs 2 yaitu

memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain. Uraian hasil yang

didapat dari pengkajian ini dapat disimpulkan bahwa perubahan pola


99

fungsi aktivitas latihan yang terjadi pada pasien Ny.”A” sejalan dengan

teori (Aroni, 2013) bahwa Stroke Non haemoragik adalah terhentinya

aliran darah kebagian otak akibat tersumbatnya pembuluh darah. Darah

berfungsi menglirkan oksigen ke otak, tanpa oksigen yang dibawa oleh

darah maka sel-sel otak akan mati dengan cepat mengakibatkan

munculnya defisit neurologis yaitu kemampun motorik akan mengalami

kelemahan atau hemiparesis pada anggota gerak tubuh.

Ketidakmampuan dalam mobilisasi merupakan penyebab utama pasien

tidak mampu melakukan aktivitas sehari- hari (ADL), kehilangan

kemampuan pasien untuk bergerak menyebabkan ketergantungan dan

membutuhkan tindakan keperawatan. (Wahit, 2013).

4.2.2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) diagnosis

keperawatan yang munkin mucul pada pasien asuhan keperawatan

sistem persyarafan adalah :

1. Resiko perfusi serebral b.d penurunan aliran darah ke otak.

2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuscular.

3. Defisit perawatan diri : makan, mandi, berpakaian, toileting

berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler.

4. Gangguan komunikasi verbal b.d kerusakan serebral.

Setelah melakukan pengkajian, pengumpulan data dan analisa data

kemudian merumuskan masalah, maka didapatkan 2 diagnosa prioritas

utama keperawatan yang muncul dari kasus Ny “A” yaitu:


100

1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan denganPenurunan

kekuatan otot, ditandai dengan Pasien mengeluh kaki dan tangan

mengalami kelemahan untuk bergerak, Keluarga pasien

mengatakan sebagian (ADL) dibantu oleh keluarga seperti

berjalan ke kamar mandi dan berjalan di sekitar rumah, Keadaan

umum lemah, kesadaraan compos mentis, GCS : E4, V5, V6,

ADL (Activities OF Daily Living), tingkat kebutuhan aktivitas 2

(Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain) TTV :TD =

170/100 mmHg, S=36,5o C, N=90x/m, RR=20x/m.

kekuatan otot :

3 5
4 5
2. Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif berhubungan

dengan Hipertensi, di tandai dengan Pasien mengatakan

kepalanya terasa pusing, pasien mengatakan nyeri di daerah

tengkuk, Pasien mengeluh lemas, Pasien tampak lemahKesadaran

: composmetis, GCS : E=4, V=5, M=6, TTV :TD =

170/100mmHg, N= 90 x/m, RR= 20x/m, S = 36,5o C, CRT < 2

detik, kekuatan otot :

3 5
4 5
Uraian hasil yang diperoleh dari diagnosa pada kasus Ny “A” Merujuk

ke diagnosa menurut Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) (Nurarif,

2018) memiliki kesamaan batasan karakteristik Gangguan Mobilitas


101

Fisik dan Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak Efektif, yaitu

keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (ADL),

keterbatasan melakukan mobilisasi, keterbatasan melakukan rentang

gerak sendi. Dengan demikian peneliti merumuskan diagnosa

Gangguan Mobilitas Fisik sejalan dengan teori dan kenyataan yang

terjadi yang ditemukan pada tinjauan kasus Ny. “A”.Hal ini sesuai

dengan penelitan Zulaikah (2013) pasien yang mengalami

keterbatasan untuk mobilisasi fisik akan memerlukan bantuan

keluarga atau perawat terapi untuk menunjang kehidupan keseharian

pasien dan mengeluh pusing, nyeri tengkuk.

4.2.3. Intervensi Keperawatan

Menurut Tarwoto (2013) perencanaan keperawatan terdiri dari

serta dilengkapi dengan rencana yang memuat tujuan dan kriteria hasil.

Dari tinjauan kasus maka penulis menyusun rencana keperawatan

sebagai berikut kaji keluhan pasien, ukur tanda-tanda vital sebelum atau

sesudah latihan dan lihat respon pasien, lakukan pengkajian kekuatan

otot kepada pasien, Ajarkan latihan aktif asestif range of motion

spherical grip menggenggam bola karet bergerigi dengan kuat selama 5

detik kemudian pasien di anjurkan untuk rileks, mengulangi latihan

sebanyak 7 kali selama 10 menit untuk meninggkatkan kekuatan tonus

otot, beri pujian positif selama aktivitas latihan rentang gerak aktif

asistif range of motion spherical grip menggunakan karet bergerigi

selama 10 menit, latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara

mandiri sesuai kemampuan pasien, salah satu rehabilitasi yang dapat


102

diberikan pada pasien stroke adalah latihan gerak atau yang sering

disebut Range Of Motion (ROM). ROM merupakan latihan yang

digunakan untuk mempertahankan dan memperbaiki tingkat

kesempurnan kemampuan untuk menggerakkan persendian secara

normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot,

Spherical grip gerak pada tangan dapat distimulasi dengan latihan

fungsi menggenggam yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu membuka

tangan, menutup jari-jari untuk menggenggam objek dan mengatur

kekuatan menggenggam. (Irfan, 2010). intervensi dilakukan agar pasien

dapat beraktivitas secara mandiri dan dilengkapi dengan kriteria hasil

yang akan dicapai pada tahap evaluasi yaitu aktivitas rentang gerak dan

tonus otot meningkat, sehingga keluarga pasien dapat mengatakan

pasien sudah dapat mengerakkan tangan kanan secara perlahan

(menggenggam dan membuka), secara mandiri.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam menyusun rencana

keperawatan, penulis melibatkan Ny “A” dan keluarga dengan

memperlihatkan dan mempertimbangkan kondisi pasien untuk membuat

rencana yang tepat. Dalam rencana keperawatan terdapat perbedaan

antara tinjauan kasus dengan teori. Pada tinjauan teori, rencana

diuraikan secara umum sedangkan pada kasus Ny “A” rencana

keperawatan ditulis menggunakan kaidah sesuai dengan sistematika

SMART. Hal ini terjadi karena dalam penyususnan rencana

keperawatan sesuai dengan kondisi serta kemampuan pasien dan

penulis.
103

4.2.4. Implementasi Keperawatan

Pada tahap pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny “A”

dilakukan selama 7 hari, yaitu dari tanggal 14 Juli 2020 sampai dengan

21 Juli 2020 dilaksanakan di Rumah pasienDusun Rambut Petung Desa

Pelangan Kecamatan Sekotong Barat Provinsi NTB. Tindakan

keperawatan diberikan kepada pasien secara berkesinambungan,

sebelum dilakukan latihan Aktif asistif Range Of Motion (ROM)

spherical grip terlebih dahulu mengkaji keadaan umum dan keluhan

pasien, mengukur tanda-tanda vital, mengukur derajat kekuatan otot

dengan pedoman skala kekuatan otot Medical Research Council,

mengubah posisi pasien dengan posisi terlentang, melatih rentang gerak

sendi (Aktif Asistif) selama 10 menit,

kemudianmenerapkanlatihanRangeOfMotion(ROM)aktif assistive

spherical grip menggunakan bola karet bergerigi (Berduri) dengan kuat

selama 5 detik kemudian pasien dianjurkan untuk rileks, dan

mengulangi latihan sebanyak 7 kali selama 10 menit untuk

meningkatkan kekuatan tonus otot, sesudah diberikan latihan Range Of

Motion Aktif-Asistif spherical grip pada bagian yang mengalami

kelemahan yaitu pada bagian tangan sebelah kanan didapatkan masih

skala kekuatan otot 3 (Mampu bergerak dengan luas gerak sendi penuh

dan melawan gravitasi tanpa tahanan). Uraian hasil yang diperoleh dari

tinjauan kasus Ny. “A” sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Yurida Olviani (2017). Menunjukkan bahwa ada pengaruh setelah

diberikan latihan ROM Aktif Asistif Spherical Grip sebanyak 1 kali


104

sehari (Pagi ) dalam 10 menit selama 7 hari berturut- turut sehingga

terjadi peningkatan skala kekuatan otot, untuk menstimulasi gerak pada

tangan dapat berupa latihan fungsi menggenggam yang bertujuan

mengembalikan fungsi tangan secara optimal, apabila dilakukan secara

berkala dan berkesinambungan dapat meningkatkan kekuatanotot.

4.2.5. Evaluasi Keperawatan

Pada tahap evaluasi, penulis melakukan penilaian dengan cara

mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi terhadap

kondisi kesehatan pasien. Penilaian dilakukan mengguanakan metode

SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesmet,Planing).

Evaluasi yang dilakukan penulis selama 7 hari dari tanggal : 14-21 Juli

2020 yaitu masalah keperawatan pertama Gangguan Mobilitas

FisikPasien mengatakan sudah bisa menggengam bola untuk terapi

secara mandiri di hari ke tujuh, keadaan umum baik, pasien tampak

tenang, GCS: E=4, V=5, M=6, TTV: TD = 160/100 mmHg, S= 36,5o C,

N = 90x/m, RR = 20x/m, Rentang gerak tangan sudah mencapai fleksi:

150o dan ekstensi :150 o, Rentang gerak kaki sudah mencapai fleksi: 120 o

dan ekstensi :130o ADLs di bantu sebagian oleh keluarga, Tingkat

mobilitas fisik 2 memerlukan bantuan serta pengawasan

keluargaKekuatan otot tangan kanan masih derajat 3Kekuatan otot kaki

kanan masih derajat 4Masalah teratasi sebagian, Intervensi di hentikan,

berdasarkan hasil evaluasi diagnosa 1, alasan mengapa disini kekuatan

otot pasien masih derajat tiga dan empat pada ekstremitas kanan di
105

karenakan keterbatasan waktu, TD yang masih tinggi yaitu

160/100mmHg dan pasien masih kurang mengontrol kecemasannya.

Dan masalah keperawatan Resiko Perfusi Jaringan Serebral Tidak

Efektif Pasien mengatakan sudah tidak pusing dan cemas serta nyeri

tengkuk lagi Keadaan umum baik Pasien tampak tenangGCS: E=4,

V=5, M=6 TTV: TD = 160/100 mmHg, S= 36,5o C, N = 90x/m, RR =

20x/mADLs di bantu sebagian oleh keluargaTingkat mobilitas fisik 2

memerlukan bantuan serta pengawasan keluarga Masalah teratasi

Intervensi di hentikan. Hasil evalusi keperawatan tersebut juga sesuai

dengan kriteria hasil yang diharapkan dari masing-masing diagnose

menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI) yaitu

aktivitas fisik pasien dapat meningkat,ekspresiwajah.

Hasil evaluasi ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Febriani

Sukmaningrum (2012) bahwa pemberian latihan ROM spherical grip ini

efektif untuk meningkatkan kekuatan otot walaupun hasilnya tidak

terlalu signifikan. Pada hari ketiga terdapat peningkatan kekuatan otot

hal ini pengaruh dari sikap kooperatif subjek yang sangat berpengaruh

terhadap hasil latihan.

4.2.6. Keterbatasan Studi Kasus

Dari hasil penelitian yang di lakukan penulis dari tanggal 14 Juli 2020

sampai dengan 21 Juli 2020 terdapat masalah yang dihadapi penulis

dalam melaksanakan asuhan keperawatan seperti keterbatasan alat

untuk mengukur nilai derajat kekuatan otot. (Handgrip Dynamometer)

Alat pengukur nilai derajat kekuatan otot sangat penting dalam


106

melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Stroke Non

Haemoragik untuk lebih meyakinkan pasien dalam melakukan

penelitian.
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

penerapan latihan active asstive range of motion spherical grip dapat

membantu untuk meningkatkan kekuatan otot ekstermitas atas pada pasien

stroke non hemoragik yang dilaksanakan di Rumah pasien Dusun Rambut

Petung Desa pelangan Kecamatan Sekotong Barat Provinsi NTB

mendapatkan peningkatan hasil pada kekuatan otot ekstremitas atas walaupun

tidak sepenuhnya.

5.2 Saran

Dengan dilaksanakan asuhan keperawatan keluarga pada pasien dengan SNH

(Stroke Non Hemoragik) yang telah penulis lakukan, saran yang dapat

diberikan yaitu:

5.2.1. Masyarakat

Bagi masyarakat diharapkan mencari informasi terbaru terkait dengan

penanganan Stroke Non Haemoragik untuk mencegah terjadinya

kekakuan/kelemahan otot, sedangkan masyarakat yang sudah terkena

Stroke Non Haemoragik diharapkan memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan sehingga tidak terjadikomplikasi.

5.2.2. Institusi Pendidikan

Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan diharapkan untuk memberikan

pelajaran/pengetahuan tentang Stroke Non Haemoragik yang

diharapkan menjadi refrensi terbaru dalam penatalaksanaan Stroke Non

105
109

Haemoragik untuk mempertahankan dan memperbaiki massa otot dan

tonus otot.

5.2.3. Bagi Profesi Keperawatan

Bagi penulis diharapakan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan

kepada pasien dan keluarga pasien tentang latihan active asstive range

of motion spherical grip untuk meningkatkan kekuatan otot ekstermitas

atas dengan menggunakan bola karet bergerigi.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menerapkan latihan active

asstive range of motion spherical grip secara teratur dengan langkah-

langkah yang benar yaitu dengan cara berkala dan bersinambungan.


110

DAFTAR PUSTAKA

Adam, A (2017). Gambar anatomy otak; Di akses pada 23 Februari 2020 dari
http://en.wikipwdia.org/wiki/lobe
Brunner, & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Bakara, D. M., & Warsito, S. (2016). Latihan Range of Motion (Rom) Pasif
Terhadap Rentang Sendi Pasien Pasca Stroke. Idea Nursing Journal, 7(2),
12–18.
Belakang, A. L. (2016). Dumaria, (2017)Gambaran Kekuatan Otot Dengan
Aktivitas Range Of Motion (Rom) Pada Lansia Pasca Stroke Di Balai
Perlindungan Sosial Tresna Wredha Ciparay Bandung Universitas
Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu, (2011).
Effendy,F. (2012).Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktek dalam
Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika.
Elizabeth, Corwin. (2010). Patofisiologis. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Jakarta.
Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.
Indrawati., Sari. dkk. (2016). Stroke Cegah Dan Obati Sendiri. Jakarta : Penebar
plus
Kesehatan, K. (2018). Hasil Utama RISKESDAS 2018.
Kartika dkk. (2017). Pengaruh latihan Range Of Motion Aktif
terhadapperubahan Rentang gerak sendi pada penderita Stroke Di
Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember tahun 2013, IKESMA, 9 106-115.
Latifah, L. (2016). Pemenuhan Kebutuhan Activities of Daily Living (Adl) Pasien
Stroke Oleh Perawat Di Rumah Sakit Pku Muhammadiyah Yogyakarta
Dan Gamping. 10–25.
Prok, gersal & Algandi (2016).Pengaruh latihan gerakaktif menggenggam bola
pada pasien stroke di ukur dengan hangripdynamometer. Jurnal e-
clinic(ecl)
Price, Wilson. (2011). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.
Pradana, M. D. (2016). Upaya Peningkatan Mobilitas Fisik Pada Pasien Stroke
Non Hemoragik. Students E-Jurnal, 31–48.
Tarwoto, dkk, (2013).keperawata medical bedah gangguan system endokrin.
jakarta : tim
111

LAMPIRAN-LAMPIRAN
112

Lampiran 1

INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan di lakukan oleh Saepudin Rahman dengan judul Penerapan Latihan Active
Assistive ROM Spherical Grip Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas
Atas Pada Salah Satu Anggota Keluarga Penderita Stroke Dengan Masalah
Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik.

Saya memutuskan setuju ikut berpartisipasi pada peneliti ini secara


sukarela tanpa paksaan. Bila selama ini saya menginginkan mengundurkan diri,
maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Saksi Mataram, 14 Juli 2020


Yang Memberikan Persetujuan

( Siti Candra )
( Martawati )

Mataram, 14 juli 2020


Peneliti

( Saepudin Rahman )
113

Lampiran 2 format kuesioner

“Kuesioner Data Demografi Dan Pengalaman Keluarga sebagai Caregiver


dalam Merawat Salah Satu Keluarga Yang Mengalami Stroke di Rumah”

Petunjuk Pengisian:

Dibawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas partisipan

penelitian. Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai keadaan Bapak/Ibu yang

sebenarnya, dengan memberi tanda checklist (√ ) pada kotak yang telah

disediakan.

No. Partisipan :

1. Usia partisipan : Tahun


2. Usia penderita stroke : Tahun

3. Jenis kelamin partisipan : ( ) Perempuan ( ) Laki-laki


4. Jenis penderita stroke :( ) Perempuan ( ) Laki-laki
5. Pendidikan: 3. Agama
( ) Tidak Sekolah ( ) Islam
( ) SD ( ) Katolik
( ) SMP ( ) Protestan

( ) SMA ( ) Hindu
( ) Perguruan Tinggi ( ) Budha

4. Suku Bangsa 5. Pekerjaan


( ) Batak ( ) PNS

( ) Jawa ( ) Karyawan Swasta


( ) Minang ( ) Wiraswasta
114

( ) Melayu ( ) IRT/Tidak bekerja

( ) Lainnya, sebutkan_______ ( ) Lainnya, sebutkan___

6. Hubungan partisipan dengan klien:

...............................................................................................................

..........................................................................................................

7. Lama merawat pasien stroke :

...............................................................................................................

..........................................................................................................

8. Pengalaman merawat pasien stroke sebelumnya :

...............................................................................................................

..........................................................................................................

9. Tingkat ketergantungan pasien :

........................................................................................................

........................................................................................................

.........
115

Lampiran 3

PANDUAN LATIHAN HARIAN RANGE OF MOTION (ROM)


EKSTREMITAS ATAS DENGAN SPHERICAL GRIP MENGGENGGAM
BOLA (SOP)

Pengertian : Menggerakan sendi ekstremitasatas

Tujuan :

1. Meningkatkan kekuatan dan ketahananotot

2. Menjaga fungsi fisiologisnormal

3. Mencegah komplikasi akibat kontrakturimmobilitas

4. Meningkatkan kemampuan pasien stroke non hemoragik dalam

aktivitas sehari-hari

5. Meningkatkan aktivitas fisik, dan meningkatkan fleksibilitassendi

TahapPersiapan :

1. Persiapanalat : Bola karet bergigi, jam tangan

2. Persiapanlingkungan : lingkungan yang tenang dannyaman

3. PersiapanPasien :

a. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur tindakan dan

pengisian lembar persetujuan ke pasien.

b. Atur posisi pasien senyamanmungkin.

c. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam, dansepatu.

Tahap Pelaksanaan :

1. Instruksikan pasien membuka tangan lalu peneliti meletakan bola karet

bergerigi diatas telapak tanganpasien.


116

2. Instruksikan pasien menutup jari-jari dan menggenggam bola karet

bergerigi dengan posisi lengan 45 derajat (wrist joint).

3. Minta pasien untuk menggengam bola karet bergerigi dengan kuat

selama 5 detik kemudian pasien dianjurkan untukrileks.

4. Instruksikan pasien untuk mengulang latihan sebelumnya


sebanyak 7 kali selama 10menit.
5. Selama latihan dilakukan berikan motivasi dan dukungan kepada pasien

untuk melakukan latihan gerak aktif menggenggam bolakaret.

TahapTerminasi :
1. Evaluasi tindakan dan perasaanpasien
2. Merapikan alat danpasien
3. Melakukan kontrak waktuberikutnya
4. Mencatat hasiltindakan
117

Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI KEKUATAN OTOT EKSTREMITAS ATAS

Handgrip Dynamometer (Pengukuran Kekuatan OtotTangan)

KodeResponden diisi olehpeneliti :

Petunjuk :

1. Responden diinstruksikan memegang handgrip yang disesuaikan terlebih

dahulu dengan ukuran pegangan tanganresponden.

2. Responden melakukan pengukuran handgrip dynamometer sesuai

dengan posisi yang nyaman yang diinginkan pasien dengan posisi duduk

atau berdiri. Pada posisi berdiri keadaan tangan luruh kebawah,

sedangkan pada posisi duduk tangan membentuk sudut900.

3. Responden diintruksikan menarik nafas sesaat sebelum menarik

handgrip dynamometer.

4. Responden diinstruksikan untuk menarik alat handgrip dynamometer

sekuat tenaga.

5. Pengukuran dilakukan pada tangan yang dilakukan latihan gerak aktif

menggengambola.

6. Hasil pengukuran dapat dilihat pada skaladynamometer.

7. Pengukuran kekuatan otot tangan dilakukan sebanyak dua kali kemudian

diambil hasil yangtertinggi.

8. Isi tanggal pada kolom yang sudah tersedia setelah mengukur

kekuatanotot.

9. Berikan penilaian sesuai dengan hasil pengukuran pada kolom pre / post

test yangtersedia
118

Instrumen diisi oleh peneliti, dan pengisiannya dilakukan pada saat awal sebelum

pasien mendapatkan latihan gerak aktif menggenggam bola karet dan hari ketujuh

setelah semua rangkaian latihan gerak aktif menggenggam bola karet 2 kali sehari

dalam waktu satu mingguselesai.

Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Sebelum dan Sesudah Dengan Handgrip Dan Bola
karet

Pre-Test(Tanggal: ) Post-Test(Tanggal: )
119

Lampiran 5
Surat Rekomendasi Penelitian Dari STIKES YARSI Mataram
120

Lampiran 6
Surat Balasan Rekomendasi Penelitian Dari Puskesmas Pelangan
121
122
123
124

Anda mungkin juga menyukai