Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TERAPI TERTAWA

DI RUANG CEMPAKA RS ERNALDI BAHAR

OLEH

FETTY HARYANI, S. Kep : 04064881820001

LIANANDA INDRI PUTRI, S. Kep : 04064881820002

SARTIKA DEWI ANGRAINI, S.Kep : 04064881820003

RIMA TRICES RAMADHONA, S.Kep : 04064881820004

LUSY PERMATA INDAH, S.Kep : 04064881820005

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL TERAPI TERTAWA


DI RUANG CEMPAKA RS ERNALDI BAHAR

Disusun oleh :
FETTY HARYANI, S. Kep : 04064881820001

LIANANDA INDRI PUTRI, S. Kep : 04064881820002

SARTIKA DEWI ANGRAINI, S.Kep : 04064881820003

RIMA TRICES RAMADHONA, S.Kep : 04064881820004

LUSY PERMATA INDAH, S.Kep : 04064881820005

Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal ______________________

Mengetahui,

Pembimbing/CI Lapangan

( Ns. Faiza, S.Kep )


PROPOSAL TERAPI TERTAWA

A. Topik
Terapi Modalitas : Tertawa

B. Latar Belakang
Terapi tertawa dapat dikenal dan dipakai bukan tanpa perjalanan panjang. Berbagai
penelitian telah dilakukan baik di dalam maupun di luar negeri. Metode tertawa sebagai
pengobatan mulai di pakai di India pada awal tahun 1990-an oleh sebuah kelompok
spiritual untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit. Pada awal tahun 1974 barulah
mulai dilakukan penelitian secara ilmiah mengenai efektifitas tertawa sebagai metode
terapi penyembuhan penyakit. Negara pertama yang melakukannya adalah Inggris, yang
kemudian diikuti oleh Amerika Serikat, Kanada, India dan Mesir. Dari berbagai penelitian
tersebut disimpulkan bahwa tertawa memang dapat membantu meringankan bahkan
menyembuhkan beberapa penyakit, yang tentunya jika dilakukan dengan metode yang
benar (Parrish & Quinn, 1999).
Di Indonesia sendiri, terapi tertawa baru mencuat sekitar tahun 1998. Sejak saat itu,
terapi ini terus dipakai dan dimodifikasi sehingga bukan hanya dapat meringankan penyakit
tetapi juga untuk kebugaran.
Tertawa adalah terapi yang diyakini mampu membangkitkan semangat hidup, sekalipun
dalam kondisi krisis. Tertawa terbukti pula menyehatkan karena meningkatkan hormon
endofrin dan menurunkan stress. Tertawa adalah kemampuan yang hanya dimiliki
manusia. Tak ada makhluk lain yang bisa tertawa terbahak-bahak, kecuali dalam film
kartun. Terapi tertawa itu sama khasiatnya dengan meditasi, sehingga sering disebut
sebagai yoga tawa. Terapi ini juga meningkatkan kekebalan tubuh agar terhindar infeksi,
alergi dan kanker. Selain itu, dapat menurunkan tekanan darah tinggi, mencegah serta
mengendalikan penyakit jantung, memperbaiki sirkulasi darah, meningkatkan pasokan
oksigen ke seluruh tubuh dan otak. Juga menghilangkan rasa sakit, mempercepat
penyembuhan penyakit serta menangkal stres. "Terapi tertawa membuat hidup lebih sehat,
tenang dan nyaman. Selain itu, terapi ini mampu menggetarkan otak pada frekuensi
gelombang alfa (Simanungkalit & Pasaribu, 2007).
Tawa adalah penangkal stress yang paling baik, murah, mudah, salah satu cara terbaik
untuk mengendorkan otot, memperlebar pembuluh darah dan mengirim lebih banyak darah
hingga ke ujung-ujung dan ke semua otot di seluruh tubuh. Satu putaran tawa yang bagus
juga mengurangi tingkat hormon stress, bisa dikatakan tawa adalah sebentuk meditasi
dinamis dan relaksasi (Kataria 2004). Adapun Jenis-jenis terapi tertawa menurut Kataria
(2004) adalah sebagai berikut :
1. Terapi tertawa menarik nafas dalam
Sesi dimulai ketika peserta menarik nafas dalam melalui hidung dan sekaligus
mengangkat tangan keatas mengarah kelangit. Pernafasan dilakukan berirama sesuai
gerakan tangan dan peserta menghirup udara sebanyak mungkin ke dalam paru-paru,
kemudian menahannya sekitar 4-5 detik. Selanjutnya, nafas secara perlahan dan
berirama dihembuskan dengan menurunkan tangan kembali ke posisi normal. Peserta
bisa bernafas melalui hidung atau lebih baik melalui mulut sambil mengerutkan bibir,
seolah sedang bersiul. Cara ini sesuai dengan pernafasan dalam yoga, dimana
hembusan nafas diperpanjang hampir dua kali lipat lama tarikan nafas.
2. Terapi tertawa sapaan
Kembali sesuai aba-aba koordinator, para peserta saling mendekat dan menyapa
satu sama lain dengan gerakan tertentu, sambil tertawa dengan nada menengah dan
tetap menjaga kontak mata ketika bergerak berkeliling dan bertemu orang yang
berbeda. Orang bisa berjabat tangan dan memandang mata orang yang disapa sambil
tertawa pelan (cara menyapa ala barat). Cara menyapa ala India adalah dengan
mengatupkan kedua tangan (tawa Namaste). Adap dengan mendekatkan satu tangan
ke wajah (cara orang muslim saling menyapa) atau peserta bisa membungkuk sebatas
pinggang dan tertawa sembari memandang mata orang yang disapanya (cara Jepang).
3. Terapi tertawa bersemangat
Setelah latihan Ho-Ho Ha-Ha-Ha, jenis tawa yang pertama adalah tawa
bersemangat. Untuk mengawali semua jenis tawa, koordinator memberikan aba-aba
1,2,3 dan setiap peserta mulai tertawa secara bersamaan. Cara ini membentuk irama
yang bagus dan dampaknya jauh lebih baik dari pada jika para peserta tertawa pada
saat yang berbeda. Dalam tawa bersemangat, orang tertawa sambil mengangkat tangan
ke atas dan tertawa penuh semangat. Peserta tidak terus-menerus selama tawa
bersemangat. Angkat tangan ke atas selama beberapa saat lalu turunkan dan angkat
lagi. Di akhir tawa bersemangat, koordinator mulai bertepuk tangan dan mendaraskan
Ho-Ho Ha-Ha-Ha sebanyak lima sampai enam kali. Hal ini menandai berakhirnya jenis
tertawa tertentu, yang diikuti dengan dua tarikan nafas dalam.
4. Terapi tertawa bersenandung dengan bibir tertutup
Dalam jenis tawa ini, bibir di katupkan dan peserta berusaha tertawa saat
mengeluarkan suara senandung hmmmmm… yang bergema di seluruh kepala. Peserta
dapat terus saling pandang, mereka bisa saling berjabat tangan atau melakukan gerakan
apapun yang bersipat main-main.
5. Terapi tertawa memaafkan atau meminta maaf
Tawa ini adalah jika anda bertengkar dengan seseorang, anda harus minta maaf.
Betapa pentingnya mengatakan maaf. Dalam tawa meminta maaf, para peserta
memegang kedua cuping telinga, dengan menyilang lengan dan kemudian berlutut lalu
tertawa.
6. Terapi tertawa dari hati kehati (tawa keakraban)
Tawa ini di lakukan terakhir setelah semua jenis tawa di lakukan. Di sini semua
peserta saling mendekat dan berpegangan tangan serta tertawa dengan tatapan penuh
bela rasa. Mereka dapat saling berjabat tangan atau memeluk saat tertawa jika merasa
hal itu pantas di lakukan. Tawa ini juga di kenang sebagai tawa keakraban.

C. Tujuan
1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah
munculnya halusinasi
2. Klien dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk mencegah halusinasi.

D. Kriteria Anggota Kelompok


1. Kriteria klien
a. Klien yang sudah kooperatif
b. Klien yang dapat berkomunikasi dengan perawat
2. Proses seleksi
a. Mengobservasi klien yang masuk kriteria
b. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria
c. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria
d. Membuat kontrak dengan klien yang setuju mengikuti terapi modalitas tertawa
E. Pengorganisasian
1. Pelaksanaan
a. Hari / Tanggal : Rabu , 27 November 2018
b. Waktu : 13.00 – 13.30 WIB
c. Tempat : Halaman Depan Ruang Cempaka Rs. Ernaldi Bahar
d. Metode : Demonstrasi
e. Media : Pemutar Media
f. Proses Kegiatan
Tindakan
Proses Kegiatan Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Peserta
Pendahuluan 1. Memberi salam, Memperhatikan 5
memperkenalkan diri, dan dan menjawab Menit
membuka penyuluhan salam
2. Menjelaskan tentang tujuan
umum dan tujuan khusus Memperhatikan
Penyajian 1. Menanyakan pada klien apa Memperhatikan 20
intervensi ini pernah didapatkan Menit
sebelumnya atau belum. Memperhatikan
2. Menjelaskan pengertian dan dan mengikuti
tujuan terapi tawa
3. Mengajarkan dan
mendemonstrasikan terapi tawa
- Ada 15 langkah model sesi terapi
tertawa :
Lama : 20-30 menit (maksimum)
setiap putaran tawa berlangsung
selama 30-40 detik, diikuti
dengan tepuk tangan dan latihan
ho ho ha ha ha. Tarik nafas
dalam dua kali setelah setiap
tawa.
- Langkah 1:
Bertepuk tangan selama 1-2… 1-
2-3 sambil mendaras Ho-Ho…
Ha-Ha-Ha
- Langkah 2 :
Pernafasan dalam dengan tarikan
nafas melalui hidung dan
dihembuskan pelan-pelan.
(bersamaan kata-kata
penyembuhan, memaafkan,
melupakan, hidup dan tetap
hidup) sebanyak 5 kali.
- Langkah 3 :
Latihan bahu, leher dan
peregangan (masing-masing 5
kali)
- Langkah 4 :
Tawa bersemangat-tawa dengan
mengangkat kedua belah lengan
di udara dan kepala agak
mendongak ke belakang. Rasakan
seolah tawa langsung keluar dari
hati anda.
- Langkah 5 :
Tawa sapaan-mengatupkan kedua
telapak tangan dan menyapa ala
India atau berjabat tangan dengan
sedikitnya 4-5 orang anggota
kelompok.
- Langkah 6 :
Tawa penghargaan-bentuk bentuk
sebuah lingkaran kecil dengan
telunjuk dan ibu jari anda sambil
memutar membuat gerakan anda
sedang memberikan penghargaan
atau memuji anggota kelompok
anda sambil tertawa.
- Langkah 7 :
Tawa satu meter : gerakan satu
tangan di sepanjang bentangan
lengan anda yang lain (seperti
merentangkan busur untuk
melepaskan anak panah). Tangan
digerakkan dalam tiga gerakan
cepat sambil mendaraskan
Ae…Ae…Aeeee……dan
kemudian para peserta tertawa
sambil merentangkan kedua
lengan dengan sedikit
mendorongkan kepala serta
tertawa dari perut (ulangi 4 kali).
- Langkah 8 :
Tawa hening tanpa suara :
bukalah mulut anda lebar-lebar
dan tertawalah tanpa
mengeluarkan suara sambil saling
menatap dan membuat gerakan-
gerakan lucu.
- Langkah 9 :
Tawa bersenandung dengan
mulut tertutup-tertawa dengan
mulut tertutup dan mengeluarkan
suara senandung
hmmmmmmmmmmm……saat
bersenandung teruslah bergerak
dalam kelompok dan berjabat
tangan dengan orang yang
berbeda.
- Langkah 10 :
Tawa mengayun-berdirilah dalam
lingkaran dan bergerak ketengah
sambil mendaras
Aee……Ooo……Eee……Uu.
- Langkah 11 :
Tawa singa-julurkan lidah
sepenuhnya dengan mata terbuka
lebar dan tangan teracung seperti
cakar singa dan tertawa dari
perut.
- Langkah 12 :
Tawa ponsel-berpura puralah
memegang sebuah hp dan coba
untuk tertawa, sambil membuat
berbagai gerakan kepala dan
tangan serta berkeliling dan
berjabat tangan dengan orang
yang berbeda.
- Langkah 13 A :
Tawa bertahan-tertawa sambil
menudingkan jari ke beberapa
kelompok seolah sedang
berbantahan.
- Langkah 13 B :
Tawa memaafkan atau tawa
minta maaf langsung sesudah
tawa bantahan, pegang kedua
cuping telinga anda dan tertawa
sambil menggelengkan kepala
anda (ala India) atau angkat
kedua telapak tangan anda seolah
anda minta maaf.
- Langkah 14 :
Tawa bertahap-tawa bertahap
dimulai dengan tersenyum,
perlahan tambah tawa kecil dan
intensitas tawa semakin
ditingkatkan. Lalu para anggota
secara bertahap melakukan tawa
bersemangat kemudian perlahan-
lahan melirihkan tawa berhenti.
- Langkah 15 :
Tawa dari hati ke hati tawa
keakraban mendekat dan
berpegangan tanganlah serta
tertawa. Tertawa bisa saling
berjabat tangan atau memeluk,
apapun yang terasa nyaman.
- Tehnik penutupan :
Meneriakkan tiga selogan
“Aku orang paling bahagia di
dunia ini”Y…A,
“Aku orang paling sehat di dunia
ini”Y…A,
“Aku anggota klub tawa”Y…A,
- Yang terpenting:
Diakhir sesi semua anggota
berdiri dengan mata terpejam
selama satu menit dengan lengan
terpentang kearah atas,
mengharapkan perdamaian
dunia.
Penutup 1. Menutup pertemuan dengan Memperhatikan 5
dengan mengundang pertanyaan dan Menit
atau komentar dari peserta memberikan
2. Menampung jawaban dan pertanyaan
memberi komentar tentang atau komentar
pendapat dari peserta Memperhatikan
3. Menyimpulkan materi yang telah dan mencatat
dibahas bersama dengan peserta
4. Menutup pertemuan dan Memperhatikan
memberi salam dan mencatat

Memperhatikan
dan menjawab
salam

g. Setting Tempat

F Co
A
A

A
L

Keterangan :
 L : Leader
 Co : Co Leader
 F : Fasilitator
 O : Observer
 K : Klien
 A : Anggota keluarga lain
Petunjuk:
Klien duduk melingkar bersama perawat

h. Pengorganisasian
Leader : Lusy Permata Indah, S. Kep
Co Leader : Fetty Haryani, S. Kep
Fasilitator : Sartika Dewi Angraini, S. Kep
Liananda Indri Putri, S.Kep
Observer : Rima Trices Ramadhona, S. Kep
Petunjuk Uraian Tugas Tim Terapi
a. Leader :
 Mengkoordinasikan seluruh kegiatan
 Memimpin jalannya terapi kelompok
 Memimpin diskusi.
b. Co – Leader :
 Membantu leader mengkoordinasikan seluruh kegiatan
 Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
 Membantu memimpin jalannya kegiatan
 Menggantikan leader jika terhalang tugas
c. Observer :
 Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara
 Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok
dengan evaluasi kelompok.
d. Fasilitator :
 Memotivasi peserta dalam aktifitas kelompok
 Memotivasi anggota kelompok dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
 Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan kegiatan
 Membimbing kelompok selama permainan diskusi
 Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
 Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah

F. Kriteria Hasil
1. Evaluasi struktur :
a. Lingkungan tenang dan memungkinkan klien berkonsentrasi
b. Posisi tempat menggunakan kursi
c. Peserta sepakat untuk memulai kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Terapis berperan sesuai peran masing-masing

2. Evaluasi Proses :
a. Leader dapat mengkoordinasikan kegiatan dari awal hingga akhir
b. Leader memimpin acara
c. Co-leader membantu mengkoordinasikan kegiatan
d. Fasilitator memotivasi dan bertanggung jawab terhadap masalah perserta
kelompok
e. Observer mengamati dan melaporkan hasil pengamatan kepada kelompok yang
berfungsi sebagai evaluasi kinerja kelompok
f. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir

3. Evaluasi Akhir
Diharapkan 75% dari kelompok mampu :
a. Klien mampu berkomunikasi dengan perawat
b. Klien mampu menerapkan teknik berkenalan dengan orang lain
c. Klien mampu mempraktikan ulang teknik berkomunikasi dengan orang lain

G. Evaluasi dan Dokumentasi


a. Evaluasi
1. 100% klien mengikuti TAK dari awal hingga akhir
2. Kegiatan dan rencana kegiatan selama TAK dilakukan sesuai dengan jadwal yang
dibuat
Format Evaluasi
NO Aspek yang dinilai Nama klien
1 Mengikuti kegiatan dari awal sampai
dengan selesai
2 Mampu menjelaskan perasaannya
setelah mengikuti terapi lingkungan
Petunjuk :
1. Tulis inisial pasien yang mengikuti terapi tertawa
2. Beri penilaian tentang kemampuan mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Beri penilaian tentang kemampuan menjelaskan perasaannya setelah megikuti terapi
tertawa.
4. Beri tanda centang “ ” bila klien mampu dan berikan tanda silang “ x “ jika klien
tidak mampu.
Daftar Pustaka

Simanungkalit Dr. Bona & Pasaribu Drs. Bien. (2007). Terapi Tawa. Jakarta: Papas Sinar
Sinanti.
Kataria, M. (2004). Laugh For No Reason (Terapi Tawa). Jakarta: PT GramediaPustaka
Utama
Parrish Monique M & Quinn Patricia (1999). Laughing your way to peace of mind: How a little
humor helps caregivers survive. New York: Vol. 27, Edisi 2; pg. 203. Clinical Social
Work Journal

Anda mungkin juga menyukai