Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

MERINTIS USAHA BARU DAN

MODEL PENGEMBANGANNYA

Oleh :

NAMA : MONALYSA RAMADHAN

NIM : 1910053P

STIKES CITRA DELIMA PANGKALPINANG


PRODI S1 KEPERAWATAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah KEWIRAUSAHAAN ini dengan baik
Makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah KEWIRAUSAHAAN .Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa
dapat mengerti tentang cara merintis usaha serta pengembangannya dan juga
mengerti tentang waralaba
Saya menyadari bahwa penulisan rangkuman ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan guna perbaikan di
masa mendatang dan semoga bermanfaat bagi kita semua, Amin.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar belakang .............................................................................................. 1
B.Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Cara merintis Usaha Baru ......................................................................... 2
1. Merintis Usaha Baru (starting) ............................................................ 2
a. Hambatan-Hambatan Dalam Memasuki Industri .......................... 3
b. Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta............................................ 3
c. tantangan memulai usaha baru ....................................................... 4
B. Proses Pendirian Usaha ............................................................................. 6
BAB III .PENUTUP
A.Kesimpulan .................................................................................................. 8
B.Saran ............................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut J.B Say, wirausaha adalah orang yang menggeser sumber-
sumber ekonomi dari produktivitas terendah menjadi produktivitas tertinggi dan
berlimpah luah. Menurutnya, wirausahalah yang menghasilkan
perubahan.Perubahan itu dilakukan tidak dengan mengerjakan sesuatu yang lebih
baik tetapi dengan melakukan segala sesuatu yang berbeda (“not by doing things
better but by doing something different”).(Judul buku :Kewirausahaan tahun
2002)
Secara kualitatif, peran wirausaha melalui usaha kecilnya tidak diragukan
lagi, yakni: Pertama, usaha dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui
berbagai keterkaitan usaha, seperti fungsi pemasok, fungsi penyalur, dan
pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar. Industri kecil berfungsi
sebagai transformator antar sektor yang mempunyai kaitan ke depan maupun ke
belakang ( forward and backward-linkages) (Druc-ker, 1979:54).Kedua, usaha
kecil dapat meningkatkan efisiensi ekonomi khususnya dalam menyerap sumber
daya yang ada. Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendistribusian
pendapatan nasional., alat pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan
(wealth creation process), karena jumlahnya tersebar, baik di perkotaan maupun
di pedesaan.
Fungsi wirausaha adalah menciptakan nilai barang dan jasa di pasar
melalui proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru yang
berbeda untuk dapat bersaing. (Marzuki Usman, 1977).

B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Cara merintis usaha baru & cara pengembangannya
2. Untuk mengetahui proses pendirian usaha
3. Untuk megetahui tentang organisasi usaha
4. Untuk mengetahui tentang cara menejemen

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara merintis usaha baru
1. Merintis Usaha Baru (starting)
Merintis Usaha Baru (starting), yaitu membentuk dan mendirikan
usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen
yang dirancang sendiri.
Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis:
a. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha
yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang,
b. Persekutuan (partnership), yaitu suatu kerja sama (asosiasi) dua orang
atau lebih yang secara bersama-sama menjalankan usaha bersama, dan
c. Kerja sama manajemen (franchising), yaitu suatu kerja sama
antara entrepreneur (franchisee) dengan perusahaan besar
(franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli
hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha. Kerja sama ini biasanya
dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan,
pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan karyawan, advertensi,
pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, standar, promosi,
pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber
permodalan.
Menurut hasil survai yang dilakukan oleh Peggy Lambing
(2000:90) hampir setengah atau 43% (persen) responden (wirausaha)
menggunakan sumber ide bisnisnya dari pengalaman yang diperoleh
ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat professional
dan lainnya. Mereka mengetahui cara-cara mengoperasikan perusahaan
dari pengalaman tersebut.Sebanyak 15% lagi dari responden, dengan
mencobanya, dan mereka merasa mampu menjadi lebih baik.Sebanyak 1
dari 10 responden (11%) dari wirausaha yang disurvei mengungkapkan
memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar.Sedangkan sebanyak 31%
lagi dikarenakan hobi.

2
Dalam memasuki arena bisnis atau memulai usaha baru, seorang
dituntut tidak hanya memiliki kemampuan, tetapi juga harus memiliki ide
dan kemauan.Seperti telah disinggung, bahwa ide dan kemauan tersebut
harus diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa yang laku di pasar.
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
a) Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.
b) Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan dipilih.
c) Tempat usaha yang akan dipilih.
d) Organisasi usaha yang akan digunakan.
e) Jaminan usaha yang mungkin diperoleh.
f) Lingkungan usaha yang akan berpengaruh.

a. Hambatan-Hambatan Dalam Memasuki Industri


Menurut Peggy Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan
untuk memasuki industri baru, yaitu:
1) Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada
perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah
ada justru lebih bertahan karena telah lama mengetahui sikap dan
kebiasaan pelanggan.
2) Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang
diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan, dan
penggantian alat serta sistem yang lama.
3) Respons dari pesaing yang ada yang secara agresif akan
mempertahankan pangsa pasar yang ada.
b. Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta
Paten, merek dagang, dan hak cipta sangat penting bagi
perusahaan terutama untuk melindungi penemuan-penemuan, identitas
dan nama perusahaan, serta keorisinilan produk-produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. Paten adalah suatu pengakuan dari
lembaga yang berwewenang atas penemuan produk yang diberi

3
kewenangan untuk membuat, menggunakan dan menjual
penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan.Merek
dagang (brand nema) merupakan istilah khusus dalam perdagangan
atau perusahaan. Hak cipta (Copyright) adalah suatu hak istimewa
guna melindungi pencipta dari keorisinilan ciptaannya.
c. Tantangan Memulai Usaha Baru
Alasan wirausahawan merintis usaha baru sangat beragam.
Koratko & Hodgetts (2007) mengungkapkan, salah satu studi
menemukan bahwa ada tujuh alasan seorang wirausaha melakukan
usaha baru:
1) Kebutuhan akan pengakuan diri
2) Kebutuhan untuk kebebasan
3) Kebutuhan pengembangan diri dan kepribadian
4) Keamanan dan pengembangan asset (philanthropic)
5) Persepsi kemakmuran (perception of wealth)
6) Pengurangan pajak
7) Mengikuti mental model.
Dalam merintis usaha baru dibutuhkan komitmen tinggi, waktu,
tenaga dan biaya.Evaluasi terhadap internal dan eksternal sangat
menentukan keberhasilan usaha baru. Beberapa elemen yang
mempengaruhi kinerja usaha baru (new star-up venture) adalah:
1. Karakteristik wirausahawan
2. Proses pendirian
3. Lingkungan
4. Karakteritik jenis usaha
Sesuatu yang sangat kritis dalam memulai usaha adalah
melakukan penilaian dalam beberapa hal, karena menyangkut risiko
yang harus ditanggung.(hasil penelitian: Dr. Zahroh Naimah, SE., Ak.,
M.Si.Fakultas Ekonomi & Bisnis / Departemen Akuntansi).Sesuatu
yang sangat kritis dalam memulai usaha adalah melakukan penilaian
dalam beberapa hal, karena menyangkut risiko yang harus ditanggung.

4
2. Cara Pengembangan Usaha
Menurut hasil studi yang dilakukan oleh John Eggers dan Kim
Leahy mengidentifikasi enam (6) tahapan pengembangan bisnis, yaitu
tahapan konsepsi (conception), survival, stabilitas, orientasi pertumbuhan,
pertumbuhan yang cepat, dan kematangan.Menurut Lambing (2000:43)
ada dua keterampilan yang sangat diperlukan oleh pemilik perusahaan
dalam rangka pengembangan perusahaan, yaitu manajemen personal dan
manajemen keuangan.
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan
manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan usaha dalam
mempertahankan eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep
strategi bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan
sangat tergantung pada kemampuan internal. Secara internal, perusahaan
perlu memiliki kompetensi khusus (core competency) yang dicari dari
integrasi fungsional (design school) (Mintzberg, 1990) atau dari
kemampuan internal (resurce-based theory) (Pandian, 1992), atau dari
“core competency” (D’Aveni, 1994), atau dari “strategic intent” (Gary
Hamel, 1994:129), atau ada yang lebih popular dari tantangan eksternal
“dynamic theory” (Porter, 1980).
Dalam teori persaingan Porter dikemukakan bahwa untuk
menciptakan daya saing khusus, perusahaan harus menciptakan
keunggulan melalui strategi generik (generic strategic), yaitu strategi yang
menekankan pada keunggulan biaya rendah (low cost), diferensiasi
(differentiation), dan fokus (focus). Menurut Mahoney & Pandian (1992)
dam D’Aveni (1994), strategi Porter tersebut adalah berjangka pendek dan
statis. Menurutnya, sekarang ini keadaannya sudah sangat cepat berubah,
maka yang diperlukan adalah strategi jangka panjang dan dinamis.
Menurut Richard D’Aveni (1994:253) dan Gary Hamel (1994:232),
perusahaan harus menekankan strategi yang memfokuskan pada
pengembangan kompetensi inti (builing core competency), pengetahuan
dan keunikan intangible asset untuk menciptakan keunggulan, dan hanya

5
wirausahalah yang mampu mencari peluang secara kreatif dalam
menciptakan keunggulan.
Dalam strategi ini, perusahaan kecil harus mengarah
pada skill khusus secara internal yang bisa menciptakan core product yang
unggul untuk memperbesar manufacturing share(muncul pada berbagai
product yang memiliki komponen penting yang sama). Strategi tersebut
lebih murah dan ampuh dalam memberdayakan usaha kecil, karena
perusahaan kecil bisa memanfaatkan sumber daya lokalnya (Albert Wijaya,
1993). Menurut teori “resource-based strategy” ini, agar perusahaan
meraih keuntungan secara terus-menerus, yaitu meraih semua pesaing di
industri yang bersangkutan, maka perusahaan harus mengutamakan
kapabilitas internal yang superior, yang tidak transparan, sukar ditiru atau
dialihkan oleh pesaing dan memberi daya saing jangka panjang (futuristik)
yang kuat melebihi tuntutan masa kini di pasar dan dalam situasi eksternal
yang bergejolak, serta recession proof (Mahoney & Padian, 1992). Sumber
daya perusahaan yang bisa dikembangkan secara khusus menurut Pandian
(1992) adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kapabilitas dan
pengetahuannya), modal dan kebiasaan rutin.

B. Proses Pendirian Usaha


Tahapan Pendirian Badan Usaha
Perzinan pembuatan badan usaha perlu dirancang agar dalam pelaksanaan
kegiatan, para pelaku dunia usaha menyadari akan tanggung jawab dan tidak
asal dalam melakukan praktik kerja yang dapat merugikan orang lain atau
bahkan Negara. Peraturan perizinan memliki mata rantai prosedur yang
panjangnya bergantung pada skala perusahaan yang akan didirikan. Badan
hukum Adapun yang menjadi pokok yang harus diperhatikan dalam
hubungannya dengan pendirian badan usaha ialah :
1. Tahapan pengurusan izin pendirian
Bagi perusahaan skala besar hal ini menjadi prinsip yang tidak boleh
dihilangkan demi kemajuan dan pengakuan atas perusahaan yang

6
bersangkutan. Hasil akhir pada tahapan ini adalah sebuah izin prinsip yang
dikenal dengan Letter of Intent yang dapat berupa izin sementara, izin tetap
hinga izin perluasan. Untk beerapa jenis perusahaan misalnya, sole distributor
dari sebuah merek dagang, Letter of Intent akan memberi turunan berupa
Letter of Appointment sebagai bentuk surat perjanjian keagenan yang
merupakan izin perluasan jika perusahaan ini memberi kesempatan pada
perusahaan lain untuk mendistribusikan barang yang diproduksi.
2. Tahapan pengesahan menjadi badan hukum
Tidak semua badan usaha mesti ber badan hukum. Akan tetapi setiap
usaha yang memang dimaksudkan untuk ekspansi atau berkembang menjadi
berskala besar maka hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan izin atas
kegiatan yang dilakukannya tidak boleh mengabaikan hukum yang berlaku.
Izin yang mengikat suatu bentuk usaha tertentu di Indonesia memang terdapat
lebih dari satu macam. Adapun pengakuan badan hukum bisa didasarkan pada
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), hingga Undang-Undang
Penanaman Modal Asing ( UU PMA ).
3. Tahapan penggolongan menurut bidang yang dijalani.
Badan usaha dikelompokkan kedalam berbagai jenis berdasarkan jenis
bidang kegiatan yang dijalani. Berkaitan dengan bidang tersebut, maka setiap
pengurusan izin disesuaikan dengan departemen yang membawahinya seperti
kehutanan, pertambangan, perdagangan, pertanian dsb. Badan hukum.
4. Tahapan mendapatkan pengakuan.
Pengesahan dan izin dari departemen lain yang terkait Departemen
tertentu yang berhubungan langsung dengan jenis kegiatan badan usaha akan
mengeluarkan izin. Namun diluar itu, badan usaha juga harus mendapatkan
izin dari departemen lain yang pada nantinya akan bersinggungan dengan
operasional badan usaha misalnya Departemen Perdagangan mengeluarkan
izin pendirian industri pembuatan obat berupa SIUP. Maka sebgai
kelanjutannya, kegiatan ini harus mendapatkan sertifikasi juga dari BP POM,
Izin Gangguan atau HO dari Dinas Perizinan, Izin Reklame, dll.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam merintis usaha baru, ada beberapa hal yang harus diperhatikan:
1. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki.
2. Bentuk usaha dan bentuk kepemilikan yang akan dipilih.
3. Tempat usaha yang akan dipilih.
4. Organisasi usaha yang akan digunakan.
5. Jaminan usaha yang mungkin diperoleh.
6. Lingkungan usaha yang akan berpengaruh
Menurut Peggy Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan untuk
memasuki industri baru, yaitu:
1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru
masih kurang. Sebaliknya perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan
karena telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan pelanggan.
2. Biaya perubahan (switching cost), yaitu biaya-biaya yang diperlukan untuk
pelatihan kembali para karyawan, dan penggantian alat serta sistem yang
lama.
3. Respons dari pesaing yang ada yang secara agresif akan mempertahankan
pangsa pasar yang ada.

B. Saran
Sebagai saran kami dari penulis mengharapkan setelah membaca Makalah ini,
dapat memberikan motivasi dan sarana untuk membuka usaha sehingga dapat
mengurangi angka pengangguran di Indonesia terutamanya.

8
DAFTAR PUSTAKA
http://my_education.com
http://sumarsonoyappi.wordpress.com/2008/07/25/organisasi-usaha

9
Lampiran
PERTANYAAN:
1. Suatu pengakuan dari lembaga yang berwewenang atas penemuan produk
yang diberi kewenangan untuk membuat, menggunakan dan menjual
penemuannya, disebut........
A. Hak Cipta
B. Paten
C. Merek
D. Barang Dagang
E. Produksi
Jawaban : B
2. Suatu kerja sama (asosiasi) dua orang atau lebih yang secara bersama-sama
menjalankan usaha bersama, disebut
A. Persekutuan (Partnership)
B. Perorangan
C. Perseroan
D. Perusahan Terbatas
E. CV
Jawaban : A
3. suatu hak istimewa guna melindungi pencipta dari keorisinilan ciptaannya.
disebut juga .......
A. Hak Cipta
B. Paten
C. Merek
D. Barang Dagang
E. Produksi
Jawaban : A

10
4. Mengapa sikap & kebiasaan pelanggan termsuk salah satu hambatan merintis
suatu usaha?
 Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya
perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan karena telah lama
mengetahui sikap dan kebiasaan pelanggan

11

Anda mungkin juga menyukai