Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam pelaksanaan proses produksi dari perusahaan-perusahaan pada umumnya, maka
kelancaran pelaksanaan proses produksi merupakan suatu hal yang sangat diharapkan di dalam
setiap perusahaan. Kelancaran dalam pelaksanaan proses produksi dari suatu perusahaan ini
disamping mempengaruhi oleh sistem produksi yang ada dalam perusahaan tersebut, maka
pengendalian proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan akan menentukan pula.
Sistem produksi pada umumnya sudah dipersiapkan sebelum perusahaan tersebut melaksanakan
proses produksinya. Baik buruknya sistem produksi dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi
pelaksanaan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan tersebut. Namun demikian
sistem produksi yang baik belum tentu dapat menghasilkan pelaksanaan proses produksi yang
baik pula apabila tidak di ikuti dengan pengendalian yang memadai. Untuk dapat melaksanakan
proses produksi dengan baik maka disamping diperlukan adanya sistem produksi yang baik,
sangat diperlukan juga terdapatnya pengendalian proses produksi yang tepat pula.

Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,


dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara
yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan
usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.

Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada
tahun 1755. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman
dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa
negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang
mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500
sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia,
kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja.
Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman
kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan
masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul
pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang
berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi
dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
melalui makalah ini akan dibahas secara lebih detail dan jelas tentang semua hal-hal yang
berkaitan dengan kewirausahaan

B.       Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor seperti apakah yang memicu seseorang untuk mulai untuk berwirausaha ?
2. Bagaimana model proses kewirausahaan ?
3. Bagaimana ciri-ciri fase permulaan dan pertumbuhan kewirausahaan ?
4. Bagaimana langkah menuju keberhasilan wirausaha ?
5. Apa saja faktor yang dapat membuat suatu usaha menjadi gagal ataupun berhasil ?
6. Keuntungan dan kerugian seperti apa yang didapat dari seseorang yang berwirausaha?
7. Apa sajakah faktor-faktor pemicu kewirausahaan?
8. Dan apa sajakah model proses kewira usahaaan?
9. Bagaima proses kewirausahaan?
10. Apa sajakah langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam berwirausaha untuk menuju
keberhasilan?

C. Tujuan
1. Agar kita mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan dalam berwira usaha, dan agar kita
paham bagaimana proses berwira usaha itu sendiri.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memicu seseorang untuk mulai untuk berwirausaha.
3. Untuk mengetahui model proses kewirausahaan.
4. Untuk mengetahui bagaimana ciri-ciri fase permulaan dan pertumbuhan kewirausahaan.
5. Untuk mengetahui bagaimana langkah menuju keberhasilan wirausaha.
6. Untuk mengetahui faktor yang dapat membuat suatu usaha menjadi gagal ataupun berhasil.
7. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian seperti apa yang didapat dari seseorang yang
berwirausaha.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Faktor-faktor Pemicu Kewirausahaan


David C. McClelland mengemukakan bahwa kewirausahaan (entrepreneurship)
ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap-sikap nilai dan status kewirausahaan atau
keberhasilan. Sedangkan menurut Ibnoe Soedjono dan Roopke, proses kewirausahaan atau
tindakan kewirausahaan merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor
eksternal dan internal. Faktor-faktor itu adalah hak kepemilikan, kemampuan/kompetensi dan
insentif sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan. Kemampuan berwirausaha
merupakan fungsi dari prilaku kewirausahaan dalam mengkombinasi kreativitas, inovasi, kerja
keras, keberanian menghadapi resiko untuk memperoleh peluang.[1]

B.     Model Proses Kewirausahaan


Proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah kegiatan kreatif
untuk menciftakan suatu konsep yang baru untuk keperluan baru untuk dijadikan dan
diimplementasikan menjadi bisnis yang sukses. Inovasi adalah suatu fungsi khusus dari
kewirausahaan, kegiatan yang membawa sumber daya dengan kapasitas baru untuk menciftakan
kesejahteraan. Hal terpenting dari inovasi adalah gagasan, penerapan, dan kegunaan. Inovasi
tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Secara internal inovasi dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari individu seperti: Toleransi, nilai-nilai, pendidikan dan pengalaman
sedangkan secara eksternal seperti: Pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan
lingkungan.[2]
Pada tahap perintisan kewirausahaan, maka pertumbuhan kewirausahaan sangat
tergantung pada kemampuan pribadi, organisasi dan lingkungan. Faktor yang berasal dari pribadi
ialah komitmen, visi, kepemimpinan, dan kemampuan manajerial . Faktor yang berasal dari
organisasi antara lain: Kelompok, struktur budaya dan strategi. Faktor lingkungan antara lain:
Pesaing, pelanggan, dan lembaga-lembaga keuangan yang akan membantu dana.
C.    Proses Kewirausahaan
Proses kewirausahaan meliputi hal-hal yang lebih dari sekedar melaksanakan kegiatan
pemecahan masalah dalam sebuah posisi manajemen. Seorang wirausaha perlu mencari,
mengevaluasi serta mengembangkan peluang-peluang dengan jalan mengatasi sejumlah kekuatan
yang menghalangi penciptaan sesuatu hal yang baru.[3]
Proses aktual itu sendiri memiliki empat fase khusus yaitu:
1.      Identifikasi dan evaluasi peluang yang ada
Evaluasi peluang merupakan elemen yang paling kritikal dari proses kewirausahaan
karena memungkinkan seorang wirausaha apakah produk atau servis khusus dalam menghasilkan
hasil yang diperlukan untuk sumber-sumber yang bermanfaat bagi seorang wirausaha guna
mengidentifikasi peluang-peluang bisnis.
a.       Para konsumen
b.      Serikat dagang
c.       Para anggota sistem distribusi
d.      Orang-orang yang berkecimpung dalam bidang teknik
2.      Kembangkan rencana bisniss
Dalam hal mempersiapkan rencana bisnis adalah penting untuk memahami persoalan-
persoalan inti yang terlibat didalamnya. Karakteristik-karakteristik dan besarnya segmen pasar,
syarat-syarat produksi, rencana pinansial, rencana organisasi, dan syarat pinansial.
3.      Sumber-sumber daya yang diperlukan
Sumber-sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan peluang yang ada perlu
diketahui proses tersebut diawali dengan tindakan penilaian sumber-sumber daya usaha yang
dimiliki. Dalam konteks ini bukan saja perlu diidentifikasi para pensuplay alternatif sumber-
sumber daya tersebut. Tetapi pula kebutuhan serta keingian pemahaman kebutuhan para
pensuplay sumber-sumber daya tersebut seorang wirausaha dapat menstruktur sebuah
persetujuan yang memungkinkannya mendapatkan sumber-sumber daya tersebut dengan biaya
serendah mungkin.[4]
4.      Laksanakan manajemen usaha tersebut
Setelah sumber-sumber daya dicari, maka sang wirausaha perlu mengaktifkannya melalui
implementasi rencana bisnisnya. Hal tersebut mencakup kegiatan yang mengimplementasi
sebuah gaya dan struktur manajemen.
D.    Ciri- ciri Penting Tahap Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan
Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan berkembang pada tiga proses yaitu:
1.      Proses imitasi dan duplikasi
Pada tahap ini wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya memulai usaha
barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang
dihasilkan meniru yang sudah ada. Proses duplikasi dan pengembangan pada tahap ini wirausaha
mulai mengembangkan ide barunya. Dalam tahap duplikasi produksi wirausaha mulai
mengembangkan produksinya melalui depersivikasi dan diferensiasi dengan model sendiri.
2.      Proses penciptaan
Proses penciptaan atau disebut proses inovasi dan kreasi yang diawali dengan teknik
produksi baru, mencari bahan baku baru, orgasniasi usaha baru, dan metode pemasaran baru
seperti halnya proses inovasi dari schumpeter.

3.      Dilihat prosesnya
Membagi tahap perkembangan wirausaha menjadi dua yaitu:
a.    Tahap awal ( perintisan), tahap ini dimana seseorang yang berniat untuk melakukan
usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan diawali dengan melihat peluang usaha
baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan
franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah dibidang pertanian,
industri/manufaktur/produksi.
b.    Tahap pertumbuhan, tahap ini merupakan melaksanakan usaha atau diringkas dengan
tahap jalan, tahap ini seorang wirausahaan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan
usahawan mencakup aspek-aspek pembiayaan,SDM, kepemilikan, pengorganisasian
kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan,
pemasaran dan melakukan evaluasi.

E.     Langkah menuju keberhasilan wirausaha


Untuk menjadi wirausaha yang sukses pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis
yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu atau
uang. Apabila ada kesiapan menghadapi resiko, langkah berikutnya dalah membuat perencanaan
usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usaha berhasil, selain harus bekerja keras
sesuai urgensinya, wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan, baik dengan mitra usaha
maupun dengan semua pihak yang terkait  dengan kepentingan perusahaan.[5]
Dalam mengidentifikasi jiwa wirausaha ada beberapa aspek yang mempengaruhi yaitu:
a.    Menyenangi pekerjaan yang berkaitan dengan proses mental dengan tujuan utama
adalah pencapaian prestasi.
b.    Locus of control internal. Individu yang memiliki locos of control internal adalah
individu yang memiliki inisiatif yang tinggi, suka bekerja, berusaha mengatasi masalah dengan
mencari akar penyebabnya secara epektif.
c.    Kemampuan inovasi dan kreativitas. Kreativitas lebih mengacu pada idea origination,
sedangkan inovasi lebih kepada idea implementation. Sebagai inovator, seorang wirausaha tidak
harus memakai ide sendiri, tetapi dengan kepekaan yang tinggi dan kemampuan analisis yang
baik mampu menggabungkan dan memakai ide yang telah menjadi sesuatu yang bermanfaat.
d.   Cenderung berpikir panjang, memiliki potensi melakukan visi yang jauh kedepan.
Wirausahawan harus bersifat inklusif, bukan atas dorongan seseorang dan keberhasilan hanya
pada jangka pendek. Akan tetapi wirausaha memiliki perenanaan yang seksama serta kendali diri
yang pleksibilitas terhadap perubahan lingkungan.
e.    Kemandirian. Wirausaha adalah seorang yang merdeka lahir batin lebih suka bekerja
atas kemampuan sendiri. Kemandirian ini didukung dengan kepedulian pada oranglain yang
berarah pada lingkungan, menerima kritik dan saran.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan:[6]


1) Intlegensi
Yaitu kemampuan individu secara sadar untuk menyesuaikan pemikirannya terhadap
tuntutan baru, yaitu penyesuaian mental terhadap masalah dan keadaan baru. Intelegensia terkait
dengan pemecahan masalah perencanaan, pengejaran prestasi yang sangat berarti membuka jiwa
wirausaha.
2)   Latarbelakang budaya
Manusia tidak lepas dari lingkungan sekitar, sehingga mereka secara tidak langsung
dibatasi oleh norma. Kebudayaan adalah cara manusia membentuk dan menentukan perilaku
manusia.
2) Jenis kelamin
Pria dilambangkan agresif, independensi, ambisius, sedangkan wanita melambangkan
sensitif, kooperatif, dan intitutif.
4)   Tingkat pendidikan
5)   Usia
6)   Pola asuh keluarga

F.     Tantangan berwirausaha
Memulai dan mengoperasikan bisnis biasanya memerlukan kerja keras, menyita banyak
waktu dan membutuhkan kekuatan emosi. Wirausaha mengalami tekanan pribadi yang tidak
menyenangkan seperti kebutuhan untuk menginvestasikan lebih banyak waktu dan tenaganya.
Kemungkinan gagal dalam bisnis adalah ancaman yang selalu ada dalam bagi wirausaha.
Wirausaha harus menerima berbagai resiko yang berhubungan dengan kegagalan bisnis. Tak
seorangpun yang ingin gagal, tetapi selalu ada kemungkinan bagi orang yang memulai suatu
bisnis.

G.    Faktor penyebab dan kegagalan wirausaha


Faktor-faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya
yaitu:[7]
1.    Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan manajerial dan pengetahuan mengelola
usaha merupakan faktor penyebab utama membuat perusahaan kurang berhasil.
2.    Kurang berpengalaman dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan
usaha, kemampuan mengkordinasikan, keterampilan mengelola sumber-sumber daya manusia
maupun mengintegrasikan operasi perusahaan
3.    Kurang dapat mengendalikan keuangan yaitu dengan memelihara aliran kas,
mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas
akan menghambat opersional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.[8]
4.    Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan,
sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5.    Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang
menentukan kemajuan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar
beroperasi karena kurang efisien.
6.    Kurang pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan
efektifitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat yang tidak efisien dan
efektif.
7.    Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah
terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan yang
dilakukan dengan sikap setengah  hati, kemungkinan gagal adalah besar.
8.    Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan (transisi kewirausahaan. Wirausaha
yang kurang siap menghadapi dalam melakukan perubahan, maka ia tidak akan menjadi
wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani
mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.

H.    Keuntungan dan kerugian berwirausaha


Adapun keuntungan dalam berwirausaha adalah:[9]
1.    Imbalan berupa laba. Bebas dari batasan gaji standar untuk pekerjaan
distandardisasikan. Wirausaha mengharap hasil yang tidak hanya mengganti kerugian waktu dan
uang yang mereka investasikan, tapi juga memberikan imbalan yang pantas bagi resiko dan
inisiatif yang mereka ambil dalam mengoperasikan bisnis itu sendiri. Tidak mengejutkan
imbalan berupa laba dalah motivasi yang lebih kuat dari wirausaha tertentu.
2.    Imbalan berupa kebebasan. Bebas dari pengawasan dan aturan birokrasi organisasi,
kebebasan untu k menjalankan secara bebas perusahaannya merupakan imbalan lain dari seorang
wirausaha kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan pleksibilitas disatu sisi saja
akan tetapu wirausaha pada umumnya menghargai kebebasan yang ada dalam karir
kewirausahaan. Mereka dapat mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri.
3.    Imbalan berupa kebebasan menjalani hidup. Bebas menjalani rutinitas, kebosanan
dan pekerjaan yang tidak menantang. Wirausaha seringkali menyatakan kepuasan yang mereka
dapatkan dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Kenikmatan yang mereka dapatkan mungkin dari
kebebasan mereka tapi pada kenikmatan tersebut merepleksikan pemenuhan kerja pribadi
pemilik barang dan jasa perusahaan.
Adapun kerugian dalam berwirausaha adalah:
1.    Pengorbanan personal. Pada awalnya wirausaha harus bekerja pada    waktu yang
lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu untuk kepentingan keluarga hampir semua waktu
dihabiskan untuk kegiatan bisnis.
2.    Beban tanggungjawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik dalam
pemasaran, keuangan, personal maupun pengadaan dan pelatihan.
3.    Kecil margin keuntungan dan kerugian gagal. Karena wirausaha menggunakan
keuangan yang kecil dan keuangan milik sendiri, maka margin laba/keuntungan yang dipoeroleh
akan relatif kecil dan kemungkinan gagal juga ada.

I. Cara menghindari kegagalan dalam berwirausaha

1.    Mengenali bisnis anda secara mendalam. Kita memerlukan pengalaman yang relevan
dalam bisnis yang akan didirikan. Dapatkan pendidikan terbaik yang mungkin diperoleh dibisnis
itu sebelum membuka bisnis sendiri. Baca segala macam yang mungkin misalnya, majalah
bisnis, jurnal nyata, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan bisnis yang akan dimasuki.
2.    Mengembangkan rencana bisnis yang matang. Untuk wirausahaan yang baru,
rencana bisnis yang ditulis dengan baik adalah resep yang sangat penting untuk keberhasilan
bisnis. Tanpa rencana bisnis yang matang, perusahaan berjalan tanpa arah yang jelas namun para
wirausahaan yang cenderung menjadi orang yang cepat bertindak, seringkali langsung lompat
kesuatu usaha bisnis tanpa meluangkan waktu untuk menyiapkan rencana tertulis yang
meluangkan pokok-pokok kegiatan bisnisnya. Tetapi rencana bisnis yang seksama dan informasi
keuangan yang tepat merupakan hal yang kritis.  Ini semua akan membantu dalam mengambil
keputusan yang penting mengenai bisnis. Dan harus terus menerus memantau apa yang telah
dicapai sesuai yang telah direncanakan .
3.    Mengelola sumber daya keuangan. Pertahanan terbaik dalam menghadapi persoalan
keuangan adalah dengan mengembangkan sistem informasi keuangan dan kemudian
menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan-pengambilan keputusan bisnis. Tidak ada
wirausahaan yang dapat mengendalikan bisnisnya tanpa mengetahui kesehatan bisnisnya.
Langkah pertama dalam mengelola bisnis secara efektif adalah dengan memiliki modal
permulaan yang cukup terlalu banyak wirausahaan yang memulai bisnis denagn modal yang
terlalu kecil.  Sedangkan sumber daya yang paling berharga untuk bisnis kecil adalah uang tunai
memang menghasilakan laba itu penting untuk dapat bertahan dalam jangaka panjang , tetapi
sebuah perusahaan harus cukup memiliki uang tunai untuk membayar tagihan dan kewajiban
lainnya.
4.    Memahami laporan keuangan. Setiap pemilik bisnis harus mengandalkan catatan
laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan bisnisnya. Hampir selalu catatan-catatan
ini hanya digunakan untuk keperluan pajak dan tidak dimanfaatkan sebagai alat pengendalian
vital. Untuk benar-benar mengenal apa yang terjadi dalam bisnis, seorang wirausaha palingtidak
harus mempunyai pemahaman dasar mengenai akutansi dan keuangan.
5.    Belajar mengelola manusia secara efektif. Tidak menjadi soal apa jenis bisnis yang
akan dilakukan, tetapi harus dapat mempelajari cara mengelola manusia setiap bisnis tergantung
pada landasan karyawan yang terlatih baik dan termotivasi. Tidak ada pemilik bisnis dapat
menerjakan segala sesuatunya dengan sendirian. Orang-orang yang dipekerjakan sang
wirausahawan pada akhirnya akan menentukan seberapa jauh perusahaan akan berkembang atau
seberapa jauh perusahaan akan jatuh meskipun demikian, meregrut dan mempertahankan suatu
korps karyawan yang bermutu bukanlah tugas yang mudah. Persoalan ini selalu merupakan
tantangan bagi setiap pemilik bisnis.
6.    Menjaga kondisi diri. Keberhasilan suatu bisnis akan tergantung pada keberadaan
dan perhatian secara terus menerus, oleh sebab itu seorang wirausahaan perlu memantau
kesehatan diri dengan cermat.

J. Tahap-tahap Kewirausahaan Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha :

1. Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang
mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan franchising. Juga
memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri / manufaktur /
produksi atau jasa.
2. Tahap melaksanakan usaha atau diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini seorang
wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek :
pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana
mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3. Mempertahankan usaha, tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang
telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan
kondisi yang dihadapi
4. Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif
atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu
pilihan yang mungkin diambil.

Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996 : 3), proses kewirausahaan diawali
dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari
pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan
lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk locus of control, kreativitas, keinovasian,
implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausaha yang besar.
Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of
control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari
lingkungan yang mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena
itu, inovasi berkembangan menajdi kewirausahaan melalui proses yang dipengrauhi lingkungan,
organisasi dan keluarga (Suryana, 2001:34). Secara ringkas, model proses kewirausahaan
mencakup tahap-tahap berikut (Alma, 2007:10–12):

1. proses inovasi
2. proses pemicu
3. proses pelaksanaan
4. proses pertumbuhan

Berdasarkan analisis pustaka terkait kewirausahaan, diketahui bahwa aspek-aspek yang perlu


diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah:
 mencari peluang usaha baru : lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang
pernah dilakukan
 pembiayaan : pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana
 SDM : tenaga kerja yang dipergunakan
 kepemilikan : peran-peran dalam pelaksanaan usaha
 organisasi : pembagian kerja diantara tenaga kerja yang dimiliki
 kepemimpinan : kejujuran, agama, tujuan jangka panjang, proses manajerial
(POAC)
 Pemasaran : lokasi dan tempat usaha

K.       Faktor-Faktor Pemicu Kewirausahaan

David C. McClelland (1961: 207) mengemukakan bahwa kewirausahaan ditentukan oleh


motif berprestasi,  optimisme, sikap nilai, dan status kewirausahaan atau keberhasilan. Perilaku
kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal meliputi hak kepemilikan (property
right-PR), kemampuan/kompetensi (ability/competency-C), dan insentif (incentive-I), sedangkan
faktor eksternal meliputi lingkungan (environment-E). Menurut Ibnoe Soedjono, karena
kemampuan afektif mencakup sikap, nilai, aspirasi, perasaan dan emosi yang semuanya sangat
bergantung pada kondisi lingkungan yang ada, amka dimensi kemampuan afektif dan
kemampuan kognitif merupakan bagian dari pendekatan kemampuan kewirausahaan. Jadi,
kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku kewirausahaan dalam
mengombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan berani menghadapi resiko untuk
memperoleh peluang.

L.       Model Proses Kewirausahaan

Model proses perintisan dan pengembangan kewirausahaan ini di gambarkan oleh


Bygrave menjadi urutan langkah-langkah berikut ini.

1.    Innovation ( Inovasi )

Faktor personal yang mendorng inovasi adalah :


a.    Keinginan berprestasi

b.    Adanya sifat penasaran

c.    Keinginan menanggung resiko

d.   Faktor pendidikan dan

e.    Faktor pengalaman

f.     Faktor lingkungan yang medorong inovasi adalah :

1)   Adanya peluang

2)   Pengalaman

3)   Kreativitas

2.    Triggering Event (Pemicu)

a.    Beberapa faktor personal yang mendorong pemicu artinya yang memicu atau
memaksa seseorang untuk terjun kedunia bisnis adalah :

1)   Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang sekarang

2)   Adanya pemutusan hubungan kerja (phk)

3)   Tidak ada pekerjaan lain.

4)   Dorongan karena faktor usia.

5)   Keberanian menanggung resiko.

6)   Komitmen dan minat tinggi terhadap bisnis.

b.    Faktor-faktor lingkungan yang mendorong menjadi pemicu bisnis adalah :

1)   Sumber-suber yang bias di manfaatkan, misalnya tabungan, modal, warisan, memiliki


bangunan yang strategis

2)   Mengikuti latihan-latihan bisnis, kursus bisni.


3.    Implementasi ( Pelaksanaan )

Beberapa faktor personal yang mendorong pelaksanaan dari sebuah binis adalah sebagai
berikut :

a.    Siap mental secara total.

b.    Adanya manajer pelaksana sebagai tangan kanan, pembantu utama.

c.    Adanya komitmen yang tinggi terhadap bisnis.

d.   Adanya visi, pandangan yang jauh ke depan guna mencapai keberhasilan.

4.    Growth ( Proses Pertumbuhan )

a.    Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha sehingga semua rencana dan
pelaksanaan operasional berjalan produktif.

b.     adanya strategi yang mantap sebagai produk dari tim yang kompak.

c.    Adanya roduk yang di banggakan, atau keitimewaan yang dimiliki misalnya kualitas
makanan, lokasi usaha, manajemen, personalia dsb.

d.   Adanya konsumen dan pemasok barang yang continue.

e.    Adanya pihak investor yang memberikan fasilitas keuangan

f.     Adanya kebujaksanaan pemerintahan yang menunjang berupa peraturan bidang


ekonomi yang menguntugkan.

M.      Ciri-ciri Fase Permulaan dan Pertumbuhan Kewirausahaan

Pada umumnya proses pertumbuhan kewirausahaan berkembang melalui tiga proses,


yaitu :

1.  Proses imitasi dan duplikasi (imitating and duplicating).


Pada tahap ini, wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya: memulai usaha
barunya diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang yang
dihasilkan meniru yang sudah ada.

2.  Proses duplikasi dan pengembangan (duplicating and development).

 Pada tahap ini, wirausaha mulai mengembangkan ide barunya. Dalam tahap duplikasi
produksi, wirausaha mulai mengembangkan produksinya melalui deversifikasi dan diferensiasi
dengan model sendiri.

3.  Proses penciptaan (creating) atau disebut proses inovasi dan kreasi yang diawali
dengan teknik produksi baru, mencari bahan baku baru, organisasi usaha baru, dan metode
pemasaran baru seperti halnya proses inovasi dari Schumpeter (1934).

Dilihat prosesnya, Zimmerer (1996: 15-16) membagi tahap perkembangan wirausaha


menjadi dua, yaitu :

a)    Tahap awal (perintisan)

b)    Tahap pertumbuhan

N.      Langkah Menuju Keberhasilan Wirausaha

Untuk menjadi wirausaha yang sukses, pertama-tama harus memiliki ide atau visi bisnis
(business vision) yang jelas, kemudian ada kemauan dan keberanian untuk menghadapi risiko
baik waktu maupun uang. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, lngkah berikutnya
adalah membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan dan menjalankannya. Agar usaha
berhasil, selain harus kerja keras sesuai urgensinya, wiarausaha harus mampu mengembangkan
hubungan, baik dengan mitrausaha maupun dengan semua pihak yang terkait dengan
kepentingan perusahaan. Dalam mengidentifikasi jiwa wirausaha ada beberapa aspek yang
mempengaruhi yaitu:

1.    Lebih suka risiko yang moderet.

2.    Menyenangi pekerjaan yang berkaitan dengan proses mental dengan tujuan utama
adalah pencapaian prestasi
3.    Locus of control internal. Individu yang memiliki locuc of control internal adalah
individu yang memiliki insiatif tinggi, suka bekerja, berusaha mengatasi masalah dengan
mencari akar penyebabnya secara efektif

4.    Kemampuan inovasi dan kreatifitas. Kreatifitas lebih mengacu kepada idea


origination, sedangkan inovasi lebih kepada idea implementation. Sebagai inovator, seorang
wirausaha tdk harus memakai ide sendiri, tetapi dengan kepekaan yang tinggi dan kemampuan
analisis yang baik mampu menggabungkan dan memakai ide yang telah menjadi sesuatu yang
bermanfaat.

5.    Cenderung berpikir panjang, memiliki potensi melakukan visi yang jauh ke depan.
Wirausahawan harus bersifat inpulsif, bukan atas dorongan sesaat dan keberhasilah hanya pada
jangka pendek. Akan tetapi, wirausaha memiliki perencanaan yang seksama serta kendali diri
yang fleksibilitas terhadap perubahan lingkungan.

6.    Kemandirian. Wirausaha adalah seorang yang merdeka lahir batin, lebih suka bekerja
atas kemampuan sendiri. Kemandirian ini didukung dengan kepedulian pada orang lain yang
berara pada lingkungan, menerima kritik dn saran dari orang lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan adalah :

a.    Intelegensi.

Yaitu kemampuan individu secara sadar untuk menyesuaikan pemikirannya tehadap


tuntutan baru, yaitu penyesuaian mental terhadap masalah dan keadaan baru. Intelegensia terkait
denagn pemecahan masalah perencanaan, pengejaran prestasi yang sangat berarti membuka jiwa
wirausaha.

b.    Latar belakang budaya.

Manusia tidak lepas dari lingkungan sekitar, sehingga mereka secara tidak langsung
dibatasi oleh norma/nilai budaya setempat. Kebudayaan adalah cara manusia membentuk dan
menentukan prilaku manusia.

c.    Jenis kelamin.
Pria dilambangkan agresif, independensi, ambisius, sedangkan wanita dilambangkan
sensitif, kooperatif, dan intitutif.

d.   Tingkat pendidikan

e.    Usia.

f.     Pola asuh keluarga

O.       Faktor Penyebab Keberhasilan Dan Kegagalan Berwirausaha

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat


tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer (1996: 14-15) mengemukakan
beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:

1.    Tidak kompeten dalam manajerial.

Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha
merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.

2.    Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan


mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.

3.    Kurang dapat mengendalikan keuangan.

Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan
adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan
memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak
lancar.

4.    Gagal dalam perencanaan.

Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan
maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.

5. Lokasi yang kurang memadai.


Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha.
Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang
efisien.

6.    Kurangnya pengawasan peralatan.

Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan


mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.

7.    Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.

Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan
menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.

8.    Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.

Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi
wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani
mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.

Beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan menurut


Zimmerer (1996-7) :

a.    Pendapatan yang tidak menentu.

Baik pada tahap, awal maupun tahap, pertumbuhan, dalam bisnis tidak ada jaminan untuk
terus memperoleh pendapatan yang berkesinambungan. Dalam kewirausahaan, sewaktu-waktu
bisa rugi dan sewaktu-waktu juga bisa untung. Kondisi yang tidak menentu dapat membuat
seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha.

b.    Kerugian akibat hilangnya modal investasi

Tingkat kegagalan bagi usaha baru sangatlah tinggi. Menurut Yuyun Wirasasmita (1998),
tingkat mortalitas/kegagalan usaha kecil di Indonesia mencapai 78 persen. Kegagalan investasi
mengakibatkan seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Bagi seorang wirausaha,
kegagalan sebaiknya dipandang sebagai pelajaran berharga.
c.    Perlu kerja keras dan waktu yang lama.

Wirausaha biasanya bekerja sendiri mulai dari pembelian, pengolahan, penjualan, dan
pembukuan. Waktu yang lama dan keharusan bekerja keras dalam berwirausaha mengakibatkan
orang yang ingin menjadi wirausaha menjadi mundur. la kurang terbiasa dalam menghadapi
tantangan. Wirausaha yang berhasil pada umumnya menjadikan tantangan sebagai peluang yang
harus dihadapi dan ditekuni.

d.   Kualitas hidup yang tetap rendah meskipaun usahanya telah berhasil.

Kualitas kehidupan yang tidak segera meningkat dalam usaha, akan mengakibatkan
seseorang mundur dari kegiatan berwirausaha. Misalnya, pedagang yang kualitas kehidupannya
tidak meningkat, maka akan mundur dari usaha dagangnya dan masuk ke usaha lain.

Berikut adalah solusi untuk mengatasinya kesalahan-kesalahan dalam wirausaha yang


menyebabkan gagalnya seorang wirausaha :

1)   Mengenal bisnis secara mendalam.

2)   Mengembangkan rencana bisnis yang matang.

3)   Mengelola keuangan.

4)   Memahami laporan keuangan.

5)   Belajar mengelola manusia secara efektif.

6)   Jaga kondisi.

P.       Keuntungan dan Kerugian Berwirausaha

1.    Keuntungan Berwirausaha

a.    Otonomi yaitu pengelolaan yang bebas dan tidak terikat membuat wirausaha menjadi
seorang “bos” yang penuh kepuasan.
b.    Tantangan awal dan perasaan motif berprestasi. Tangtangan awal atau perasaan
bermotivasi yang tinggi merupakan hal yang menggembirakan. Peluang untuk mengembangkan
konsep usaha yang dapat menghasilkan keuntungan sangat memotivasi wirausaha.

c.    Kontrol finansial. Wirausaha memiliki kebebasan untuk mengelola keuangan dan


merasa kekayaan sebagai milik sendiri.

2.    Kerugian Berwirausaha

a.    Pengorbanan persoanal. Pada awalnya, wirausaha harus bekerja dengan waktu yang
lama dan sibuk. Sedikit sekali waktu yang tersedia

b.    Beban tanggung jawab. Wirausaha harus mengelola semua fungsi bisnis, baik
pemasaran, keuangan, personal, maupun pengadaan dan pelatihan.

c.    Kecilnya margin keuntungan dan besarnya kemungkinan gagal. Karena wirausaha


menggunakan sumber daya miliknya sendiri, maka margin laba/keuntungan yang diperoleh akan
relatif kecil.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan

Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi oleh sifat dan kepribadian
seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration. bahwa kewirausahaan
yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian. Seperti telah diungkapkan bahwa
wirausaha sebenarnya adalah seorang inovator atau individu yang mempunyai kemampuan
naluriah untuk melihat benda-benda materi sedemikian rupa yang kemudian terbukti benar,
mempunyai semangat.

Proses kewirausahaan meliputi hal-hal yang lebih dari sekedar melaksanakan kegiatan
pemecahan masalah dalam sebuah posisi manajemen. Seorang wirausaha perlu mencari,
mengevaluasi serta mengembangkan peluang-peluang dengan jalan mengatasi sejumlah kekuatan
yang menghalangi penciptaan sesuatu hal yang baru.

B.  Saran
Kami  sebagai penulis makalah ini menyarankan kepada para pembaca agar memberikan
kritik dan sarannya terhadap makalah ini, supanya kedepannya kami bisa memperbaiki dan tidak
mengulangi kesalahan yang sama lagi. Dan kami juga minta maaf atas kekurangan dari makalah
ini, karena kami bersifat khilaf dan lupa.

Disarankan bagi mahasiswa yang nantinya akan memulai berwirausaha untuk meneladani
dan dapat mencontoh sikap, karakteristik, dan sebagainya dari apa yang tertulis di Bab
Pembahasan di atas. Seorang wirausaha memang perlu untuk menghadapi sebuah risiko, karena
dari proses risiko itu sendiri nantinya akan membawa sesuatu yang besar. Dan juga semangat,
kerja keras, ulet, serta tidak putus asa sikap yang sangat dibutuhkan oleh seorang wirausaha agar
terus berkarya dengan usaha yang di jalankannya.

                                       
DAFTAR PUSTAKA

Geoffrey, G., Kewirausahaan: Teori dan Praktek, Jakarta: PPM, 2002.


Syuryana, Kewirausahaan :pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukse, Jakarta:
Salemba Empat, 2003.
Buchori Alma, Kewirausahaan, Bandung Alfabeta: 2003.
Arman, Bustanul dan Muh. Noer, Mengembangkan Spirit Entrepreneur Muda
Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 1996.
Justin, Dkk, Kewirausahaan Menajemen Usaha Kecil, (Jakarta: Salemba Empat,
2000.
Hendro.2011.Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Dr.Suryana, M.Si. 2006. Kewirausahaan. Jakarta : Salemba Empat.
Adji Wahyu, Suwerli, & Suratno. Editor : Setiawan Yusuf. S, Utami Diyah .P.
2007. Kewirausahaan,  Jakarta: Penerbit Erlangga.

[1] Arman, Bustanul dan Muh. Noer, Mengembangkan Spirit Entrepreneur Muda


Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 1996). Hlm. 97
[2] Justin, Dkk, Kewirausahaan Menajemen Usaha Kecil, (Jakarta: Salemba Empat,
2000). Hlm. 7-9
[3] Buchori Alma, Kewirausahaan,  (Bandung Alfabeta: 2003). Hlm. 54
[4] Ibid.
[5] Syuryana, Kewirausahaan :pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju
Sukse, (Jakarta: Salemba Empat, 2003). Hlm. 59
[6] Ibid., Hlm. 62
[7]G. Geoffrey, Kewirausahaan: Teori dan Praktek, (Jakarta: PPM, 2002). Hlm. 80
[8] Ibid.,Hlm. 82
[9] G. Geoffrey, Op. Cit., Hlm. 85

Anda mungkin juga menyukai