Anda di halaman 1dari 27

Bab 8

Memulai Membangun
Wira Usaha Baru

112
8.1. Memulai Wira Usaha
Peggy Lambing dan Charles R. Kuehl (2000:4)
mengemukakan beberapa kemungkinan tipe aktivitas
kewirausahaan (entrepreneurial) sebagai berikut:
1. Misalnya, Steven Jobs seseorang yang mendirikan Apple
Computer and NEXT, dan Bill Gate pendiri Microsoft.
2. Konsep yang sudah ada, tetapi dengan bisnis baru, yaitu
orang yang memulai bisnis baru berdasarkan pada
konsep lama. Wirausaha dengan konsep baru dan
bisnis baru, yaitu wirausahawan yang mengembangkan
suatu produk baru atau suatu ide baru, dalam
mengembangkan bisnis dengan konsep baru. Banyak
para wirausahawan/erctrepreneur yang memulai
usaha dan bersaing dengan
pengusaha yang ada, dengan harapan ia akan
menyediakan sesuatu yang baru dan lebih baik, yang
dihasilkan dari kreativitas.
3. Membeli perusahaan dengan konsep yang sudah ada
dan bisnis yang sudah ada, yaitu orang yang membeli
perusahaan yang sudah ada tanpa perencanaan untuk
mengubah operasi perusahaan. Ini biasanya kurang
kreatif dan kurang inovasi, tetapi memiliki keberanian
menghadapi risiko secara finansial, dan orang tersebut
masih dinamakan entrepreneur.

8.2. Memasuki Usaha Baru


Wirausahaan harus memahami bahwa ada tiga cara yang
dapat dilakukan untuk memulai atau memasuki usaha
baru atau bisnis baru, yaitu meliputi hal-hal berikut.
1. Mendirikan usaha baru.
Merintis usaha baru dilakukan dengan membentuk
dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan
modal, ide, organisasi, dan manajemen yang
dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang
dapat dirintis, yaitu mencakup perusahaan berikut.
a. Perusahaan milik sendiri/perorangan (sole
proprietorship), yaitu bentuk usaha yang
dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang.
b. Persekutuan (partnership), yaitu kerja sama
(asosiasi) antara dua orang atau lebih.
c. Perusahaan berbadan hukurn (corporation),
113
yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar
badan hukum dengan modal berupa saham.
2. Membeli perusahaan (buying).
Membeli perusahaan orang lain, yaitu dengan
membeli perusahaan yang telah didirikan atau
dirintis dan diorganisasikan oleh orang lain
dengan nama (goodwill) dan organisasi usaha yang
sudah ada. Membeli perusahaan orang lain pasti ada
keuntungan dan kerugiannya, baik secara goodwill
maupun finansial.
3. Waralaba (franchising).
Waralaba merupakan kerja sama yang biasanya
dengan dukungan awal, seperti pemilihan tempat,
rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus
kerja, pemilihan karyawan, pembukuan,
pencatatan dan akuntansi, konsultasi, penetapan
standar, promosi, pengendalian kualitas, riset,
nasihat hukum, dan sumber-sumber permodalan.
Waralaba (franchising) ialah kerja sama antara
terwaralaba (franchisee) dengan pewaralaba
(franchisor/parent company) dalam mengadakan
persetujuan jual-beli hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha (waralaba).

8.3. Memiliki kecakapan untuk Bekerja


Sebagai pengelola dan pemilik usaha atau
pelaksana usaha, ia harus memiliki kecakapan
untuk bekerja, mengorganisasikan, kreatif, dan
lebih menyukai tantangan. Pada bab sebelumnya
telah dikemukakan bahwa untuk memasuki dunia
usaha seseorang harus memiliki jiwa
kewirausahaan karena wirausahawan adalah orang
yang mengorganisasikan, mengelola, dan memiliki
keberanian menghadapi risiko.

Peggy Lambing (2000:90) dari hasil survei yang


dilakukan oleh, sekitar 43% responden (wirausahawan)
mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh
ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat
profesional lainnya. Mereka mengetahui cara-cara
mengoperasikan perusahaan melalui pengalaman
sebelumnya. Sebanyak 15% responden telah mencoba dan
114
merasa mampu mengerjakannya dengan lebih baik.
Sebanyak 1 dari 10 responden (11% dari wirausahawan)
yang disurvei memulai usaha untuk memenuhi peluang
pasar, sedangkan sebanyak 46% sisanya disebabkan hobi.
Masih menurut Lambing (2000: 91-92), ada dua
pendekatan utama yang digunakan wirausahawan untuk
mencari peluang dengan mendirikan usaha baru, yaitu
sebagai berikut.
1. Pendekatan "inside-out" atau "idea generation",
yaitu pendekatan yang berdasarkan pada
gagasan sebagai kunci yang menentukan
keberhasilan usaha. Pendekatan "inside-out" atau
disebut dengan "idea generation", yaitu
pendekatan yang berdasarkan pada gagasan
sebagai kunci yang menentukan keberhasilan
usaha. Mereka melihat keterampilan sendiri,
kemampuan, latar belakang, dan sebagainya
yang menentukan jenis usaha yang akan dirintis.
2. Pendekatan "out-side in" atau "opportunity
recognition", yaitu pendekatan yang menekankan
basis ide merespons kebutuhan pasar sebab
kunci keberhasilan. Pendekatan "the out-side
in" yang juga disebut "opportune recognition",
yaitu pendekatan yang menekankan pada basis
ide, suatu perusahaan akan berhasil apabila
menanggapi atau menciptakan suatu kebutuhan
di pasar. Opportunity recognition tidak lain
adalah pengamat lingkungan, yaitu alat
pengembangan yang akan ditransfer menjadi
peluang peluang ekonomi.
3. Berita-berita peluang tersebut menurut Lambing
(2000: 92) bersumber dari hal-hal sebagai
berikut.
a. Jurnal perdagangan dan pameran dagang.
b. Publikasi pemerintah.
c. Informasi lisensi produkyang disediakan oleh
d. Pialang saham, universitas dan perusahaan
lainnya.
e. Suratkabar.
f. Laporan periodik tentang perubahan
ekonomi.

115
Masih menurut Lambing, keunggulan dari
pendatang baru di pasar adalah dapat mengidentifikasi
"kebutuhan pelanggan" dan "kemampuan bersaing”.
Berdasarkan pada pendekatan "in-side out", maka bagi
seseorang yang akan memulai usaha harus memiliki
kompetensi. Menurut Norman Scarborough (1993:3),
kompetensi usaha yang diperlukan meliputi beberapa
kemampuan berikut.

1. Keuangan, yaitu kemampuan tentang bagaimana


memperoleh sumber-sumber dana dan cara
menggunakannya.
2. Komunikasi, yaitu kemampuan tentang bagaimana cara
mencari, memelihara, dan mengembangkan relasi serta
kemampuankomunikasi dan negosiasi
3. Teknis, yaitu kemampuan tentang bagaimana
memproduksi barang dan jasa serta cara
menyajikannya.
4. Marketing, yaitu kemampuan tentang bagaimana
menemukan pasar dan pelanggan serta harga yang
tepat.

Seseorang dalam memasuki arena bisnis atau


memulai usaha baru, dituntut tidak hanya memiliki
kemampuan, tetapi juga ide dan kemauan. Seperti telah
disinggung, ide dan kemauan tersebut harus diwujudkan
dalam bentuk barang dan jasa yang laku di pasar.

ANDA IDE UANG +FASILITAS BARANG PASAR


+ +KREDIT
+ ORANG + +
JASA + + UANG + PROFIT
+

Gambar 8.1 Bagan Proses Bisnis


Sumber: Norman Scarborough, Effective Small Business
Management, (1993), hal 3.

Gambar 8.1 merupakan bagan proses bisnis yang


diawali dengan seseorang yang memiliki ide. Pada bagan
tersebut dapat kita ketahui bahwa usaha harus diawali
dengan ide. Setelah ide, langkah berikutnya adalah mencari
sumber dana dan fasilitas, baik barang, uang maupun
orang/pemodal. Sumber dana tersebut adalah berasal dari
116
badan-badan keuangan, seperti bank dalam bentuk kredit
atau orang yang bersedia menjadi penyandang dana.
Barang dan jasa, tentu saja, yang akan dijadikan objek
bisnis tersebut harus memiliki pasar. Oleh karena itu,
mengamati peluang pasar merupakan langkah yang
harus dilakukan sebelum produk barang dan jasa
diciptakan. Apabila peluang pasar untuk barang dan jasa
sudah tersedia, barang dan jasa akan mudah laku dan
segera mendatangkan keuntungan.
Seseorang dalam merintis usaha baru, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan, dibawah ini
1. Lokasi usaha yang akan dipilih.
2. Bentuk organisasi usaha yang akan digunakan.
3. Macam dan jenis usaha yang dimasuki.
4. Bentuk kepemilikan yang akan dipilih.
5. Adanya jaminan usaha yang mungkin diperoleh.
6. Lingkungan usaha yang akan mndukung.

8.4. Pilihan Jenis Usaha


Beberapa jenis usaha yang bisa dimasuki meliputi
bidang-bidang sesuai dengan passion kita masing-
masing berikut.
1. Dagang, meliputi usaha perdagangan kecil (ritel),
grosir, agen, dan ekspor-impor.
2. Jasa finansial , meliputi usaha perbankan, asuransi,
dan koperasi.
3. Usaha perorangan, meliputi usaha potong rambut,
salon, laundry/penatu, katering.
4. Jasa umum, meliputi usaha pengangkutan,
pergudangan, wartel, dan distribusi.
5. Jasa pariwisata , meliputi berbagai
kelompokPertanian, meliputi usaha pertanian,
kehutanan, perikanan, dan perkebunan.
6. Eksplorasi partambangan, meliputi usaha galian pasir,
galian tanah, batu, dan bata.
7. Pabrikasi meliputi usaha industri, perakitan, dan
sintesis.
8. Arsitek, meliputi usaha konstruksi bangunan,
jembatan, pengairan, dan jalan raya.

Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 9/1990


tentang Kepariwisataan, terdapat 86 jenis usaha wisata
117
yang bisa dirintis yang terbagi dalam tiga kelompok
usaha wisata, yaitu sebagai berikut.
1. Usaha Jasa Pariwisata
a. Jasa konvensi perjalanan intensif dan pameran;
b. Jasa impresariat;
c. Jasa konsultan pariwisata;
d. Jasa informasi pariwisata.
e. Jasa biro perjalanan wisata; .
f. Jasa agen perjalanan wisata;
g. Jasa pramuwisata;
2. Usaha Objek dan Daya Tarik Wisata
a. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata
budaya;
b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat
khusus.
c. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam.
3. Usaha sarana wisata
a. Penyediaan akomodasi;
b. Penyediaan makanan dan minuman;
c. Penyediaan angkutan wisata;
d. Penyediaan sarana wisata dan sebagainya.
8.5. Bentuk Kepemilikan
Seorang calon wirausaha, setelah menentukan bidang
dan jenis usaha yang akan dipilih, langkah selanjutnya
adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha.
Pemilihan bentuk kepemilikan badan usaha ditentukan
oleh besar kecilnya skala usaha dan sumber daya yang
dimiliki.
Beberapa bentuk kepemilikan usaha yang bisa
dipilih, yaitu sebagai berikut.
1. Perusahaan perorangan, adalah perusahaan yang
dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang. Kelebihan
dari bentuk perusahaan ini adalah mudah untuk
didirikan, cost operasi rendah, bebas dalam pengelolaan,
dan memiliki daya rangsang yang lebih tinggi.
2. Persekutuan, adalah asosiasi yang didirikan oleh 2 orang
atau lebih yang menjadi pemilik bersama dari suatu
perusahaan. Dalam persekutuan terdapat dua macam
anggota, yaitu: (a) Sekutu umum, yaitu anggota yang
aktif dan duduk sebagai pengurus persekutuan; dan (b)
Sekutu terbatas, merupakan anggota yang bertanggung
jawab terbatas terhadap utang perusahaan sebesar
118
modal yang disetorkannya dan orang tersebut tidak
aktif dalam perusahaan.
3. Perseroan, adalah perusahaan yang anggotanya
terdiri atas para pemegang saham, yang mempunyai
tanggung jawab terbatas terhadap utang-
utangperusahaan sebesar modal disetor.
4. Firma, adalah persekutuan yang menjalankan
perusahaan di bawah nama bersama. Jika untung,
keuntungan dibagi bersama, sebaliknya jika rugi
ditanggung bersama. Dalam firma terdapat tanggung
jawab renteng antara anggota.

8.6. Lokasi Usaha


Pemilihan lokasi usaha harus mempertimbangkan aspek
efisiensi dan efektivitas. Dalam menentukan tempat usaha
harus dipertimbangkan beberapa hal dibawah ini.
1. Apakah lokasi usaha tersebut mudah dijangkau oleh
konsumen, pelanggan, atau pasar? Bagaimana akses
pasarnya?
2. Apakah lokasi usaha dekat ke sumber tenaga kerja?
3. Apakah dekat ke akses bahan mentah dan bahan
penolong lainnya, seperti alat pengangkut dan akses
jalan raya?
Wirausaha dalam menentukan lokasi usaha, harus
dipertimbangkan aspek efisiensi dan efektivitas. Lokasi
perusahaan harus mudah dijangkau dan efisien, baik bagi
perusahaan maupun konsumen. Untuk menentukan lokasi
atau tempat usaha, terdapat beberapa alternatif yang
bisa kita pilih, yaitu meliputi alternatif berikut.

1. Joint atau kerja sama bagi hasil bila memungkinkan


2. Membangun jika ada lokasi yang strategis.
3. Membeli atau menyewa jika lebih strategis dan
menguntungkan.

8.7. Struktur Organisasi


Struktur dan kompleksitas organisasi usaha bergantung
pada lingkup, cakupan, dan skala usaha yang akan
dimasuki. Semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks
organisasinya. Sebaliknya semakin kecil lingkup usaha,
maka semak sederhana organisasinya. Pada lingkup atau
skala usaha kecil, organisasi us pada umumnya dikelola
119
sendiri.
Pengusaha kecil pada umumnya berperan sebagai
manajer pemilik usaha kecil atau operator usaha kecil.
Meskipu pengusaha usaha kecil identik dengan manajer
pemilik usaha kecil, jika skala dan lingkup usahanya
semakin besar, maka pengelolaannya tidak bis dikerjakan
sendiri, akan tetapi harus melibatkan orang lain.
Bagian-bagian kegiatan bisnis tertentu, seperti
bagian penjualan, pembelian, administrasi, dan keuangan
masing-masing memerlukan tenaga tersendiri dan perlu
bantuan orang lain. Gambar 8.2 (a), (b), (c) merupakan
struktur organisasi intern sesuai dengan perkembangan
perusahaan. Ada tiga jenis, yaitu: (a) Struktur Organisasi
Usaha Sederhana, (b) Struktur Organisasi Pertumbuhan
Usaha Terbatas, (c) Struktur Organisasi Usaha Sistem
Departemen.

WIRAUSAHAWAN

KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN

Sumber: Peggy Lambing dan Charles R. Kuehl (2016:47)

Gambar: 8.2. a) Struktur Organisasi Usaha Sederhana

WIRAUSAHAWAN

PERSONALIA PRODUKSI KEUANGAN PEMASARAN

K K K K K K K K K K K K

Sumber: Peggy Lambing dan Charles R. Kuehl (2016:47)

Gambar 8.2 b) Struktur Organisasi Pertumbuhan Usaha Terbatas

120
WIRAUSAHAWAN

MANAGER MANAGER

KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN KARYAWAN

Sumber: Peggy Lambing dan Charles R. Kuehl (2016:47)

Gambar 8.2. c) Struktur Organisasi Sistem Departemen

Perseroan terbatas (PT) dan CV, dalam perusahaan


yang lebih besar, maka organisasi perusahaan lebih
kompleks lagi. Secara hierarkis, organisasi perusahaan
terdiri atas beberapa tingkatan, yaitu rapat umum
pemegang saham, dewan direksi, direktur, dan tim
manajer. Rapat pemegang saham dalam perusahaan besar
adalah pemegang kekuasaan tertinggi yang bertugas
mengangkat dewan direksi dan direktur. Tugas dewan
direksi adalah mengawasi kegiatan direksi dalam
menjalankan perusahaan. Untuk menjamin kelancaran
perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya, direksi
mengangkat beberapa orang manajer.
Gambar 8.3 mengilustrasikan struktur organisasi
perusahaan besar dalam bentuk organisasi garis atau lini.

121
DEWAN
DIREKSI

DIREKSI

MANAGER MANAGER MANAGER MANAGER


PRODUKSI PERSONALIA KEUANGAN PEMASARAN

DMSI BAGIAN BAGIAN CABANG

KARYAWAN

Sumber: Peggy Lambing dan Charles R. Kuehl (2016:47)

Gambar 8.3 Bagan Struktur Organisasi Garis pada


Perusahaan Besar

Perusahaan kecil, dilihat dari fungsi kewirausahaan


dan manajemen, dalam, fungsi manajemen relatif tidak
begitu besar, sedangkan fungsi kewirausahaan sangat
besar perannya karena dasarnya adalah kreativitas dan
inovasi. Sebaliknya, dalam perusahaan besar, fungsi
kewirausahaan relatif tidak begitu besar, sedangkan fungsi
manajemen sangat besar karena dasarnya adalah fungsi-
fungsi manajemen.
Oleh karena itu, semakin besar perusahaan, maka
semakin besar pula fungsi manajerial karena dasarnya
adalah fungsi-fungsi manajemen dan kemampuan.
Sebaliknya, semakin kecil perusahaan, maka semakin besar
fungsi kewirausahaan karena yang mendasarinya adalah
motivasi dan kemauan.
Gambar 8.4 garis diagonal menggambarkan
kecenderungan semakin besar atau semakin kecilnya
fungsi manajemen dan fungsi kewirausahaan dalam
perusahaan kecil dan perusahaan besar. Fungsi
kewirausahaan pada dasarnya adalah kreativitas dan
inovasi. Sementara itu, fungsi manajerial pada dasarnya
adalah fungsi-fungsi manajemen. Namun demikian, baik
perusahaan keol, menengah maupun perusahaan besar
perlu memUiki jiwa kewirausahaan yang seimbang untuk

122
mera.h keungg, pasar. Dengan berjiwa kewirausahaan
(berpikir kreatif dan bertindak inovatif), maka perusahaan
akan mampu menciptakan produk-produk unggul sebagai
peluang baru.

8.8. Lingkungan Bisnis

INFLASI TEKNOLOGI
KARYAWAN

PEMASOK BISNIS PELANGGAN

DEMOGRAFI PENYALUR SOSIOPOLITIK


GAYA HIDUP

Gambar 8.5 Lingkungan Bisnis

Lingkungan bisnis tidak dapat diabaikan begitu saja.


Lingkungan usaha dapat menjadi pendorong ataupun
penghambat jalannya perusahaan. Lingkungan yang dapat
memengaruhi jalannya usaha/perusahaan adalah
lingkungan mikro dan makro. Lingkungan mikro dan
makro berpengaruh terhadap kegagalan dan keberhasilan
usaha.
Gambar 10.5 mengilustrasikan lingkungan mikro
dan makro yang sangat berpengaruh terhadap jalannya
perusahaan.

1. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitan
langsung dengan operasional perusahaan, seperti
pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer,
direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Lingkungan mikro adalah pemangku kepentingan yang
berhubungan langsung dengan perusahaan, terutama
dalam mengambil keputusan.
123
Sejalan dengan pergeseran strategi pemasaran,
yaitu dari laba perusahaan ke manfaat bagi pemangku
kepentingan, maka lingkungan internal, baik perorangan
maupun kelompok yang mempunyai kepentingan pada
perusahaan akan sangat berpengaruh. Yang termasuk
kelompok yang berkepentingan dan mengharapkan
kepuasan dari perusahaan, di antaranya sebagai berikut.

a. Supplier (Pemasok)
Supplier berkepentingan dalam menyediakan raw
material kepada perusahaan. Agar perusahaan dapat
memuaskan pembeli/pelanggan, perusahaan tersebut
harus memproduksi barang dan jasa yang bermutu
tinggi. Hal ini bisa dicapai apabila bahan baku dari
pemasok berkualitas, tepat waktu, dan cukup
jumlahnya.
b. Customer (Pelanggan)
Customer atau pelanggan merupakan lingkungan yang
sangat berpengaruh karena dapat memberi informasi
bagi perusahaan. Konsumen yang kecewa karena tidak
memperoleh manfaat dari perusahaan, misalnya akibat
mutu, harga, dan waktu yang tidak memadai, akan
cenderung untuk pindah dan berlangganan kepada
perusahaan lain.
c. Karyawan
Karyawan adalah orang pertama yang terlibat dalam
perusahaan. Karyawan akan berusaha bekerja dengan
baik bila memperoleh manfaat dari perusahaan.
Semangat kerja yang tinggi, pelayanan yang baik, dan
produktivitas yang tinggi akan terjadi apabila mereka
mendapat gaji yang cukup, masa depan yang terjamin,
dan kenaikan jenjang kepangkatan yang teratur. Jika
tidak, karyawan akan kurang termotivasi, kurang
produktif, kurang kreatif, dan akan merugikan
perusahaan.
d. Distributor
Distributor merupakan lingkungan yang sangat penting
dalam perusahaan karena dapat memperlancar
penjualan. Distributor yang kurang mendapat manfaat
dari perusahaan akan menghambat pengiriman
sehingga barang akan terlambat datang ke konsumen
atau pasar.
124
2. Lingkungan Makro
Lingkungan makro adalah pemegang saham di luar
perusahaan yang berpengaruh tidak langsung terhadap jalannya
perusahaan. Lingkungan makro adalah lingkungan di luar
perusahaan yang dapat memengaruhi daya hidup perusahaan
secara keseluruhan, yang meliputi hal-hal berikut.
1. Economics Environment (Lingkungan Ekonomi)
Variabel-variabel ekonomi, seperti tingkat inflasi,
tingkat bunga, dan fluktuasi mata uang asing, baik
langsung maupun tidak akan berpengaruh terhadap
perusahaan. E lokal, regional, nasional, dan global akan
berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan
biaya perusahaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan
ekonomi. Inflasi atau kenaikan harga-harga akan
mempersulit para pengusaha dalam memproyeksikan
usahanya. Demikian juga, kenaikan suku bunga dan
fluktuasi mata uang asing akan menyulitkan perusahaan
dalam mengalkulasikan keuangannya.
2. Technological Environment (Lingkungan Teknologi)
Teknologi baru telah menciptakan produk-produk baru
dan modifikasi produk lainnya. Demikian juga, bidang
usaha jasa telah banyak dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi Kekuatan teknologi dan kecenderungan
perubahan sangat berpengaruh terhadap perusahaan.
Perubahan teknologi yang secara drastis dalam abad
terakhir ini telah memperluas skala industri secara
keseluruhan. Kemajuan teknologi dalam menciptakan
barang dan jasa telah mampu memenuhi kebutuhan dan
permintaan pasar secara cepat. Oleh karena itu,
kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai
tambah secara cepat melalui perubahan teknologi
harus diperhatikan
oleh perusahaan tersebut.
3. Sociopolitical Environment (Lingkungan Sosiopolitik)
Kekuatan sosial dan politik, kecenderungan, dan
konteksnya perlu diperhatikan untuk menentukan
seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh
terhadap tingkah laku masyarakat. Dalam beberapa
hal, perubahan kekuatan politik berpengaruh terhadap
perubahan pemerintahan, dan secara tidak langsung
berdampak pada perubahan ekonomi. Misalnya, adanya
kekacauan politik dan kerusuhan selalu membawa
125
sentimen pasar. Perubahan investasi pemerintah dalam
bidang teknologi juga sangat berpengaruh terhadap
kondisi perekonomianDemography and Lifestyle
(Demografi dan Gaya Hidup)
Kelompok-kelompok masyarakat, gaya hidup, kebiasaan,
pendapatan, dan struktur masyarakat bisa mi peluang
Produk barang dan jasa yang dihasilkan sering kali
dipengaruh perubahan demografi dan gaya hidup. Pada
prinsipnya, semua lingkungan tersebut bisa menciptakan
peluang bagi wirausahawan.
Zimmerer (1996: 98), menganalisis peluang baru dari
lingkungan tersebut dengan menyebutnya sebagai pengamatan
lingkungan, yaitu proses di semua sektor kritis lingkungan yang
memengaruhi perusahaan baru diamati dievaluasi, dan diuji
untuk menentukan pengaruh perubahan yang terjadi dalam
lingkungan tersebut terhadap potensi perusahaan. Pengamatan
lingkungan adalah proses di mana semua sektor lingkungan
diamati, dievaluasi, dan diuji untuk menentukan pengaruh
perubahan lingkungan terhadap perusahaan.
Zimmerer menganalisis peluang baru tersebut dalam
bentuk analisis dampak silang (cross-impact analysis) seperti
tampak pada Gambar 10.6. Peluang baru dalam bisnis diperoleh
dari berbagai lingkungan tersebut. Maksud dari proses
pengamatan ini adalah untuk mengidentifikasi peluang-peluang
atau tantangan baru yang tercipta akibat perubahan
lingkungan.
Kecenderungan
Ekonomi

Faktor Demografi Lingkungan


dan Gaya Hidup PELUANG Sosial Politik
BARU

Kemajuan
Teknologi

Sumber: Thomas Zimmener, op.cit, (1996: 96)

Gambar 8.6 Analisis Dampak Silang

126
8.9. Barrier Entering Industry
Menurut Peggy Lambing (2000:95,) ada beberapa
hambatan untuk memasuki industri baru, yaitu yang
meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Respons dari pesaing yang secara agresif akan


mempertahankan pangsa pasar yang ada.
b. Attitudes and habits pelanggan. Loyalitas pelanggan
kepada perusahaan baru masih kurang. Sebaliknya,
perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan karena
telah lama mengetahui sikap dan kebiasaan
pelanggannya.
c. Biaya perubahan (cost of change) yaitu biaya yang
diperlukan untuk pelatihan kembali para karyawan dan
penggantian alat serta sistem yang lama.
Wirausaha dapat melakukan dengan beberapa cara atau
bentuk kerjasama.
1. Membeli Perusahaan yang Sudah Ada
Beberapa wirausaha mengungkapkan banyak alasan
mengapa seseorang memilih membeli perusahaan
yang sudah ada daripada mendirikan atau merintis
usaha baru, antara lain risiko yang lebih rendah,
mudah. Apakah Anda lebih menyukai untuk membeli
perusahaan yang sudah ada? Ataukah lebih menyukai
untuk merintis perusahaan baru yang belum ada
sebelumnya? Membeli perusahaan baru memiliki
risiko yang sedikit karena kemungkinan gagal lebih
kecil, waktu lebih sedikit, dan tenaga yang diperlukan.
Perhatikan berbagai pertimbangan berikut ini. dan
memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang
bisa ditawar. Di samping itu, membeli perusahaan yang
sudah ada juga memiliki peluang harga yang relatif
lebih rendah dibanding dengan merintis usaha baru.
Namun demikian, membeli perusahaan yang sudah
ada juga mengandung kerugian dan permasalahan,
baik eksternal maupun internal.
a. Beberapa pertanyaan mendasar dalam
menghadapi lingkungan eksternal, misalnya:
apakah perusahaan yang dibeli memiliki daya
saing harga di pasar, khususnya dalam harga dan
kualitas? Masalah eksternal, yaitu lingkungan
seperti banyaknya pesaing dan ukuran peluang
127
pasar. Apakah ada perubahan teknologi yang
dapat memengaruhi perusahaan yang dibeli?
Setiap pembelian perusahaan harus
memperhatikan lingkungan yang
memengaruhinya. Bagaimana segmen pasarnya?
Sejauh mana agresivitas pesaingnya? Apakah ada
industri yangdominan? Bagaimana ukuran dan
pertumbuhan pasarnya?
b. Masalah-masalah internal misalnya masalah citra
atau reputasi perusahaan, seperti masalah
karyawan, konflik antara manajemen dan
karyawan yang sukar diselesaikan oleh pemilik
yang baru, yaitu masalah-masalah yang ada dalam
perusahaan, masalah lokasi, dan masalah masa
depan perusahaan lainnya.
Menurut Zimmerer (1996), aspek-aspek meliputi
hal-hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
kontrak jual beli, terdapat beberapa aspek yang harus
dicermati dan dianalisis oleh pembeli sebagaimana di
bawah ini.
a. Ketahui di mana lokasi perusahaan tersebut?
b. Harga tawaran yang rasional untuk membeli
perusahaan tersebut?
c. Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih
menguntungkan daripada merintis sendiri usaha
baru?
d. Experience apa yang dimiliki untuk mengoperasikan
perusahaan tersebut?
e. Problem, mengapa perusahaan tersebut berhasil,
tetapi kritis?
Perusahan-perusahaan yang sudah ada tidaklah
mudah untuk membeli. Seorang wirausahawan yang
akan membeli perusahaan selain harus mempertim-
bangkan berbagai keterampilan, kemampuan, dan
kepentingan pembelian. Pembeli juga juga harus
memperhatikan sumber-sumber potensial perusahaan
yang akan dibeli, di antaranya mencakup hal-hal
berikut.
a. Net working bisnis dan sosial perusahaan yang akan
dibeli.
b. Pedagang perantara penjual perusahaan yang akan
dibeli.
128
c. Bank investor yang melayani perusahaan.
d. Kontak-kontak perusahaan, seperti pemasok,
distributor, pelanggan, dan lainnya yang erat
kaitannya dengan kepentingan perusahaan yang
akan
dibeli.
e. Jurnal perdagangan Daftar majalah dan yang
digunakan oleh perusahaan yang akan dibeli.

Zimmerer (1996:78) tampak lebih eksplisit


daripada Lambing mengenai alasan mengapa
seseorang membeli perusahaan. Beberapa aspek yang
harus dipertimbangkan dalam membeli perusahaan,
yaitu alasan pemilik untuk menjual perusahaan, potensi,
aspek legal, dan kondisi keuangannya. Menurutnya, ada
lima hal kritis untuk menganalisis perusahaan yang
akan dibeli, yaitu mencakup hal-hal berikut.
a. Mengapa perusahaan di jual.
Ada beberapa jenis kekayaan yang harus
diperhatikan, misalnya aset berwujud (tangible
asset: peralatan, daftar piutang, susunan leasing,
business record), dan aset takberwujud intangible
asset: merek dagang, paten, hak cipta, goodwill), lokasi,
dan penampilan. Apakah kekayaannya berwujud
(tangible) atau takberwujud (intangible)'? Apakah
masih prospektif dan layak guna (up-to-date) serta
efisiensi?
b. Apakah produk dan jasa masih potensi untuk
dijual?
Potensi pasar apa yang dimiliki barang dan jasa yang
dihasilkan? Ada dua aspek yang harus dianalisis,
yaitu: (1) komposisi dan karakteristik pelanggan,
(2) komposisi dan karakteristik pesaing yang ada.
c. Akta jual beli perusahaan.
Aspek legal yang harus dipertimbangkan, yaitu
menyangkut prosedur pemindahan kekayaan dan
balik nama dari penjual ke pembeli.
d. Kondisi finansial perusahaan yang dijual.
Bagaimana potensi keuntungan yang akan diperoleh?
Bagaimana kondisi Finansial perusahaan yang akan
dijual tersebut, apakah "sehat" atau tidak?
Bagaimana
129
laporan rugi labanya selama lima tahun terakhir?
Bagaimana pajak dan pendapatannya? Bagaimana
kompensasi laba bagi pemilik?
Langkah-langkah yang harus diambil setelah
menganalisis perusahaan yang akan dibeli, dalam pembelian
suatu perusahaan meliputi hal-hal berikut.
a. Pertimbangkan lokasi yang diinginkan. Tempat
seperti apa yang Anda inginkan?
b. Pertimbangkan kembali gaya hidup. Apakah Anda
ingin memiliki perusahaan ini selama-lamanya atau
hanya untuk kesenangan?
c. Jajaki penyandang dana sebelumnya.
d. Persiapkan bahwa Anda akan menjadi pedagang.
e. Tetapkan perusahaan yang ingin Anda beli.
f. Pilihlah penjual terbaik. Apa alasan menjual
perusahaan tersebut?
g. Adakan penelitian sebelum Anda menyetujuinya dan
buatlah surat perjanjian dalam bentuk yang spesifik,
misalnya jangka waktu pembayaran berakhir.
h. Jangan lupa untuk menilai karyawan dan yakinkan
bahwa harga yang ditawarkan itu mencerminkan nilai
perusahaan.
i. Yakinkan bahwa Anda tidak akan merintis usaha baru.
Pertimbangkan alasan membeli perusahaan
daripada merintis usaha baru atau waralaba.
3. Waralaba
Waralaba (franchising) adalah kerja sama manajemen
untuk menjalankan perusahaan cabang atau penyalur.
Inti dari waralaba adalah memberi hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk.
KERJA SAMA WARALABA

FRANCHISOR: FRANCHISOR:
Manajernen +Teknik Manajernen +Teknik
Pelatihan + Ide Pelatihan + Ide
Nama Perusahaan + Nama Perusahaan + Pengalaman
Pengalaman Know-how + Logo Know-how + Logo

Sumber: Zimmerer (1996:78)

Gambar 8.7 Kerja Sama antara Franchisor dgFranchisee

Keterangan:
130
Franchisor (perusahaan induk) adalah perusahaan yang
memberikan lisensi.
Franchisee adalah perusahaan yang diberikan lisensi
(penyalur atau diler).

Waralaba merupakan cara memasuki dunia usaha


yang sangat populer di seluruh dunia. Format bisnis
waralaba telah memberikan fasilitas jasa yang luas bagi
para Dealer, seperti pemasaran, periklanan, pelatihan,
standar produksi, dan pengerjaan manual serta bimbingan
pengawasan kualitas. Produk-produk waralaba telah
menjadi produk global. Dealer mobil, motor, bahan bakar,
dan alat rumah tangga lainnya berkembang di seluruh
dunia. Logo-logo dari usaha waralaba terlihat di pusat-
pusat perdagangan, seperti di Jakarta, Bandung,
Surabaya, Malang, bahkan sampai kota-kota kecil lainnya.
Waralaba merupakan kerja sama manajemen yang
biasanya berkembang dalam perusahaan ritel.
Perusahaan yang memberi lisensi disebut franchisor dan
penyalur/terwaralaba disebut franchisee. Seperti telah
dikemukakan, "franchisee" adalah persetujuan lisensi
menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik)
penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain
untuk melaksanakan usaha. Perusahaan yang diberi hak
monopoli dalam waralaba, menyelenggarakan perusahaan
seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan pemberi
lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek
dagang, dan prosedur penyelenggaranya secara standar.
Perusahaan induk/ pewaralaba (franchisor) mengizinkan
franchisee untuk menggunakan nama, tempat/daerah,
bimbingan, latihan karyawan, periklanan, dan
perbekalan material yang berlanjut. Support awal
terhadap waralaba meliputi.
1. Prosedur kerja
2. Pemilihan karyawan
3. Advertising
4. Bantuan pada acara pembukaan
5. Pilihan lokasi
6. Building plan dan pembelian peralatan
Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut
dapat pula meliputi faktor-faktor berikut.
1. Total Quality Manajemen (TQM)
131
2. Nasihat hukum
3. Riset and Development (R &D)
4. Material lainnya
5. Laporan keuangan
6. Konsultasi
7. Audit dan standardisasi
8. Promotion

Perusahaan induk dalam kerja sama waralaba,


memberikan bantuan manajemen secara
berkesinambungan. Keseluruhan citra, pembuatan, dan
teknik pemasaran diberikan kepada perusahaan
franchisee. Bidang otomotif, misalnya Dealer mobil dan
motor, rental mobil, suku cadang, dan pompa bensin.
Bentuk kerja sama dalam bidang lain, adalah dalam
bidang elektronik, obat-obatan, dan hotel.
Bentuk waralaba Tidak sedikit yang dilakukan
antarnegara, misalnya McDonald's, Kentucky Fried
Chicken, Pizza Hut, Coca-Cola, Pepsi Cola, Hoka-Hoka
Bento, dan lain sebagainya. Di negara-negara yang sudah
maju, seperti AS dan negara-negara di Eropa, waralaba
tumbuh cepat dan semakin meluas.
Perkembangannya cukup menonjol bidang-bidang
yang, seperti rekreasi, hiburan, perjalanan, dan wisata
mencapai kenaikan 34,1%; jasa-jasa perusahaan 30,7%;
akuntansi, kredit, agen pengumpul, dan jasa perusahaan
umum 21,19%; percetakan dan foto kopi 20,8%; dan jasa-
jasa lainnya. "Sistem bapak angkat" atau "kemitraan" di
Indonesia, bentuk kerja sama yang mirip dengan
waralaba, namun berbeda adalah, dalam kerja sama
sistem bapak angkat atau kemitraan, kebanyakan hanya
diberikan bantuan permodalan, pemasaran, dan
bimbingan usaha.
Waralaba dasar hukum dari penyelenggaran adalah
kontrak antara kerja sama antara perusahaan franchisor
(perusahaan induk) dengan franchisee (perusahaan
penyalur). Perusahaan induk dapat saja membatalkan
perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja
sama melanggar persyaratan yang telah ditetapkan dalam
persetujuan.
Kontrak franchisee Secara umum, persyaratan yang dikemukakan
dalam meliputi ketentuan-ketentuan seperti pada Tabel 8.1.
132
Tabel 8.1 Persetujuan Antara Franchisor dan Franchisee

Franchisor setuju untuk: Franchisee setuju untuk:


1. Memberikan suatu 1. Menyelenggarakan
wilayah penjualan dan perusahaan sesuai dengan
persyaratan yang diajukan persetujuan kepada dengan
franchisee. franchisor.
2. Menyediakan sejumlah 2. Menginvestasikan secara
latihan dan bantuan minimum jumlah tertentu
manajemen. pada perusahaan.
3. Memberikan barang 3. Membayar kepada
dagangan kepada franchisor suatu jumlah
franchisee secara bersaing. tertenru (sebagai
4. Memberikan nasihat honorarium yang tetap).
kepada franchisee 4. Membanguri, atau bila tidak
tentang lokasi perusahaan –meiiyediakan fasilitas
dan desain seperti perusahaan bangunan.
yang telah disetujui oleh 5. Membeli persediaan dan
franchisor. material standar lainnya
5. Memberikan bantuan dari franchisor atan pemasok
fmansial tertenru atau yang telah disetujui.
nasihat finansial kepada
franchisee.
Sumber: Vernon A. Musselman-John H. Jackson, Introduction to
Modern Business 9" ed., (1984:154).

a. Profit Kerja Sama Waralaba


Menurut Zimmerer (1996:78), ada beberapa keuntungan
dari kerja sama waralaba, yaitu meliputi hal-hal sebagai
berikut.
1. Training, pengarahan, dan pengawasan yang
berlanjut dan franchisor.
2. Bantuan Keuangan. Biasanya biaya awal
pembukaan sangat tinggi, sedangkan sumber modal
dari perusahaan franchisee sangat terbatas.
3. Keuntungan dari penggunaan nama, merek, dan
produk yang telah dikenal.
Menurut Peggy Lambing (2000:116-117),
keuntungan waralaba meliputi hal-hal berikut.
1. Manajemen berupa bantuan awal yang memberi
133
kemudahan, yaitu berupa jasa nasihat pemilihan
lokasi, analisis tata letak fasilitas, bantuan keuangan,
pelatihan manajemen, seleksi karyawan, dan bantuan
pelatihan.
2. Relatif murah. Karena merupakan bagian dari
organisasi yang besar, pembayaran untuk
pembelian bahan baku, peralatan, dan jasa asuransi
akan relatif murah.
3. Lebih luas cakupan periklanan dan pengalaman.
Periklanan secara nasional dengan pengalaman
yang jauh lebih baik sehingga biayanya menjadi
sangat murah.
4. Efisien dan Efektif, perbaikan operasional. Sebagai
bagian dari organisasi yang besar, usaha waralaba
memiliki metode yang lebih efisien dalam
perbaikari proses produksi.
5. Planning base untuk mempertimbangkan prospek
keberhasilan, yaitu menyajikan prediksi dan
pengujian tentang kemungkinan untuk
menghasilkan keuntungan.
6. Cepat mendapat recognition. Mendapat pengakuan
dengan segera, yaitu cepat dikenal karena sudah
memiliki reputasi dan pengalaman, misalnya
sebulan, seminggu, bahkan hanya dalam waktu
beberapa hari.

b. Kerugian Kerja Sama Waralaba


Kerja sama waralaba tidak selalu menjamin keberhasilan,
di samping beberapa keuntungan yang telah disebutkan
tersebut, karena sangat bergantung pada jenis usaha dan
kecakapan para wirausahawan. Kerugian yang mungkin
terjadi menurut Zimmerer (1996:80, meliputi hal-hal
berikut.
1. Training tidak sesuai dengan yang diinginkan.
2. Adanya batasan kreativitas penyelenggaraan usaha
franchisee.
3. Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual
perusahaannya kepada pihak lain tanpa
menawarkan terlebih dahulu kepada
pihak/franchisor dengan harga yang sama.
Baik merintis usaha baru, membeli maupun
waralaba, masing-masing memiliki kelebihan dan
134
kekurangan seperti tampak pada Tabel 8.2.

Tabel 8.2 Keunggulan dan Kelemahan Merintis, Membeli, dan


Kerja Sama Manajemen (Franchising)

Bentuk Keunggulan Kelemahan


Merintis usaha 1. Gagasan murni 1. Pengakuan nama
(starting) 2. Bebas beroperasi kurang
3. Fleksibel dan 2. Fasilitas inefisien
mudah pengaturan 3. Penuh
4. Kemungkinan ketidakpastian
sukses

Membeli 1. Lokasi sudah cocok 1. Pesaing kurang


perusahaan diketahui
2. Karyawan dan
(buying)
pemasok biasanya 2. Perusahaan
sudah mantap yang dijual
3. Sudah siap biasanya lemah
beroperasi 3. Peralatan tidak
efisien
4. Mahal
5. Sulit inovasi
Kerja sama 1. Mendapat 1. Tidak mandiri
manajemen pengalaman dalam 2. Kreativitas tidak
(franchising) logo, nama, metode berkembang
teknik produksi, 3. Menjadi
pelatihan teknik, antardependen,
bantuan modal. terdominasi,
2. Penggunaan nama, rentan terhadap
merek yang sudah perubahan
dikenal franchisor
Sumber: Vernon A. Musselman-John H. Jackson, Introduction to
Modern Business, Ninth Edit., (1984:75).

Rangkuman
1. Memasuki usaha baru ada tiga cara yaitu: (1) merintis
usaha baru, (2) membeli perusahaan dari orang lain, dan
(3) kerja sama manajemen (franchising). Masing-masing
bentuk tersebut memiliki keuntungan dan kerugian
tersendiri.
135
2. Mencari peluang ada dua pendekatan utama dengan
mendirikan usaha baru: Pertama, pendekatan "inside-out"
atau "idea generation", yaitu pendekatan berdasarkan pada
gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan
usaha. Pendekatan "inside-out" atau "ideageneration", yaitu
pendekatan berdasarkan pada gagasan sebagai kunci yang
menentukan keberhasilan usaha. Kedua, pendekatan "the out-
side in" yang juga disebut "opportunity recognition", yaitu
pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa suatu
perusahaan akan berhasil apabila menanggapi atau
menciptakan suatu kebutuhan di pasar. Opportunity
recognition tidak lain adalah pengamatan lingkungan, yaitu
alat pengembangan yang akan dilransfer menjadi peluang-
peluang ekonomi. Pendekatan "out-side in" atau
"opportunity recognition", yaitu pendekatan yang
menekankan basis ide untuk merespons kebutuhan pasar
sebagai kunci keberhasilan.
3. Modal utama untuk memulai atau merintis usaha baru,
harus ada adalah ide, baik ide untuk melakukan proses
imitasi dan duplikasi, ide untuk melakukan pengembangan
maupun ide untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda. Sete-lah memiliki ide, sebaiknya segera dilakukan
analisis kelayakan usaha, seperti analisis kekuatan,
kelemahan, peluang, dan ancaman (strength, weakness,
opportunity, and threat—SWOT).
4. Harus diperhatikan dalam merintis usaha baru : (1)
bidang dan jenis usaha yang dimasuki, (2) bentuk usaha
dan kepemilikan yang akan dipilih, (3) tempat usaha yang
akan dipilih, (4) organisasi usaha yang akan digunakan, (5)
jaminan usaha yang mungkin diperoleh, (6) lingkungan
usaha yang akan berpengaruh.
5. Mengandung kerugian dan permasalahan membeli
perusahaan yang sudah ada, baik eksternal maupun
internal: (1) masalah eksternal, yaitu lingkungan seperti
banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar,
(2) masalah-masalah internal, yaitu masalah-masalah
yang ada dalam perusahaan, misalnya masalah citra
atau reputasi perusahaan, seperti masalah karyawan,
konflik antara manajemen dan karyawan yang sukar
diselesaikan oleh pemilik yang baru, masalah lokasi, dan
masalah masa depan perusahaan.

136
6. Terdapat beberapa aspek yang harus dipertimbangkan
dan dianalisis sebelum melakukan kontrak jual beli,: (a)
Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan
perusahaan tersebut? (b) Mengapa perusahaan
tersebut berhasil tetapi kritis? (c) Di mana lokasi
perusahaan tersebut? (d) Berapa harga yang rasional
untuk membeli perusahaan tersebut? (e) Apakah
membeli perusahaan tersebut akan lebih
menguntungkan daripada merintis sendiri usaha baru?
7. Seorang wirausahawan yang akan membeli perusahaan
selain harus mempertimbangkan berbagai
keterampilan, kemampuan, dan kepentingan
pembelian, juga harus memperhatikan sumber-sumber
potensial perusahaan yang akan dibeli.

PERTANYAAN
1. Bagaimana perintisan dan cara memasuki dunia usaha
baru?
2. Pendekatan apada dalam mencari peluang dalam
pendirian perusahaan baru!
3. Bagaimana waralaba adalah kerja sama manajemen untuk
menjalankan perusahaan cabang/penyalur. Inti dari
waralaba adalah memberi hak monopoli untuk
menyelenggarakan usaha dari perusahaan induk?
4. Legal base dari penyelenggaran waralaba adalah kontrak
antara kerja sama antara perusahaan franchisor
(perusahaan induk/pewaralaba) dengan franchisee
(perusahaan penyalur/terwaralaba). Perusahaan induk
dapat saja membatalkan perjanjian tersebut apabila
perusahaan yang diajak kerja sama melanggar
persyaratan yang telah ditetapkan dalam persetujuan?
5. Bagaimana kerja sama waralaba ada keuntungan dan
kerugian dari, di antaranya bantuan awal yang memberi
kemudahan, yaitu berupa jasa nasihat pemilihan lokasi,
analisis tata letak fasilitas, bantuan keuangan, pelatihan
manajemen, seleksi karyawan, dan bantuan pelatihan.
Sementara itu, kerugiannya adalah program latihan tidak
sesuai dengan yang diinginkan, pembatasan kreativitas
penyelenggaraan usaha franchisee. Franchisee jarang
memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada
pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada
pihak franchisor dengan harga yang sama.
137
6. Bagaimana prosedur pembelian perusahaan, mulai
analisis, pertimbangan, dan kemampuan?
7. Jelaskan proses waralaba dan dasar hukumnya.
8. Dalam merintis usaha baru harus diperhatikan beberapa
hal penting. Jelaskan hal-hal apa saja yang harus
diperhatikan?

138

Anda mungkin juga menyukai