Anda di halaman 1dari 24

Cara Memasuki Dunia Usaha Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai atau memasuki dunia

usaha, yaitu: 1. Merintis usaha baru, yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis: a) Perusahaan milik sendiri ( Sole Proprietorship ), yaitu bentuk usaha yang dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang. b) Persekutuan ( Partnership ), yaitu kerja sama atau asosiasi antara dua orang atau lebih, dan c) Perusahaan berbadan hukum ( Corporation ), yaitu perusahaan yang didirikan atas dasar badan hukum dengan modal berupa saham. 2. Membeli perusahaan orang lain ( buying ), yaitu dengan membeli perusahaan yang telah diditikan atau dirintas dan diorganisir oleh orang lain dengan nama ( good wiil ) dan organisasi usaha yang sudah ada. 3. Kerja sama manajemen ( franchising ), yaitu kerja sama antar wirausaha ( franchisee ) dengan perusahaan besar ( franchisor / parent company ) dalam mengadakan persetujuan jual beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha ( waralaba ). Kerja sama ini biasa dengan dukungan awal seperti pemilihan tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola urus kerja, pemilihan karyawan pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, penetapan standar, promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber sember permodalan.

Merintis Usaha Baru

Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan memiliki keberanian menghadapi resiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha kecil atau pelaksana usaha

kecil, ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja, mengorganisir, kreatif, dan lebih menyukai tantangan.

Menurut Lambing ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru :

1.

Pendekatan Inside-Out atau disebut dngan Idea Generatioan, yaitu pendekatan berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Mereka melihat keterampian sendiri kemampuan, latar belakang dan sebagainya yang menentukan jenis usaha yang akan dirintis.

2.

Pendekatan Outside-In yang disebut juga Opportunity Recognition, yaitu pendekatan yang menekankan pada basis ide bahwa perusahaan akan berhasil apabila menanggapi atau menciptakan kebutuhan di pasar. Opportunity Recognition tidak lain adalah pengamatan lingkungan, yaitu alat pengembangan yang akan ditransfer menjadi peluang-peluang ekonomi. Berita peluang-p[eluang ekonomi tersebut menurut Lambing ( 2000 : 92 ) bersumber dari :
Surat kabar Laporan periodik tentang perubahan ekonomi Jurnal perdagangan dan pemeran dagang Publikasi pemerintah Informasi lisensi produk yang disediakan oleh pialang saham, universitas,

dan perusahaan lainnya

Menurut Lambing keunggulan dari pendatang baru di pasar adalah dapat mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan kemampuan pesaing. Berdasarkan Inside-Out diatas, untuk memulai usaha, seoarng calon wirausaha harus memiliki kompetensi. Menurut Norman Scaborough, kompetensi usaha yang diperlukan adalah:

1.

Kemampuan teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta cara menyajikannya.

2.

Kemampuan pemasaran, yaitu kemampuan tentang bagaiman menemukan pasar dan pelanggan, serta harga yang tepat.

3.

Kemampuan finansial, yaitu kemampuan tentang bagaiman memperoleh sumbersumber dana dan cara menggunakannya.

4.

Kemampuan hubungan, yaitu kemampuan tentang bagaiman cara mencari, memelihara, dan mengembangkan relasi, serta kemampuan komunikasi dan negosiasi.

Dalam memasuki arena bisnis atau memulai usaha baru, seseorang dituntut tidak hanya memiliki kemampuan tetapi juga ide dan kemauan. Seperti telah disinggung ide dan kemauan itu harus diwujudkan dalam bentuk barang dan jasa yang laku di pasar. Bagan di bawah ini merupakan bagan proses bisni yang diawali dengan kepribadian dan ide. Pada bagan tersebut dapat kita ketahui bahwa usaha harus diawali dengan ide. Setelah ide, langkah selanjutnya adalah mencari sumber dana dan fasilitas baik barang, uang, maupun orang. Sumber dana tersebut adalah berasal dari badan-badan keuangan seperti bank dalam bentuk kredit atau orang yang bersedia menjadi penyandang dana. Tentu saja, barang dan jasa yang akan dijadikan objek bisnis tersebut harus memiliki pasar. Oleh karena itu, mengamati peluang pasar merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum barang dan jasa diciptakan. Apabila peluang pasar untuk barang dan jasa sudah tersedia, maka barang dan jasa akan mudah laku dan segea mendatangkan keuntungan.
uang + fasilitas ktedit orang

Anda

ide

Barang dan jasa

pasar

uang

profit

Bagan Proses Bisnis Sumber : Norman Scaborough, Effective Small Business Management, 1993, hal 3

Dalam merintis usaha baru, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Bidang dan jenis usaha yang dimasuki Bentuk usaha dan kepemilikan yang dipilih Tempat usaha yang akan dipilih Organisasi usaha yang akan digunakan Jaminan usaha yang mungkin diperoleh Lingkungan usaha yang berpengaruh

Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki

Beberapa bidang usaha yang bias dimasuki adalah: 1. 2. 3. 4. Pertanian, meliputi usaha pertanian, kehutanan, perikanan dan perkebunan. Pertambangan, meliputi usaha galian pasit, galian tanah, batu dan bata. Pabrikasi, meliputi usaha industry, perakitan dan sintesis. Konstruksi, meliputi usaha konstruksi bangunan, jembatan, pengairan dan jalan raya. 5. Perdagangan, meliputi usaha perdagangan kecil ( ritel ), grosir, agen, eksporimpor. 6. 7. 8. 9. Jasa keuangan, meliputi usaha perbankan, asuransi dan koperasi. Jasa perorangan, meliputi usaha potong rambut, salon, laundry, catering. Jasa umum, meliputi usaha pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi. Jasa swasta, meliputi berbagai kelompok. Berdasarkan UU No. 9/1990 tentang Kepariwisataan, terdapat 86 jenis usaha swasta yang bias dirintis yang terbagi kedalam 3 kelompok usaha wisata, yaitu:
1. Kelompok usaha jasa pariwisata 2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata 3. Usaha sarana dan wisata

Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan yang Akan Dipilih

Setelah menentuka bidang usaha yang akan dipilih, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha. Ada beberapa bentuk kepemilikan usaha yang bisa dipilih, yaitu:

1.

Perusahaan perorangan, yaitu perusahaan yang dimiliki dan diselenggarakan oleh satu orang. Kelebihan dari bentuk perusahaan ini adalah mudah untuk didirikan, biaya operasi rendah, bebas dalam pengelolaan, memiliki daya rangsang yang tinggi.

2.

Persekutuan, yaitu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang menjadi pemilik bersama dalam suatu perusahaan. Dalam persekutuan terdapat dua macam anggota, yaitu: a. Sekutu umum, yaitu anggota yang aktif yang duduk sebagai pengurus persekutuan b. Sekutu terbatas, yaitu anggota yang bertanggung jawab terbatas terhadap utang perusahaan sebesar modal yang disetorkannya dan orang tersebut tidak aktif dalam perusahaan.

3.

Perseroan, yaitu perusahaan yang anggotanya terdiri dari para pemegang saham, yang mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utnag perusahaan sebesar modal disetor.

4.

Firma, yaitu persekutuan yang menjalankan perusahaan dibawah nama bersama. Bila untung, keuntungan dibagi bersama. Sebaliknya bila rugi, ditanggung bersama. Dalam firma terdapat tanggung jawab renteng antara anggota.

Tempat Usaha yang Akan Dipilih

Dalam menentukan tempat usaha yang akan dipilih harus mempertimbangkan halhal sebagai berikut: 1. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen pelanggan atau pasar? Bagaimana akses pasarnya? 2. 3. Apakah tempat usaha dekat seumbet tenaga kerja? Apakah dekat ke akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti alat pengangkut dan jalan raya?

Dalam menentukan tempat usaha, perlu mempertimbangkan aspek efesiensi dan efektivitas. Lokasi perusahaan harus mudah dijangkau dan efisien, baik bagi perusahaan

maupun konsumen. Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha, terdapat beberapa alternative yang bias kita pilih, yaitu: 1. 2. 3. Membangun bila ada tempat yang strategis Membeli atau menyewa bila lebih strategis dan menguntungkan Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan

Organisasi Usaha yang Akan Digunakan

Kompleksitas organisasi usaha beragntung pada lingkup, cakupan dan skala usaha yang akan dimasuki. Semakin besar lingkup usaha, semakin kompleks pula organisasinya.. sebaliknya semakin kecil lingkup usaha, maka semakin sederhana organisasinya. Pada lingkup usaha kecil, organisasi usaha pada umumnya dikelola sendiri. Pengusaha kecil pada umumnya berperan sebagai manajer pemilik usaha kecil atau operator usaha kecil. Meskipun pengusaha usaha kecil identic dengan manajer pemilik usaha kecil, jika skala dan lingkup usahanya semakin besar, maka pengelolaannya tidak bias dilakukan sendiri akan tetpai harus melibatkna orang lain. Bagian-bagian kegiatan bisnis tertentu seperti bagian penjualan, pembelian,

administrasi, dan keuangan masing-masing memerlukan tenaga tersendiri dan bantuan orang lain. Dalam perusahaan yang lbih besar seperti Perseroan Terbatas (PT) dan CV, maka organisasi perusahaan lebih kompleks lagi. Secara hirarki, organisasi perusahaaan terdiri atas beberapa tingkatan yaitu: rapat umum pemegang saham, dewan komisaris, dewan direktur, dan tim manajer. Rapat pemegang saham dalam perusahaan besar adalah pemegang kekusasaan tertinggi yang bertugas mengangkat dewan komisaris dan dewan. Tugas dewan komisaris adalah mengawasi kegiatan direksi dalam menjalankan perusahaan. Untuk menjamin kelancaran perusahaan, dalam melaksanakan tugasnya, direksi mengangkat beberapa orang manajer. Dilihat dari fungsi kewirausahaan dan manajemen, dalam perusahaan kecil, fungsi manajemen relative tidak begitu besar, sedangkan fungsi kewirausahaan sangat besar perannya karena dasar kreaivitas dan inovasi. Sebaliknya, dalam perusahaan besar fungsi kewirausahaan tidak begitu besar karena dasarnya adalah fungsi-fungsi manajemen.

Lingkungan Usaha

Lingkungan

usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya

perusahaan. Lingkungan yang dapat memengaruhi jalannya perusahaan/usaha adalah lingkungan mikro dan makro. a. Lingkungan Mikro Lingkungan Mikro adalah lingkungan yang ada kaitannya langsung dengan operasional perusahaan seperti pemasok, karyawan, pemegang saham, majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya. Sejalan dengan pergeseran strategi pemasaran, yaitu dari laba pemilik perusahaan ke manfaat bagi pemilik kepentingan, maka lingkungan internal baik perorangan maupun kelompok yang mempunyai kepentingan pada perusahaan akan sangat berpengaruh. Yang termasuk kelompok yang berkepentingan dan mengharapkan kepuasan dari perusahaan, diantaranya: 1. Pemasok. Pemasok berkepentingan menyediakan bahan baku kepada perusahaan. 2. Pembeli atau pelanggan. Pembeli atau pelanggan merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh karena dapat memberi informasi bagi perusahaan. Konsumen yang kecewa tidak memperoleh manfaat dari perusahaan, misalnya kaibat mutu, harga, dan waktu yang tidak memadai, akan cenderung pindah dan berlangganan kepada perusahaan lain. 3. Karyawan. Karyawan adalah orang pertama yeng terlibat dalam perusahaan. Karyawan akan berusaha bekerja dengan baik bila memperoleh manfaat dari perusahaan. Semangat kerja yang tinggi, pelayanan yang baik, dan produktivitas yang tinggi akan terjadi apabila mereka mendapatkan gaji yang cukup, masa depan terjamin dan jenjang kepangkatan yang teratur. Jika tidak, maka karyawan akan kurang termotivasi, kurang produktif, kurang kreatif, dan akan merugikan perusahaan.

4. Distributor. Distributor merupakan lingkungan yang sangat penting dalam perusahaan karena dapat memperlancar penjualan.

b.

Linkungan Mikro Linkungan Mikro aadqlah lingkungan di luar perusahaan yang dapat memengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yaitu: 1. Lingkungan Ekonomi. Kekuatan ekonomi local, regional, dan global akan berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan biaya perusahaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi. 2. Lingkungan Teknologi. Kekuatan teknologi keenderungan

paerubahan sangat berpengaruh terhadap perusahaan. Perubahan teknologi secara drastis dalam abad terkhir ini telah memperluas skala industry secara keseluruhan. Kemajuan teknologi dalam menciptakan barang dan jasa telah mampu memenuhi kebutuhan pasar secra cepat. Oleh karena iu, kemampuan pesaing untuk menciptakan nilai tambah secara cepat melalui perubahan teknologi harus terus diperhatikan perusahaan tersebut. 3. Lingkungan kecenderungan Sosiopolitik. dan Kekuatan perlu social dan politik, untuk

onteksnya

diperhatikan

menentukan seberapa jauh perubahan tersebut berpengaruh terhadap tingkah laku masyarakat. Dalam hal ini, perubahan kekuatan politik berpengaruh terhadap perubahan pemerintahan, dan secara tidak langsung berdampak pada perubahan ekonomi. Misalnya, adanya kekacauan politik dan kerusuhan selalu membawa sentiment pasar. Peubahan investasi pemerintah dalam bidang teknologi juga sangat ber[engaruh terhadap kondisi perekonomian. Namun dmikian, lingkungan kan sangat bermanfaat apabila wirausaha pandai memanfaatkan peluang dari lingkunagn tersebut.

4. Lingkungan Demografi dan Gaya Hidup. Produk barang dan jasa yang dihasilkan sering kali dipengauhi oleh perubahan demografi dan gaya hidup. Kelompok-kelompok masyarakat, gaya hidup, kebiasaan, pendapatan, dan struktur masyarakat bisa

menjadi peluang. Pada prinsipnya, semua lingkunga di atas bias menciptakan peluang bagi wairausaha. Hambatan-hambatan dalam Memasuki Industri Menurut Peggy Lambing ( 2000:95 ), ada beberapa hambatan untuk memasuki industry baru, yaitu: 1. Sikap dan kebiasaan pelanggan. Loyaliats pelanggan kepada perusahaan masih kurang. Sebaliknya, perusahaaan yang sudah ada justru lebih bertahan lama karena telah mengetahui sikap dan kebiasaan pelanggannya. 2. Biaya perubahan, yaitu biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali karyawan dan penggantian alat serta system yang lama. 3. Respons dari pesaing yang secara agresif mempertahankan pangsa pasaran yang ada. Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta Beberapa hak perlindungan perusahaan yang bias diperoleh adalah hak paten, hak cipta, merek dagang dan identitas perusahaan. 1. Paten. Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwenang atas penemuan produk yang diberi kewenangan untuk membuat, menggunakan, dan menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan. Pemberian hak monopoli tersebut dimaksudkan untuk mendorong kreativitas dan inovasi para penemu. Ada beberapa langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu:

Tetapkan bahwa yang ditemukan betul-betul baru

Untuk menetapkan bahwa sesuatu yang ditemukan betul-betul baru, penemu harus menganalisis dan menguji produk tersebut dengan menggunakan kriteria sebagai berikut: a. Apakah produk ini telah digunakan orang lain, sebelum penemuan ini diajukan untuk mendapat hak paten? b. Apakah tela diberi hak paten sebelum temuan produk ini diajukan? c. Apakah telah digunakan, dipublikasikan, dan dijual sebelum diberikan tanggal hak paten?
Dokumentasikan produk yang telah ditemukan

Untuk melindungi hak paten dari klaim seseorang, maka penemuharus memverifikasi ide-ide penemuan sebelum alat tersebut ditemukan, misalnya ide tersebut tersirat, penjelasan produk yang digunakan, dan gambarnya.
Telusuri paten-patn yang sudah ada

Hal ini dilakukan untuk memverifikasi apakah sesuatu yang baru kita temukan itu telah ada atau memiliki kesamaan.
Pelajari hasil telusuran

Penemu harus mempelajari hasil telusuran sebelum memutuskan untuk mengajukan surat lamaran hak paten. Jika paten telah ada betul-betul seperti paten yang akan diusulkan, maka pihak yang berwenang tidak akan menjamin hak paten bagi penemu baru. Akan tetapi, meskipun alat temuan berfungsi sama namun ada perbedaan dalam cara penggunaan dan macam-maamnya, maka hak paten dapat dijamin.
Mengajukan lamaran hak paten yang berisi:

a. Pernyataan yang memuat penemuan itu betul-betuk asli b. Deskripsi penemuan disebut spesifikasi dan batas

penemuan disebut klaim, yan mengidentifikasi sifat-sifat penemuan baru

c. Gambar penemuan 2. Merek Dagang. Merek dagang ( brand name ) merupakan istilah khusus dalam perdagangan atau perusahaan. Merek dagang pada umumnya berbentuk symbol, nama, logo, slogan, atau tempat yang oleh perusahaan digunakan untuk menunjukkan keorisinilan produk atau membedakannya dengan produk lain di pasar. Merek dagang dijadikan symbol perusahaan di pasaran. Untuk menetapkan merek, harus dipilih kata yang khas, muda dikenal dan diingat, serta unik bagi pelanggan sehingga menjadi merek terkenal. 3. Hak Cipta. Hak cipta ( copyright ) adalah hak istimewa guna melindungi hak cipta dari keorisinilan ciptaannya, misalnya karangan music, lagu, dan hak untuk memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan, atau menjual. Membeli Perusahaan yang Sudah Didirikan Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah ada dari pada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain risiko lebh rendah, mudah, dan memilik peluang untuk membeli dengan harga yang bias ditawar. Membeli perusahaan baru memiliki risiko yang sedikit karena kemungkinan gagal lebih kecil, waktu lebih sedikit, dan tenaga yang diperlukan. Disamping itu, membeli perusahaan yang sudah ada juga memiliki peluang harga yang relative lebih rendah di bandingikan dengan merintis usaha baru. Namun demikian, membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung kerugian dan permasalahan, baik eksternal maupun internal: 1. Masalah eksternal, yaitu lingkungan seperti banyaknya pesaing dn ukuran peluang pasar. Beberapa pertanyaan mendasar dalam menghadapi lingkungan eksternal ini, misalnya: apakah perusahaan yang dibeli memiliki daya saing harga pasar, khususnya dalam harga dan kualitas? Sejauh mana agresive pesaingnya? Apakah ada industry yang dominan? Apakah ada perubahan teknologi yang dapat memengaruhi perusahaan

yang dibeli? Setiap pembelian perusahaan harus memerhatika lingkungan yang memengaruhinya. 2. Masalah-masalah internal, yaitu masalah-masalah yang ada di dalam perusahaan, misalnya masalah citra atau reputasi perusahaan sepert masalah karyawan, konflik antara manajemen dan karyawan yang sukar diselesaikan oleh pemilik yang baru masalah lokasi, dan masalah masa depan perusahaan lainnya. Sebelum melakukan kontrak jual beli, terdapat beberapa aspek yang harus dipetimbangkan dan dianalisis oleh pembeli. Menurut Zimmerer ( 1996 ), aspek-aspek tersebut meliputi: a) Pengalaman apa yang dimiliki untuk mengoperasikan perusahaan tersebut? b) Mengapa perusahaan tersebut berhasil tapi kristis? c) Dimana lokasi perusahaan tersebut? d) Berapa harga rasional untuk membeli perusahaan tersebut? e) Apakah membeli perusahaan tersebut akan lebih

menguntungkan daripada merintis usaha baru?

Tidaklah mudah untuk membeli perusahaan-perusahaan yang sudah ada. Seorang wirausaha yang akan membeli perusahaan selain harus mempertimbangkan

keterampilan, kemampuan, dan kepentingan pembelian, juga harus memerhatikan sumber-sumber potensial perusahaan yang akan dibeli, diantaranya: 1. 2. 3. Pedagang perantara perusahaan yang akan dibeli Bank investor yang melayani perusahaan Kontak-kontak perusahan seperti pemasok, distributor, pelanggan dan lainnya yang erat kaitannya dengan kepentingan perusahaan yang akan dibeli 4. 5. Jaringan kerja sama bisnis dan social perusahaan yang akan dibeli Daftar majalah dan jurnal perdagangan yang digunakan perusahaan yang akan dibeli

Zimmerer tampak lebih eksplisit dari pada Lambing mengenai alasan mengapa seseorang membeli perusahan. Menurutnya, ada beberapa hal kristis yang digunakan untuk meenganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu: a. Alasan pemilik menjual perusahaan. Apakah kekayaannya berbentuk nyata ( tangible ) atau tidak nyata ( intangible )? Apakah masih prospektif dan layak guna ( up-to-date ) serta efisien? Ada beberapa jenis kekayaan yang harus diperhatikan, misalnya tangible asset ( perlatan daftra piutang, susunan leasing, business record ), dan intangible asset ( merek dagang, paten, hak cipta, goodwill ), lokasi, dan penampilan. b. Potensi produk dan jasa yang akan dihasilkan. Potensi pasar apa yang dimiliki barang dan jasa ynag dihasilkan? Ada dua aspek yang harus dianalisi, yaitu: (1) komposisi dan karakteristik pelanggan, (2) komposisi dan karakteristik pesaing yang ada. c. Aspek legal yang dimiliki perusahaan. Aspek legal yang harus dipertimbangan, yaitu menyangkut prosedur pemindahan kekayaan dan balik nama dari penjual ke pembeli. d. Kondisi perusahaan yang akan dijual. Bagaimana kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual tersebut, apakah sehat atau tidak? Bagaimana potensi keuntungan yang akan diperoleh? Bagaimana laporan rugi labanya selama lima tahun terakhir? Bagaimana pajak pendapatannya? Bagaimana kompensasi laba bagi pemilik?

Setelah itu, langkah-langkah yang harus diambil dalam pembelian suatu perusahaan adalah: 1. Yakinkan bahwa anda tidak akan merintis usaha baru. Pertimbangkan alasan membeli perusahaan dari pada merintis usaha baru atau waralaba. 2. Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan dan apakah anda mampu mengelolanya 3. Pertimbangkan gaya hidup yang anda inginkan. Apa yang diharapkan dari perusahaan tersebut: uang, kebebasan, atau fleksibelitas?

4.

Pertimbangkan lokasi yang diinginkan. Tempat seperti apa yang anda inginkan?

5.

Pertimbangkan kembali gaya hidup. Apakah anda ingin memiliki perusahaan ini selama-lamanya atau hanya untuk kesenangan?

6. 7. 8. 9. 10. 11.

Jejaki penyandang dana sebelumnya Persiapkan bahwa anda akan menjadi pedagang Tetapkan perusahaan yang ingin dibeli. Pilihlah penjual terbaik apa alasan menjual perusahaan tersebut? Adakan penelitian sebelum anda menyetujuinya Buatlah surat perjanjian dalam bentuk yang spesifik, misalnya jangka waktu pembayaran berakhir

12. 13. Waralaba

Jangan lupa untuk menilai karyawan Yakinkan bahwa harga yang ditawarka itu mencermikan nilai perusahaan.

Waralaba ( franchising ) merupakan cara memasuki dunia usaha yang sangat popular di dunia. Produk-produk waralaba telah menjadi produk global. Diler mobil, motor, bahan bakar, dan alat rumah tangga lainnya berkembang di seluruh dunia. Format bisnis waralaba telah memberikan fasilitas jasa yang luas bagi para diler seperti pemasaran, periklanan, pelatihan, standar produksi, dan pengerjaan manual, serta bimbingan pengawaasan kualitas. Waralaba merupakan kerja sana manajemen yang biasnya berkembang dalam perusahaan ritel. Seperti telah dikemukaakan, waralaba adalah persetujuan lisensi menurut hukum antara suatu perusahaan (pabrik) penyelenggara dengan penyalur atau perusahaan lain untuk melaksanakan usaha. Perusahaan yang memberi lisensi disebut Franchisor atau Principal Warlaba dan penyalur disebut Franchisee atau Agen Waralaba. Dalam waralaba, perusahaan yang diberi hak monopoli menyelenggarakan perusahaan seolah-olah merupakan bagian dari perusahaan pemberi lisensi yang dilengkapi dengan nama produk, merek dagang, dan prosedur penyelenggaraan secara teratur.

Dukungan awal meliputi salah satu atau keselruhan dari aspek-aspek berikut ini: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pemilihan tempat Rencana bangunan Pembelian peralatan Pola arus kerja Pemilihan karyawan Periklanan Garifik Bantuan pada acara pembukaaan

Selain dukungan awal, bantuan lain yamg berlanjut dapat pula meliputi factorfaktor berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Pencatatan dan akuntansi Konsultasi Pemeiksaan dan standarisasi Promosi Pengendalian kualitas Nasihat hukum Penelitian Material lainnya

Dasar hukum waralaba adalah kontrak antara franchisee dengan franchisor . perusahaan induk dapat saja mebatalkan perjanjian tersebut apabila perusahaan yang diajak kerja sama melanggar persyaratan yang telah ditetapkan dalam perjanjian.

Franchisor setuju untuk :

Franchisee setuju untuk :

Memberikan suatu wilayah penjualan Menyelenggarakan perusahaan dengan sesuai yang berdiri sendiri kepada persyaratan yang diajukan franchisor frenchisee Menyediakan sejumlah latihan dengan manajemen perusahaan sesuai Menginvestasikan bantuan jumlah minimum tertentu pada franchisor

Memberikan barang dagangan kepada Membayar kepada franchisor suatu jumlah franchisee dengan harga bersaing tertentu ( sebagai imbalan tetap )

Memberikan nasihat kepada franchisee Membangun, atau bila tidaj menyediakan tentang lokasi perusahaan dan desain fasilitas perusahaan seperti yang telah bangunan disetujui franchisor

Memberikan bantuan dan nasihat finansial Membeli persediaan dan material stadar kepada franchisee lainnya dari franchisor atau pemasoj yang telah disetujui Table Persetujuan antara Franchisor dengan Franchisee Sumber : Vernon A. Musselman John H. Jackson, Introduction to Modern Bussiness 9thed, 1984

Menurut Zimmerer ( 1996 ), keuntungan dari kerja sama waralaba adalah: 1. 2. Pelatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlanjut dari franchisor Bantuan finansial. Biasanya biaya awal pembukaan sangat tinggi, sedangkan sumber modal dari perusahaan waralaba sangat terbatas 3. Keuntungan dari penggunaan nama, merek, dan produk yang telah dikenal

Sedangkan menurut Peggy Lambing ( 2000: 116-117 ), manfaat waralaba meliputi: 1. Bantuan awal yang memberi kemudahan, yaitu berupa jasa nasihat pemilihan lokasi, analisis tata letak fasilitas, bantuan keuangan, pelatihan manajemen, seleksi karyawan, dan bantuan pelatihan. 2. Basis untuk mempertimbangkan prospek keberhasilan, yaitu menyajikan prediksi dan pengujian tentang kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan . 3. Mendapatkan pengakuan dengan segera, yaitu cepat dikenal karena sudah memiliki reputasi dan pengalaman, misalnya sebulan, seminggu, bahkan hanya dalam waktu beberapa hari 4. Daya beli. Karena merupakan bagian dari organisasi yang besar, maka pembayaran untuk pembelian bahan baku, peralatan, dan jasa asuransi akan relative murah 5. Cakupan periklanan dan pengalaman. Periklanan secara nasional dengan pengalaman yang jauh lebih baik sehingga biaya menjadi sangat murah 6. Perbaikan operasional. Sebagai bagian dari organisasi yang besar, usaha waralaba memiliki metode yang lebih efisien dalam perbaikan proses produksi

Disamping beberapa keuntungan diatas, kerja sama waralaba tidak selalu menjamin keberhasilan Karena sangat bergantung pada jenis usaha dan kecakapan para wirausaha. Kerugian yang mungkin terjadi menurut Zimmerer adalah: 1. 2. 3. Program latihan tiak sesuai dengan yang diinginkan Pembatasan kreativitas penyelenggara usaha franchisee Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada pihak franchisor dengan harga yang sama

Bentuk

Kelebihan Gagasan murni Bebas beroperasi Fleksibel dan mudah pengaturan


Kelemahan Pengakuan nama kurang Fasilitas inefisien Penuh ketidakpastian Persaingan kurang diketahui

Merintis usaha ( starting )

Kemungkinan sukses Lokasi sudah cocok Keryawan dan pemasok biasanya sudah menetap

Perusahaan yang dijual biasanya lemah

Peralatan tak efifien Mahal Sulit inovasi

Membeli perusahaan ( buying )


Sudah siap operasi Mendapat pengalaman dalam logo, nama,


Tidak mandiri Kreativitas tidak berkembang

Kerja sama manajemen ( franchising )

metode, teknik produksi, pelatihan, teknik, bantuan modal Penggunaan nama, merek yang sudah dikenal

Menjadi independent, terdominasi, rentan terhadap perubahan frenchisee

Table Kelebihan dan Kelemahan Merintis, Membeli, dan Kerja Sama Manajemen ( Waralaba) Sumber : Vernon A. Musselman John H. Jackson, Introduction to Modern Bussiness 9thed, 1984

Dilihat dari perangkat manajemennya Lambing ( 2000:43 ) mengemukakan bahwa control atau penagawasan pada usaha kecil biasanya informal. Apabila hanya terdapat beberapa karyawan, maka deskripsi pekerjaan dan segala aturan lebih baik secara tidak tertulis sebab wirausaha mudah mengontrol usahanya. Banyak wirausaha yang cenderung menggunakan manajemen mikro dalam usahanya. Di Indonesia sendiri belum terdapat batasan dan kriteria yang baku mengenai usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria menurut focus permasalahan yang dituju. Dalam UU No.9/1995 pasal 5 tentang usaha kecil, disebutkan beberapa kriteria usaha kecil sebagai berikut: 1. Memiliki kekayaan paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau 2. Memiliki hasil penjualan tahunan sebanyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah)

Biro Pusat Statistik Indonesia BPS ( 1998 ) mendefinisikan usaha kecil dengan ukuran tenaga kerja yaitu 5 sampai dengan 19 orang yag terdiri dari atas ( termasuk ) pekerja kasar yang dibayar, pekerja pemilik, dan pekerja keluarga.perusahaan industry yang memiliki tenaga kerja kurang dari lima orang diklasifikasikan sebagai industry rumah tangga. Sedangkan kalsifikasi yang dikemukakan oleh Stenly dan Morse adalah industry yang menyerap tenaga kerja 1 9 orang termasuk industry kerajinan rumah tangga. Industry kecil menyerap 10 49 orang, industry sedang menyerap tenaga kerja 50 99 orang, dan industry besar menyerap tenaga kerja sampai 100 orang lebih. Berdasarkan terminology di atas banyak kriteria yang digunakan. Terlepas dari ukuran secara kuantitatif, pada umumnya perusahaan kecil memiliki ciri-ciri khusus, yaitu manajemen, pesyaratan modal, dan pengoperasian yang bersifat local. Pada usaha kecil, manajer yang mengoperasikan perusahaan adalah pemilik, majikan dan investor yang mengambil berbagai keputusan secara mandiri. Jumlah modal yang diperlukan juga biasanya relative kecil an hanya dari beberapa sumber. Karena permodalan relative kecil dan dikelola secara mandiri, maka daerah operasinya adalah local, dan

pemasarannya hanya pada lokasi/daerah tertentu. Beberapa usaha kecil menghasilkan keperluan ekspor dengan skala yang relative kecil, relative spesifik, atau kuran diverifikasi, misalnya barang-barang untuk keperluan rumah tangga dan cenderamata, seperti mebel, hiasan, dan mainan anak-anak. Komisi untuk perkembangan ekonomi ( Committee for Economic Development CED ), mengemukakan kriteria usaha kecil sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik Moal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil Daerah operasi bersifat local Ukuran dalam keseluruhan relative kecil

Disamping ciri-ciri diatas, usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil adalah: 1. Memiliki kebebasan untuk bertindak Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk, teknologi, dan mesin baru usaha kecil bias bertindak dengan cepat untuk dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut. Sedangkan perusahaan besar tindakan tersebut sulit untuk dilakukan. 2. Fleksibel Perusahaan kecil sangat luwes, dapat menyesuaikan dengan kebutuhan setempat. Bahan baku, tenaga kerja, dan pemasaran produk usaha kecilpada umumnya menggunakan sumber-sumber yang bersifat local, yaitu mendatangkan dari daerah lain atau impor. 3. Tidak mudah goncang Karena bahan baku dan sumber daya lainnya kebanyakan local, maka perusahaan kecil tidak entan terhadap fluktuasi bahan baku impor. Bahkan bila bahan baku impor sangat mahal sebagai akibat tingginya nilai mata uang asing, maka kenaikan mata uang asing tersebut dapat dijadikan peluang oleh perusahaan kecil ynag menggunakan bahan baku local dengan memproduksi barang-barang untuk keperluan ekspor.

Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan kedalam dua aspek, yaitu: 1. Kelemahan Structural. Kelemahan structural merupakan kelemahan dalam struktur perusahaan, misalnya dalam bidang manajemen dan organisasi, pengendalian mutu, pengadopsian an penguasaan teknologi, kesulitan mencari permodalan, tenaga kerja masih local, dan terbatasnya akses pasar. Kelemahan factor structural yang satu saling terkait dengan factor structural yang lainny, kemudian membentuk lingkaran ketergantungan yang tidak berujung dan membuat usaha kecil terdominasi dan rentan. 2. Kelemahan Kultural. Kelemahan kultural berdampak pada terjadinya kelemahan structural. Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses permodalan, pemasaran, dan bahan baku seperti : a) Informasi peluang dan cara memasarkan produk. b) Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, an mudah didapat. c) Informasi untuk mendapatkan fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam menjalin hubungan kenitraan untuk memperoleh bantuan permodalan dan pemasaran. d) Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain kualitas, maupun kemasannya. e) Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan pesyaratan terjangkau.

Keramgka Hipotesis Pengembangan Usaha Kecil Hasil studi yang dilakukan oleh John Eggers dan Kim Leahy mengidentifikasi enam tahap pengembangan bisnis, yaitu tahap konsepsi, bertahan hidup, stabilitas, orientasi pertumbuhan, pertumbuhan yang cepat, dan kematangan. Pada setiap tahap tesebut gaya kepemimpinan wirausaha dan keterampilan yang dibutuhkan cenderung berubah. Menurut Lambing ( 2000:43 ), ad 2 keterampilan yang sangat dibutuhkan oleh pemilik perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaannya, yaitu manajemen operasional, dan manajemen keuangan. Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemukakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada kemampuan internal. Pandangan Michael P. Porter ( 1980, 1999 ) tentang teori strategi kompetitif sampai saat ini tampaknya masih relevan, walaupun dalam perkembangannya tidak sedikit yang mengkritik. Teori Porter dirancang untuk menghadapi tantangan eksternal, khususnya persaingan. Dalam teori Porter dikemukakan bahwa untuk menciptakan daya saing khusus perusahaan harus menciptakan keunggulan melalai strategi generic, yaitu strategi yang menekankan pada keunggulan biaya rendah, diferensiasi, dan focus. Dengan strategi ini, perusahaan akan memiliki daya tahan hidup secara

berkesinambungan. Meskipun masih relevan, Teori Porter ini terus dikritik. Menurut Mahoney dan Pandian ( 1992 ) dan dAveni ( 1994 ), strategi Porter tersebut adalah berjangka pendek dan statis. Menurutnya saat ini keadaannya sudah sangat cepat berubah, maka yang diperlukan adalah strategi jangka panjang dan dinamis. Untu mengahadapi kondisi jangka panang dan dinamis, perusahaan harus dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan sumber daya ( resources based strategy ) internal secara superior untuk menciptakan kompetensi inti seperti yang disarankan Mintzberg ( 1990 ). Dalamm menghadapi krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, baik teori strategy dinamis maupun teori strategi sumber daya sangat relevan bila khusus diterapkan dalam pemberdayaan usaha kecil nasional dewasa ini. Dalam strategi ini perusahaan kecil harus mengarah pada keterampilan khusus secara internal yang bisa

menciptakan produk inti yang unggul untuk memperbesar pembagian produksi (muncul pada berbagai produk yang mempunyai komponen penting yang sama). Strategi tersebut lebih murah dan ampuh dalam memberdayakan usaha kecil karena peusahaan kecil bias memberdayakan sumber daya lokalnya ( Albert Wijaya, 1993). Menurut toeri berdasarkan sumber daya ini, agar perusahaanmeraih keuntungan secara terus-menerus, yaitu meraih semua pesaing di industry yang bersangkutan, maka perusahaan harus mengutamakan kapabilitas internal yang superior, yang tidak transparan, sukar ditiru atau dialihkan oleh pesaing dan memberi daya saing jangka panjang yang kuat melebihi tuntutan masa kini di pasar dan dalam situasi bergejolak, serta mampu mengahadapi resesi (Mahoney dan Pandian, 1992). Sumber daya secara khusus yang bias dikembangkan oleh perusahaan menurut Pandian (1992) adalah tanah, teknologi, tenaga kerja (kapabilitas dan pengetahuannya), modal dan kebiasaan rutin. Secara spesifik ahli lain seperti Burns (1990) menyarankan bahwa agar perusahaan kecil berhasil take-off, maka harus ada usaha-usaha khusus yang diarahkan untuk keberlangsungan hidup, konsolidasi, pengendalian, perencanaan dan

harapan.dalam tahap ini, diperlukan penguasaan manajemen, yaitu dengan mengubah pemilik sebagai pengusaha yang merekrut tenaga kerja yang diberi wewenang secara jelas. Menurut teori Design School, perusahaan harus mendesain strategi perusahaan yang pas antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan internal yang memadai yang didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti yang merupakan kompetensi khusus dari pengelolaan sumber daya perusahaan. Dalam konteks persaingan bebas yang semakin dinamis seperti sekarang ini, menurut dAveni (1987),perusahaan harus menekankan peada strategi pengembangan kompetensi inti, yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan keunggulan seperti yang telah dikemukakan. Keunggulan tesebut menurutnya diciptakan melalui The New 7-s Strategy, yaitu: 1. Superior stakeholder satisfication, yaitu mengutamakan kepuasan pihakpihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. 2. Strategyc shoot saying, yaitu merancang strategi yang mengejutkan atau mencenangkan.

3. 4. 5.

Position of speed, yaitu posisi yang mengutamakan kecepatan. Position for surprise, yaitu posisi untuk membuat kejutan Shifting the role of the game, yaitu strategi untuk mengadakan perubahan/pergeseran peran yang dimainkan.

6. 7.

Signaling strategy intent, yaitu mengindikasikan tujuan dari strategi Simulation and sequential strategy thrusts, yaitu membuat rangkaian penggerak/pendorong strategi secara simultan dan beruutan.

Berdasarkan pandangan para ahli diatas, jelaslah bahwa kelangsungan hidup perusahaan, baik kecil maupun besar pada umumnya sangat bergantung pada strategi manajemen perusahaan dalam memberdayakan sumber daya internalnya. Rangkuman Ada 3 cara memasuki usaha baru, yaitu: (1) merintis usaha baru, (2) membeli perusahaan yang sudah ada, (3) kerja sama manajemen (franchising). Masing-masing bentuk tesebut memiliku keuntungan dan kerugian tersendiri. Untuk merintis usaha baru beberapa kemampuan dan keahlian harus dipersiapkan dan dimiliki, antara lain kemampuan teknik, pemasaran, finansial dan hubungan. Ada beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam merintis usaha baru, yaitu (1) bidang an jenis usaha yang dimasuki, (2) bentuk usaha dan kepemilikan perusahaan, (3) tempat usaha yang akan dipilih, (4) organisasi usaha yang akan digunakan, (5) jaminan usaha yang akan diperoleh, (6) lingkungan usaha yang akan berpengaruh, seperti lingkungan ekonomi, sosiopolitik, dan demografi serta gaya hidup. Dilihat dari profilnya usaha kecil memiliki profil tersendiri sesuai dengan sifat struktur dan kulturnya, yaitu keterbatasan dalam hal permodalan, manajemen, teknik opersional, akses pemasaran, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai