Anda di halaman 1dari 6

LP GE Pada Anak

LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Diare ialah kedaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau dapat pula bercampur lender
dan darah atau lender saja.
(Ngastiyah; Perawatan Anak Sakit : 143).
Diare pada dasranya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering dari biasanya dengan
konsistensi yang lebih encer. Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli,
yaitu suatu keadaan dimana :
1. Frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak,
dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau dapat pula bercampur lender dan darah
atau lender saja. (FKUI, 1997)
2. Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai dengan
seringnya kehilangan cairan dan feces yang tidak berbentuk. (Susan Martin T. 1998 : 8)

2. Macam Diare (Lab / UPF IKA, 1994; 39)


Diare dapat dikelompokkan menjadi :
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.
2. Diare berkepanjangan bila diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.

3. Penyebab Diare
Penyebab utama adalah beberapa kuman usus penting yaitu Retrovirus, E. Coli, Shigella,
Cryptosporidium, Vibrio Cholearae, dan Salmonella. (DepKes RI, 1998)
Selain kuman, ada beberapa perilaku yang dapat meningkatkan resiko terjadinya diare, yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan
b. Menggunakan botol susu
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar
d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja atau sebelum
menjamah makanan.
(Nursalam. 2005 : 169-170)

4. Patogenesis
Diare dapat terjadi dengan mekanisme dasar sebagi berikut :
1. Gangguan Osmotik
Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic
dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu, misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, selanjutnya timbul diare, karena terdapat
peningkatan rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hipoperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bula peristaltic usus menurun akan menyebabkan
bakteri akan tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Patogenesis Diare Akut (FKUI : 1985; 284)
a. Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah berhasil melewati
rintangan asam lambung.
b. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiflikasi) di dalam usus halus.
c. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (Toksin diaregenik)
d. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Patogenesis Diare Kronis (FKUI : 1985; 284)
Lebih kompleks dan factor-faktor yang menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit,
malabsorbsi, malnutrisi dan lain-lain.

5. Patofisiologis

Menurut Suharyono (1996; 56) sebagai akibat dari diare akut maupun kronis dapat terjadi
hal-hal sebagai berikut :
1. Kehilangan air dan elektrolit (terjadi Dehidrasi)
Kondisi ini dapat mengakibatkan gangguan asam basa (Metabolik Asidosis), karena :
1. Kehilangan Natrium Bikarbonat bersama tinja
2. Adanya ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga benda
kotor tertimbun dalam tubuh
3. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan
4. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkatkan karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal (terjadi oliguria dan amonia)
5. Pemindahan ion natrium dan cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler
2. Hipoglikemia
Terjadi pada 2-3 % dari anak-anak yang menderita diare dan lebih sering terjadi pada anak
yang sebelumnya sudah menderita KKP, karena :
a. Penyimpanan persediaan dlikogen dalam hati yang terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa (walaupun jarang terjadi)
3. Gangguan gizi
Pada hal ini sering terjadi penurunan berat badan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya akan
bertambah hebat, sehingga orang tua hanya sering memberikan air teh saja.
b. Walaupun susu diteruskan, sering berikan dengan pengenceran dalam waktu yang terlalu
lama.
c. Makanan diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
4. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare yang dengan atau tanpa disertai muntah, maka dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa renjatan atau syok hipovolemik, akibat perfusi jaringan berkurang dan
terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga dapat mengakibatkan perdarahan di
dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak segera di tolong maka penderita akan
meninggal.

6. Komplikasi
Akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi (Ringan, Sedang, Berat, Hipotonik, Isotonik, atau Hipertonik)
b. Renjatan hipovolemik
c. Hipokalemia (Gejala meteorismis, Hipotoni otot lemah, dan Bradikardi)
d. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vilimukosa usus dan dehidrasi enzim
e. Hipoglikemia
f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik)

B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal
suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan. Pada pasien diare akut,
sebagian besar adalah anak yang berumur dibawah dua tahun. Insiden paling tinggi terjadi
pada umur 6-11 bulan karena pada masa ini mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian
diare akut pada anak laki-laki hamper sama dengan anak perempuan (DepKes RI, 1999 : 5).
Serta dalam pengkajian keperawatan anak juga terlampir identitas kedua orang tua lengkap
dan juga terdapat penanggung biaya.

2. Keluhan Utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB <4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi),
BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), atau BAB >10 kali (dehidrasi berat).
Apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila
beralngsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
¬
3. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Dalam hal ini dapat ditanyakan mengenai Prenatal, Natal, Postnatal. Apakah terjadi kelainan
saat kehamilan dan kelahiran atau berjalan dengan normal.

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan/Penyakit Sekarang. (Menurut Suharyono, 1995 : 59) Yaitu :
1. Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu
makan menurun, dan kemungkinan timbul diare.
2. Tinja makin cair, mungkin disertai lender atau darah, warna tinja berubah menjadi hijau
karena bercampur empedu.
3. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama
makin parah.
4. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5. Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai
tampak.
6. Diuresis terjadi oliguria (kurang 1 ml/BB/Jam) bila terjadi dehidrasi.

b. Riwayat Penyakit Dahulu


Dalam hal ini ada beberapa yang perlu ditanyakan pada keluarga yaitu :
- Penyakit yang pernah dialami
- Pernah dirawat di Rumah Sakit
- Lamanya dirawat
- Tindakan yang dilakukan
- Riwayat terhadap alergi makanan/obat-obatan (antibiotik) karena ini merupakan salah satu
factor penyebab diare (Axton, 1993 : 83).
c. Riwayat Imunisasi
Dalam hal ini dapat ditanyakan pemberian imunisasi, mulai dari BCG, Polio, DPT, Hepatitis,
Campak, Boster. Apakah diantara imunisasi tersebut ada yang belum diberikan, serta apa
alasan belum diberikannya imunisasi.

5. Pengkajian Tumbuh Kembang (DDST II)


Dalam hal ini, bagaimana tumbuh kembang anak dilihat dari DDST II yaitu :
- Adaptasi social
- Bahasa
- Motorik kasar
- Motorik halus

6. Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Bagaimana persepsi dan tata laksana hidup pada anak dengan umur 10 bulan, biasanya masih
terganntung pada perhatian sang ibu, yaitu mengenai mandi, pengobatan bila anak sakit.
2. Pola nutrisi
Menurut (DepKes RI, 1999 : 124-129) anak dengan kasus diare sebelum terjadinya diare
dapat meliputi :
a. Pemberian ASI pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi resiko diare dan infeksi yang
serius.
b. Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan
botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
c. Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada
dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus ingin minum banyak. Sedangkan pada dehidrasi
berat, anak malas minum atau tidak bisa minum.

3. Pola eliminasi
Pada eliminasi alvi dapat ditemukan bentuk feces yang cair dan kadang warn akehijauan.
Feces biasanya bercampur lender dan darah, dimana setiap harinya BAB >3 kali. Pada
eliminasi uri biasanya tidak ada masalah dan setiap kali BAB disertai urin.
4. Pola istirahat dan tidur
Biasanya mengalami gangguan yang disebabkan oleh seringnya BAB pada saat waktu tidur
dan pada dehidrasi sedang biasanya sering bangun karena rewel dan cengeng serta gelisah.
5. Pola aktifitas dan latihan
Terjadi gangguan jika dilihat dari bentuk dehidrasi. Jika dehidrasi ringan biasanya tidak
mengalami gangguan secara penuh, artinya masih bisa melakukan beberapa aktifitas, dan
pada dehidrasi sedang mengalami gangguan yaitu keadaan pasien yang lemah, cengeng dan
gelisah, dan pada dehidrasi berat sangatlah membutuhkan istirahat yang penuh untuk mengisi
cairan-cairan yang hilang.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Dapat dikaji mengenai gambaran diri, harga diri, ideal diri, peran dan identitas.
7. Pola sensori dan kognitif
Dalam hal ini dapat dikaji mengenai kelima panca inderanya, apa yang dikeluhkan serta
apakah keluarga sudah mengerti tentang penyakit yang dialami pasien.
8. Pola reproduksi seksual
9. Pola hubungan peran
Bagaimana hubungan dengan keluarga, keluarga terdekat, dan keluarga sekitar, apakah ada
gangguan apa tidak.
10. Pola penanggulangan stress
Dalam hal ini dapat ditanyakan mengenai cara mengatasi masalah jika ada yang dialami.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Dalam hal ini dapat ditanyakan mengenai agama.

7. Pemeriksaan Fisik (Nursalam, 2005, 174-175)


1. Keadaan Umum :
- Baik, sadar (tanpa dehidrasi)
- Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang )
- Lesu, lunglai atau tidak sadar (dehidrasi berat)
2. Kepala
Anak berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung.
3. Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor kulit, disini dapat
mengetahui apakah turgor kulit mengalami penurunan.
4. Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matnay normal, apabial mengalami dehidrasi
ringan/sedang kelopak matanya cekung (cowong), sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat kelopak matanya sangat cekung.
5. Mulut dan Lidah
Mulut dan lidah basahh (tanpa dehidrasi), mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang),
mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
6. Abdomen
Kemungkinan mengalami distensi, kram, dan bising usus yang meningkat.
7. Anus
Apakah ada iritasi pada kulitnya.
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat,
sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula (Suharyono, 1999). Pemeriksaan yang
perlu dilakukan pada anak yang mengalami diare, yaitu :
- Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur.
- Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat, (PRL, Elini Test), lunak dan kultur urine.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit
2. Perubahan pola pemenuhan nutrisi
3. Perubahan integritas kulit
4. Gangguan rasa nyaman
5. Kurangnya pengetahuan orang tua

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


Diagnosa I : Kekurangan volume cairan dan elektrolit
1. Pantau tanda dan gejala dehidrasi (kulit membrane mukosa kering, kanaikan berat jenis
urine tiap 4 jam, dan rasa haus ).
2. Pantau masukan dan keluaran dengan cermat meliputi frekuensi, urine dan konsistensi.
3. Pantau ketidakseimbangan elektrolit (Natrium Klorida dan Kalium).
4. Timbang Berat Badan setiap hari.
5. Monitor tanda-tanda vital (suhu, nadi) setiap 4 jam.
6. Lakukan tindakan untuk mengurangi demam (ganti pakaian katun dan kompres dingin).
7. Kolaborasi dengan dokter tentang dehidrasi terutama dehidrasi berat dan jika terdapat
penyakit berat lainnya.
Diagnosa II : Perubahan pola pemenuhan nutrisi
1. Pelihara input dan output yang tepat dengan meneruskan nutrisi peroral.
2. Observasi muntah dan berat badan tiap 4 jam.
3. Berikan makanan secara bertahap dengan menaikkan dari diet lunak ke diet biasa.
4. Timbang BB tiap hari.
5. Nilai jumlah kalori bahan makanan sebaiknya sebesar 1000-2400 kal/hari sesuai dengan
BB.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi (Mayers Martene, 1995 : 128).
7. Berikan penyuluhan kepada orang tua tentang makanan/diet selama diare dan cara
pembuatan oralit, serta anjurkan agar tetap memberikan ASI.

IV. IMPLEMENTASI
Merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh perawat, dimana mencatat
pelaksanaa rencana perawatan, pemenuhan criteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri,
dan tindakan kolaboratif.
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2001 : 38)

V. EVALUASI
Merupakan catatan penting tentang indikasi kemajuan pasien terhadap tujuan yang dicapai.
Evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan perawatan dan untuk mengkomunikasikan
status pasien dari hasil tindakan keperawatan.
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2001 : 41)

DAFTAR PUSTAKA

1. Nursalam, 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Medika : Jakarta.
2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985. Ilmu Kesehatan Anak I. FKUI.
3. Ngastiyah, 1995. Perawatan Anak Sakit, EGC : Jakarta.
A. Aziz Alimul Hidayat. 2001. Dokumentasi Proses Keparawatan. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai