Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR CEREBRI

Dosen Pengampu : Aris Fitriyani, S.Kep,Ns,MM

DISUSUN OLEH :

Ririn Fastiningtyas
P 10220206034
2A

POLITEKNIK KESEHATAN

DEPARTEMEN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO

2008

TUMOR CEREBRI
A. Pengertian
1. Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang
menempati ruang didalam tulang tengkorak (Baughman, Piaree, 2000).
2. Tumor cerebri adalah lesi desak ruang jinak maupun ganas, yang
tumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Price, Slyvia, 2000).
3. Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang
menempati ruang di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
4. Tumor otak adalah neoplasma yang berasal dari sel saraf, neuro
epithelium, sel glia, saraf kranial, pembuluh darah, kelenjar pineal, hipofisis
(Donna L. Wong, 2002).

B. Klasifikasi
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000, yaitu :
1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam
system saraf pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40
sampai 50 % tumor otak.
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen,
sel-sel mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari
paling penting.
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau
basofil dari hipofisis anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10
% tumor intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-
10 % dari seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat
primer.
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah
abnormal yang didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini
diderita sejak lahir yang lambat laun membesar.
b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari
unsur-unsur vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam
serebelum
c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara
hemagioblastoma serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal
serta pancreas.
Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang
antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida
embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.

C. Etiologi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987,beberapa penyebab tumor otak antara lain
:
1. Peningkatan TIK yang terlalu tinggi
2. Kejang dan tanda-tanda neurologi fokal
3. Perdarahan intrakranial
4. Gangguan imunologi tubuh
5. Hidrocefalus
6. Gangguan fungsi hipofisis

D. Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, gangguan neurologi pada tumor otak
disebabkan oleh 2 faktor yaitu gangguan fokal disebabkan oleh, tumor dan
kenaikan TIK.
1. Gagguan fokal, terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan
otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada parekim otak dengan kerusakan
jaringan neuron. Tentu saja disfungsi yang paling besar terjadi pada tumor
yang tumbuh paling cepat (misalnya glioblastama multiforme).
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah
arteri pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut
dan mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan perubahan
serebrovaskuler primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron
dihubungkan dengan kompresi, invasi dan perubahan suplai darah
kejaringan otak. Beberapa tumor membentuk kista yang juga menekan
parenkim otak sekitarnya sehingga memperberat gangguan neurologis fokal.
2. Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh bebrapa faktor :
bertambahnya massa dalam tengkorak, terbentuknya oedema sekitar tumor
dan perubahan sirkulasi cairan serebrospinal. Pertumbuhan tumor
menyebabkan bertambahnya massa karena ia mengambil tempat dalam
ruang yang relatif tetap dari ruangan tengkorak yang kaku. Tumor ganas
menyebabkan oedema dalam jaringan otak sekitarnya. Mekanismenya
belum seluruhnya dipahami, tetapi diduga disebabkan oleh selisih osmotik
yang menyebabkan penyeparan cairan tumor. Beberapa tumor dapat
menyebabkan perdarahan. Obstruksi vena dan oedema yang disebabkan
oleh kerusakan sawar darah-otak, semuanya menimbulkan kenaikan volume
intrakranial dan kenaikan TIK.
Obstruksi sirkulasi cairan serebrospinal dari ventrikel lateral ke ruangan sub
araknoid menimbulkan hidrosepalus.
Peningkatan TIK akan membahayakan jiwa bila terjadi cepat akibat salah
satu penyebab yang akan telah dibicarakan sebelumnya. Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk
menjadi efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila TIK timbul cepat.
Mekanisme kompensasi antara lain : bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan serebrospinal, kandungan cairan intra sel dan
mengurangi sel-sel parenkim. Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasi ulkus / serebellum. Herniasi ulkus menekan
mensesefalon menyebabkan hilangnya kesadaran saraf otak ketiga. Pada
herniasi cerebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh suatu
massa posterior. Kompresi medulla oblongata dari henti pernafasan terjadi
dengan cepat. Perubahan fisiologis lain terjadi dengan cepat. Perubahan
fisiologis lain terjadi akibat peningkatan TIK yang cepat adalah bradikardia
progesif, hipertensi sitemik, (pelebaran tekanan nadi) dan gangguan
pernafasan.
E. Pathway Keperawatan

Peningkatan TIK
Perdarahan Gangguan Gangguan fungsi
intrakranial imunologi tubuh hipofisis

Tumor Otak Kematian

Cemas
Pembedahan Bertambahnya massa Penekanan pada jaringan otak dan
dan edema otak infiltrasi / invasi langsung pada
parenkim otak

Trauma
Nyeri Intrakranial Peningkatan Penekanan / kompresi Gangguan
TIK pada otak fokal

Perubahan
Perubahan suplai
proses Resiko Tinggi
Nyeri Dislokasi pupil darah ke otak
keluarga Cedera

Risiko Ketidakseimbangan Risiko kekurangan


Kejang
infeksi nutrisi volume cairan

Gangguan Reflex cahaya Trismus


Kurang pengetahuan
Proses Pikir menurun

Konflik pengambilan Perubahan Persepsi Resiko Kerusakan


keputusan Sensori Visual Cedera komunikasi
verbal

Gangguan
F. Manifestasi Klinis
tumbang
Menurut Price, Sylvia Ardeson,2000 :
1. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan gejala umum yang paling sering dijumpai pada
penderita tumor otak. Rasa sakit dapat digambarkan bersifat dalam dan terus
menerus, tumpul dan kadang-kadang hebat sekali. Nyeri ini paling hebat
pada pagi hari dan lebih menjadi lebih hebat oleh aktivitas yang biasanya
meningkatkan TIK seperti membungkuk, batuk, mengejan pada waktu
BAB. Nyeri sedikit berkurang jika diberi aspirin dan kompres dingin pada
tempat yang sakit.
2. Nausea dan muntah
Terjadi sebagai akibat rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata.
Muntah paling sering terjadi pada anak-anak berhubungan dengan
peningkatan TIK diserta pergeseran batang otak. Muntah dapat terjadoi
tanpa didahului nausea dan dapat proyektif.
3. Papiledema
Disebabkan oleh statis vena yang menimbulkan pembengkakan papilla
nervioptist. Bila terlihat pada pemeriksaan funduskopi akan mengingatkan
pada kenaikan TIK. Seringkali sulit untuk menggunakan tanda ini sebagai
diagnosis tumor otak oleh karena pada beberapa individu fundus tidak
memperlihatkan edema meskipun TIK tidak amat tinggi. Dalam
hubungannya dengan papiledema mungkin terjadi beberapa gangguan
penglihatan. Ini termasuk pembesaran bintik buta dan amaurusis fugun
(perasaan berkurangnya penglihatan).
4. Gejala fokal
Tanda-tanda dan gejala-gejala tumor otak antara lainnya juga terjadi, tetapi
ini lebih cenderung mempunyai nilai melokalisasi :
a. Tumor korteks motorik, memanifestasikan diri dengan
menyebabkan gerakan seperti kejang yang terletak pada satu sisi tubuh
yang disebut Kejang Jacksonian.
b. Tumor lobus oksipital menimbulkan gejala visual, hemiaropsia
humunimus kontralateral (hilangnya penglihatan pada setengah lapang
pandang, pada sisi yang berlawanan dari tumor) dan halusinasi
penglihatan.
c. Tumor serebelum, menyebabkan pusing, ataksia (kehilangan
keseimbangan) atau gaya berjalan yang sempoyongan dengan
kecenderungan jatuh ke sisi yang lesi, otot-otot tidak terkoordinasi dan
nistagmus (gerakan mata berirama tidak disengaja) biasanya
menunjukkan gerakan horizontal.
d. Tumor lobus frontal sering menyebabkan gangguan kepribadian
perubahan status emosional dan tingkah laku, dan disintegrasi perilaku
mental. Pasien sering menjadi ekstrem yang tidak teratur dan kurang
merawat diri dan menggunakan bahasa cabul.
e. Tumor sudut serebroponsin biasanya diawali pada sarung saraf
akustik dan member rangkaian gejala yang timbul dengan semua
karakteriatik gejala pada tumor otak :
1) Pertama, tinnitus dan kelihatan vertigo, diikuti terjadinya
tuli (saraf cranial-8)
2) Berikutnya kesemutan dan rasa gatal pada wajah dan lidah
(saraf cranial-5)
3) Selanjutnya, terjadi kelemahan atau paralisis (saraf cranial-
7)
4) Akhirnya, karena pembesaran tumor menekan serebelum,
mungkin ada abnormalitas pada fungsi motorik.
f. Tumor ventrikel dan hipotalamus mengakibatkan somnolensia,
diabetes insipidus, obesitas, dan gangguan pengaturan suhu.
Tumor intrakranial dapat menghasilkan gangguan kepribadian, konfusi,
gangguan fungsi bicara dan gangguan gaya berjalan.

G. Komplikasi
Menurut Brunner dan Suddarth 1987, komplikasi yang dapat terjadi adalah :
1. Peningkatan TIK dari tumor dalam ruang kranium yang terbatas.
Biasanya menimbulkan gejala-gejala neurologis seperti perdarahan dan
infeksi. Penggunaan steroid oral akan menurunkan oedema serebral dan
mungkin dapat mengontrol gejala tersebut.
2. Adanya lesi yang mengganggu fungsi normal yang dikontrol oleh
bagian otak tersebut
3. Pengobatan kemoterapi mungkin memberikan kontribusi pada
oedema serebral sementara yang mungkin memerlukan peningkatan
pemberian steroid atau obat anti konvulsan. Gejala yang dialami pasien
secara langsung diakibatkan dengan lokasi tumor otak.

H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah
ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral sekunder,
selain itu alat ini juga member informasi tentang system ventrikuler.
a. b. c.
a.Ct-Scan Tm
b.Head CT Scan menunjukkan 2 buah tumor yang masih tersisa.
c.Bercak putih menunjukkan tumor otak
2. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil,
membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah
hipofisis.

3. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan


untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk memberikan
dasadasarpengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral.
5. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang.
6. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas,
karena tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke
dalam cairan serebrospinal.
7. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga
sedemikian rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak bias
dilakukan karena kontra indikasi peningkatan TIK.
(1) (2)
Gambar 1 : Pencitraan 3D CT scan memberikan gambaran detail struktur
anatomi, lesi, tumor.
Gambar2 : Tumor yang terakhir dioperasi dari bagian belakang otak.

I. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth 1987 :
1. Pembedahan
Merupakan pilihan pertama bagi pasien dengan tumor otak. Tujuan
diagnosis definitive dan memperkecil tumor tersebut. Pengangkatan dari
semua tumor menimbulkan defisit neurologis yang berat.
2. Terapi radiasi
a. Radioterapi, untuk mengatasi daerak eksisi dimana lesi metastatic
tumor telah diangkat.
b. Kemoterapi, untuk mengatasi kalignasi tumor otak.
Obat-obatan yang digunakan : Nitroseurea, BCNU dan CCNU karena obat
ini mampu melewati sawar darah / otak. Selama pemberian obat-obatan ini
pasien harus menghindari makanan yang tinggi tiramin (misalnya anggur,
yogurt, keju, hati ayam, pisang) dan alcohol, karena pokorbazine
menghambat dan melemahkan aktivitas inhibitor monoamine oksidase
(MAO). Prokabazine dikaitkan dengan mual dan muntah yang mungkin
hilang atau berkurang saat pertama kali atau saat pengobatan sedang
dilakukan.
3. Imunoterapi
a. Dengan menggunakan antibody monoclonal yang diciptakan secara
khusus untuk menyerang dan menghancurkan sel tumor otal.
b. Interleukin-2 digunakan untuk mengganti lesi-lesi metastatic dari
kanker primer ginjal dan melanoma, akan tetapi kemanjurannya masih
perlu dibuktikan.
4. Pengobatan penyelidikan
a. BCNU digabungkan dalam bentuk tablet tipis yang mematikan
secra biologis untuk ditempatkan pada daerah tumor selama pembedahan
kraniotomi.
b. Penempatan kateter arteri dekat dengan tumor. Beri infus manitol
untuk perusakan dari barier darah atau otak.
c. Transplantasi sumsum tulang juga sedang digunakan dalan uji
klinis untuk penatalaksanaan astrosiloma.

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TUMOR OTAK

A. Data Fokus Pengkajian


Pengkajian keperawatan berfokus pada bagaimana pasien berfungsi bergerak
dan berjalan beradaptasi terhadap kelemahan atau paralisisdan untuk melihat
dan kehilangan kemampuan bicara dan adanya kejang.
1. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Inkoordinasi, hilang keseimbangan (berdiri dengan dasar kaki
lebar, jatuh, kesandung, membentuk obyek), kelemahan,
kekakuan.
Tanda : Kontrol motorik halus buruk
Hiporefleksia atau hiperfleksia
Tanda babinski positif
Paralisis
2. Sirkulasi
Gejala : Peningkatan tekanan darah
Perubahan frekuensi jantung (bradikardi, takikardi)
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan perilaku, perilaku aneh (bengong, gerakan otomatis).
Tanda : Peka rangsang, cemas, mudah tersinggung, penurunan nafsu
makan, gagal tumbuh, keletihan, letargi, koma
4. Eliminasi
Gejala : Inkontinensia kandung kemih atau mengalami gangguan fungsi.
5. Makanan / Cairan
Gejala : Dengan atau tanpa mual atau makan
Mengalami perubahan / penurunan nafsu makan
Muntah secara progresif, lebih parah dipagi hari muntah
(mungkin proyektif)
Muntah hilang dengan bergerak dan mengubah posisi.
6. Neurosensori
Gejala : Defek visual (nistagmus, diplopia, strabismus, episode “graying
out”, pada penglihatan, defek lapang pandang.
Tanda : menengadahkan kepala, pembesaran cranial papiledema.
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Sakit kepala kambuhan dan progresif, pada area frontal atau
oksipital, biasanya tumpul dan berdenyut memburuk saat bangun
berkurang disiang hari, makin berat saat menunduhkan kepala /
mengejan (defekasi, batuk, bersin)
Tanda : Menangis, memutar kepala
8. Pernapasan
Tanda : Perubahan pola napas
Penurunan pernapasan
9. Keamanan
Gejala : Edema karena kejang
Tanda : Gangguan penglihatan
Kejang
Hipotermi, hipertermi

B. Diagnosa Keperawatan
Pre Op
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi
neurologis
3. Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan
persepsi, transmisi
4. Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumot otak
5. Gangguan proses piker berhubungan dengan peningkatan TIK
6. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak
yang menderita penyakit serius
7. Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang
informasi yang relevan
8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informais
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah
1.
2. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intracranial
3. Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan
fisik
4. Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan
6. Cemas berhubungan dengan ancaman kematian
7. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang
menjalani pembedahan kritis untuk penyakit yang mengancam
kehidupan

C. Intervensi
Dx 1 : Nyeri berhubungan dengan peningkatan TIK
NOC : Perilaku Mengendalikan Nyeri
Tujuan : Anak tildak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima anak
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan adanya nyeri atau minimalnya bukti-
bukti ketidaknyamanan
b. TIK dalam batas normal
c. Anak tidak menunjukkan bukti-bukti peningkatan TIK
d. Anak belajar dan menginplementasikan strategi koping yang
efektif.
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal lampu
ruangan redup, tidak ada kebisingan, tidak ada gerakan tiba-tiba).
2. Berikan analgesia sesuai ketentuan, observasi adanya efek
samping.
3. Lakukan strategi sesuai non farmakologi untuk membantu anak
mengatasi nyeri.
4. Gunakan strategi yang dikenal anak atau gambarkan beberapa
strategi dan biarkan anak memilih.
5. Libatkan orang tua dalam pemilihan strategi
6. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi non farmakologi
sebelum terjadi nyeri atau sebelum menjadi lebih berat.

Dx 2 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan perubahan fungsi neurologis


NOC : Menjadi Orang Tua : Keamanan Sosial
Tujuan : Pasien tidak mengalami cedera
Kriteria hasil :
 Anak bebas dari cedera
 Anak dan keluarga menyetujui aktivitas atau modifikasi aktivitas
yang tepat untuk anak
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Mencegah Jatuh
1. Tekankan pentingnya mematuhi program terapeutik
2. Hindari anak yang diketahui akan mencetuskan kejang
3. Dampingi anak selama aktivitas yang diijinkan
4. Jaga agar penghalang tempat tidur tetap terpasang
5. Bantu ambulasi dan aktivitas hidup sehari-hari dengan tepat

Dx 3 : Perubahan persepsi sensori visual berhubungan dengan gangguan


persepsi, transmisi
NOC : Pengendalian Ansietas
Tujuan : Pasien menunjukkan tanda-tanda penyesuaian terhadap defisit
sensoris / persepsi
Kriteria hasil :
 Anak menyesuaikan diri pada defisit sensoris / persepsi
 Anak menunjukkan sikap dan rasa aman dalam lingkungan
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Berikan aktivitas visual motorik untuk bayi / anak (memegang
kepala, berdiri, merangkak, menggenggam obyek)
2. Berikan lingkungan yang mendorong rasa akrab dan rasa aman
3. Dorong partipasi dalam bermain aktif
4. Diskusikan kebutuhan untuk mencoba bermain aktif dalam
lingkunagan yang aman bersama anak-anak yang lain
5. Diskusikan bersama keluarga pentingnya membatasi lingkungan

Dx 4 : Gangguan komunikais verbal berhubungan dengan tumot otak


NOC : Neurogical Status
Tujuan : Pasien menunjukkan komunikasi verbal yang efektif.
Kriteria hasil :
a. Fungsi neurologis
b. TIK dbn
c. Komunikasi
d. TTV dbn
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengelolaan Lingkungan
1. Membantu keluarga dalam memahami pembicaraan
2. Berbicara kepada pasien dengan suara yang jelas
3. Menggunakan kata dan kalimat yang singkat
4. Instruksikan pasien dan keluarga untuk menggunakan bantuan
berbicara
5. Anjurkan pasien untuk mengulangi pembicaraannya jika belum
jelas
6. Beri pujian positif ketika pasien bisa bicara.

Dx 5 : Gangguan proses piker berhubungan dengan peningkatan TIK


NOC : Status Neurologis
Tujuan : Pasien diharapkantidak terjadi gangguan proses pikir.
Kriteria hasil :
a. Membuka mata terhadap adanya stimulus eksternal
b. Mematuhi perintah
c. Berespon terjadap stimulus eksternal
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Penatalaksanaan Delusi
1. Pantau kemampuan perawatan diri
2. Pantau status fisik pasien
3. Anjurkan keluarga tentang cara menghadapi orang yang
mengalami delusi
4. Kolaborasi pemberian obat antiasnsietas jka diperlukan.

Dx 6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang


menderita penyakit serius
NOC : Family Normalization
Tujuan : pasien (keluarga) disiapkan untuk prosedur diagnostic / operasi
Kriteria hasil :
d. Keluarga menunjukkan pemahaman tentang tes dan prosedur
e. Anak dan keluarga menunjukkan tentang informasi yang diberikan
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Peningkatan Normalisasi
5. Jelaskan alasan setiap tes dan radioterapi
6. Jelakskan tanggung jawab anak, misal kebutuhan untuk tetap tidak
bergerak selama tes dan atau radioterapi
7. Jelaskan pada anak tentang pengalaman umum setelah pembedahan
8. Jelaskan pada keluarga apa yang akan terjasi paska operasi
9. Berpartisipasi dalam konferensi praoperasi dengan keluarga dan
dokter

Dx 7 : Konflik pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang informasi


yang relevan
NOC: Decision Making
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan tidak terjadi konflik dalam keluarga.
Kriteria Hasil:
a. Identifikasi informasi yang relevan
b. Identifikasi alternatif
c. Memilih berbagai alternatif
Keterangan skala:
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Family Support
a. Informasikan kepada keluarga tentang alternatif pilihan atau solusi
b. Bantu keluarga mengidentifikasi keuntungan dan kerugian
alternatif lain
c. Tawarkan informasi konsen
d. Bantu keluarga dalam menjelaskan keputusannyapada anggota
keluarga yang lain, jika diperlikan
e. Berikan dukungan secara penuh

Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informais


Tujuan : Keluarganya dapat mengerti / lebih paham mengenai penyakit
anaknya dan pengobatannya.
NOC : Knowledge: Proses Penyakit
 Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi
perawatan anak
 Menjelaskan proses penyakit
 Menjelaskan sebab atau faktor yang mempengaruhi
 Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan anaknya
Ket: 1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks
NIC : Pengatahuan Proses Penyakit
1. Identifikasi faktor dalam atau luar untuk menambah /
meningkatkan motivasi pengobatan anaknya.
2. Tentukan hubungan individu dengan latar belakang sosial budaya
pada individu, keluarga atau masyarakat mengenai tingkah laku
kesehatannya.
3. Hindari menggunakan teknik menakut-nakuti
4. Mengikiusertakan keluarga (bila memungkinkan) dalam
melaksanakan pengobatan/ terapi anaknya.
5. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman
keluarga.
Dx 9 : Nyeri berhubungan dengan prosedur bedah
NOC : Tingkat Nyeri
Tujuan : Pasien tidak mengalami nyeri, antara lain penurunan nyeri pada
tingkat yang dapat diterima anak
Kriteria hasil :
c. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri
d. Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal
ruangan tenang, batasi pengunkung).
2. Berikan analgesia sesuai ketentuan
3. Cegah adanya gerakan yang mengejutkan seperti membentur
tempat tidur
4. Cegah peningkatan TIK
5. Kompreskan air hangat pada dahi

Dx 10 : Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma intrakranial


NOC : Pengendalian Resiko
Tujuan : Pasien mengalami stress minimal pada sisi operasi
Kriteria hasil :
a. Stress minimal pada sisi operasi
b. Anak tetap pada posisi yang diinginkan
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Positioning
1. Konsul dengan ahli bedah mengenai pemberian posisi, termasuk
derajat fleksi leher.
2. Posisikan anak datar dan mirirng, bukan terlentang atau tinggikan
kepala
3. Balikkan anak dengan hati-hati
4. Hindari posisi trendelenburg

Dx 11 : Keterlambatan tumbang berhubungan dengan efek dari kecatatan


fisik
NOC : Physical Aging Status
Tujuan : Pasien mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal
sesuai usianya.
Kriteria hasil :
a. Rata-rata berat badan
b. Cardiat out put
c. Elastisitas kulit
d. Kekuatan otot
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Tingan
5. Tidak ada
NIC : Developmental Enhancement
1. Bina hubungan saling percaya dengan anak
2. Demonstrasikan aktivitas yang meninggkatkan
perkembangan anak sesuai dengan umurnya (contoh bermain icik-
icik)
3. Bantu anak belajar ketrampilan
4. Bina kesempatan untuk mendukung latihan aktivitas
motorik/verbal pasien
5. Berikan reinforcement positif

Dx 12 : Resiko infeksi berhubungan dengan luka post op


NOC : Pengenalian Resiko
Tujuan : Pasien tidak mengalami infeksi atautidak terdapat tanda-tanda
infeksi pada pasien.
Kriteria hasil :
a. Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b. temperatur badan
c. Imunisasi

Skala : 1. Tidak pernah


2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Pengendalian Infeksi
1. Pantau tanda / gejala infeksi
2. Informaiskan kepada orang tua tentang jadwal imunisasi
3. Rawat luka op dengan teknik steril
4. Memelihara teknik isolasi (batasi jumlah pengunjung
5. Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap

Dx 13 : Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan
NOC : Fluid balance
Tujuan : Pasien tidak mengalami dehidrasi atau cairan tubuh pasien adekuat.
Kriteria hasil :
a. Kulit dan membran mukosa lembab
b. Tidak terjadi demam
c. TTV dbn
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Manajemen cairan
1. Monitor BB tiap hari
2. Catat intake dan output
3. Monitor status hidrasi seperti membran mukosa, nadi, tekanan
darah dengan cepat.
4. Monitor status nutrisi
5. Beri cairan yang sesuai dengan terapi
6. Anjurkan pada orang tua untuk memberikan banyak minum

Dx 14 : Cemas berhubungan dengan ancaman kematian


NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan hilang
atau berkurang.
Kriteria hasil :
a. Monitor intensitas kecemasan
b. Rencanakan strategi koping untuk mengurangi stress
c. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan
d. Kondisikan lingkungan nyaman
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Enhancement Coping
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis,
treatmen dan prognosis.
2. Tetap damping pasien untuk menjaga keselamatan pasien dan
mengurangi ansietas
3. Instruksikan pasien untuk melakukan ternik relaksasi
4. Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menimbulkan ansietas.

Dx 15 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang menjalani


pembedahan kritis untuk penyakit yang mengancam kehidupan
NOC : Family Coping
Tujuan : Pasien (keluarga) mendapat dukungan yang adekuat
Kriteria hasil :
a. Keluarga mendiskusikan perasaan dan kekhawatirannya
b. Anak dan keluarga melakukan tindakan keamanan
c. Keluarga mendapat dukungan yang terus-menerus
Skala : 1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Konsisten
NIC : Emotional Support
1. Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya untuk
membantu anak agar dapat hidup dengan normal
2. Dorong keluarga untuk mendiskusikan mengenai kehidupan anak
sebelum diagnose dan prospeknya untuk bertahan hidup
3. Diskusikan dengan keluarga bagaimana mereka akan memberitahu
anak tentang hasil pembedahan dan kebutuhan terhadap pengobatan
tambahan
4. Berikandukungan untuk keluarga melalui pelayanan keperawatan
komunitas
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth.2001. Buku Ajar Keperawatan medical Bedah Edisi 8


Volume 2.Jakarta : EGC.
Carpenito, L.J.1997.Buku Saku Keperawatan Edisi 6 ALih Bahasa Monica
Ester.Jakarta : EGC.
Donna, L.Wong.2002.Keperawatan Pediatrik.Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arif.2000.Kapita selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Marilynn E.Doengoes. 2002.Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC.
Mc. Closkey,Joanne C.1996.IOWA Intervention Project nursing Intervention
Clasification (NIC) Edisi 2. Wesline Industrial Drive, St. Louis : Mosby.
Santosa, Budi.2005.Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006
Definisi dan Klasifikasi.Yogyakarta : Prima Medika.
http://images.google.co.id/imgres?
imgurl=http://www.hjmi.net/Pustaka/Ilmiah/CPA%2520tumor-Permasalahan
serta Penanggulangan Tumor Otak dan Sumsum Tulang Belakang/Prof. dr.
H. Adril Arsyad Hakim, Sp S, Sp BS (K).com (diakses pada tanggal 18 Juni
2008)
http://images.google.co.id/imgres?
imgurl=http://www.beritaiptek.com/images/agussyaraf2.JPG&imgrefurl=http://www.
beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-11-03-Teknologi-sistem-informasi-dapat-
membantu-operasi-bedah-saraf. (diakses pada tanggal 18 Juni 2008)

Anda mungkin juga menyukai