Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENDIDIKAN KB SEDERHANA

Makalah ini ntuk memenuhi tugas matakuliah


Maternitas
Yang dibina oleh ibu Kasiati, S.Kep, Ns, M.Kep

Oleh:

1. Septiana Dwi Anggraeni (P17220193023)


2. Khilda Habsyiyyah (P17220193024)
3. Amelia Danyswara (P17220193025)
4. Farhah Nahdiyah (P17220193026)
5. Ayunda Ferina (P17220193027)
6. Mella Nur Sabillah (P17220193028)
7. Sevia Kurnia Fitri (P17220193029)
8. Sumikatul Zannah (P17220193030)
9. Risky Rahma Sari (P17220193031)
10. Rangga Satriawan (P17220193032)
11. Herlina Eka Prasetya (P17220193033)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN LAWANG
Oktober, 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kasihnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Kontrasepsi
metode sederhana/alamiah”. Semoga makalah ini mampu menambah wawasan
bagi para pembaca maupun pendengar mengenai topik tersebut.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pembimbing yang telah


memberikan arahan kepaa kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan
baik.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Malang, 6 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan 2

BAB II TINJUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi 3

2.2 Metode dan Proses Peyuluhan Kontrasepsi Metode Penghitungan


Kalender 5

A. Definisi 8

B. Manfaat Metode Kalender 8

C. Keuntungan dan Keterbatasan Metode Kalender 8

D. Keterbatasan 9

E. Efektifitas 9

F. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif 10

G.Cara Perhitungan Masa Subur 10

H. Penerapan 11

2.3 Metode dan Proses Penyuluhan Kontrasepsi Kondom 13

A. Definisi 16

B. Manfaat kondom 17

C. Keuntungan penggunaan kondom 17

D. Efektifitas Kondom 17

E. Keterbatasan penggunaan kondom 18

ii
F. Metode penggunaan kondom 19

BAB III KESIMPULAN 21

DAFTAR PUSTAKA 23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah salah satu Negara yang terkenal dengan penduduknya


yang cukup padat. Adanya pelayanan KB dapat memberikan konstribusi yang
sangan besar dalam menurunkan pertumbuhan penduduk. Selain itu program
KB juga berperan penting untuk mencapai pengurangan Angka Kematian Ibu
(AKI) dengan melalui perencanaan keluarga dalam mengatur kehamilan yang
aman, sehat, dan diinginkan. Dalam memilih suatu metode untuk kontrasepsi,
wanita harus menimbang berbagai factor termasuk kesehatan mereka, seperti
apa efek samping yang akan dialami dalam kurun waktu yang lama (Kemenkes
RI, 2013).

Keluarga Berencana adalah suatu sistem untuk mengatur dan


merencanakan kapan dan berapa jumlah anak yang diinginkan dalam sebuah
pernikahan. Hal ini sangat dianjurkan dan memang banyak manfaat yang
dirasakan, kuantitas sedikit tapi lebih bermutu itu lebih baik dari pada kuantitas
banyak tapi mutunya kurang. Penggunaan KB dapat memplaning masa depan
anak dan juga tentang gizi anak tentunya lebih terjamin karena sudah ada
perencanaannya.

Metode suntikan telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana


nasional serta peminatnya makin bertambah. Tingginya minat pemakai
suntikan KB oleh karena aman, sederhana, efektif, tidak menimbulkan
gangguan dan dapat dipakai pada pasca persalinan (Manuaba, 2012:600). Salah
satu kontrasepsi suntik adalah DMPA 150mg, sebagai obat suntik berdaya
kerja panjang, efeknya termasuk efek samping utama maupun yang minor
tidakdapat segera dihentikan dengan jalan menghentikan suntikannya. Kelainan
haid merupakan sebab utama dari penghentian kontrasepsi suntikan(Hartanto,
2004: 165).

1
Di Indonesia keluarga berencana mulai dikenal pada tahun 1953 pada
waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat mulai
membantu masyarakat, untuk menggunakan alat kontrasepsi. Namun demikian
di Indonesia pemilihan cara kontrasepsi tentu saja yang mempunyai efektivitas
tinggi, aman, murah dan praktis. Tapi sampai saat ini belum ada kontrasepsi
yang sempurna dan sangat ideal bagi semua pihak, memilih salah satu cara
kontrasepsi bagaimanapun jauh lebih baik daripada tidak memakai kontrasepsi
sama sekali.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definsi dari kontrasepsi?

2. Bagaimana metode dan proses penyuluhan kontrasepsi kondom?

3. Bagaimana metode dan proses penyuluhan kontrasepsi perhitungan


kalender

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui pengertian dari kontrasepsi

2. Mengetahui metode dan kontrasepsi kondom

3. Mengetahui metode dan kontrasepsi perhitungan kalender

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONTRASEPSI

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah/


menghalangi dan “konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan
antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai
suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
antara sel telur degan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai
macam cara, baik dengan menggunakan hormonal, alat, ataupun melalui
prosedur oprasi.

Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi


hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan kontrasepsi
tersebut secara benar. Banyak metode kontrasepsi memberikan efektivitas
99 %, jika digunakan secara tepat. Terdapat banyak pilihan alat-alat
kontrasepsi yang bisa digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan
dalam upaya mewujudkan perencanaan keluarga.

Alat kontrasepsi bagi pria pada dasarnya sangat terbatas. Metode dan alat
dimaksud adalah coitus intruptus (senggama terputus, atau menarik penis
keluar sebelum memancarkan sperma), kondom, dan vasektomi
(pengikatan/ pemotongan saluran sperma) yang sifatnya lebih permanen.

Sementara itu, jumlah alat kontrasepsi untuk perempuan sangat beragam,


antara lain pil KB, suntikan KB, kondom/ diafragma, spiral/ IUD, jelly,
tisu KB, susuk/ norplant, sampai tubektomi.

Menurut (Aryanti, 2014), dalam kutipannya dari Hanafi (2003)


yang dikutip Nazilah (2013), Metode kontrasepsi adalah cara KB yang
digunakan untuk menunda, menjarangkan, atau mencegah terjadinya
kehamilan. Seperti yang diurakain Adzlan (2011) sebagai berikut:

3
1. Masa Menunda Kehamilan Kelahiran anak dari seorang wanita yang
usianya belum mencapai 20 tahun dapat mempengaruhi kesehatan ibu
dan anak yang dilahirkan. Apabila wanita sudah kawinsebelum usia 20
tahun, maka disarankan untuk menunda kehamilan, dengan memakai
alat kontrasepsi. Beberapa alasan medis untukmenundaan kehamilan
anak pertama bagi ibu yang usianyabelum20 tahun adalah sebagai
berikut:

a) Risiko kesakitan dan kematian pada saat persalinan, nifas serta


bayinya disebabkan karena belum optimal perkembangan
rahim dan panggul

b) Risiko medik yang ditimbulkan yaitu Keguguran, Preeklamsia


(tekanan darah tinggi, cedema, proteinuria), Eklamsia
(keracunan kehamilan), penyulit persalinan, prematur, Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR), Fistula Vesikovaginal
(merembesnya air seni ke vagina), Fistula Retrovaginal
( keluarnya gas dan feses/tinja ke vagina), Kanker leher rahim.

Alat kontrasepsi yang dianjurkanuntuk menundaan


kehamilan sebelumusia 20 tahun adalah

a) Peserta masih muda dan sehat dianjurkan menggunakan oral


pil

b) Bagi pasangan yang sering bersenggama (frekuensi tinggi)


kurang menguntungkanapabila menggunakan kondom karena
akanmemiliki kegagalan tinggi.

c) Pilihan ke dua adalah AKDR/Spiral/IUD sesuai dengan ukuran


rahim bagi yang belum mempunyai anak.

2. Masa Menjarangkan kehamilan Wanita yang telah berpasangan


sebaiknya melahirkan pada periode usia 20-35 tahunkarenapada usia
ini merupakan masa menjarangkan kehamilan, sehingga tidak terjadi
risiko-risiko medik seperti yang diuraikan diatas. Dalam usia 20-35
tahun dianjurkan untuk memunyai 2 anak dengan jarak anak pertama

4
dan kedua sekitar 7-8 19 tahun karena jangan sampai terjadi dua balita
dalam periode 5 tahun. Oleh karena itu alat kontrasepsi sangat
dianjurkan untuk menjarangkan kehamilanagar ibu dapat menyusui
anaknya dengan cukup banyak dan lama. Semua kontrasepsi,
sebenarnya cocok untuk menjarangkan kelahiran akan tetapi sebaiknya
kelahiran anak pertama langsung memakai alat kontrasepsi spiral
(IUD).

3. Masa Mencegah Kehamilan Usia 35 tahun ke atas merupakan masa


pencegahan kehamilan karena wanita yang melahirkan anak diatas usia
35 tahun banyak mengalami risiko medik sehingga dianjurkan
penggunaan alat kontrasepsi sebagaipencegahan kehamilan.
Diharapakan alat kontrasepsi yang akan digunakan berlangsung
sampai selesai masa reproduksi seorang wanita yaitu 20 tahun dimana
seorang wanita sudah berusia 50 tahun. Bagi wanita yang telah
berpasangan, alat kontrasepsi yang dianjurkan yaitu

a) Pertama pemakaian kontrasepsi pada masa pencegahan


kehamilanyaitu kontrasepsi mantap (MOW, MOP).

b) Ke dua pemakain kontrasepsi IUD/AKDR/Spiral

c) Pada usia ibu yang sudah tua penggunaan oral pil kurang
dianjurkan karena mempunyai kemungkinan timbulnya akibat
sampingan.

2.2 METODE DAN PROSES PEYULUHAN KONTRASEPSI METODE


PENGHITUNGAN KALENDER

Sub Pokok : Alat kontrasepsi (kalender method)


Waktu : 15 menit

1. Tujuan Instruksional Umum (T.I.U)


Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, sasaran mampu
mengetahui dan mengerti tentang kontrasepsi kalender#

5
2. Tujuan Instruksional Khusus (T.I.K)
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, sasaran dapat  :
1. Menjelaskan maksud dari penggunaan kalender sebagai alat kontrasepsi
2. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan
3. Dapat melakukan cara penghitungan kontrasepsi kalender
4. Dapat menjelaskan penerapan atau metode penggunaan kontrasepsi
kalender

3. Materi Penyuluhan
a) Pengertian atau definisi kontrasepsi kalender
b) Manfaat kegunaan alat kontrasepsi kalender
c) Cara penghitungan kontrasepsi kalender
d) Faktor penyebab digunakan kontrasepsi kalender
e) Cara penerapan atau metode penggunaan kontrasepsi kalender
NO. PENYULUHAN SASARAN
1. Pembukaan: Menjawab salam
a) Memberi salam Mendengarkan dan memperhatikan
b) Menjelaskan tujuan penyuluhan
c) Menyebutkan materi/ pokok bahasan
yang akan di sampaikan

2. Pelaksanaan: Menyimak dan memperhatikan


a) Menjelaskan materi penyuluhan
secara berurutan dan teratur.
Materi:
a) Pengertian kontrasepsi pantang
berkala
b) Cara kerja kontrasepsi pantang
berkala
c) Keuntungan dan kelemahan metode
kontrasepsi pantang berkala

6
Evaluasi: Merespon dan bertanya
a) Memberi kesempatan kepada peserta Merespon dan menjawab pertanyaan
untuk bertanya
b) Memberi kesempatan kepada peserta
untuk menjawab pertanyaan yang
dilontarkan

Penutup: Menyimak
a) Menyimpulkan materi yang telah Menjawab salam
disampaikan
b) Menyampaikan terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah
diberikan kepada peserta
c) Mengucapkan salam penutup

4. Metode : Ceramah
5. Media dan Sumber
a. Media : Flip Chart
b. Sumber :
6. Evaluasi
a. Prosedur                   : Post test
b. Bentuk pertanyaan   : Lisan secara langsung
c. Soal pertanyaan        :
1. Apa yang dimaksud dari penggunaan kalender sebagai alat
kontrasepsi?
2. Bagaimana kelebihan dan kekurangan ?
3. Dapat ibu melakukan cara penghitungan kontrasepsi kalender?
4. Tolong jelaskan bagaimana penerapan atau metode
penggunaan kontrasepsi kalender

A. Definisi

7
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi
sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan
senggama atau pada masa subur atau ovulasi.

Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum


menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak
selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12
atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini
menjadi dasar dari KBA sistem kalender. Metode kalender atau pantang
berkala dapat bermanfaat sebagai kontrasepsi maupun konsepsi.

Kontrasepsi sistem berkala adalah KB dengan cara menghindari


hubungan seks saat istri dalam masa subur. Masa subur yang dimaksud adalah
waktu dekat dengan pertengahan siklus haid atau saat istri mengeluarkan atau
mengalami tanda-tanda adanya kesuburan, seperti keluarnya lendir encer dari
liang senggama, meningkatnya suhu basal(Maksum, 2019).

B. Manfaat Metode Kalender

 Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai


kontrasepsi maupun konsepsi

 Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.

 Dapat di gunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi dengan


melakukan hubungan seksual saat masa subur atau ovulasi untuk
meningkatkan kesempatan bisa hamil.

C. Keuntungan dan Keterbatasan Metode Kalender


Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai
berikut:
 Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.

 Dapat digunakan oleh wanita yang sehat.

 Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapan


nya.

8
 Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

 Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat


menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.

 Tidak memerlukan biaya.

 Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.

D. KETERBATASAN

Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang


berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:

a) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.

b) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

c) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksualsetiap


saat.

d) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

e) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

f) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).

g) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.

E. Efektifitas

Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah
sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus
menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan
bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr.
Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga
kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka

9
kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per
tahun.

F. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif

Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif


adalah:
a) Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup
sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3
hari).
b) Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi,
diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan
masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
c) Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi
sendiri.
d) Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan
perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
e) Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya
perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak
subur menjadi tidak tepat.

G. Cara Perhitungan Masa Subur

Banyak cara perhitungan masa subur, antara lain metode lendir serviks
yang dikenal sebagai Metode Ovulasi Billings (MOB), metode suhu basal,
juga dengan cara perhitungan jumlah hari siklus terpendek dan terpanjang
(Saifudin, 2006). Metode perhitungan masa subur dihitung selama 8 siklus
haid. Rumus siklus terpendek dikurangi 18 (delapan belas) sebagai patokan
hari pertama atau mulainya masa subur, dan siklus terpanjang dikurangi 11
(sebelas) merupakan patokan hari terakhir masa subur.

Contoh perhitungan; siklus haid terpendek 25 hari (25-18=7), siklus


terpanjang 30 hari (30- 11=19) maka masa subur diantara hari ke 7 sampai
hari ke 19 (Hartanto, 2002). Manuaba (1998) masa subur wanita dihitung
dengan melakukan perhitungan minggu subur sebagai berikut:

10
a. Menstruasi wanita teratur antara 26 sampai 30 hari.
b. Masa subur hari pertama dihitung dari haid hari pertama ditambah 12
dan akhir masa subur dihitung dari hari haid pertama ditambah 19.
c. Puncak minggu subur adalah hari pertama ditambah 14. Maka masa
subur terjadi pada hari ke 12 sampai ke 19 (Manuaba, dkk., 2010).

H. Penerapan

Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga
tahapan:

a) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).


b) Fertility phase (masa subur).
c) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).

Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya


normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus
menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian
hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.

a. Bila haid teratur (28 hari)

Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan
masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.

Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal
9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada
tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa
subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga
pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama.
Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus
menggunakan kontrasepsi.

b. Bila haid tidak teratur

11
Catat jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6
siklus). Satu siklus haid dihitung mulai dari hari pertama haid saat ini
hingga hari pertama haid berikutnya. Jumlah hari terpendek dalam 6 kali
siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa
subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.

Rumus :
a) Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek  – 18
b) Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11

Contoh :

Seorang isteri mendapat haid dengan keadaan : siklus terpendek 26


hari dan siklus terpanjang 32 hari (mulai hari pertama haid sampai haid
berikutnya)

Perhitungannya :

a) 26-18 = 8 dan
b) 32 – 11 = 21.

Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-8 sampai ke 21 dari hari
pertama haid. Pada masa ini suami isteri tidak boleh bersanggama. Jika
ingin bersanggama harus memakai kondom atau senggama terputus.
Kontrasepsi dengan menggunakan sistem kalender dapat menghindari
risiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. Bagi keluarga
yang kesulitan untuk mendapatkan alat kontrasepsi sangat cocok untuk
menggunakan metode kontrasepsi ini selain tidak memerlukan biaya
juga tidak perlu mencari tempat pelayanan kontrasepsi. Menggunakan
sistem kalender perlu kerjasama yang baik antara suami istri karena
metode ini perlu kemauan dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
Masa berpantang yang cukup lama akan mengakibatkan pasangan tidak
bisa menanti sehingga melakukan hubungan pada waktu masih
berpantang. Tapi bukan masalah bila saja pasangan membiasakan
menggunakan kondom pada saat subur. Kegunaan istri untuk tidak

12
melakukan hubungan seksual di masa subur. Hal ini mungkin sulit
dilakukan oleh sebagian pasangan, karena masa 'berpantang' cukup
lama. Selain itu, biasanya libido seorang wanita semakin meningkat
pada saat masa subur. Salah satu jalan keluarnya adalah menggunakan
kondom saat berhubungan seksual di masa subur.

2.3 METODE DAN PROSES PENYULUHAN KONTRASEPSI


KONDOM

A. Pokok bahasan : Alat Kontrasepsi Kondom


B. Topik : Keluarga Berencana
C. Pembicara :-
D. Sasaran
1) Sasaran Penyuluhan : Warga dengan usia produktif
2) Sasaran Progam : Pasangan usia subur
E. Tempat :-
F. Hari/tanggal :-
G. Waktu :-

1. TUJUAN
a) Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, pasangan usia
subur Kec. Sukolilo diharapkan dapat memahami dan menjelaskan
kembali apa itu Keluarga Berencana, dan mengetahui macam-macam
metode kontrasepsi yang dapat digunakan pasangan usia subur salah
satunya berupa Kondom.
b) Tujuan Khusus
1) Pasangan usia subur mengetahui pengertian kondom
2) Pasangan usia subur mengetahui manfaat kondom
3) Mampu Menjelaskan keuntungan penggunaan kondom
4) Mampu Menjelaskan Keterbatasan penggunaan kondom
5) Mampu menjelaskan pemakaian kondom

13
2. METODE
a. Ceramah
b. Tanya jawab

3. MEDIA
a. Laptop, Power Point, LCD.
b. Leaflet

4. PERLENGKAPAN
a. Meja 3 buah
b. Kursi 40 buah
c. LCD
d. Proyektor
e. Laptop
f. Rol kabel listrik
g. Microphone
h. Soundsystem
5. MATERI
a. Terlampir

6. KEGIATAN
No. Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 5 Menit a. Memberi salam a. Peserta menjawab
b. Memberi sambutan salam
c. Membaca doa untuk b. Masyarakat
memulai acara mendengarkan
d. Pembacaan susunan c. Peserta ikut
acara membaca
membaca doa
d. Peserta
mendengarkan
dengan baik

14
2. Materi 10 menit a. Pengertian KB Peserta
b. Manfaat Mendengarkan dan
menggunakan Memperhatikan
kondom
c. Keuntungan
menggunakan
kondom
d. Keterbatasan
penggunaan kondom
e. Cara Pemakaian
3. Diskusi 10 menit Tanya Jawab Peserta bertanya

4. Penutup 5 menit a. Menyimpulkan hasil a. Peserta


penyuluhan mendengarkan
b. Memberi saran-saran b. Peserta
c. Memberi salam mendengarkan
penutup c. Menjawab salam
penutup

7. PENGOORGANISASIA
a. Pembawa acara : -
b. Penyaji : -
c. Obsever : -
d. Fasilitator : -
e. Pembimbing : -

8. EVALUASI
a. Struktur
Pasangan Usia Subur (PUS) dihimbau untuk datang melalui
pemberitahuan dari Ketua RT
b. Proses
Beberapa orang tampak sedikit tidak kondusif saat penyampain materi
c. Hasil

15
1) Mampu Menjelaskan pengertian kondom dengan benar.
2) Mampu menjelaskan manfaat penggunaan kondom
3) Mampu Menjelaskan keuntungan penggunaan Kondom
4) Mampu Menjelaskan Keterbatasan penggunaan Kondom
5) Mampu menjelaskan pemakaian kondom

A. DEFINISI KONDOM
Menurut Hatcher (2001), Suparlan, dkk (1990), Saifuddin (2003) dan
BKKBN (2007), bahwa kondom adalah merupakan satung atau penutup
berupa kantong yang terbuat dari karet tipis, berwarna atau tidak berwarna
untuk dipasang pada zakar (penis) pria saat tegang (ereksi) sebelum
dimasukkan kedalam vagina sehingga bila terjadi ejakulasi air mani
tertampung didalamnya dan tidak masuk kedalam vagina, dengan demikian
pembuahan (konsepsi) dapat dihindari. Kondom yang menutupi zakar juga
berguna untuk mencegah penularan penyakit kelamin(Maksum, 2019).
Menurut Segal (1993) menjelaskan bahwa alat kontrasepsi kondom pria
relatif jarang digunakan di negara-negara sedang berkembang, walaupun
kepopuleran metode KB ini mungkin meningkat seiring dengan meluasnya
kekhawatiran tentang AIDS dan penyakit menular yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Jepang merupakan tertinggi yang mengandalkan
penggunaan kondom yaitu sebesar 44%, Singapura dan negara Eropa Utara
(Denmark, Finlandia, dan Swedia) memiliki angka pemakai kondom sekitar
20%, Costa Rica, Hongkong, Taiwan, Trinidad dan Tobago masing-masing
memiliki angka pemakaian kondom antara 10-15% (Glasier dan Gebbie,
2006). Saat ini kondom terbuat dari karet tipis (lateks) atau bahan kalogen,
atau plastik, namun cukup kuat dan menyenangkan bagi pemakainya
(Muchtar, 1998).

B. MANFAAT PENGGUNAAN KONDOM


1. Pebaikan kesehatan badan ibu
2. Adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak, beristirahat, dan
menikmati waktu luang serta melakukan kegiatan-kegiatan lain.

16
3. Perkembangan fisik, mental, dan sosial anak lebih sempurna
4. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik.
5. Terhindar dari peyakit menular seks

C. KEUNTUNGAN PENGGUNAAN KONDOM


Menurut(Maksum, 2019) dalam kutipannya menurut Glasier dan Gebbie
(2006) keunggulan lain dari penggunaan kondom adalah memiliki
1. Tingkat proteksi yang tinggi terhadap IMS, termasuk infeksi HIV.
Pada uji in vitro, kondom lateks yang utuh tidak dapat ditembus oleh
organisme yang ditularkan memlalui hubungan seks termasuk virus ini
menurut Feldblum 1998.
2. Perlindungan terhadap karsinoma dan penyakit pramaligna serviks.
3. Peningkatan kemampuan seksual pada sebagian pasien dengan
ejakulasi dini.
D. EFEKTIFITAS KONDOM
Jika penggunaan kondom dilakukan secara konsisten, penyakit menular
seksual dapat dihindari. Apalagi bagi seseorang yang memiliki kegiatan
seksual yang aktif dan sering gonta-ganti pasangan. Namun harus diingat
juga, jika penggunaan kondom tidak konsisten dan tidak sesuai dengan
petunjuk penggunaan, risiko terkena penyakit menular seksual akan
meningkat.

Meskipun begitu, ada beberapa teori yang berpendapat bahwa kondom


tidak sepenuhnya melindungi penggunanya dari HIV (human
immunodeficiency virus). Menurut sebuah penelitian di National Institutes of
Health, Amerika Serikat, menemukan bahwa pori-pori kondom lebih besar
daripada virus HIV. Sehingga, penggunaan kondom dianggap tidak
sepenuhnya efektif mencegah penularan virus tersebut.

Walaupun ada pendapat demikian, ada baiknya ketika berhubungan intim


tetap menggunakan kondom. Sebab, penggunaan kondom tetap dapat
mengurangi risiko terkena penyakit menular seksual meskipun tidak 100
persen. Selain itu, hindari juga melakukan hubungan intim dengan lebih dari
satu pasangan.

17
E. KETERBATASAN PENGGUNAAN KONDOM
Menurut (Maksum, 2019), dalam kutipannya Glasier dan Gebbie (2006)
menyatakan, meskipun kondom mempunyai keunggulan tetapi masih juga
mempunyai keunggulan tetapi masih juga mempunyai kekurangan, yaitu:
1. Penampilan tidak menarik.
2. Sensasi kenikmatan berkurang sewaktu hubungan intim, terutama
transmisi kehangatan tubuh.
3. Perlu dipasang sebelum koitus dan segera dibuka sesudahnya, yang
bagi sebagian pasangan dianggap mengganggu aktivitas seksual.
4. Kesulitan ereksi dapat bertambah, walaupun sebagian pria yang sudah
lanjut berpendapat bahwa pemakaian kondom membantu
mempertahankan ereksi mereka.
Manuaba (1998) dan BKKBN (2005) menjelaskan bahwa kerugian
atau keterbatasan dari penggunaan kondom ini adalah kenikmatannya
terganggu, mungkin alergi terhadap karet atau jellinya yang mengandung
spermiside, dan sulit dipasarkan kepada masyarakatdengan pendidikan rendah.
Muchtar (1998) menambahkan meskipun jarang terjadi efek samping tetapi
pernah dilaporkan kondom tertinggal dalam vagina selama beberapa waktu,
menyebabkan wanita mengeluh keputihan yang banyak dan amat berbau,
terjadi infeksi ringan, dan pada sejumlah kecil akseptor mengeluh alergi
terhadap karet(Maksum, 2019).

F. METODE DAN INDIKASI PENGGUNAANKONDOM


(Maksum, 2019) dalam kutipannya menururt Saifuddin (2003),
menambahkan bahwa kondom mencegah penularan mikroorganisme (IMS
termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain
(khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil). Kemudian Saifuddin
menambahlan dalam cara penggunaan kondom yaitu:
1. Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau
benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
2. Pasangan kondom saat penis ereksi, tempelkan ujungnya pada glans penis
dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung uretra.

18
3. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan tersebut ke
arah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan sebelum penetrasi
penis ke vagina.
4. Bila kondom tidak mempunyai penampungan sperma pada bagian
ujungnya, maka saat memakai longgarkan sedikit bagian ujungnya agar
tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
5. Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.
6. Sediakan kondom dalam jumlah cukup di rumah dan jangan disimpan di
tempat yang panas karena hal itu dapat menyebabkan kondom menjadi
rusak tau robek saat digunakan.
7. Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom tampak
rapuh/kusut.
8. Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari bahan
petrolatum karena akan segera merusak kondom.

Menurut BKKBN (1999), indikasi pemakaian kondom adalah:


1. Kondom perlu dipakai sampai 6 minggu sesudah vasektomi (sampai mani
tidak mengandung spermatozoa lagi, yang dapat diketahui lebih jelas
dengan pemeriksaan laboratorium).
2. Sementara menunggu pemasangan AKDR
3. Sementara sedang menunggu haid untuk pemakaian pil yang diminum.
4. Bila kelupaan minum pil dalam jangka waktu lebih dari 36 jam, bersamaan
dengan pemakaian spermiside,
5. Dalam keadaan darurat bila tidak ada kontrasepsi yang tersedia atau yang
dipakai.
6. Sebagai cara yang dipilih oleh pasangan- pasangan tertentu.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” yang berarti mencegah/


menghalangi dan “konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel
telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur degan
sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan
menggunakan hormonal, alat, ataupun melalui prosedur oprasi.

Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi


hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan kontrasepsi tersebut
secara benar. Banyak metode kontrasepsi memberikan efektivitas 99 %, jika
digunakan secara tepat. Terdapat banyak pilihan alat-alat kontrasepsi yang bisa
digunakan baik oleh laki-laki maupun perempuan dalam upaya mewujudkan
perencanaan keluarga.

Tujuan penyuluhan kontrasepsi metode perhitungan kalender Menjelaskan


maksud dari penggunaan kalender sebagai alat kontrasepsi, Menjelaskan
kelebihan dan kekurangan, Dapat melakukan cara penghitungan kontrasepsi
kalender,Dapat menjelaskan penerapan atau metode penggunaan kontrasepsi
kalender

Pada metode ini akan efektif bila digunakan bersama dengan metode
kontrasepsi metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan
dengan metode simptothermal. menurut dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney.
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu
21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan
minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur
dengan melihat data yang telah dicatat.

20
Kondom adalah merupakan satung atau penutup berupa kantong yang
terbuat dari karet tipis, berwarna atau tidak berwarna untuk dipasang pada zakar
(penis) pria saat tegang (ereksi) sebelum dimasukkan kedalam vagina sehingga
bila terjadi ejakulasi air mani tertampung didalamnya dan tidak masuk kedalam
vagina, dengan demikian pembuahan (konsepsi) dapat dihindari.

Menurut Glasier dan Gebbie (2006) keunggulan dari penggunaan kondom adalah

1. Tingkat proteksi yang tinggi terhadap IMS, termasuk infeksi HIV. Pada uji
in vitro, kondom lateks yang utuh tidak dapat ditembus oleh organisme yang
ditularkan memlalui hubungan seks termasuk virus ini menurut Feldblum
1998.
2. Perlindungan terhadap karsinoma dan penyakit pramaligna serviks.
3. Peningkatan kemampuan seksual pada sebagian pasien dengan ejakulasi
dini.
(Maksum, 2019) dalam kutipannya menururt Saifuddin (2003),
menambahkan bahwa kondom mencegah penularan mikroorganisme (IMS
termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang
lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil)
Tujuan penyuluhan kontrasepsi kondom diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali apa itu Keluarga Berencana, dan mengetahui macam-macam
metode kontrasepsi yang dapat digunakan pasangan usia subur salah satunya
berupa Kondom.

21
DAFTAR RUJUKAN

https://pkbijateng.or.id/apa-itu-kontrasepsi/
http://puputdaput.blogspot.com/2015/11/kontrasepsi-dengan-metode-
sederhana.html?m=1

http://stannytuasela.blogspot.com/2014/05/makalah-kb-alamiah-sederhana.html?
m=1

https://www.halodoc.com/artikel/seberapa-efektifkah-penggunaan-kondom-

Saifuddin, BA. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan


Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Varney, Helen : Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC, 2006.

Wiknjosastro, Hanifa : Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawiroharjo, 2005.

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana.


Yogyakarta: Pustaka Rihama

Sofian Amru. 2011.Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta: Buku Kedokteran

Prawirohardjo Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Bina Pustaka

http://mymidwifenurul.blogspot.com/

Aryanti, H. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan


kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di Kecamatan Aikmel Kabupaten
Lombok Timur. Tersedia di: http://www. pps. unud. ac. id/thesis/pdf_thesi
s/unud-1007-437265649-hery% 20aryanti, 20, 1292161023.
Maksum, Y. H. (2019). Kontrasepsi Pria Kombinasi Kondom dengan Sistem
Kalender Merupakan Upaya Penurunan Angka Unmet-Need KB. Jurnal
Kesehatan Metro Sai Wawai, 5(1), 1–9.
Sumiyati, S., & Hadi, Y. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI
KONDOM. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 6(1), 8–15.

22
Verina, N. (2018). Penerapan TOPSIS Pada Sistem Pendukung Keputusan
Penentuan Alat Kontrasepsi (Studi Kasus Puskesmas II Purwokerto
Utara). Speed-Sentra Penelitian Engineering Dan Edukasi, 10(3).
Wulandari, P. (2013). Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan Metode Alat
Kontrasepsi. Program Magister Keperawatan Maternitas (1006833930)
Universitas Indonesia.

23

Anda mungkin juga menyukai