Anda di halaman 1dari 37

Asuhan Keperawatan Pada Diare

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah
yang dibina oleh Bapak Marsaid, S.Kep.Ns, M. Kep.

Oleh

1. Khilda Habsyiyyah P17220192024


2. Farhah Nahdia Kamilah P17220193026
3. Mella Nur Sabila P17220193028
4. Sevia Kurnia Fitri P17220193029
5. Sumikatul Zannah P17220193030
6. Risky Rahma Sari Putri P17220193031

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
Oktober 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas berkatnya
limpahannya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Promosi Kesehatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Diare” dengan tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , Oleh karena itu,
kritik dan saran dapat disampaikan kepada kami untuk membuat makalah yang lebih baik
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah ilmu bagi pembaca .

Malang, 30 Oktober 2020

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah diperiksan dan disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal

Pembimbing

Marsaid, S.Kep.Ns, M.Kep.

NIP. 197012301997031002
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diare adalah penyakit yang sudah sering dialami oleh semua orang, secara umum
diare adalah kondisi dimana feses yang keluar berbentuk encer/berair dengan
frekuensi bab yang terjadi lebih sering dibandingkan biasanya, banyak sekali
faktor-faktor yang menyebabkan penyakit diare ini biasanya dari makanan dan
minuman yang kotor dan sudah terkontaminasi oleh mikroorganisme sehinga saat
makanan dan minuman itu masuk ke dalam system pencernaan sehingga
menyebabkan diare, namun secara spesifik penyakit diare disebabkan oleh
bermacam-macam faktor antara lain virus, bakteri, dan protozoa. Dan dalam hal
ini maka dilakukan perencanaan perawatan melalui asuhan keperawatan pada
penyakit diare.
1.2 Rumusan Masalah
1. apa yang dimaksud dengan diare
2. bagaimana etiologi dari diare
3. bagaimana patofisiologi dari diare
4. apa saja jenis dari diare
5. apa saja gejalah dari diare
6. apa akibat bila terjangkit diare
7. bagaimana diagnosis diare
8. bagaimana tatalaksana pengobatan diare
9. bagaimana pengelompokkan usia
10. bagaimana rasionalitas pengobatan pada diare
11. bagaimana pengobatsan pada diare
12. asuhan keperawatan teori dan asuhan keperawatan kasus
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari diare
2. Untuk mengetahui bagimana etioloi dari diare
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi diare
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari diare
5. Untuk menetahui gejalah – gejalah dari diare
6. Untuk mengetahui akibat bila terjangkit diare
7. Untuk mengetahui diagnosis diare
8. Untuk mengetahui bagimana tatalaksana pengobatan pada diare
9. Untuk mengetahui kelompok usia yang rentan dengan penyakit diare
10. Untuk mengetahui rasionalitas pengobatan diare
11. Untuk menegathui bagaimana cara mengobati diare
12. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada penderita diare dalm
teori maupun kasus.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian diare

Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan
rheein, yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang
yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer”
(Goodman dan Gilman, 2003).Diare adalah meningkatnya frekuensi dan
berkurangnya konsistensi buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB
normalnya. Terjadinya BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi
lembek atau cair yang tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau
tiga kali dalam seminggu (Yulinah, 2008).

2.2 Patofisiologi

Wabah diare pada bayi, anak-anak dan dewasa biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme yang menyebar melalui air atau makanan yang sudah tercemar
oleh tinja yang terinfeksi. Infeksi juga dapat ditularkan dari orang ke orang,
yaitu bila seorang penderita diare tidak mencuci tangannya dengan bersih,
setelah buang air besar (Setiawan, 2005)
Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, reaksi obat-obatan, dan
juga faktor psikis. Klasifikasi dan patofisologi diare akut yang disebabkan oleh
proses infeksi pada usus atau Enteric infection. Pendekatan klinis yang
sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut berdasarkan proses
patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme
Inflammatory, Non inflammatory, dan Penetrating (Zeina, 2004).
Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon
dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan
darah (disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai
adalah keluhan abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual,
muntah, demam, serta gejala dan tanda dehidrasi (Zeina, 2004).
Non Inflammatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus
halus bagian proksimal. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada
sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada
kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti.
Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit
ini disebut juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis
demam disertai diare.
Tabel 1 . Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut

Non Inflamatory Penetrating


inflamatory
Gambaran Air , Blood Mukus, Mukus,
tinja Volume Volume sedang,
berlebih Leukosit PMN Volume sedikit,
Leukosit Leukosit MN
Demam (-) (+) (+)
Nyeri perut (-) (+) (+)/(-)
Dehidrasi (+++) (+) (+)/(-)
Komplikasi Hipovolemik Toksik Sepsis
(Zeina, 2004).

Keterangan : - : Tidak ditemukan


+ : Ditemukan

Diare akut mengakibatkan terjadinya:

2.3 Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemik.
2.4 Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau pra-
renjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa dehidrasi dengan muntah,
perdarahan otak dapat terjadi, kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati
penderita dapat meninggal.
2.5 Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena
diare dan muntah
2.3 Etiologi

Penyakit diare akut dapat disebabkan oleh beberapa faktor:

1. Infeksi

a) Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 –
80%). Rotavirus serotype 1, 2, 8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4
didapati pada hewan dan manusia, dan serotype 5, 6, dan 7 didapati
hanya pada hewan. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya
akibat fool borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi
penularan person to person.
b) Bakteri :

Enterotoxigenic E.coli (ETEC). Mempunyai 2 faktor virulensi


yang penting yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini
melekat pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile
(HL) dan heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan
elektrolit yang menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak
menyebabkan kerusakan brush border atau menginvasi mukosa.
Enterophatogenic E.coli (EPEC). Mekanisme terjadinya diare
belum jelas. Didapatinya proses perlekatan EPEC ke epitel usus
menyebabkan kerusakan dari membran mikro vili yang akan
mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.
Shigella menginvasi dan multiplikasi sel epitel kolon,
menyebabkan kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang
masuk ke dalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk: smooth
lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas
endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin yang bersifat
sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea
(Zeinª, 2004).
c) Protozoa

Entamoeba histolytica prevalensi. Disentri amoeba ini bervariasi,


namun penyebarannya di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan
bertambahnya umur, dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90%
infeksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik.
Amobiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan
persisten sampai disentri yang fulminant (Zeinb, 2004).
Cryptosporidium. Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis 5

–15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi
dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis
berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-
limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti
pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease
dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik (Zeinª, 2004).
2. Malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein

3. Makanan basi, beracun, makanan pedas.

4. Psikologis contohnya rasa takut dan cemas (Arif dkk, 2000).

2.4 Jenis diare

1) Diare menurut sifatnya

a. Diare akut
Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lebih lembek dan cair, bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung kurang dari 2 minggu.
b. Diare kronis

Diare yang berlangsung lebih dari 2 minggu ( Suharyono, 2008).


2) Diare menurut mekanismenya

a. Diare sekretori

Diare yang umumnya terjadi bila telah timbul cedara pada usus
dan terjadi sekresi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus.
b. Diare osmotik

Diare yang biasanya disebabkan oleh solut yang sulit diabsorbsi


di dalam usus. Penyebabnya adalah intoleransi terhadap laktosa dan
penelanan laksatif asmotik.
2.4 Gejala diare

Jenis dan beratnya gejala tergantung pada jenis dan banyaknya


mikroorganisme atau racun yang tertelan. Gejalanya juga bervariasi
tergantung pada daya tahan tubuh seseorang. Gejala biasanya terjadi tiba-
tiba yaitu mual, muntah, sakit kepala, demam, dingin, badan tak enak,
sering buang air besar, tanpa darah dan akhirnya terjadi dehidrasi.
2.5 Akibat diare

a. Dehidrasi

Pada kebanyakan pasien diare akut, akan mengalami dehidrasi. Hal ini
disebabkan karena banyak cairan tubuh yang dikeluarkan pada saat diare.
Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang
dapat berakibat kematian terutama pada bayi dan anak-anak bila tidak
segera diatasi (Anonimª, 2008).
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolism tubuh. Gangguan
ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini disebabkan
kehabisan cairan tubuh, karena asupan cairan tidak seimbang dengan
pengeluaran melalui muntah dan berak meskipun berlangsung sedikit demi
sedikit. Dehidrasi ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang dan dehidrasi berat (Andrianto, 1995).
b. Gangguan pertumbuhan

Gangguan ini terjadi karena asupan makanan terhenti sementara


pengeluaran zat besi terus berjalan (Andrianto, 1995).
Tabel 2. Penilaian derajat dehidrasi penderita diare

Penilaian Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat


dehidrasi ringan/sedang
Keadaan umum Baik Gelisah, rewel Lesu, tak
Mata Normal Cekung sadar Sangat
Air mata Ada Tidak ada cekung
Mulut, Basah Kering Tidak ada
lidah Rasa Minum biasa Sangat Sangat
haus haus kering
Normal Malas/tidak
Kekenyalan kulit Kembali lambat
bisa minum
Kembali sangat
lambat
(Anonima, 2008)

Tabel 3. Terapi Cairan Standar (Iso Hiponatremia) Untuk Segala Usia


kecuali neonatus

Derajat Kebutuhan Jenis Cara/lama


Plan dehidrasi cairan cairan pemakaian

C BERAT +30 ml/kg/1 RL T.I.V/ 3 Jam


jam atau
lebih cepat
= 10 tts/kg/mnt
*) SEDANG +70 ml/kg/1 ½ T.I.V/ 3 Jam
jam Dekstrosa
B 6-9 % = 5 tts/kg/mnt Atau Atau

+50 ml/kg//3 Oralit T.I.G/ 3 Jam


jam
RINGAN ½ Oral 3 jam
= 3- 4 Dekstrosa
tts/kg/mnt atau T.I.V/ 3 Jam
oralit
Atau T.I.G/ 3
Jam
A TANPA +10-20 ml/kg/ Larutan Oral sampai
DEHIDRASI setiap kali diare RT atau diare berhenti
oralit

(Zeinª, 2004)

Keterangan : T.I.V: tetes intra vena


T.I.G: tetes intra gastrik

2.6 Diagnosis diare

Pada penyakit diare, untuk menegakkan diagnosis penyakit diare


dengan cara:
a. Pemeriksaan tinja: makroskopis dan mikrokopis, pH dan kadar gula jika
diduga ada intoleransi gula (sugar intolerance), biakan kuman untuk
mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai antibiotik
(pada diare persisten)
b. Pemeriksaan darah:darah perifer lengkap, analisis gas darah dan
elektrolit (terutama Na, K, Ca, dan P serum pada diare yang disertai
dengan kejang)
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal

d. Duodenol icubation, untuk mengetahui kuman penyebab penyakit diare.

2.7 Tatalaksana diare

Pengetahuan dan pemahaman mengenai proses yang menyebabkan


terjadinya diare memungkinkan klinis untuk mengembangkan terapi obat
yang paling efektif. Campuran yang seimbang antara glukosa dan elektrolit
dalam volume yang setara dengan cairan yang hilang dapat mencegah
terjadinya dehidrasi (Goodman dan Gilman, 2003).
Terapi diare didasarkan pada diagnosa yang tepat dan penggantian
cairan dan elektrolit yang hilang dan juga penggunaan obat-obat antidiare
yang spesifik, dan juga menghindari makanan dan obat-obat yang dapat
menyebabkan timbulnya diare, seperti obat laksatif, antasida dan obat-obat
yang mempengaruhi motilitas usus (Watts, 1984).
Diare akut pada orang dewasa selalu terjadinya singkat bila tanpa
komplikasi, dan kadang-kadang sembuh sendiri meskipun tanpa pengobatan.
Tidak jarang penderita mencari pengobatan sendiri atau mengobati sendiri
dengan obat-obatan anti diare yang dijual bebas. Biasanya penderita baru
mencari pertolongan medis bila diare akut sudah lebih dari 24 jam belum
ada perbaikan dalam frekwensi buang air besar ataupun jumlah feses yang
dikeluarkan. Prinsip pengobatan adalah menghilangkan kausa diare dengan
memberikan antimikroba yang sesuai dengan etiologi, terapi supportive atau
fluid replacement dengan intake cairan yang cukup atau dengan Oral
Rehidration Solution (ORS) yang dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang
pula diperlukan obat simtomatik untuk menyetop atau mengurangi
frekwensi diare. Untuk mengetahui mikroorganisme penyebab diare akut
dilakukanpemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses rutin tidak
menunjukkan adanya mikroorganisme, maka diperlukan pemeriksaan kultur
feses dengan medium tertentu sesuai dengan mikroorganisme yang dicurigai
secara klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin. Indikasi pemeriksaan
kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,5º C, adanya darah
dan/atau lendir pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan
diare persisten yang belum mendapat antibiotik (Zeinb, 2004).
2.8 Pengelompokan usia

Umur diketahui juga sebagai salah satu faktor penentuan terapi dengan
menggunakan obat. Diare akut dapat menyerang pria dan wanita pada
berbagai kelompok umur dan kebiasaan sehari-hari penderita. Pasien dengan
penyakit diare akut dibagi dalam 3 kelompok umur, yaitu kelompok pediatri
(anak dan remaja), kelompok umur dewasa, serta kelompok umur geriatri
(usia lanjut).
The British Paediatrics Association (BPA) membagi masa anak-anak
dalam beberapa kelompok, yaitu neonatus (awal kelahiran sampai usia
sebulan), bayi (1 bulan sampai 2 tahun), anak (2 sampai 12 tahun), remaja
(12 sampai 18 tahun). Oleh karena itu, kelompok pediatri mencakup pasien
yang berumur 0-2 tahun. Kelompok umur anak-anak yaitu pasien yang
berusia 2-18 tahun. Kelompok umur dewasa yaitu pasien yang berusia 18
sampai 64 tahun. Pasien yang berumur 65 tahun ke atas termasuk dalam
kelompok umur geriatri (usia lanjut) (Shetty dan Woodhouse, 2003).
2.9 Rasionalitas pengobatan

Menurut definisi dari WHO, pengobatan obat yang rasional berarti


mensyaratkan bahwa pasien menerima obat-obatan yang sesuai pada
kebutuhan klinik mereka, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu
mereka sendiri, untuk suatu periode waktu yang memadai, dan harga
terendah untuk masyarakat (Siregar dan Endang, 2006).
Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang
maksimal. Terapi rasional meliputi:.
a. Pemilihan obat yang benar

b. Tepat indikasi:alasan menulis resep yang didasarkan pada pertimbangan


medis.
c. Tepat obat: mempertimbangkan kemanjuran, keamanan, kecocokan bagi
pasien, dan harga
d. Tepat dosis, cara pemberian, dan durasi pemberian yang tepat.

e. Tepat pasien: tepat pada kondisi pasien masing-masing, dalam artian


tidak ada kontraindikasi dan kemungkinan terjadi reaksi yang merugikan
adalah minimal.
f. Kepatuhan pasien terhadap pengobatan (Siregar dan Endang, 2006).

Penggunaan obat yang tidak rasional dapat dijumpai dalam praktek


sehari-hari di rumah sakit maupun tempat pelayanan kesehatan lainnya, hal
ini mencakup penulisan obat yang tidak perlu, obat yang salah, tidak efektif
atau obat yang tidak aman, obat efektif yang tersedia kurang digunakan, dan
penggunaan obat yang tidak benar (Siregar dan Endang, 2006).
2.10 Pengobatan

a. Antibiotik

Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare


akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari
tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada :
Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses
berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi
lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, dan diare
pada pelancong. Pemberian antibiotik secara empiris dapat dilakukan tetapi
terapi antibiotik spesifik diberikan berdasarkan kultur dan resistensi kuman
(Zeinb, 2004).
Dalam menentukan antibiotik yang digunakan Jumono dan Prayitno
(2003), berpendapat bahwa pemilihan antibiotik harus berdasarkan pola
kepekaan kuman, pengalaman klinis, tempat infeksi, tiksisitas, dan harga.
Pada terapi kombinasi harus diperhitungkan akibat yang merugikan, seperti
antagonisme, peningkatan efek samping, dan biaya yang meningkat.
Antibiotik baru boleh diberikan kalau pada pemeriksaan
laboratorium ditemukan bakteri patogen. Karena pemeriksaan untuk
menemukan bakteri kadang-kadang sulit atau hasil pemeriksaan datang
terlambat, antibiotik dapat diberikan dengan pemberhatikan antara lain: usia
penderita, dan perjalanan penyakit.
Tabel 4. Antibiotik untuk Diare infeksi Bakteri

Organisme Pilihan pertama Pilihan kedua


Campylobacter,Shigel Ciprofloksasin 500 Salmonella/Shigella:
la mg oral 2x sehari, 3 Ceftriaxon 1gr IM/IV
– 5 hari sehari
atau Salmonella spp TMP-SMX DS oral 2x
sehari,3 hari
Campilobakter spp:
Azithromycin, 500
mg oral 2x sehari.
Eritromisin 500 mg
oral 2x sehari, selama
5hr
Vibrio Cholera Tetrasiklin 500 mg Resisten Tetrasiklin
oral 4x sehari, 3 hari Ciprofloksacin 1gr oral
Doksisiklin 300 mg 1x sehari Eritromisin
oral, dosis tunggal 250 mg oral dosis
tunggal 4x sehari, 3
hari
Clostridium difficile Metronidazole 250- Vancomycin, 125 mg
500 mg 4x sehari, 7- oral 4x sehari 7-14 hari,
14 hari oral atau IV
Enterotoxigenik E. Norfloxacin 400 mg Trimethoprim-
Coli atau ciprofloxacin 500 sulfamethoxazole DS
mg 2 kali tablet tiap 12 jam
sehari, 3 hari
(Zeinb ,2004)

b. Obat anti diare

Berbagai obat telah digunakan untuk mengobati serangan diare.


Obat ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori: antimotilitas, adsorben,
senyawa antisekretori , antibiotik, enzim dan mikroflora usus
i. Opiat dan turunannya

Opiat dan turunanya dapat meningkatkan kapasitas usus,


memperpanjang kontak dan penyerapan. Zat opioid endogen, mengatur
gerakan fluida di mukosa dengan merangsang proses menyerap.
Keterbatasan penggunaan opiat dikarenakan potensi kecanduan (dengan
penggunaan jangka panjang) dan memburuknya diare.
ii. Adsorben

Adsorben digunakan untuk mengurangi gejala-gejala. Produk-


produk ini, kebanyakan tidak memerlukan resep, yaitu nontoxic,
tetapiefektivitas obat ini tetap terbukti. Adsorben yang spesifik dalam
pengobatan yaitu obat menyerap nutrisi, racun, obat-obatan, di dalam
saluran pencernaan
iii. Antisekretori

Bismut subsalisilat digunakan untuk antisekretori,


antiinflamatori, dan efek antibakteri. Maka dipasarkan untuk mengobati
gangguan saluran pencernaan, mengurangi kram perut, dan pengendalian
diare (Spruill dan Wade, 2005).
Tabel 5. Obat-Obat antidiare

Nama obat Dosis kemasan Dosis dewasa


1. 2,5 mg/tablet 5 mg, 4 kali/hari, tidak
2,5 mg/5 ml
Antimotility boleh lebih dari 20
Diphenosilat mg/hari
Loperamid 2 mg/kapsul Awalnya 4 mg, lalu 2 mg
setelah buang air, tidak
boleh lebih dari
16 mg/hari
Paregorik 1mg/ 5 mL 5-10 mL, 1-4 kali/hari
2mg/ 5 mL (morpin) 0.6 mL, 4 kali sehari
Tingtur 5 mg/ mL 2 tablet, lalu 1 tablet
opium (morpin) 1 setelah buang air
mg/ tablet hingga 8 tablet/hari
Difenoxin
2. Adsorben 5,7g kaolin +130 mg 30-120 mL setelah buang
Campuran Koalin+ air besar
pektin pektin/ 30 mL
500 mg/ tablet
Polikarbopil 2 tablet kunyah 4
kali/hari setelah buang
air besar, tidak boleh
lebih
dari 12 tablet/hari
Attapulgit 750 mg/ 15 mL 1200-1500 mg setelah
300 mg/ 15 mL
750 mg/ tablet buang air besar atau 2
600 mg/ tablet jam setelahnya, hingga
300 mg/tablet
9000 mg/hari
3. 1050 mg/30 mL 2 tablet atau 30 mL
Antisekretor 265 mg/15 mL
i 524 mg/ 15 mL setiap30 menit hingga 1
Bismut 262 mg/ tablet jam, jika dibutuhkan
salisilat
hingga 8 dosis/hari
Enzym (laktosa) 1250 unit laktosa 3-4 dos dengan susu atau
murni/ 4 dos produk
dari susu
3300 FCC unit 1 atau 2 tablet
laktosa/tablet
Penambahan 2 tablet atau 1 paket
Bakteri
granul, 3 sampai 4
(Laktobasillus kali/hari dengan susu,
acidophilus, jus atau air
L.Bulgaricus)
4. Octreotid 0,05 mg/ mL Awal: 50 mcg, 1-2
0,1 mg/ mL kali/hari dan
0,5 mg/ mL dosis penetesan untuk
indikasi hingga 600
mcg/hari 2-4 dosis
(Spruill dan Wade, 2005).

Pada penyakit diare akut juga dibutuhkan terapi supportif untuk


membantu pasien dalam memulihkan kondisi pasien. Selama periode diare,
dibutuhkan intake kalori yang cukup bagi penderita yang berguna untuk energi
dan membantu pemulihan enterosit yang rusak. Obat-obatan yang bersifat
antimotilitas tidak dianjurkan pada diare dengan sindroma disentri yang disertai
demam. Beberapa golongan obat yang bersifat simtomatik pada diare akut
dapat diberikan dengan pertimbangan klinis yang matang terhadap cost-
effective.

2.12. Askep Teori Diare

1. Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu yaitu nama klien,
umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab, perkerjaan, agama. Riwayat
kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat kesehatan psikososial. Keluhan utama
yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair.
Keluhan lain yang menyertai muntah, demam, nyeri abdomen, kondisi feses yang encer,
lender dan darah. Pengkajian riwayat dihubungkan dengan epidemiologi merupakan
pengkajian penting dalam menetukan penyebab, rencana intervensi, dan factor resiko
yang mungkin terjadi. Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan makanan yang
mungkin terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi
enterik akan memberikan manifestasi peradangan akut gastrointestinal yang dapat
berbahaya sehingga harus di lakukan dalam kondisi rehidrasi cairan. Riwayat alergi
pengunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi makanan yang banyak
mengandung sorbitol dan fruktosa. Pada pengkajian psikososial pasien biasanya
mengalami kecemasan dan pasien memerlukan pemenuhan informasi tentang pendidikan
kesehatan. pemeriksaan lain yang penting adalah pemeriksaan kolaboratif untuk
menentukan status dehidrasi esensialnya merupakan pemeriksaan medis untuk dehidrasi.
Pemeriksaan status dehidrasi esensial merupakan pemeriksaan medis untuk menentukan
kebutuhan pengganti cairan dalam pemenuhan hidrasi, tetapi pada kondisi klinik perawat
yang dapat melakukan perhitungan skor dapat melakukan peran kolaboratif dalam
menentukan jumlah cairan yang akan di berikan (Muttaqin & Sari, 2011).

Pemeriksaan fisik pada diare di mulai dengan inspeksi kaji dehidrasi pada anak
yang mengalami diare. Observasi penampilan umum dan warna kulit anak. Pada dehidrasi
ringan, anak dapat tampak normal. Pada dehidrasi sedang mata mengalami penurunan
produksi air mata atau lingkar mata cekung. Membran mukosa juga dapat kering. Status
mental dapat diperburuk dengan dehidrasi sedang hingga berat, yang di buktikan dengan
lesu atau latergi. Kulit mungkin tidak elastic atau menunjukan kekenduran, menandai
kuranya hidrasi. Distensi abdomen atau kecekungan mungkin muncul. Haluaran urin juga
dapat menurun jika anak mengalami dehidrasi. Haluaran feses dapat digunakan untuk
mengkaji warna dan konsistensi. Inspeksi area perineal anal untuk adanya kemerahan
atau ruam yang berkaitan dengan peningkatan volume dan frekuensi defeksi. Auskultasi
bising usus untuk mengkaji adanya bising usus hipoaktif atau hiperaktif. Bising usus
hipoaktif dapat mengindikasikan obstruksi atau peritonitis. Bising usus hiperaktif dapat
mengindikasikan diare/gastrointestinal. Perkusi abdomen perhatikan adanya
abnormalitas. Adanya abnormalitas pada pemeriksaan untuk diagnosis diare akut atau
kronik dapat mengindikasikan proses patologis. Palpasi nyeri tekan pada kuadran bawah
dapat berkaitan dengan gastrointeritas. Nyeri pantul atau nyeri tidak ditemukan saat
palpasi. Jika di temukan hal ini dapat di mengindikasikan apendisitis atau peritonitis
(Carman, 2016).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan Diare menurut
Muttaqin (2011) & NANDA (2017). Diagnosa: Kekurangan volume cairan yang
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Definisi: Penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan kadar natrium. Domain: 2 Nutrisi. Kode: (00027). Kelas: 5 Hidrasi.
Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan. Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik. Domain: 2 Nutrisi. Kode: (00002).Kelas: 1 makan.

Diagnosa: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi. Definisi: Suhu inti


tubuh di atas kisaran normal diurnal karena kegagalan termoregulasi. Domain: 10 Prinsip
hidup. Kode: (00007). Kelas: 6 Termoregulasi.

Diagnosa: Gangguan pertukaran gas berhubunngan dengan ketidakseimbangan


ventilasi perfusi. Definisi: kelebihan atau defisit oksigenasi dan atau eliminasi karbon
diosida pada membrane alveolar-kapilar. Domain: 3 Eliminasi dan pertukaran. Kode:
(00030). Kelas: 4 Fungsi respirasi

Diagnosa: Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber


pengetahuan. Definisi: Ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan
dengan topic tertentu. Domain: 5 Persepsi/kognisi. Kode: (00126). Kelas: 4 kognisi.

Diagnosa: Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan.


Definisi: Rentan mengalami kerusakan epidermis dan atau dermis, yang dapat
mengganggu kesehatan. Domain: 11 keamanan/perlindungan. Kode: (00047). Kelas: 2
cedera fisik.

3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa: Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif. NOC: keseimbangan cairan. Kode: 0601. Setalah di lakukan tindakan
keperawatan selama 30 menit pasien akan. 1. Denyut nadi radial, 2. Keseimbangan intake
dan output dalam 24 jam, 3. Berat badan stabil, 4. Turgor kulit, 5. Kelembaban membran
mukosa. Kriteria hasil: 1. Mempertahankan urin output sesuai dengan berat badan dan
usia, 2. Vital sign dalam batas normal, 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. NIC: 1).
Pertahankan status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat) dan observasi
keadaan umum, 2). Monitor vital sign, 3). Monitor tetesan infuse, 4). Anjurkan orang tua
untuk menambah intake oral.

Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan kurang asupan makanan. NOC: Status Nutrisi : makanan dan cairan. Kode: 1008.
Setelah di lakukan tindakan selama 45 menit pasien akan. 1. Asupan makanan secara oral,
2. Asupan cairan secara oral. Kriteria Hasil: 1. Adanya peningkatan berat badan, 2. Tidak
ada tanda malnutrisi, 3. Tidak terjadi penurunan berat badan. NIC: 1) Kaji adanya alergi
makanan, 2) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C, 3) Yakinkan
diet yang di makan mengandung tinggi serat untuk mencegah kontipasi, 4) Monitor
adanya penurunan berat badan, 5) Monitor turgor kulit dan kulit kering, 6) Monitor mual
muntah.

Diagnosa: Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi. NOC:


Termoregulasi. Kode: 0800. Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 15 menit
pasien akan. 1. Penurunan suhu kulit, 2. Melaporkan kenyaman suhu. Kriteria hasil: 1.
Suhu tubuh dalam batas normal, 2. Nadi dan RR dalam rentang normal, 3. Tidak ada
perubahan warna kulit. NIC: 1) Monitor suhu sesering mungkin, 2) Monitor warna kulit
dan suhu kulit, 3) Monitor tekanan darah, nadi, RR, 4) Monitor tingkat kesadaran, 5)
Kompres pasien pada lipatan paha dan aksila.

Diagnosa: Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan


ventilasi perfusi. NOC: Status pernafasan: Pertukaran gas. Kode: 0402. Setelah di
lakukan tindakan keperawatan selama 45 menit pasien akan. 1. Saturasi oksigen, 2.
Keseimbangan ventilasi dan perfusi. NIC: 1. Monitor tanda-tanda vital, 2. Manajemen
jalan napas buatan, 3. Pencegahan aspirasi.
Diagnosa: Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan. NOC: Knowledge: disease proses. Kode: 1803. Setelah di lakukan tindakan
selama 60 menit pasien akan. 1. Faktor penyebab, 2. tanda dan gejala penyakit, 3. Proses
perjalanan penyakit, 4. Komplikasi penyakit. Kriteria Hasil: 1. Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan, 2.
Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar, 3.
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya. NIC: 1) Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik, 2) Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat, 3) Sediakan
informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat, 4) Hindari jaminan yang
kosong, 5) Sediakan bagi keluarga atau informasi tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat, 6) Diskusikan perubahan gaya hidup, 7) Yang mungkin diperlukan untuk
mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit.

Diagnosa: Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan.


NOC: Integritas jaringan : kulit dan membrane mukosa. Kode: 1101. Setelah di lakukan
tindakan keperawatan selama 30 menit pasien akan. 1. Elastisita, 2. Intregitas kulit, 3.
Perfusi jaringan. Kriteria Hasil: 1. Tidak ada luka atau lesi pada kulit, 2. Integritas kulit
yang baik bisa di pertahankan (elastic, temperatur). NIC: 1) Perawatan perineal, 2)
Monitor tanda-tanda vital, (Moorhead Sue, 2016) dan (Bulechek M. Gloria, 2016).

4. Implementasi Keperawatan

Menurut Wong (2009) Penatalaksanaan sebagian besar kasus diare akut dapat
dilaksanakan di rumah dengan pemberian pendidikan yang benar kepada pengasuh anak
tentang penyebab diare, komplikasi yang potensial, dan terapi yang tepat. Pengasuh anak
diajarkan untuk memantau tanda-tanda dehidrasi, khususnya jumlah popok yang basah
atau frekuensi berkemih, memantau cairan yang masuk lewat mulut, dan menilai
frekuensi defekasi serta jumlah cairan yang hilang lewat feses. Pendidikan yang
berhubungan dengan terapi rehidrasi oral, termasuk pemberian cairan rumatan dan
penggantian kehilangan cairan yang tengah berlangsung, merupakan masalah yang
penting. Oralit harus diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering. Vomitus bukan
kontraindikasi bagi pemberian oralit kecuali jika gejala vomitusnya sangat besar.
Informasi tentang pemberian terus makanan yang biasa dimakan merupakan materi yang
esensial. Orang tua perlu mengetahui bahwa pada dasarnya jumlah feses akan sedikit
lebih meningkat ketika kita meneruskan pemberian makanan yang biasa dimakan anak
dan meneruskan pemberian cairan untuk menggantikan yang hilang lewat feses. Manfaat
yang berupa hasil akhir status gizi yang lebih baik dengan lebih sedikitnya komplikasi
dan lebih pendeknya lama (durasi) sakit lebih besar dari pada kerugian akibat
peningkatan frekuensi defekasi yang potensial terjadi. Kekhawatiran orang tua harus
dieksplorasi agar timbul kepatuhan dalam diri mereka untuk mengikuti rencana
penangannya.

Jika anak diare akut dan dehidrasi dirawat di rumah sakit, penimbangan berat
badannya harus dikerjakan dengan akurat di samping dilakukannya pemantauan asupan
dan haluaran cairan yang cermat. Anak dapat memperoleh terapi cairan parenteral tanpa
pemberian apapun lewat mulut (puasa) selama 12 hingga 48 jam. Pemantauan pemberian
cairan infuse merupakan fungsi primer keperawatan, dan perawat harus yakin bahwa
cairan serta elektrolit yang diberikan lewat infus tersebut sudah memiliki konsentrasi
yang benar, kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan cairan dengan volume yang
dikehendaki dalam periode tertentu dan lokasi pemberian infuse harus dijaga.

Pengukuran keluaran cairan yang akurat merupakan tindakan esensial guna


menentukan apakah aliran darah renalnya cukup memadai untuk memungkinkan
penambahan kalium ke dalam cairan infus. Perawat bertanggung jawab atas pemeriksaan
feses dan pengambilan specimen bagi pemeriksaan laboratorium . Perawat harus berhati-
hati ketika mengambil san mengirimkan spesimen feses untuk mencegah kemungkinan
terjadinya penularan infeksi. Spesimen feses harus dibawa ke laboratorium dalam wadah
dan media yang tepat menurut kebijakan rumah sakit. Tong spatel yang bersih dapat
digunakan untuk mengambil specimen pemeriksaan laboratorium atau dipakai sebagai
aplikator untuk memindahkan specimen tersebut ke dalam media kultur. Pemeriksaan pH,
darah, dan zat preduksi dapat dilaksanakan di unit perawatan.

Feses pasien diare bersifat sangat iritatif bagi kulit. Karena itu, perawatan kulit di
daerah popok harus dilaksanakan dengan ekstra hati-hati untuk melindunginya terhadap
kemungkinan ekskoriasi. Tindakan mengukur suhu rectum harus dihindari karena dapat
menstimulasi usus sehingga meningkatkan frekuensi defekasi.

Dukungan bagi anak dan keluarga meliputi perawatan dan perhatian seperti yang
diberikan kepada semua anak yang dirawat di rumah sakit. Orang tua harus terus
memperoleh informasi mengenai perkembangan kondisi anaknya dan mendapatkan
informasi mengenai kebiasaan tertentu yang perlu diperhatikan seperti membasuh tengan
dan menyingkirkan popok bekas, pakaian serta linen tempat tidur (seprei, sarung bantal,
selimut, dll) yang kotor dan benar. Setiap orang yang mengasuh anak diare harus
memahami mana daerah yang ’’bersih’’ dan mana daerah yang ’’kotor’’ khususnya di
dalam rumah sakit, karena kamar cuci digunakan untuk banyak keperluan. Popok dan
seprei linen yang kotor harus dimasukkan ke dalam wadah yang disediakan di dekat
tempat tidur pasien.

5. Evaluasi Keperawatan

Hasil yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai


berikut: Melaporkan pola defekasi normal, mempertahankan keseimbangan cairan dengan
mengonsumsi cairan peroral dengan adekuat, melaporkan tidak ada keletihan dan
kelemahan otot, menunjukkan membrane mukosa lembap dan turgor jaringan normal,
mengalami keseimbangan intake dan output, mengalami berat jenis urine normal,
mengalami penurunan tingkat ansietas, mempertahankan integritas kulit.
Mempertahankan kulit tetap bersih 29 setelah defekal. Tidak mengalami komplikasi,
elektrolit tetap dalam rentang normal, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak ada
distritmia atau perubahan dalam tingkat kesadaran (Wong, 2009).

2.13. Askep Kasus Diare

1. Kasus

Pada tanggal 30 Oktober 2020 pukul 16.00 WIB di Rumah Sakit daerah Malang terdapat
pasien Tn.B dirawat di ruang Bugenvile 2 dengan keluhan diare selama 2 hari. Klien berumur 30
tahun dan mengatakan sudah diare selama 2 hari. BAB encer berlendir dengan frekuensi 6-7 kali
setiap harinya. Menurut hasil observasi perawat badan klien panas, warna dan bau feses khas.
Setelah ditanya kembali klien mengatakan sebelumnya makan makanan pedas. Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan
Tanda-tanda vital :
Tensi                  : 110/70 mmHg
Nadi                   : 84 x/menit
RR                     :  22x/menit
Suhu                  : 38 º C
Keadaan umum  : Lemah
                        Mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis

2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

No. Register             : 1701


Ruang                      : Bugenvile 2
Tgl/ jam MRS : 30 Oktober 2020/16.00 WIB
Tgl pengkajian : 30 Oktober 2020
Dignosa medis : Diare

I. IDENTITAS
a.   Biodata Klien
Nama                     : Tn.B
Jenis kelamin         : Laki-laki
Umur                     : 30 tahun
Agama                   : Islam
Suku/Bangsa         : Jawa/Indonesia
Pendidikan  : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat                  : Jl.Sidomukti 18 RT.05 RW.01 Singosari

b.   Penanggung Jawab
Nama                                 : Ny. M
Jenis kelamin                     : Perempuan
Umur                                 : 30 tahun
Agama                               : Islam
Suku/Bangsa                     : Jawa/Indonesia
Pendidikan                        : SMA
Pekerjaan                           : Ibu Rumah Tangga
hubungan dengan klien     : Istri klien
alamat                                : Jl.Sidomukti 18 RT.05 RW.01 Singosari

II. RIWAYAT KESEHATAN


a.   Keluhan Utama
Klien menyatakan diare 2 hari.

b.   Riwayat Penyakit Sekarang


Klien menyatakan sudah diare ± 2 hari yang lalu sejak tanggal 30 Oktober 2020. Klien BAB
encer,dengan frekuensi 6-7x setiap harinya ( ± 300cc),warna dan bau khas feses. Klien
menyatakan sebelumnya mengkonsumsi makanan pedas. Klien juga mengatakan badannya
panas.

c.   Riwayat Penyakit dahulu


Klien mengatakan sebelumnya Klien tidak pernah sakit seperti ini. Klien juga tidak pernah
MRS sebelumnya.

d.    Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami DM, Hipertensi, dan penyakit
menurun lainnya
III. POLA AKTIVITAS SEHARI – HARI
N SEBELUM SESUDAH
JENIS KEBUTUHAN
O MASUK RS MASUK RS

A. NUTRISI

a. Makanan yang di sukai Sejenis Makanan Tidak ada nafsu


b. ringan makan

b.      Makanan yang tidak di sukai Tidak ada

c.       Makanan Pantangan Pedas

d.      Nafsu Makan Selaera makan Tidak ada nafsu


ada makan

Sedikit, tapi Tidak ada nafsu


e.       Porsi Makan yang di habiskan
sering makan
f.  
Piring, Tangan Piring, di suapi
Alat Makan yang di pakai oleh istrinya

B. Minuman

a.       Jumlah Minuman dalam sehari ± 4 gelas sehari Input cairan ± 3


gelas sehari
b.      Minunam Kesukaan Minuman yang 
tidak streril (X-
tea, Nescafe dan
sebagai nya)

c.       Hal –hal yang menghambat Kurang minum


dalam pemenuhan cairan

C. Pola Tidur

a.       Tidur siang……jam ± 5 jam Tidak tentu

b.      Tidur malam…jam ± 8 jam Pola tidur


terganggu

Gelisah
c.       Kebiasaan tidur Sering ngigau

D. Kebersihan Diri

a.    Mandi
IV. DATA PSIKOSOSIAL
a.     Status Emosi
Klien tampak tenang saat dilakukan pengkajian
b.    Konsep Diri
      Klien menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggapnya sebagai cobaan dari
Tuhan
c.   Interaksi Sosial
      Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian.
d.   Spiritual
      Klien beragama Islam.

V. PEMERIKSAAN FISIK 
a. Keadaan Umum      : Lemah
b. Kesadaran               : Composmentis
c. TTV                         :  - TD : 110/70 mmHg            - N : 84x/ menit
                            - RR : 22x/ menit                 - Suhu : 38 º C
d. Kepala
- Ekspresi Wajah : Tenang
- Rambut : Persebaran rambut merata, berminyak.
- Wajah : Simetris, tidak ada luka
- Mata : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat
membuka mata secara spontan
- Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada Secret.
- Mulut : Tidak ada sariawan, simetris, mukosa kering
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis
e.   Thorax
- Inspeksi    : Simetris, tidak ada benjolan dan luka
- Palpasi      : Tidak ada nyeri tekan pada dada
- Perkusi      : Suara paru sonor, suara jantung dullnes
- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur
f.   Abdomen
- Inspeksi     : Bentuk perut datar
- Auskultasi : Bising usus 14x / menit
- Perkusi      : Suara hipertimpani
- Palpasi      : Tidak ada pembesaran hepar
g.      Ekstermitas
- Atas        : Jari lengkap, terpasang infus RA : D5 pada tangan kanan, tonus otot 5 I 5
- Bawah     : Jari lengkap, tonus otot 5I5
h.      Genetalia  : Tidak dikaji

HASIL LABORATURIUM

PASIEN : Tn.B

NO.REKAM MEDIK : 1701

RUANG RAWAT : R.Bugenvile 2

UMUR : 30thn

HASIL
JENIS PEMERIKSAAN NILAI
NORMAL

ANALISA DATA

PASIEN : Tn.B

NO.REKAM MEDIK : 1701

RUANG RAWAT : R.Bugenvile 2

UMUR : 30thn
N DATA PENYEBAB MASALAH
O
Ds: 
 1. DS :
- Klien mengatakan diare 2  hari Kehilangan cairan Kurang volume cairan
- Klien mengatakan saat BAB sekunder akibat diare. dan elektrolit.
feses klien encer dan berlendir.
- Klien mengatakan BAB  6-7X
dalam sehari.
- Klien mengatakan mengonsumsi
makanan pedas sebelumnya.

DO :
Do:- Keadaan Umum Lemah
- Konsistensi fases cair dan
berlendir
-  Mukosa bibir kering
-  Suara perut hipertimpani
-  Tugor kulit menurun

2. DS :
-  Klien mengatakan badan panas Proses infeksi penyakit Peningkatan  suhu
tubuh
DO:  - Keluhan utama lemah
-  S     : 38OC
-  N    : 84 X/menit
-  TD  : 110/70 mmHg
-  RR  : 22x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN

PASIEN : Tn.B

NO.REKAM MEDIK : 1701

RUANG RAWAT : R.Bugenvile 2

UMUR : 30thn

MASALAH/DIAGNOSA TTD

NO TGL. TGL.

DX DITEMUKAN TERATASI
.

1. Kurang volume cairan dan elektrolit 30/10/2020 31/10/2020 Risky


berhubungan dengan Kehilangan
cairan sekunder akibat diare.

Hipertermi brerhubungan dengan


2. 30/10/2020 31/10/2020 Risky
proses infeksi Penyakit.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN : Tn.B

NO.REKAM MEDIK : 1701

RUANG RAWAT : R.Bugenvile 2

UMUR : 30thn

NO
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
TGL . INTERVENSI RASIONAL TTD
KEPERAWATAN STANDART
DX

30/1 1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1.Pantau tanda dan gejala dehidrasi. 1.Penurunan volume cairan Risk
0/20 cairan dan elektrolit keperawatan dalam waktu 2.Pantau input dan output. dan elektrolit y
20 berhubungan 1x24 jam diharapkan : 3.Bina hubungan saling percaya. menyebabkan dehidrasi
dengan kehilangan -  -TTV dalam batas normal 4.Pemberian cairan parenteral sesuai jaringan.
cairan sekunder. -  -Tidak ada tanda-tanda dengan umur. 2.Dehidrasi dapat
dehidrasi 5.Kolaborasi dengan dokter dalam meningkatkan laju filtasi
-Frekuensi BAB 1x / hari pemberian obat. glomerulus.
3.Mempermudah
melakukan intervensi
selanjutnya.
4.Pemberian cairan secara
cepat dapat sebagai
penganti cairan yang
hilang.
5.Menentukan pemberian
obat secara tepat.

Hipertermi
berhubungan Setelah diberikan tindakan 1.Bina hubungan saling percaya. 1.Mempermudah
Risk
dengan proses keperawatan dalam waktu 2.Berikan kompres pada klien. melakukan intervensi
y
2. infeksi penyakit. 1x24 jam diharapkan : 3.Anjurkan klien untuk memakai selanjutnya.
-   Suhu tubuh normal baju tipis dan dapat menyerap 2.Membantu menurunkan
-   Keluhan utama kembali keringat. suhu tubuh klien.
normal 4.Anjurkan klien minum sedikit tapi 3.Membantu mengurangi
-   Demam klien turun sering. penguapan pada tubuh.
5.Kolaborasi dengan  dokter dalam 4. Menganti cairan yang
pemberian obat. hilang.
5.Menentukan pemberian
obat secara tepat.
CATATAN TINDAKAN (IMPLEMENTASI)

PASIEN : Tn.B

NO.REKAM MEDIK : 1701

RUANG RAWAT : R.Bugenvile 2

UMUR : 30thn

TANGGA DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN DAN TTD


L HASIL
30/10/2020 Ketidakseimbangan cairan 1. Memantau TTV Risky
dan elektrolit 2. Memantau intake dan output
berhubungan denganmemperhatikan tetesan
dengan kehilangan cairan infuse dan BAB, BAK klien
sekunder. 3. Membina hubungan saling percaya
dengan klien
4. Memberikan cairan parenteral
dengan memasang infus pada
klien.
5. Mengkolaborasikan dengan
dokter.

31/10/2020 Hipertermi berhubungan Risky


1. Membina hubungan saling percaya
dengan proses infeksi
antara perawat dengan klien.
penyakit.
2. Memberikan kompres pada klien.
3. Membantu menggati pakaian klien
4. Memberi klien minum
5. Mengkolaborasikan dengan dokter

CATATAN PERKEMBANGAN
PASIEN : Tn.B

NO.REKAM MEDIK : 1701

RUANG RAWAT : R.Bugenvile 2

UMUR : 30thn

TANGGA DIAGNOSA EVALUASI/SOP TTD


L
31/10/2020 Ketidakseimbangan cairan S : Klien mengatakan diare berkurang Risky
dan elektrolit dan panas sudah mulai turun
berhubungan O : Keadaan umum sedang, diare
dengan kehilangan cairan berkurang 3-4x/hari, ampas ada, panas
sekunder. mulai turun
S : 37,6 C
Td : 110/70mmHg
N :80x/mnt
RR :20x/mnt
A :
Masalah I
Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder teratasi sebagian
Masalah II
Hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi penyakit teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi 1-5

31/10/2020 S : Klien mengatakan diare sudah jarang Risky


Hipertermi berhubungan dan klien sudah tidak panas
dengan proses infeksi O : Keluhan utama hilang, diare cair tapi
penyakit. berampas, frekuensi 1-2 x/hari, panas
hilang,
T : 120/80 mmHg,
S : 36,5 C
RR : 20x/mnt
N : 80x/mnt
A : MasalahI
Ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan sekunder teratasi
Masalah II
Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi penyakit teratasi
P : Intervensi dihentikan
Klien sudah boleh pulang

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Diare adalah meningkatnya frekuensi dan berkurangnya konsistensi


buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB normalnya. Terjadinya
BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi lembek atau cair yang
tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau tiga kali dalam seminggu
(Yulinah, 2008).Wabah diare pada bayi, anak-anak dan dewasa biasanya
disebabkan oleh mikroorganisme yang menyebar melalui air atau makanan
yang sudah tercemar oleh tinja yang terinfeksi. Infeksi juga dapat ditularkan
dari orang ke orang, yaitu bila seorang penderita diare tidak mencuci tangannya
dengan bersih, setelah buang air besar (Setiawan, 2005)

4.2 Saran

Dalam penulisan makalah kali ini masih banyak kekurangan yang perlu di
perbaiki , dikarenakan masih minimnya pengetahuan dari kami. oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, P.. 1995, Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut, Edisi II, 21-32, ECG, Jakarta.

Anonimª , 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Arief, M., Wahyu I., dan Setiawan, W., 2000, Kapita Selektif Kedokteran, 470-475, Buku Kedokteran ,
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.

Goodman, dan Gilman, 2003, Dasar Farmakologi Terapi, Volume 1, 1009-1012, Buku Kedokteran, ITB
Farmasi, Bandung.

Setiawan, I., 2005. Gambaran Pengobatan Diare Akut pada Bayi yang Menjalani Rawat Inap di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta selama Bulan JuliDesember 2004, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.

Shetty, H. G.M., dan Woodhouse, K., 2003, Geriatrics, in Walker, R., Edwards, C., Clinical Pharmacy and
Therapeutics, 127, 3rd Edition, Churchill Livingstone, London.

Siregar, JP., dan Amalia ., L., 2003, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, 7-9, Penerbit Buku
Kedokteran ECG, Jakarta.

Spruill, J., dan Wade, E., 2005, Diarrhea in Dipiro,et,al., Pharmacotherapy, A Phatophysiologi Approach,
Edisi 6, Appleton And Lange, Stamford, 677-685, New York.

Suharyono, 2008, Diare Akut Klinik dan Laboratorium, 1-2, Rineka Cipto, Jakarta

Yulinah, E., 2008, ISO Farmakoterapi, 349-350, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta

Watts, D, H., 1984. Terapi Medik, Diterjemahkan Oleh Lukmanto, Petrus, Edisi 17, 186-187, Buku
Kedokteran, Jakarta.

Zeinª, U., 2004, Diare Akut Infeksius pada Dewasa, Jurnal, Fakultas Kedokteran Divisi Penyakit Tropik
dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Universitas Sumatera, Sumatra Utara.

Zeinb , U.,2004, Diare Akut Disebabkan Bakteri, Jurnal, Fakultas Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan
Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara.

Anda mungkin juga menyukai