MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Medikal Bedah
yang dibina oleh Bapak Marsaid, S.Kep.Ns, M. Kep.
Oleh
Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas berkatnya
limpahannya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Promosi Kesehatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Diare” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , Oleh karena itu,
kritik dan saran dapat disampaikan kepada kami untuk membuat makalah yang lebih baik
selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah ilmu bagi pembaca .
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini telah diperiksan dan disetujui untuk dipresentasikan pada tanggal
Pembimbing
NIP. 197012301997031002
BAB I
PENDAHULUAN
Diare (berasal dari bahasa Yunani dan Latin: dia, artinya melewati, dan
rheein, yang artinya mengalir atau lari) merupakan masalah umum untuk orang
yang menderita “pengeluaran feses yang terlalu cepat atau terlalu encer”
(Goodman dan Gilman, 2003).Diare adalah meningkatnya frekuensi dan
berkurangnya konsistensi buang air besar (BAB) dibanding dengan pola BAB
normalnya. Terjadinya BAB 3x atau lebih dalam sehari dengan konsistensi
lembek atau cair yang tidak seperti biasanya, yang biasanya hanya dua atau
tiga kali dalam seminggu (Yulinah, 2008).
2.2 Patofisiologi
Wabah diare pada bayi, anak-anak dan dewasa biasanya disebabkan oleh
mikroorganisme yang menyebar melalui air atau makanan yang sudah tercemar
oleh tinja yang terinfeksi. Infeksi juga dapat ditularkan dari orang ke orang,
yaitu bila seorang penderita diare tidak mencuci tangannya dengan bersih,
setelah buang air besar (Setiawan, 2005)
Diare akut dapat disebabkan oleh infeksi, alergi, reaksi obat-obatan, dan
juga faktor psikis. Klasifikasi dan patofisologi diare akut yang disebabkan oleh
proses infeksi pada usus atau Enteric infection. Pendekatan klinis yang
sederhana dan mudah adalah pembagian diare akut berdasarkan proses
patofisiologi enteric infection, yaitu membagi diare akut atas mekanisme
Inflammatory, Non inflammatory, dan Penetrating (Zeina, 2004).
Inflamatory diarrhea akibat proses invasion dan cytotoxin di kolon
dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan
darah (disebut juga Bloody diarrhea). Biasanya gejala klinis yang menyertai
adalah keluhan abdominal seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual,
muntah, demam, serta gejala dan tanda dehidrasi (Zeina, 2004).
Non Inflammatory diarrhea dengan kelainan yang ditemukan di usus
halus bagian proksimal. Keluhan abdominal biasanya minimal atau tidak ada
sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada
kasus yang tidak segera mendapat cairan pengganti.
Penetrating diarrhea lokasi pada bagian distal usus halus. Penyakit
ini disebut juga Enteric fever, Chronic Septicemia, dengan gejala klinis
demam disertai diare.
Tabel 1 . Karakteristik Pada 3 Tipe Diare Akut
2.3 Kehilangan air dan elektrolit serta gangguan asam basa yang menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemik.
2.4 Gangguan sirkulasi darah dapat berupa renjatan hipovolemik atau pra-
renjatan sebagai akibat diare dengan atau tanpa dehidrasi dengan muntah,
perdarahan otak dapat terjadi, kesadaran menurun dan bila tak cepat diobati
penderita dapat meninggal.
2.5 Gangguan gizi yang terjadi akibat keluarnya cairan yang berlebihan karena
diare dan muntah
2.3 Etiologi
1. Infeksi
a) Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 –
80%). Rotavirus serotype 1, 2, 8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4
didapati pada hewan dan manusia, dan serotype 5, 6, dan 7 didapati
hanya pada hewan. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya
akibat fool borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi
penularan person to person.
b) Bakteri :
–15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi
dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis
berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self-
limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti
pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease
dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik (Zeinª, 2004).
2. Malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein
a. Diare akut
Buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi
tinja yang lebih lembek dan cair, bersifat mendadak datangnya dan
berlangsung kurang dari 2 minggu.
b. Diare kronis
a. Diare sekretori
Diare yang umumnya terjadi bila telah timbul cedara pada usus
dan terjadi sekresi cairan dan elektrolit ke dalam lumen usus.
b. Diare osmotik
a. Dehidrasi
Pada kebanyakan pasien diare akut, akan mengalami dehidrasi. Hal ini
disebabkan karena banyak cairan tubuh yang dikeluarkan pada saat diare.
Dehidrasi adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan cairan yang
dapat berakibat kematian terutama pada bayi dan anak-anak bila tidak
segera diatasi (Anonimª, 2008).
Dehidrasi akan menyebabkan gangguan metabolism tubuh. Gangguan
ini dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Kematian ini disebabkan
kehabisan cairan tubuh, karena asupan cairan tidak seimbang dengan
pengeluaran melalui muntah dan berak meskipun berlangsung sedikit demi
sedikit. Dehidrasi ini dibagi menjadi tiga macam, yaitu dehidrasi ringan,
dehidrasi sedang dan dehidrasi berat (Andrianto, 1995).
b. Gangguan pertumbuhan
(Zeinª, 2004)
Umur diketahui juga sebagai salah satu faktor penentuan terapi dengan
menggunakan obat. Diare akut dapat menyerang pria dan wanita pada
berbagai kelompok umur dan kebiasaan sehari-hari penderita. Pasien dengan
penyakit diare akut dibagi dalam 3 kelompok umur, yaitu kelompok pediatri
(anak dan remaja), kelompok umur dewasa, serta kelompok umur geriatri
(usia lanjut).
The British Paediatrics Association (BPA) membagi masa anak-anak
dalam beberapa kelompok, yaitu neonatus (awal kelahiran sampai usia
sebulan), bayi (1 bulan sampai 2 tahun), anak (2 sampai 12 tahun), remaja
(12 sampai 18 tahun). Oleh karena itu, kelompok pediatri mencakup pasien
yang berumur 0-2 tahun. Kelompok umur anak-anak yaitu pasien yang
berusia 2-18 tahun. Kelompok umur dewasa yaitu pasien yang berusia 18
sampai 64 tahun. Pasien yang berumur 65 tahun ke atas termasuk dalam
kelompok umur geriatri (usia lanjut) (Shetty dan Woodhouse, 2003).
2.9 Rasionalitas pengobatan
a. Antibiotik
1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian keperawatan dengan cara anamnesa terlebih dahulu yaitu nama klien,
umur, alamat, tanggal masuk, nama penanggung jawab, perkerjaan, agama. Riwayat
kesehatan masa lalu, riwayat keluarga, riwayat kesehatan psikososial. Keluhan utama
yang lazim didapatkan adalah diare dengan peningkatan frekuensi dan feses menjadi cair.
Keluhan lain yang menyertai muntah, demam, nyeri abdomen, kondisi feses yang encer,
lender dan darah. Pengkajian riwayat dihubungkan dengan epidemiologi merupakan
pengkajian penting dalam menetukan penyebab, rencana intervensi, dan factor resiko
yang mungkin terjadi. Riwayat keracunan makanan atau kontak dengan makanan yang
mungkin terkontaminasi dan kontak dengan hewan yang diketahui sebagai sumber infeksi
enterik akan memberikan manifestasi peradangan akut gastrointestinal yang dapat
berbahaya sehingga harus di lakukan dalam kondisi rehidrasi cairan. Riwayat alergi
pengunaan obat pencahar atau antibiotic atau konsumsi makanan yang banyak
mengandung sorbitol dan fruktosa. Pada pengkajian psikososial pasien biasanya
mengalami kecemasan dan pasien memerlukan pemenuhan informasi tentang pendidikan
kesehatan. pemeriksaan lain yang penting adalah pemeriksaan kolaboratif untuk
menentukan status dehidrasi esensialnya merupakan pemeriksaan medis untuk dehidrasi.
Pemeriksaan status dehidrasi esensial merupakan pemeriksaan medis untuk menentukan
kebutuhan pengganti cairan dalam pemenuhan hidrasi, tetapi pada kondisi klinik perawat
yang dapat melakukan perhitungan skor dapat melakukan peran kolaboratif dalam
menentukan jumlah cairan yang akan di berikan (Muttaqin & Sari, 2011).
Pemeriksaan fisik pada diare di mulai dengan inspeksi kaji dehidrasi pada anak
yang mengalami diare. Observasi penampilan umum dan warna kulit anak. Pada dehidrasi
ringan, anak dapat tampak normal. Pada dehidrasi sedang mata mengalami penurunan
produksi air mata atau lingkar mata cekung. Membran mukosa juga dapat kering. Status
mental dapat diperburuk dengan dehidrasi sedang hingga berat, yang di buktikan dengan
lesu atau latergi. Kulit mungkin tidak elastic atau menunjukan kekenduran, menandai
kuranya hidrasi. Distensi abdomen atau kecekungan mungkin muncul. Haluaran urin juga
dapat menurun jika anak mengalami dehidrasi. Haluaran feses dapat digunakan untuk
mengkaji warna dan konsistensi. Inspeksi area perineal anal untuk adanya kemerahan
atau ruam yang berkaitan dengan peningkatan volume dan frekuensi defeksi. Auskultasi
bising usus untuk mengkaji adanya bising usus hipoaktif atau hiperaktif. Bising usus
hipoaktif dapat mengindikasikan obstruksi atau peritonitis. Bising usus hiperaktif dapat
mengindikasikan diare/gastrointestinal. Perkusi abdomen perhatikan adanya
abnormalitas. Adanya abnormalitas pada pemeriksaan untuk diagnosis diare akut atau
kronik dapat mengindikasikan proses patologis. Palpasi nyeri tekan pada kuadran bawah
dapat berkaitan dengan gastrointeritas. Nyeri pantul atau nyeri tidak ditemukan saat
palpasi. Jika di temukan hal ini dapat di mengindikasikan apendisitis atau peritonitis
(Carman, 2016).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa muncul pada pasien dengan Diare menurut
Muttaqin (2011) & NANDA (2017). Diagnosa: Kekurangan volume cairan yang
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Definisi: Penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, dan atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan saja
tanpa perubahan kadar natrium. Domain: 2 Nutrisi. Kode: (00027). Kelas: 5 Hidrasi.
Diagnosa: Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurang asupan makanan. Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik. Domain: 2 Nutrisi. Kode: (00002).Kelas: 1 makan.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa: Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif. NOC: keseimbangan cairan. Kode: 0601. Setalah di lakukan tindakan
keperawatan selama 30 menit pasien akan. 1. Denyut nadi radial, 2. Keseimbangan intake
dan output dalam 24 jam, 3. Berat badan stabil, 4. Turgor kulit, 5. Kelembaban membran
mukosa. Kriteria hasil: 1. Mempertahankan urin output sesuai dengan berat badan dan
usia, 2. Vital sign dalam batas normal, 3. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. NIC: 1).
Pertahankan status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat) dan observasi
keadaan umum, 2). Monitor vital sign, 3). Monitor tetesan infuse, 4). Anjurkan orang tua
untuk menambah intake oral.
4. Implementasi Keperawatan
Menurut Wong (2009) Penatalaksanaan sebagian besar kasus diare akut dapat
dilaksanakan di rumah dengan pemberian pendidikan yang benar kepada pengasuh anak
tentang penyebab diare, komplikasi yang potensial, dan terapi yang tepat. Pengasuh anak
diajarkan untuk memantau tanda-tanda dehidrasi, khususnya jumlah popok yang basah
atau frekuensi berkemih, memantau cairan yang masuk lewat mulut, dan menilai
frekuensi defekasi serta jumlah cairan yang hilang lewat feses. Pendidikan yang
berhubungan dengan terapi rehidrasi oral, termasuk pemberian cairan rumatan dan
penggantian kehilangan cairan yang tengah berlangsung, merupakan masalah yang
penting. Oralit harus diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering. Vomitus bukan
kontraindikasi bagi pemberian oralit kecuali jika gejala vomitusnya sangat besar.
Informasi tentang pemberian terus makanan yang biasa dimakan merupakan materi yang
esensial. Orang tua perlu mengetahui bahwa pada dasarnya jumlah feses akan sedikit
lebih meningkat ketika kita meneruskan pemberian makanan yang biasa dimakan anak
dan meneruskan pemberian cairan untuk menggantikan yang hilang lewat feses. Manfaat
yang berupa hasil akhir status gizi yang lebih baik dengan lebih sedikitnya komplikasi
dan lebih pendeknya lama (durasi) sakit lebih besar dari pada kerugian akibat
peningkatan frekuensi defekasi yang potensial terjadi. Kekhawatiran orang tua harus
dieksplorasi agar timbul kepatuhan dalam diri mereka untuk mengikuti rencana
penangannya.
Jika anak diare akut dan dehidrasi dirawat di rumah sakit, penimbangan berat
badannya harus dikerjakan dengan akurat di samping dilakukannya pemantauan asupan
dan haluaran cairan yang cermat. Anak dapat memperoleh terapi cairan parenteral tanpa
pemberian apapun lewat mulut (puasa) selama 12 hingga 48 jam. Pemantauan pemberian
cairan infuse merupakan fungsi primer keperawatan, dan perawat harus yakin bahwa
cairan serta elektrolit yang diberikan lewat infus tersebut sudah memiliki konsentrasi
yang benar, kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan cairan dengan volume yang
dikehendaki dalam periode tertentu dan lokasi pemberian infuse harus dijaga.
Feses pasien diare bersifat sangat iritatif bagi kulit. Karena itu, perawatan kulit di
daerah popok harus dilaksanakan dengan ekstra hati-hati untuk melindunginya terhadap
kemungkinan ekskoriasi. Tindakan mengukur suhu rectum harus dihindari karena dapat
menstimulasi usus sehingga meningkatkan frekuensi defekasi.
Dukungan bagi anak dan keluarga meliputi perawatan dan perhatian seperti yang
diberikan kepada semua anak yang dirawat di rumah sakit. Orang tua harus terus
memperoleh informasi mengenai perkembangan kondisi anaknya dan mendapatkan
informasi mengenai kebiasaan tertentu yang perlu diperhatikan seperti membasuh tengan
dan menyingkirkan popok bekas, pakaian serta linen tempat tidur (seprei, sarung bantal,
selimut, dll) yang kotor dan benar. Setiap orang yang mengasuh anak diare harus
memahami mana daerah yang ’’bersih’’ dan mana daerah yang ’’kotor’’ khususnya di
dalam rumah sakit, karena kamar cuci digunakan untuk banyak keperluan. Popok dan
seprei linen yang kotor harus dimasukkan ke dalam wadah yang disediakan di dekat
tempat tidur pasien.
5. Evaluasi Keperawatan
1. Kasus
Pada tanggal 30 Oktober 2020 pukul 16.00 WIB di Rumah Sakit daerah Malang terdapat
pasien Tn.B dirawat di ruang Bugenvile 2 dengan keluhan diare selama 2 hari. Klien berumur 30
tahun dan mengatakan sudah diare selama 2 hari. BAB encer berlendir dengan frekuensi 6-7 kali
setiap harinya. Menurut hasil observasi perawat badan klien panas, warna dan bau feses khas.
Setelah ditanya kembali klien mengatakan sebelumnya makan makanan pedas. Berdasarkan
pemeriksaan fisik didapatkan
Tanda-tanda vital :
Tensi : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 38 º C
Keadaan umum : Lemah
Mukosa bibir kering, turgor kulit kurang elastis
2. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
I. IDENTITAS
a. Biodata Klien
Nama : Tn.B
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jl.Sidomukti 18 RT.05 RW.01 Singosari
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
hubungan dengan klien : Istri klien
alamat : Jl.Sidomukti 18 RT.05 RW.01 Singosari
A. NUTRISI
B. Minuman
C. Pola Tidur
Gelisah
c. Kebiasaan tidur Sering ngigau
D. Kebersihan Diri
a. Mandi
IV. DATA PSIKOSOSIAL
a. Status Emosi
Klien tampak tenang saat dilakukan pengkajian
b. Konsep Diri
Klien menerima penyakitnya dengan ikhlas dan menganggapnya sebagai cobaan dari
Tuhan
c. Interaksi Sosial
Klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian.
d. Spiritual
Klien beragama Islam.
V. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : - TD : 110/70 mmHg - N : 84x/ menit
- RR : 22x/ menit - Suhu : 38 º C
d. Kepala
- Ekspresi Wajah : Tenang
- Rambut : Persebaran rambut merata, berminyak.
- Wajah : Simetris, tidak ada luka
- Mata : Sklera putih, Konjungtiva merah muda, dapat
membuka mata secara spontan
- Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada Secret.
- Mulut : Tidak ada sariawan, simetris, mukosa kering
- Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
- Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan vena jugularis
e. Thorax
- Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan dan luka
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada dada
- Perkusi : Suara paru sonor, suara jantung dullnes
- Auskultasi : Tidak ada bunyi tambahan, irama jantung teratur
f. Abdomen
- Inspeksi : Bentuk perut datar
- Auskultasi : Bising usus 14x / menit
- Perkusi : Suara hipertimpani
- Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar
g. Ekstermitas
- Atas : Jari lengkap, terpasang infus RA : D5 pada tangan kanan, tonus otot 5 I 5
- Bawah : Jari lengkap, tonus otot 5I5
h. Genetalia : Tidak dikaji
HASIL LABORATURIUM
PASIEN : Tn.B
UMUR : 30thn
HASIL
JENIS PEMERIKSAAN NILAI
NORMAL
ANALISA DATA
PASIEN : Tn.B
UMUR : 30thn
N DATA PENYEBAB MASALAH
O
Ds:
1. DS :
- Klien mengatakan diare 2 hari Kehilangan cairan Kurang volume cairan
- Klien mengatakan saat BAB sekunder akibat diare. dan elektrolit.
feses klien encer dan berlendir.
- Klien mengatakan BAB 6-7X
dalam sehari.
- Klien mengatakan mengonsumsi
makanan pedas sebelumnya.
DO :
Do:- Keadaan Umum Lemah
- Konsistensi fases cair dan
berlendir
- Mukosa bibir kering
- Suara perut hipertimpani
- Tugor kulit menurun
2. DS :
- Klien mengatakan badan panas Proses infeksi penyakit Peningkatan suhu
tubuh
DO: - Keluhan utama lemah
- S : 38OC
- N : 84 X/menit
- TD : 110/70 mmHg
- RR : 22x/menit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PASIEN : Tn.B
UMUR : 30thn
MASALAH/DIAGNOSA TTD
NO TGL. TGL.
DX DITEMUKAN TERATASI
.
PASIEN : Tn.B
UMUR : 30thn
NO
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA
TGL . INTERVENSI RASIONAL TTD
KEPERAWATAN STANDART
DX
30/1 1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1.Pantau tanda dan gejala dehidrasi. 1.Penurunan volume cairan Risk
0/20 cairan dan elektrolit keperawatan dalam waktu 2.Pantau input dan output. dan elektrolit y
20 berhubungan 1x24 jam diharapkan : 3.Bina hubungan saling percaya. menyebabkan dehidrasi
dengan kehilangan - -TTV dalam batas normal 4.Pemberian cairan parenteral sesuai jaringan.
cairan sekunder. - -Tidak ada tanda-tanda dengan umur. 2.Dehidrasi dapat
dehidrasi 5.Kolaborasi dengan dokter dalam meningkatkan laju filtasi
-Frekuensi BAB 1x / hari pemberian obat. glomerulus.
3.Mempermudah
melakukan intervensi
selanjutnya.
4.Pemberian cairan secara
cepat dapat sebagai
penganti cairan yang
hilang.
5.Menentukan pemberian
obat secara tepat.
Hipertermi
berhubungan Setelah diberikan tindakan 1.Bina hubungan saling percaya. 1.Mempermudah
Risk
dengan proses keperawatan dalam waktu 2.Berikan kompres pada klien. melakukan intervensi
y
2. infeksi penyakit. 1x24 jam diharapkan : 3.Anjurkan klien untuk memakai selanjutnya.
- Suhu tubuh normal baju tipis dan dapat menyerap 2.Membantu menurunkan
- Keluhan utama kembali keringat. suhu tubuh klien.
normal 4.Anjurkan klien minum sedikit tapi 3.Membantu mengurangi
- Demam klien turun sering. penguapan pada tubuh.
5.Kolaborasi dengan dokter dalam 4. Menganti cairan yang
pemberian obat. hilang.
5.Menentukan pemberian
obat secara tepat.
CATATAN TINDAKAN (IMPLEMENTASI)
PASIEN : Tn.B
UMUR : 30thn
CATATAN PERKEMBANGAN
PASIEN : Tn.B
UMUR : 30thn
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Dalam penulisan makalah kali ini masih banyak kekurangan yang perlu di
perbaiki , dikarenakan masih minimnya pengetahuan dari kami. oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan sebagai bahan
evaluasi untuk kedepannya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, P.. 1995, Penatalaksanaan dan Pencegahan Diare Akut, Edisi II, 21-32, ECG, Jakarta.
Anonimª , 2008, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Arief, M., Wahyu I., dan Setiawan, W., 2000, Kapita Selektif Kedokteran, 470-475, Buku Kedokteran ,
Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
Goodman, dan Gilman, 2003, Dasar Farmakologi Terapi, Volume 1, 1009-1012, Buku Kedokteran, ITB
Farmasi, Bandung.
Setiawan, I., 2005. Gambaran Pengobatan Diare Akut pada Bayi yang Menjalani Rawat Inap di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta selama Bulan JuliDesember 2004, Skripsi, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta.
Shetty, H. G.M., dan Woodhouse, K., 2003, Geriatrics, in Walker, R., Edwards, C., Clinical Pharmacy and
Therapeutics, 127, 3rd Edition, Churchill Livingstone, London.
Siregar, JP., dan Amalia ., L., 2003, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, 7-9, Penerbit Buku
Kedokteran ECG, Jakarta.
Spruill, J., dan Wade, E., 2005, Diarrhea in Dipiro,et,al., Pharmacotherapy, A Phatophysiologi Approach,
Edisi 6, Appleton And Lange, Stamford, 677-685, New York.
Suharyono, 2008, Diare Akut Klinik dan Laboratorium, 1-2, Rineka Cipto, Jakarta
Yulinah, E., 2008, ISO Farmakoterapi, 349-350, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta
Watts, D, H., 1984. Terapi Medik, Diterjemahkan Oleh Lukmanto, Petrus, Edisi 17, 186-187, Buku
Kedokteran, Jakarta.
Zeinª, U., 2004, Diare Akut Infeksius pada Dewasa, Jurnal, Fakultas Kedokteran Divisi Penyakit Tropik
dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Universitas Sumatera, Sumatra Utara.
Zeinb , U.,2004, Diare Akut Disebabkan Bakteri, Jurnal, Fakultas Kedokteran Divisi Penyakit Tropik dan
Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Universitas Sumatra Utara, Sumatra Utara.