Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK 1

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK HIV

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1


Dengan dosen pembimbing Ibu Hurun Ain, S.Kep., Ns, M.Kep

Oleh
Khilda Habsyiyyah (P17220192024)
Farhah Nahdia Kamilah (P17220193026)
Sumikatul Zannah (P17220193030)
Risky Rahma Sari Putri (P17220193031)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN LAWANG
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Makalah ini telah diperiksan dan disetujui untuk dipresentasikan pada


tanggal………

Pembimbing

Hurun Ain, S.Kep., Ns, M.Kep


NIP 19790104 200212 2 001
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa karena atas
berkatnya limpahannya kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Anak HIV” dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna , Oleh
karena itu, kritik dan saran dapat disampaikan kepada kami untuk membuat
makalah yang lebih baik selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat dan
menambah ilmu bagi pembaca.

Malang, 01 November 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar.......................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..........................................................................1
1.2Tujuan Penulisan........................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan.....................................................................2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pengertian..................................................................................3
2.2 Etiologi/Penyebab.....................................................................3
2.3 Tanda dan Gejala Klinis............................................................5
2.4 Patofisiologi...............................................................................5
2.5 Komplikasi................................................................................9
2.6 Prognosis.................................................................................11
2.7 Pemeriksaan Penunjang...........................................................12
2.8 Penatalaksanaan Medis (Terapis)............................................14
2.9 Asuhan Keperawatan...............................................................16
2.9.1 Pengkajian......................................................................16
2.9.2 Diagnosis........................................................................20
2.9.3 Rencana Tindakan Keperawatan....................................21

BAB 3 Simpulan dan Saran................................................................49


Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lahirnya Millenium Development Goals tahun 2000 di New York merupakan
komitmen pemimpin dunia untuk mempercepat pembangungan manusia dan
pemberantasan kemiskinan. Namun di Indonesia, tujuan MDGs dikembangkan
dan diklasifikasikan menjadi delapan, antara lain: menurunkan angkan kematian
anak serta memerangi HIV/AIDS (Indriyani, Dian dan Asmuji, 2014:18).
Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui darah,
penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak). Penularan
dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar
(85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga terdapat risiko penularan infeksi
yang bisa terjadi saat kehamilan (in uteri). Berdasarkan laporan CDC Amerika,
prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0,01% sampai 0,7%. Bila ibu
baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi
sebanyak 20% SAMPAI 35%, sedangkan jika sudah ada gejala pada ibu
kemungkinan mencapai 50%.penularan juga terjadi selama proses persalinan
melalui transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membran mucosa bayi
dengan darah atau sekresi maternal saat melahirkan . semakin lama proses
kelahiran, semakin besar pula risiko penularan, sehingga lama persalinanbisa
dicegah dengan operasi sectio caecaria.
Transmisi lain juga terjadi selama periode postpartum melalui ASI, risiko bayi
tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar 10% (Nurs dan Kurniawan,
2013:161). menyebabkan terjadinya trauma emosi yang mendalam bagi
keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat dalam perawatan anak,
pemberian kasih sayang,dan sebagainya dapat mempengaruhi pertumbuhan
mental anak (Nurs dan Kurniawan, 2013:161).Hal tersebut menyebabkan beban
negara bertambah dikarenakan orang yangterinfeksi HIV telah masuk kedalam
tahap AIDS, yang ditularkan akibat hubungan Heteroseksual sebesar 36,23%.
Permasalahan bukan hanya sekedar pada pemberian terapi anti retroviral (ART),
tetapi juga harus memperhatikan permasalahn pencegahan penularan walaupun
sudah mendapat ART (Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2006:7)

1
2

Berdasarkan uraian masalah di atas maka, perlu dikakukan pembahasan tentang


penularan HIV/AIDS pada Anak, sehingga hal ini dapat menjadi upaya promotif
dan preventif.

1.2 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian dari HIV
2. Untuk mengetahui etiologi atau penyebab HIV
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala klinis HIV
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi pada HIV
5. Untuk mengetahui apa saja komplikasi pada penderita HIV
6. Untuk mengetahui bagaimana ptonosis pada HIV
7. Untuk megetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada penderita HIV
8. Untuk mengetahui apa saja pelaksanaan medis atau terapi pada penderita
HIV
9. Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan pada penderita HIV
dalam teori maupun kasus.

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan makalah ini dapat digunakan sebagai bahan
pembelajaran maupun sumber referensi khususnya mengenai penyakit HIV
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan serta menambah wawasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh
melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum
ditemukan. Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa
memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa
menjalani hidup dengan normal. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)
adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang
sudah mengalami AIDS, maka tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk
melawan infeksi yang ditimbulkan.

2.2 Etiologi/Penyebab HIV

a. Faktor Biologis Ibu Positif HIV


Apakah seorang ibu yang positif terjangkit HIV dapat menularkan virus HIV pada
janin? Berdasarkan hasil medis, jawabannya adalah mungkin.
Maksudnya, risiko penularan ada, namun bukan berarti selalu tertular. Bisa
saja janinnya tidak tertular sebab kondisi tertentu. Cara penularan HIV pada ibu
dan janin ini terjadi melalui tali plasenta.Selain melalui tali plasenta, penyebab
HIV pada bayi pun dapat terjadi ketika masa persalinan. Secara tidak sengaja
maupun sengaja, darah atau cairan tertentu yang dimiliki ibu positif HIV dapat
masuk ke dalam tubuh bayi.
b. Faktor Sanitasi Alat Suntik
Alat suntik pun dapat menjadi penyebab HIV menular. Pasalnya, cairan tubuh
dapat tersisa di dalam jarum suntik. Makanya, sanitasi jarum suntik perlu
diperhatikan.
Bahkan, kegiatan medis maupun sejenis yang membutuhkan alat ini harus
menggunakan jarum suntik yang baru, bukan bekas. Umumnya, cara penularan
HIV ini terjadi pada pengguna-pengguna narkoba. Mereka berbagi alat suntik
untuk digunakan bersama

3
4

Ketika jarum tersebut dipakai oleh pemakai narkoba ODHA, pengguna


narkoba lainnya akan menggunakan jarum yang sama. Itulah yang menjadi
penyebab HIV tersebar.
Selain jarum suntik, jarum lainnya juga memiliki risiko yang sama, misalnya
jarum peralatan tato-menato.
c. Faktor Pemberian ASI
Penularan HIV juga dapat terjadi lewat pemberian Air Susu Ibu (ASI). Sama
halnya dengan faktor penularan HIV secara biologis antara ibu-anak melalui tali
plasenta, faktor pemberian ASI ini berlaku sama karena adanya pemberian cairan.
Terlebih lagi, penularan HIV lewat ASI memiliki risiko yang lebih tinggi, yakni
dapat mencapai 5 hingga 20 persen.
Selain itu, kondisi tertentu pun dapat terjadi. Contohnya, kondisi kesehatan
bayi sedang turun, imun bayi sedang melemah, luka di sekitar putih payudara ibu,
dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian medis, risiko penularan HIV lewat
ASI terjadi dengan perbandingan 3:100 per tahunnya. Dengan kata lain, setiap
tahunnya, 3 dari 100 anak memiliki risiko terkena HIV lewat ASI.
d. Faktor Transfusi Darah
Di dalam kegiatan medis, penularan HIV dapat terjadi juga melalui transfusi
darah. Hal ini disebabkan adanya pertukaran, pencampuran, atau proses lainnya
yang melibatkan kontak cairan darah ODHA. Beberapa di antaranya adalah donor
darah yang dilakukan oleh pendonor positif HIV atau tranfusi darah yang
tercemar virus HIV. Cairan tubuh seperti darah, ASI, sperma, dan cairan vagina
memang memiliki risiko yang besar sebagai media penularan HIV.
e. Faktor Hubungan Seks
Sesuai ragam jenis penyakitnya, yakni penyakit penularan seks, AIDS mudah
ditularkan melalui hubungan seksual. Adanya kontak terhadap sperma dan cairan
vagina akan meningkatkan risiko penularan virus HIV. Juga, kegiatan seks oral
pun termasuk pada kasus ini.
Memang, masalah semacam ini dapat diatasi dengan alat kontrasepsi, tetapi
risiko lainnya masih ada. Salah satunya, yaitu luka pada area kelamin.
5

2.3 Tanda dan Gejala Klinis

Tahap Pertama:
 Pengidap akan mengalami nyeri mirip, seperti flu, beberapa minggu
setelah terinfeksi, selama satu hingga dua bulan.
 Dapat tidak menimbulkan gejala apapun selama beberapa tahun.
 Dapat timbul demam, nyeri tenggorokan, ruam, pembengkakan kelenjar
getah bening, diare, kelelahan, nyeri otot, dan sendi.

Tahap Kedua:
 Umumnya, tidak menimbulkan gejala lebih lanjut selama bertahun-tahun.
 Virus terus menyebar dan merusak sistem kekebalan tubuh.
 Penularan infeksi sudah bisa dilakukan pengidap kepada orang lain.
 Berlangsung hingga 10 tahun atau lebih.

Tahap Ketiga:
 Daya tahan pengidap rentan, sehingga mudah sakit, dan akan berlanjut
menjadi AIDS.
 Demam terus-menerus lebih dari sepuluh hari.
 Merasa lelah setiap saat.
 Sulit bernapas.
 Diare yang berat dan dalam jangka waktu yang lama.
 Terjadi infeksi jamur pada tenggorokan, mulut, dan vagina.
 Timbul bintik ungu pada kulit yang tidak akan hilang.
 Hilang nafsu makan, sehingga berat badan turun drastis.

2.4 Patofisiologi (Narasi dan Bagan)


Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari transmisi
virus ke dalam tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3 fase:
serokonversi, asimtomatik, dan acquired immunodeficiency syndrome (AIDS).
Transmisi HIV
HIV ditransmisikan melalui cairan tubuh dari orang yang terinfeksi HIV,
seperti darah, ASI, semen dan sekret vagina. Virus masuk ke dalam tubuh
6

manusia melalui port d’entree yang terdapat pada tubuh, umumnya kemungkinan


ini meningkat melalui perilaku berisiko yang dilakukan.
Virus kemudian masuk ke dalam sel dengan menempel pada reseptor CD4 melalui
pembungkus glikoprotein. Sebagai retrovirus, HIV menggunakan enzim reverse-
transcriptase, memungkinkan terbentuknya DNA-copy, untuk terbentuk dari
RNA-virus. Virus kemudian menempel dan merusak CD4, sehingga terjadi
deplesi nilai CD4 dalam darah, seiring dengan terjadinya peningkatan replikasi
virus yang direfleksikan dari hasil nilai viral load yang tinggi, menandakan
tingkat virulensi yang tinggi.

Fase Infeksi HIV


Infeksi HIV terdiri dari 3 fase: serokonversi, asimtomatik, dan AIDS.

A. Serokonversi

Fase serokonversi terjadi di masa awal infeksi HIV. Pada fase ini, terjadi
viremia plasma dengan penyebaran yang luas dalam tubuh, selama 4-11 hari
setelah virus masuk melalui mukosa tubuh. Kondisi ini dapat bertahan selama
beberapa minggu, dengan gejala yang cukup ringan dan tidak spesifik, umumnya
berupa demam, flu-like syndrome, limfadenopati dan ruam-ruam. Kemudian,
keluhan akan berkurang dan bertahan tanpa gejala mengganggu. Pada masa ini,
umumnya akan mulai terjadi penurunan nilai CD4, dan peningkatan viral-load.
Fase Asimtomatik

Pada fase asimtomatik, HIV sudah dapat terdeteksi melalui pemeriksaan


darah. Penderita infeksi HIV dapat hidup bebas gejala hingga 5-10 tahun walau
tanpa intervensi pengobatan. Pada fase ini, replikasi virus terus berjalan, virulensi
tinggi, viral load stabil tinggi, serta terjadi penurunan CD4 secara konstan.

B. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS)

Pada fase AIDS, umumnya viral-load tetap berada dalam kadar yang


tinggi. CD4 dapat menurun hingga lebih rendah dari 200/µl.
7

Infeksi oportunistik mulai muncul secara signifikan. Infeksi oportunistik ini


bersifat berat, meliputi dan mengganggu berbagai fungsi organ dan sistem dalam
tubuh. Menurunnya CD4 mempermudah infeksi dan perubahan seluler menjadi
keganasan. Infeksi oportunistik berupa:

 Demam > 2 minggu

 Tuberkulosis paru

 Tuberkulosis ekstra paru

 Sarkoma kaposi

 Herpes rekuren

 Limfadenopati

 Candidiasis orofaring

 Wasting syndrome
Stadium Infeksi HIV
Stadium infeksi HIV menurut WHO dibagi ke dalam 4 stadium.

I. Stadium 1

Stadium 1 infeksi HIV berupa sindrom serokonversi akut yang disertai


dengan limfadenopati persisten generalisata (muncul nodul-nodul tanpa rasa sakit
pada 2 atau lebih lokasi yang tidak berdampingan dengan jarak lebih dari cm dan
waktu lebih dari 3 bulan).

Pasien stadium ini dapat tetap asimtomatik hingga bertahun-tahun tergantung


pada pengobatan. Status performa 1: aktif penuh dan asimtomatik.

II. Stadium 2

Pada stadium 2, pasien dapat kehilangan berat badan kurang dari 10% massa
tubuh. Risiko penyakit infeksi antara lain:

 Herpes zoster
8

 Manifestasi minor mukokutan

 Infeksi saluran pernafasan atas rekuren

Status performa 2: simtomatik namun hampir aktif penuh.

III. Stadium 3

Stadium 3 HIV akan menyebabkan pasien kehilangan berat badan lebih dari 10%
massa tubuh. Pasien juga akan mengalami beberapa infeksi atau gejala berikut:

 Diare kronik lebih dari 1 bulan

 Demam prolong lebih dari 1 bulan

 Kandidosis oral, kandidiasis vagina kronik

 Oral hairy leukoplakia


 Infeksi bakteri parah

 Tuberkulosis paru
Status performa 3: berada di tempat tidur lebih dari 50% dalam satu bulan
terakhir.

IV. Stadium 4

Pasien HIV stadium 4 mengalami infeksi oportunistik yang juga dikenal


sebagai AIDS defining infections, antara lain:
 Tuberkulosis ekstrapulmoner

 Pneumoniac Pneumocystis jirovecii
 Meningitis kriptokokal

 Infeksi HSV lebih dari 1 bulan

 Kandidiasis pulmoner dan esofageal

 Toksoplasmosis

 Kriptosporidiosis
9

 CMV

 HIV wasting syndrome
 Ensefalopati HIV

 Sarkoma Kaposi

 Limfoma

 Pneumonia rekuren

2.5 Komplikasi HIV


Infeksi HIV memperlemah sistem kekebalan tubuh Anda, membuat Anda
sangat rentan terhadap banyak infeksi dan jenis kanker tertentu.
 Infeksi umum terjadi pada HIV / AIDS
A. Tuberkulosis (TB)
Di negara-negara miskin sumber daya, TB adalah infeksi oportunistik
yang paling umum yang terkait dengan HIV dan penyebab utama kematian di
antara orang-orang dengan AIDS.
B. Sitomegalovirus
10

Virus herpes umum ini ditularkan ke cairan tubuh seperti air liur, darah, air
seni, air mani dan air susu ibu. Sistem kekebalan tubuh yang sehat
menonaktifkan virus, dan tetap tidak aktif di tubuh Anda. Jika sistem
kekebalan tubuh Anda melemah, virus akan muncul kembali – menyebabkan
kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru atau organ tubuh
lainnya.
C. Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi yang berhubungan dengan HIV. Ini
menyebabkan radang dan lapisan putih tebal di selaput lendir mulut, lidah,
kerongkongan atau vagina Anda.
D. Meningitis kriptokokal
Meningitis adalah pembengkakan selaput dan cairan yang mengelilingi
otak dan sumsum tulang belakang (meninges). Meningitis kriptokokus adalah
infeksi sistem saraf pusat yang umum yang terkait dengan HIV, yang
disebabkan oleh jamur yang ditemukan di tanah.
E. Toksoplasmosis
Infeksi berpotensi mematikan ini disebabkan oleh Toxoplasma gondii,
parasit yang menyebar terutama oleh kucing. Kucing yang terinfeksi
melewati parasit di tinja mereka, dan parasit kemudian menyebar ke hewan
dan manusia lainnya.
F. Kriptosporidiosis
Infeksi ini disebabkan oleh parasit usus yang biasa ditemukan pada hewan.
Anda mengontrak kriptosporidiosis saat Anda mencemari makanan atau air
yang terkontaminasi. Parasit itu tumbuh di usus dan saluran empedu Anda,
yang menyebabkan diare kronis yang parah pada orang dengan AIDS.
 
 Kanker yang umum terjadi pada HIV / AIDS
A. Sarkoma Kaposi
Tumor dinding pembuluh darah, kanker ini jarang terjadi pada orang yang
tidak terinfeksi HIV, namun umum pada orang HIV-positif.
Sarkoma Kaposi biasanya muncul sebagai lesi merah muda, merah atau ungu
pada kulit dan mulut. Pada orang dengan kulit yang lebih gelap, lesi bisa
11

terlihat coklat tua atau hitam. Sarkoma Kaposi juga bisa mempengaruhi
organ dalam, termasuk saluran pencernaan dan paru-paru.
B. Limfoma
Jenis kanker ini berasal dari sel darah putih Anda dan biasanya pertama
kali muncul di kelenjar getah bening Anda. Tanda awal yang paling umum
adalah pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau pangkal
paha Anda.
 Komplikasi lainnya
A. Komplikasi neurologis
Meskipun AIDS tampaknya tidak menginfeksi sel saraf, hal itu dapat
menyebabkan gejala neurologis seperti kebingungan, kelupaan, depresi,
kegelisahan dan kesulitan berjalan. Salah satu komplikasi neurologis yang
paling umum adalah kompleks demensia AIDS, yang menyebabkan
perubahan perilaku dan berkurangnya fungsi mental.
B. Penyakit ginjal
HIV terkait nefropati (HIVAN) adalah radang filter kecil di ginjal Anda
yang menghilangkan kelebihan cairan dan limbah dari aliran darah Anda dan
menyebarkannya ke urin Anda. Karena predisposisi genetik, risiko
pengembangan HIVAN jauh lebih tinggi pada orang kulit hitam.
Terlepas dari jumlah CD4, terapi antiretroviral harus dimulai pada mereka
yang didiagnosis dengan HIVAN.

2.6 Prognosis HIV

Tanpa pengobatan, infeksi HIV berkembang menjadi AIDS dalam waktu


kurang lebih 10 tahun, dengan kematian menyusul dalam waktu tiga tahun setelah
timbulnya AIDS. Dengan pengobatan yang tepat, usia 20 tahun dengan infeksi
HIV diperkirakan dapat hidup hingga usia 71 tahun. Peningkatan harapan hidup
yang dramatis ini menekankan perlunya diagnosis dan pengobatan dini. Selain itu,
dengan aturan dan pedoman pengobatan yang lebih baru, ada banyak alasan untuk
berpikir bahwa harapan hidup akan terus meningkat pada pasien yang dapat
menerima pengobatan yang tepat. Ada beberapa faktor yang menurunkan harapan
12

hidup, termasuk penggunaan obat-obatan terlarang dan kondisi lain


seperti hepatitis kronis .

2.7 Pemeriksaan Penunjang HIV

 Waktu Terbaik Melakukan Tes HIV


Tes hiv maupun pemeriksaan penunjang hiv hendaknya dilakukan secara
rutin. Minimal dari usia 15 tahun hingga 64 tahun. Karena di umur tersebut,
peluang mengalami hiv sangat besar.
Selain itu, tes hiv dilakukan pada kondisi tertentu. Berikut list yang lebih jelas,
yaitu:

1. Memiliki gejala HIV atau terdiagnosis dengan gangguan kesehatan


tertentu

2. Sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom

3. Berhubungan seks sesama jenis

4. Berbagi alat suntik

5. Wanita hamil atau menyusui


Untuk orang dengan kondisi di atas, diharap memeriksakan darahnya satu tahun
sekali. Jika positif hiv, pemeriksaan ditingkatkan hingga 6 minggu sekali untuk
mencegah efek samping ARV pada ibu hamil.
 Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Tes HIV
Melakukan tes hiv tidak boleh sembarangan. Pasalnya, ada efek samping
tertentu, jika caranya salah. Maka dari itu, yang perlu diperhatikan oleh pasien
sebelum periksa hiv adalah hal berikut, yaitu:

1. Memiliki gangguan penyakit autoimun atau sifilis

2. Sedang mengkonsumsi obat kortikosteroid

3. Masa jendela, yaitu periode antibodi HIV belum terbentuk

4. Sedang minum minuman beralkohol


13

Peringatan di atas harus diketahui sebelum uji hiv dengan vct dilakukan. Karena


efeknya bisa merusak hasil pengujian. Bisa jadi, pasien yang positif malah ketika
diuji hasilnya menjadi negatif.
 Begini Prosedur Tes HIV
Tes hiv maupun pemeriksaan penunjang hiv memiliki prosedur tertentu.
Termasuk tata laksana urutan pengambilan sampel darah. Ini dia prosedur
tersebut, yaitu:

1. Lengan atas pasien diikat dengan tali elastis

2. Kulit yang akan disuntik dibersihkan dengan alkohol

3. Dokter menusukkan jarum ke vena dan memasang tabung pada ujung lain

4. Setelah darah yang diambil cukup, dokter melepaskan tali

5. Kain kasa beralkohol digunakan untuk menekan suntikan


Ketika pasien sudah diambil darahnya dengan cst, tindakan uji lanjutan pun
dilakukan. Yaitu membawa darah tersebut ke laboratorium untuk dilakukan
pemeriksaan mendetail.
Selanjutnya, pasien menunggu maksimal 6 minggu tergantung jenis metode
yang digunakan. Jika pemeriksaan dengan teknik western Blot dan tips
pengobatan AIDS pada anak, paling lama menunggu hanya 2 minggu saja.
 Tindakan Pasca Hasil Tes Negatif
Jika hasil tes darah menunjukkan pasien negatif, biasanya dokter memberi jeda
waktu sebelum dilakukan pemeriksaan lanjutan dengan jenis obat ARV yang lain.
Karena bisa jadi, di kala itu, kondisi virus sedang memasuki masa inkubasi.
Biasanya, tes lanjutan dilakukan minimal 3 bulan dari tes pertama. Pada sebagian
kasus, jika ternyata hasilnya tetap negatif, maka tes lanjutan tersebut dianggap
sebagai tindakan pencegahan.
Bentuk keputusan dokter adalah memaklumatkan kalau pasien bersih dari hiv.
Namun, tidak tertutup kemungkinan, pasien diharuskan memeriksakan diri dengan
teratur untuk beberapa waktu.
14

 Tindakan Pasca Hasil Tes Positif


Jika ternyata pasca pemeriksaan pasien positif terinfeksi dan ada reaksi obat ARV,
dokter akan urun rembuk untuk melakukan tindakan lanjutan. Baik yang berupa
terapi maupun metode pengobatan hiv yang lain.

Berikut ini prosedur tindakan lanjutan pasca pasien positif hiv. Di dalamnya
kadang juga disertakan tindakan pemeriksaan penunjang hiv, yaitu:

1. Berdiskusi dengan penderita HIV

2. Mengonsumsi obat antiretroviral

3. Menjalani pemeriksaan lanjutan

4. Menggunakan kondom ketika melakukan hubungan seksual

5. Meminta pasangan menjalani tes HIV.


 Risiko dan Efek Samping Tes HIV
Setiap jenis tes inti dan obat pengganti ARV maupun penunjang pasti memiliki
efek samping. Begitu juga dengan tes hiv. Walaupun begitu, sebagian besar gejala
yang muncul masuk kategori ringan. Ini dia diantaranya:

1. Pusing atau sakit kepala

2. Muncul memar kecil di area suntikan

3. Lengan nyeri dan lemas

4. Infeksi area suntikan


Demikianlah uraian singkat tentang pemeriksaan penunjang hiv dengan cara
ampuh menaikkan cd4. Semoga menambah pengetahuan anda tentang rumitnya
tata laksana gangguan imun ini. Maka dari itu, pastikan anda tidak mengalami hiv
apalagi aids.

2.8 Pelaksaan medis (terapi)


Tidak ada obat untuk HIV , tetapi pilihan pengobatan jauh lebih baik
daripada beberapa dekade yang lalu. Karena kemajuan medis, orang sekarang
dapat berumur panjang, hidup aktif dengan HIV .
15

Sebelum Anda memulai perawatan, beri tahu dokter Anda tentang semua
masalah kesehatan dan penyakit Anda sebelumnya. Beri tahu mereka tentang
terapi alternatif atau pelengkap yang Anda gunakan, serta suplemen atau obat apa
pun yang Anda gunakan sekarang: resep, obat bebas, dan rekreasi.

Pengobatan harian dan pengujian rutin dapat membantu mengendalikan


virus dan memperlambat efek pada tubuh Anda selama bertahun-tahun.

 ART (Terapi Antiretroviral)

Obat-obatan yang mengobati HIV disebut obat antiretroviral. Ada lebih dari


dua lusin, dan mereka terbagi dalam enam tipe utama. Setiap obat melawan virus
di tubuh Anda dengan cara yang sedikit berbeda.Penelitian menunjukkan bahwa
kombinasi, atau "campuran" obat adalah cara terbaik untuk mengendalikan HIV
dan menurunkan kemungkinan virus menjadi resistan terhadap
pengobatan. Dokter Anda mungkin akan merekomendasikan agar Anda meminum
tiga obat berbeda dari dua kelompok.

Yang spesifik yang diresepkan dokter Anda tergantung pada kondisi medis
lain yang Anda miliki, obat apa yang Anda minum, seberapa baik sistem
kekebalan Anda bekerja, dan bahkan berapa banyak pil yang ingin Anda minum
setiap hari.Anda mungkin juga membutuhkan obat untuk masalah kesehatan yang
disebabkan oleh atau terkait dengan HIV Anda.

 Efek Samping Obat

Obat ART dapat memiliki efek samping, meskipun obat yang lebih baru
biasanya tidak menimbulkan banyak efek samping. Anda mungkin memiliki
beberapa untuk waktu yang singkat. Mereka mungkin termasuk:

 Merasa mual atau muntah

 Diare

 Kelelahan
16

 Pusing

 Ruam kulit

 Kesulitan tidur

Seringkali, efek samping akan hilang saat tubuh Anda menyesuaikan diri
dengan obat. Jika efek sampingnya mengganggu, Anda mungkin bisa melakukan
sesuatu. Periksa dengan apoteker atau dokter Anda tentang apakah Anda harus
minum obat saat perut kosong atau tidak . Beri tahu dokter

Anda bahwa Anda mengalami masalah. Mereka mungkin meresepkan sesuatu


untuk membantu atau mengubah rejimen pengobatan Anda untuk mengurangi
dampaknya.Jangan berhenti minum ART Anda. Itu bisa memberi kesempatan
HIV untuk menjadi lebih kuat dan melakukan lebih banyak kerusakan.

2.9 Asuhan Keperawatan

2.9.1  Pengkajian
Pada pengkajian anak HIV positif atau AIDS pada anak rata-rata
dimasa perinatal sekitar usia 9 –17 tahun.
Keluhan utama dapat berupa :
 Demam dan diare yang berkepanjangan
 Tachipnae
 Batuk
 Sesak nafas
 Hipoksia
Kemudian diikuti dengan adanya perubahan :
 Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik
 Diare lebih dan satu bulan
 Demam lebih dan satu bulan
 Mulut dan faring dijumpai bercak putih
 Limfadenopati yang menyeluruh
 Infeksi yang berulang (otitis media, faringitis )
 Batuk yang menetap ( > 1 bulan )
 Dermatitis yang mnyeluruh
17

Pada riwayat penyakit dahulu adanya riwayat transfusi darah ( dari orang yang
terinfeksi HIV / AIDS ). Pada ibu atau hubungan seksual. Kemudian pada
riwayat penyakit keluarga dapat dimungkinkan :
 Adanya orang tua yang terinfeksi HIV / AIDS atau penyalahgunaan obat
 Adanya riwayat ibu selama hamil terinfeksi HIV ( 50 % TERTULAR )
 Adanya penularan terjadi pada minggu ke 9 hingga minggu ke 20 dari
kehamilan
 Adanya penularan pada proses melahirkan
 Terjadinya kontak darah dan bayi.
 Adanya penularan setelah lahir dapat terjadi melalui ASI
 Adanya kejanggalan pertumbuhan (failure to thrife  )
Pada pengkajian faktor resiko anak dan bayi tertular HIV diantaranya :
 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
 Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan yang berganti-ganti
 Bayi yang lahir dan ibu dengan penyalahgunaan obat melalui vena
 Bayi atau anak yang mendapat tranfusi darah atau produk darah yang
berulang
 Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik atau tusuk bekas yang
tidak steril
 Anak remaja yang berhubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
Gambaran klinis pada anak nonspesifik seperti :
 Gagal tumbuh
 Berat badan menurun
 Anemia
 Panas berulang
 Limpadenopati
 Hepatosplenomegali
 Adanya infeksi oportunitis yang merupakan infeksi oleh kuman, parasit,
jamur atau protozoa yang menurunkan fungsi immun pada immunitas
selular seperti adanya kandidiasis pada mulut yang dapat menyebar ke
esofagus, adanya keradangan paru, encelofati dll
 Pemeriksaan Fisik
18

1. Pemeriksaan Mata
 Adanya cotton wool spot ( bercak katun wol ) pada retina
 Retinitis sitomegalovirus
 Khoroiditis toksoplasma
 Perivaskulitis pada retina
 Infeksi pada tepi kelopak mata.
 Mata merah, perih, gatal, berair, banyak sekret, serta berkerak
 Lesi pada retina dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan,
tunggal / multiple
2. Pemeriksaan Mulut
 Adanya stomatitis gangrenosa
 Peridontitis
 Sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak merah datar
kemudian menjadi biru dan sering pada platum (Bates Barbara 1998 )
3. Pemeriksaan Telinga
 Adanya otitis media
 Adanya nyeri
 Kehilangan pendengaran
4. Sistem pernafasan
 Adanya batuk yang lama dengan atau tanpa sputum
 Sesak nafas
 Tachipnea
 Hipoksia
 Nyeri dada
 Nafas pendek waktu istirahat
 Gagal nafas
5. Pemeriksaan Sistem Pencernaan
 Berat badan menurun
 Anoreksia
 Nyeri pada saat menelan
 Kesulitan menelan
 Bercak putih kekuningan pada mukosa mulut
19

 Faringitis
 Kandidiasis esofagus
 Kandidiasis mulut
 Selaput lendir kering
 Hepatomegali
 Mual dan muntah
 Kolitis akibat dan diare kronis
 Pembesaran limfa
6. Pemeriksaan Sistem Kardiovaskular
 Suhu tubuh meningkat
 Nadi cepat, tekanan darah meningkat
 Gejala gagal jantung kongestiv sekuder akibat kardiomiopatikarena
HIV
7. Pemeriksaan Sistem Integumen
 Adanya varicela ( lesi yang sangat luas vesikel yang besar )
 Haemorargie
 Herpes zoster
 Nyeri panas serta malaise
 Aczematoid gingrenosum
 Skabies
8. Pemeriksaan sistem perkemihan
 Didapatkan air seni yang berkurang
 Annuria
 Proteinuria
 Adanya pembesaran kelenjar parotis
 Limfadenopati
9. Pemeriksaan Sistem Neurologi
 Adanya sakit kepala
 Somnolen
 Sukar berkonsentrasi
 Perubahan perilaku
 Nyeri otot
20

 Kejang-kejang
 Encelopati
 Gangguan psikomotor
 Penururnan kesadaran
 Delirium
 Meningitis
 Keterlambatan perkembangan
10. Pemeriksaan Sistem Muskuluskeletal
 Nyeri persendian
 Letih, gangguan gerak
 Nyeri otot ( Bates Barbara 1998 )
 Pemeriksaan Labotarium
Kemudian pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium didapatkan
adanya anemia, leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel T4 menurun bila
T4 dibawah 200, fase AIDS normal 1000-2000 permikrositer., tes anti body
anti-HIV ( tes Ellisa ) menunjukan terinfeksi HIV atau tidak, atau dengan
menguji antibodi anti HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, Lateks,
Agglutination,dan western blot. Penilaian elisa dan latex menunjukan orang
terinfeksi HIV atau tidak, apabila dikatakan positif harus dibuktikan dengan
tes western blot.
Tes lain adalah dengan menguji antigen HIV yaitu tes antigen P24
( dengan polymerase chain reaction - PCR ). Kulit dideteksi dengan tes
antibody ( biasanya digunakan pada bayi lahir dengan ibu terjangkit HIV ).

2.9.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak dengan
HIV / AIDS antara lain :
1. Resiko infeksi
2. Kurang nutrisi
3. Kurangnya volume cairan
4. Gangguan intregitas kulit
5. Perubahan atau gangguan membran mukosa
6. Ketidakefektifan koping keluarga
21

7. Kurangnya pengetahuan keluarga
2.9.3 Rencana Tindakan Keperawatan
1. Resiko infeksi
Resiko terjadinya infeksi pada anak dengan HIV /AIDS berhubungan
dengan adanya penurunan daya tahan tubuh sekunder AIDS.
o Tujuan :
Meminimalkan resiko terhadap infeksi pada anak
o Rencana tindakan keperawatan
1. Kaji perubahan tanda-tanda infeksi ( demam, peningkatan nadi,
peningkatan kecepatan nafas, kelemahan tubuh atau letargi )
2. Kaji faktor yang memperburuk terjadinya infeksi seperti usia, status
nutrisi, penyakit kronis lain
3. Monitor tanda-tanda vital setiap 4 jam sekali, tanda vital merupakan
indikator terjadinya infeksi
4. Monitor sel darah putih dan hitung jenis setiap hari untuk monitor
terjadinya neutropenia
5. Ajarkan dan jelaskan pada keluarga dan pengunjung tentang
pencegahan secara umum ( universal ), untuk menyiapkan keluarga
dan pengunjung memutus rantai penularan
6. Instruksikan ke semua pengunjung dan keluarga untuk cuci tangan
setiap sebelum dan sesudah memasuki ruangan pasien
7. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian antibiotik, anyiviral,
antijamur,
8. Lindungi individu dan resiko infeksi dengan universal precaution
2. Kurang Nutrisi ( kurang dari kebutuhan )
Nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, diare,
nyeri
o Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dan pasien terpenuhi
o Rencana tindakan keperawatan :
1. Kaji status perubahan nutrisi dengan menimbang berat badan setiap
hari
22

2. Monitor asupan dan keluaran setiap 8 jam sekali dan turgor kulit
3. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
4. Rencanakan makanan enternal dan parenteral
3. Kurangnya Volume Cairan
Kurangnya volume cairan tubuh pada anak berhubungan dengan adanya
infeksi oportunitis saluran pencernaan ( diare )
o Tujuan :
Volume cairan tubuh dapat terpenuhi
o Kriteria hasil :
a. Asupan dan keluaran seimbang
b. Kadar elektrolit tubuh dalam batas normal
c. Nadi perifer teraba
d. Penekanan darah perifer kembali dalam waktu kurang dan 3 detik
e. Keluaran urin minimal 1-3 cc/kg BB per jam
o Rencana tindakan keperawatan
1. Berikan cairan sesuai indikasi dan toleransi
2. Ukur masukan dan keluaran termasuk urin dan tinja
3. Monitor kadar elektrolit dalam tubuh
4. Kaji tanda vital turgor kulit, mukosa membran dan ubun-ubun tiap 4
jam
5. Monitor urin tiap 6-8 jam sesuai dengan kebutuhan
6. Kolaborasi pemberian cairan intravena sesuai kebutuhan
4. Gangguan intregitas kulit
Gangguan intregitas kulit berhubungan dengan diare yang berkelanjutan
( kontak yang berulang dengan feces yang bersifat asam )
o Tujuan :
Tidak terjadi gangguan intregitas kulit
o Kriteria hasil :
Tidak ada tanda – tanda kulit terganggu serta kulit utuh, bersih
o Rencana tindakan keperawatan :
1. Ganti popok dan celana anak apabila basah
2. Bersihkan pantat dan keringkan setiap kali buang air besar
23

3. Gunakan salep atau lotion


5. Perubahan atau Gangguan Mukosa Membran Mulut
Gangguan mukosa membran mulut berhubungan dengan lesi mukosa
membran dampak dari jamur dan infeksi herpes
o Tujuan :
Tidak terjadi gangguan mukosa mulut
o Kriteria hasil
a mukosa mulut lembab
b tidak ada lesi
c kebersihan mulut cukup
d anak dan orang tua mampu mendemonstrasikan tekhnik kebersihan
mulut
o Rencana Tindakan Keperawatan
1. Kaji membran mukosa
2. Berikan pengobatan sesuai dengan saran dan dokter
3. Lakukan perawatan mulut tiap 2 jam
4. Gunakan sikat gigi yang lembut
5. Oleskan garam fisiologis tiap 4 jam dan sesudah membersihkan
mulut
6. Kolaborasi pemberian obat profilaksis ( ketokonazol, flukonazol )
selama pengobatan
7. Gunakan antiseptik oral
8. Check up gigi secara teratur
6. Ketidakefektifan Koping Keluarga
Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penyakit menahun
dan progresif
o Tujuan :
Koping keluarga efektif
o Kriteria hasil :
a Orang tua mapu mengekspresikan secara verbal tentang rasa takut
b Orang tua mampu mengambil keputusan yang tepat
24

c Orang tua tau cara memecahkan masalah serta menganalisis


kekuatan diri dan dukungan sosial
o Rencana tindakan keperawatan
1. Konseling keluarga
2. Observasi ekspresi orang tua tentang rasa takut, bersalah, dan
kehilangan
3. Diskusikan dengan orang tua tentang kekuatan diri dan mekanisme
koping dengan mengidentifikasi dukungan sosial
4. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
5. Monitor interaksi orang tua dan anak
6. Monitor tingkah laku orang
7. Kurang pengetahuan
Kurangnya pengetahuan pada keluarga berhubungan dengan perawatan
anak yang kompleks dirumah
o Tujuan :
Keluarga dapat mengungkapkan atau menjelaskan proses penyakit,
penularan, pencegahan dan perawatan
o Kriteria hasil :
a Orang tua mampu menjelaskan secara global tentang diagnosism,
proses penyakit dan kebutuhan home care
b Orang tua memahami daftar pengobatan, efek samping, dan dosis
obat
c Orang tua memahami tentang kebutuhan perawatan yang khusus bagi
anak dan mengetahui bagaimana HIV menular
o Rencana Tindakan keperawatan
1. Kaji pemahaman tentang diagnosis, proses penyakit dan kebutuhan
home care
2. Jelaskan daftar pengobatan, efek samping obat dan dosis
3. Jelaskan dan demonstrasikan cara perawatan khusus
4. Jelaskan cara penularan HIV dan bagaimana cara pencegahannya
5. Anjurkan cara hidup normal pada anak
25

ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS

PENGKAJIAN
I.       Identitas Klien :An.X
Nama/nama panggilan : An. X
Tempat tanggal lahir/usia      : Surabaya,30 April 2020/  6 bulan
Jenis Kelamin                      : Laki-laki
Agama                                : Islam
Pendidikan                     : -
Alamat                            : Jln. SelamanyaBersama
Tanggal masuk                : 28 Oktober2020
Tanggal pengkajian            : 28 Oktober2020
Diagnosa Medik                 : HIV-AIDS

II. Identitas Orang Tua


1.          Ayah
a.     Nama           : Tn. Y
b.  Umur              : 27 tahun
c.     Pendidikan : SMA
d.    Pekerjaan       : Buruh Pabrik
e.      Agama            : Islam
f.    Alamat            : Jln. SelamanyaBersama

2.       Ibu
a.      Nama                 : Ny. R
b.      Usia                      : 25 tahun
c.      Pendidikan           : SMP
d.      Pekerjaan             : Ibu Rumah Tangga
e.      Agama                 : Islam
26

f.        Alamat                : Jln. SelamanyaBersama

3.          Identitas Saudara Kandung


No. N  a  m  a Usia Hubungan Status Kesehatan
1. - - - -

III.Keluhan Utama
Orangtua klien mengeluhkan bayinya mengalami diare disertai dengan
demam.

IV. Riwayat Kesehatan.
1.   Riwayat Kesehatan Sekarang
Diare dirasakan sejak 3 hari yang lalu. Mula-mula intensitas BAB kurang,
dan sejak 2 hari yang lalu diare semakin parah diserta dengan demam,
terdapat bercak-bercak terasa gatal pada kulit, diare diikuti dengan batuk,
sesak dan klien tidak mau menyusu. Dengan alasan tersebut orang tua
klien membawa klien ke RS untuk di periksa.
2.  Riwayat Kesehatan Lalu
(khusus untuk anak 0-5 tahun)
i. Prenatal Care
a. Pemeriksaan kehamilan  3 kali
b. Keluhan selama hamil  Ngidam, kadang-kadang demam dan lemas
c. Riwayat terkena sinar  tidak ada
d. Kenaikan berat badan selama kehamilan 2 kg
e. Imunisasi 2 kali
f. Golongan darah  Ibu : lupa /golongan darah ayah : A

ii. Natal
a. Tempat melahirkan di Puskesmas oleh bidan
b. Lama dan jenis persalinan  : Spontan/normal
c. Penolong persalinan  Dokter Kebidanan
d. Tidak ada  komplikasi selama persalinan ataupun setelah persalinan
(sedikit perdarahan daerah vagina).
27

iii. Post Natal


a. Kondisi Bayi : BB lahir 2 kg, PB 45 cm
b. Pada saat lahir kondisi anak baik
(untuk semua usia)
a) Penyakit  yang pernah dialami  demam setelah imunisasi
b) Kecelakaan yang pernah dialami: tidak ada
c) Imunisasi belum lengkap
d) Alergi belum nampak
e) Perkembangan anak  dibanding saudara-saudara  : Anak pertama

V.Riwayat Kesehatan Keluarga


Anggota keluarga    : Ibu klien positif  HIV

VI. Riwayat Imunisasi


Reaksi setelah
Waktu Pemberian
No. Jenis Imunisasi pemberian
1. BCG 1 bulan Demam
2. DPT Lupa Demam
3. Polio - -
4. Campak - -
5. Hepatitis lupa lupa

VII.Riwayat Tumbuh Kembang


a.       Pertumbuhan Fisik
1.Berat Badan  : BB lahir 2 kg, BB masuk RS : 5 kg.
2.Tinggi Badan : PB lahir 45 cm, PB masuk RS : 50 Cm
3. Waktu tumbuh gigi pertama : belum

b.      Perkembangan tiap tahap


Usia anak saat :
1. Berguling              : 5 bulan
2. Duduk                : belum
28

3.Merangkak           : belum
4. Berdiri                   : belum
5. Berjalan                : belum
6. Senyum kepada orang lain pertama kali : lupa
7. Bicara pertama  kali          : belum
8. Berpakaian tanpa bantuan : masih di bantu ibunya secara penuh

VIII. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1. Pertama kali di susui : satu jam setelah lahir
2. Cara Pemberian         : Setiap Kali menangis dan tanpa menangis
3. Lama Pemberin         : 15-20 manit
4. Diberikan sampai usia : sampai saat ini
b. Pemberian Susu Formula : Tidak pernah diberikan susu formula hanya ASI
c.Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia  sampai nutrisi saat ini :
U s  i   a Jenis Nutrisi Lama Pemberian
1.      0  - saat ini  Asi Masih berlangsung saat ini

IX. Riwayat Psiko Sosial


1. Anak tinggal di rumah sendiri
2. Lingkungan berada di tepi kota
3. Rumah  tidak ada fasilitas lengkap
4. Di Rumah tidak ada tangga yang  berbahaya yang dapat menimbulkan
kecelakaan, anak bebas bermain di luar dengan teman-temannya
5. Hubungan antar anggota kelurga  baik
6. Pengasuh anak adalah  orang tua

X. Riwayat spiritual
1. Anggota Keluarga tidak taat melaksanakan ibadah
2. Kegiatan keagamaan : jarang mengikuti kegiatan keagamaan

XI. Reaksi Hospitalisasi


a. Pengalaman Keluarga tentang Sakit dan rawat inap
29

1. Orang tua membawa anaknya ke RS karena khawatir dan cemas tentang


keadaan anaknya yang demam terus
2. Dokter menceritakan  sebagaian kecil kondisi anaknya  dan kelihatannya
orang tua  belum mengerti  hal ini dibuktikan dengan  ekspresi wajah
orang tua  dan pertanyaan  yang timbul sekitar keadaan anaknya
3.Orang tua saat masuk di RS sangat merasa khwatir dengan keadaan
anaknya dan selalu menanyakan kondisi anaknya
4. Orang tua selalu menjaga anaknya  bergantian antara ayah, ibu dan dan
keluarga yang lain.
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat Inap
1. Anak belum mampu berbicara

XII. Aktivitas Sehari-hari


a. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat  sakit
1.      Keinginan Menyusu Baik Kurang
2.      Frekwensi Menyusui 7 kali Tidak pernah

b. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.      Jenis minuman ASI Tidak ada
2.      Frekwensi minum Setiap kali haus Sering
3.      Kebutuhan cairan Tidak diketahui Tergantung
4.      Cara pemberian ASI Infuse

c. Eliminasi  (BAB & BAK)

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


1.      Tempat pembuangan Kain sarung Popok
2.      Frekwensi/waktu
BAK= sering BAB =  2BAK = sering, BAB
3.      Konsistensi x sehari = 4-6x sehari
4.      Kesulitan Sering encer Encer
5.      Obat pencahar Tidak ada Tidak ada
Tidak pernah
digunakan
30

d. Istirahat/Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.      Jam tidur
          Siang 12.00 – 14.00 Jam 14.00-15.00
          Malam  Jam 20.00- 06.00 Jam 21.00-7.30
2.      Pola tidur Tidur dilaksanakan padaTidur dilaksanakan
siang dan malam hari pada siang dan
Menyusu malam hari
3.      Kebiasaan sebelum Menyusu
tidur Gelisah Sering terbangun
4.      Kesulitan tidur karena popoknya
basah oleh feses.

e.  Olahraga : Tidak dikaji


31

f.Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1.      Mandi
          Cara Dikerjakan oleh orangTidak  pernah mandi
tua hanya dilap badan
1 x sehari/melap
          frekwensi 2 x sehari badan
          alat mandi Sabun Pake air hangat
2.      Cuci rambut Kadang-kadang belum pernah
          frekwensi Tidak menentu dilakukan
          Cara Dikerjakan oleh orang
3.      Gunting kuku tua belum pernah
          frekwensi Setiap kali kukudilakukan
terlihat panjang
          Cara Di kerjakan oleh orang
Gosok gigi tua
          Frekwensi Belum pernah
          Cara Setiap kali mandi dilakukan
Dikerjakan oleh orang
tua

g. Aktifitas/mobilitas fisik : Tidak dikaji


h. Rekreasi : Tidak dikaji

3.2  PEMERIKSAAN FISIK


32

a. Keadaan umum klien : Lemah, gelisah dan batuk sesak


1) Ekspresi wajah biasa kadang tersenyum dan cengeng bila diajak
bermain.
2) Berpakaian bersih karena selalu dijaga oleh ibunya.
b. Tanda-tanda vital:
1) Suhu             : 38,5 º  C
2) Nadi              : 120x/m
3) Pernafasan     : 28x / m
4) TD                 : 95/60 mmHg
c. Antropometri
1) Panjang badan            : 50 cm
2) Berat badan                          : 5 kg
3) Lingkaran lengan atas           : tidak dikaji
4) Lingkaran kepala                    : tidak dikaji
5) Lingkaran dada                      : tidak di kaji
6) Lingkaran perut                    : tidak dikaji
7) Skin fold                               : tidak dikaj
d. Head To Toe
1) Kulit: Pucat dan turgo kulit jelek dipenuhi dengan bercak-bercak dan
gatal
2) Kepal dan leher: Normal tidak ada kerontokan rambut, warna hitam
dan tidak ada
3) Peradangan: Normal, tidak ada benjolan dikepala
4) Kuku:  Jari tabuh
5) Mata / penglihatan:Sklera pucat dan nampak kelopak mata cekung
6) Hidung:Tidak ada Peradangan, tidak ada reaksi alergi,  tidak ada
polip, dan fungsi penciuman normal
7) Telinga:Bentuk simetris kanan/kiri, tidak ada peradangan, tidak ada
perdarahan
8) Mulut dan gigi: Terjadi peradangan pada rongga mulut dan mukosa,
terjadi Peradangan dan perdarahan  pada gigi,gangguan menelan(-),
bibir dan mukosa mulut klien nampak kering dan bibir pecah-pecah
33

9) Leher: Terjadi peradangan pada eksofagus.


10) Dada: Dada terlihat normal, Tidak ada kelainan gerakan dada.
Terdapat nyeri tekan pada epigastrium, Tidak nampak adanya
pembesaran hati. Nada sonor. Tidak terdengar adanya bunyi nafas
tambahan. Tidak ada retraksi dinding dada (+).
11) Abdomen:Nampak normal, simetris kiri kanan. Turgor jelek ,tidak ada
massa, terdapat nyeri tekan pada bagian kanan bawah. Bunyi timpany
(+). Kembung (-)terdengar bunyi peningkatan  peristaltic/ bising usus
dan tidak ada krepitasi abdomen.
12) Perineum dan genitalia: Pada alat genital terdapat bintik-bintik radang
13) Ekstremitas: klien tidak mampu mengerakkan extremitas atas dan
extremitas bawahtonus otot lemah akibat tidak ada energi karena diare
dan proses penyakit. Bentuk kaki simetris, tidak terdapat gejala / tanda
oedema. Jumlahjari lengkap.terdapat keterbatasan gerak ekstremitas
bawah. Akral hangat, terdapat keterbatasan gerak ekstremitas atas.
Reflek tendon kurang
e. Sistem Pernafasan
1) Hidung: Simetris, pernafasan cuping hidung : ada, secret : ada
2) Leher: Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe di sub
mandibula.
3) Dada:Bentuk dada normal. Perbandingan ukuran anterior-posterior
dengan tranversal 1 : 1. Gerakan dada simetris, tidak terdapat retraksi
4) Suara nafas: ronki 
f. Sistem kardiovaskuler
1) Conjungtiva: Tidak anemia, bibir : pucat/cyanosis, arteri carotis :
berisi reguler , tekanan vena jugularis : tidak meninggi
2) Ukuran Jantung: tidak ada pembesaran
3) Suara jantung: Tidak ada bunyi abnormal
4) Capillary refilling time > 2 detik
g. Sistem pencernaan:
1) Mulut: terjadi peradangan pada mukosa mulut
34

2) Abdomen: distensi abdomen, peristaltic meningkat > 25x/mnt akibat


adanya virus yang menyerang usus
3) Gaster: nafsu makan menurun,  mules, mual muntah, minum normal,
4) Anus: terdapat bintik dan meradang gatal
h. Sistem indra
1) Mata: agak  cekung
2) Hidung: Penciuman kurang baik,
3) Telinga
a. Keadaan daun telinga : kanal auditorius  kurang bersih akibat
benyebaran penyakit
b. Fungsi pendengaran kesan baik
i.Sistem Saraf
1) Fungsi serebral:
a. Status mental : Orientasi masih tergantung orang tua
b. Bicara : -
c. Kesadaran : Eyes (membuka mata spontan) = 4, motorik (bergerak
mengikuti perintah) = 6, verbal (bicara normal) = 5
2) Fungsi kranial:Saat pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda kelainan
dari Nervus I – Nervus XII.
3) Fungsi motorik: Klien nampak lemah, seluruh aktifitasnya dibantu
oleh   orang tua
4) Fungsi sensorik: suhu, nyeri, getaran, posisi, diskriminasi (terkesan
terganggu)
5) Fungsi cerebellum: Koordinasi, keseimbangan  kesan normal
6) Refleks: bisip, trisep,  patela dan babinski terkesan normal.
j. Sistem Muskulo Skeletal
1) Kepala: Betuk kurang baik, sedikit nyeri
2) Vertebrae: Tidak ditemukan skoliosis, lordosis, kiposis
3) Lutut:  tidak bengkak, tidak kaku,  gerakan aktif.
4) Tangan:  tidak bengkak. 
k.Sistem  integumen
35

1) Warna kulit pucat dan terdapat bintik-bintik dengan gatal, turgor


menurun > 2 dt,
2) Suhu meningkat 38.5 derajat celsius, akral hangat, akral dingin
(waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt, kemerahan
pada daerah perianal.
l.  Sistem endokrin
1) Kelenjar tiroid  tidak nampak, teraba tidak ada pembesaran
2) Suhu tubuh tidak tetap, keringat  normal,
3) Tidak ada riwayat diabetes
m.Sistem Perkemihan
1) Urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/24 jam), frekuensi
berkurang.
2) Tidak ditemukan odema
3) Tidak ditemukan adanya nokturia, disuria , dan kencing batu
n. Sistem Reproduksi
Alat genetalia termasuk glans penis  dan orificium  uretra eksterna  merah
dan gatal
o. Sistem Imun
1) Klien tidak ada riwayat alergi
2) Imunisasi lengkap
3) Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca tidak ada
4) Riwayat transfusi darah tidak ada

HASIL LABORATORIUM
36

NAMA PASIEN : An. X


NO.REKAM MEDIK : 1122-3
RUANG RAWAT : R.Tulip 01
UMUR : 6bln

NILAI
JENIS PEMERIKSAAN HASIL
NORMAL
37

ANALISA DATA
38

NAMA PASIEN : An.X


NO.REKAM MEDIK: : 1122-3
RUANG RAWAT : R.Tulip 01
UMUR : 6bln

TGL DATA FOKUS ETIOLOGI MASALAH

28/10/2020 DS       :
o   Ibu klien mengatakan anaknya Bersihan jalan nafas
Kandidiasis
batuk-batuk dan sesak tidak efekti
Menginfeksi bronkus
DO      :

o   Klien selama di RS nampak
Aktivitas bronkus
batuk terus dan gelisah
berkurang
nampak sesak sesak

o   Tanda-tanda vital:
Penumpukan sekret
  Suhu   : 38,5 º  C

  Nadi    : 120x/m
Batuk inefektif
  Pernafasan : 28x / m
  TD    : 95/60 mmHg

DS       :
o   Ibu klien mangatakan anaknya
Kuman mengeluarkan Hipertermi
demam terus-menerus
endotoksin
DO      :

o    Klien nampak teraba
Merangsang
panas dengan suhu 38,5 0C, 
pengeluaran zat pirogen
Nadi           : 120x/m, P :
oleh leukosit pada
28x / m dn TD : 95/60 mmHg
jaringan yg meradang
39


Melepas zat IL-1,

prostaglandin E2
(pirogen leukosi &
pirogen endokrin

Mencapai hipotalamus
(set point)

DS :
o   ibu klien mengatakan, klien kandidiasis Ketidakseimbangann
tidak mau makan/malas ↓ utrisi :
makan Lesi oral  kurangdarikebutuhan
o   Ibu klien mengatakan anaknya ↓ tubuh
susah menelan akibat luka- Ketidakmampuan
luka pada mulutnya menyusu
DO : ↓
o   Klien nampak cengeng Perubahan indra
bila inbin diberi makan dan pengecap
porsi makannya tidak habis ↓
serta BB turun menjadi 20 kg Menurunkan keinginan
dari 25kg.Inter menyusu
40

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : An.X


NO.REKAM MEDIK: : 1122-3
RUANG RAWAT : R.Tulip 01
UMUR : 6bln

TGL.
NO TGL.
MASALAH/DIAGNOSA TERATASI
DX. DITEMUKAN TTD

1.    Ketidakefektifan bersihan jalan 28/10/2020 29/10/2020 Kiki


1 nafas berhubungan dengan
akumulasi sekret

2 hipertermi berhubungan dengan 28/10/2020 29/10/2020 Hilda


pelepasan pyrogen dari hipotalamus
sekunder terhadap reaksi antigen
dan antibody 3. 
   

3 Ketidakseimbangannutrisi: 28/10/2020 29/10/2020 Mika


kurangdarikebutuhantubuhberhubun
gandengandengan kekambuhan
penyakit, diare, kehilangan nafsu
makan, kandidiasis oral

4.   
41

RENCANA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN : An. X


NO.REKAM MEDIK: : 1122-3
RUANG RAWAT : R.Tulip 01
UMUR : 6bln

NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA TT


TGL INTERVENSI RASIONAL
DX KEPERAWATAN STANDART D
28/1 1 ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan  kaji frekuensi / kedalaman dan  Melihat adanya
0/20 bersihan jalan nafas perawatan selama 1x 24 gerakan dada. gerakan dada
20 berhubungan jam Bersihan jalan nafas kembali  Anjurkan ibu memberikan asimetris. kiki
dengan akumulasi efektif dgn kriteria hasil : sekret posisi senyaman mungkin.  Melegakan jalan
sekret dapat keluar.  Observasi karekteristik batuk. nafas.
 Berikan Expectoran 3x1 sehari .  Memperbaiki
keefektifan upaya
batuk.
 Membantu meringan
kan batuk pasien.
2 Hipertermi Setelah dilakukan tindakan
42

berhubungan keperawatan selama 1x24 jam,  Pertahankan


dengan pelepasan diharapkan pemberian ASI kepada suhulingkungantetapsejuk  Untuk mengetahui Hil
pyrogen dari klien menjadi efektif. Dengan  Monitor tanda tanda vital perubahan terhadap da
hipotalamus kriteria hasil:  Berikankompresuntukpenur suhu lingkungan
sekunder terhadap 1. Suhu tubuh klien unpanas  Untuk menurunkan
reaksi antigen dan menunjukkan tidak ada  Beri antipiretik sesuai demam.
antibody 3.  deviasi dari kisaran normal petunjuk  Untuk mengetahui
2. Tekanan nadi klien  Monitor suhu tubuh petunujuk antipiretik
menunjukkan tidak menggunakan alat yang  Menurunkan demam
adadeviasi dari kisaran sesuai dan melancarkan
normal sirkulasi darah.

3 Ketidakseimbangan Setelahdilakukantindakankeperawat
nutrisi: anselama 1x24 jam,  Awasi masukan dan berat
kurangdarikebutuha diharapkankebutuhannutrisiklienme badan sesuai indikasi  Untuk meningkatkan Mi
ntubuhberhubungan njadiseimbang, dengankriteriahasil:  Berikan perawatan oral nafu makan yang ka
dengandengan 1. Intake makanan lewat mulut  Hindari makanan yang sesuai pada klien
kekambuhan klien menunjukkan sangat panas/dingin  Untuk merawat oral
43

penyakit, diare, sepenuhnya adekuat  Timbang berat badan sesuai klien menjadi lebih
kehilangan nafsu 2. Pertumbuhan klien indikasi baik
makan, kandidiasis menunjukkan sebagaian  Kolaborasi dengan ahli gizi  Untuk menhidari
oral besar adekuat untuk memberikan makanan penurunan nafsu
yang mudah dicerna makan pada klien
 Untuk memastikan
makanan yang sesuai
untuk klien.
44

CATATAN TINDAKAN ( IMPLEMENTASI)

NAMA PASIEN : An.X


NO.REKAM MEDIK: : 1122-3
RUANG RAWAT : R.Tulip 01
UMUR : 6bln

DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN DAN


TGL PARAF
KEPERAWATAN HASIL
28/10/2020 Bersihan jalan nafas tidak  kaji frekuensi / kedalaman dan
efektif berhubungan gerakan dada. Kiki
dengan penumpukan  Anjurkan ibu memberikan posisi
sekret di tandai dengan senyaman mungkin.
batuk produktif.  Observasi karekteristik batuk.
 Berikan Expectoran 3x1 sehari .
Hasil :
Secret pada klien dapat keluar

hipertermi berhubungan  Pertahankan suhu lingkungan tetap Hilda


dengan pelepasan pyrogen sejuk
dari hipotalamus sekunder
 Monitor tanda tanda vital
terhadap reaksi antigen
 Berikankompresuntukpenurunpana
dan antibody 3. 
s
 Beri antipiretik sesuai petunjuk
 Monitor suhu tubuh menggunakan
alat yang sesuai
Hasil :

 Suhu :36°c  
 Tekan nadi normal
(100x/Menit)
45

Ketidakseimbangannutrisi: Mika
kurang dari kebutuhan  Mengawasi masukan dan berat
tubuh berhubungan badan sesuai indikasi pada klien
dengan kekambuhan  Berikan perawatan oral
penyakit, diare,  Menganjurkan ibu untuk member
kehilangan nafsu makan, makanan pada bayi yang sangat
kandidiasis oral panas/dingin
 Timbang berat badan sesuai
indikasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
memberikan makanan yang mudah
dicerna
Hasil :
 Intake makanan lewat mulut klien
menunjukkan sepenuhnya adekuat
 Pertumbuhan klien menunjukkan
sebagaian besar adekuat
 BB naik 1,5 kg

CATATAN PERKEMBANGAN
46

NAMA PASIEN : An. X


NO.REKAM MEDIK: : 1122-3
RUANG RAWAT : ………………………….
UMUR :

DIAGNOSA EVALUASI / SOAP


TGL PARAF
KEP.
29/10/2020 Bersihan jalan nafas tidak S :
efektif berhubungano Ibu ps menyetujui anjuran
dengan penumpukan penkes dari perawat Kiki
sekret di tandai dengan O:
batuk produktif.  Ibu klien tampak
memberikan posisi
yang nyaman pada
klien sesuai dengan
yang di ajarkan
A:
o  Masalah jalan nafas tidak
efektif yang berbungan
dengan penumpukan secret
di tandai dengan batuk
produktif sudah teratasi.
P:
o  Intervensi dihentikan
o   

hipertermi berhubungan S :
dengan pelepasan pyrogeno  Keluarga ps menerima Hilda

dari hipotalamus sekunder anjuran atau penkes dari


terhadap reaksi antigen perawat
dan antibody 3.  O:

1.  Suhu :36°c  
2. Nadi 100x/menit
47

3. Klien tampak tidak


pucat dan segar
4. Keluarga klien
kooperatif dalam
memperaktekan
penkes dari perawat.

A:
o  Masalah hipertermi
dengan proses pelepasan
pyrogen dari hipotalamus
sekunder terhadap reaksi
antigen dan antibody 3
sudah teratasi 

P:
5. Intervensi dihentikan

Mika
Ketidakseimbangannutrisi: S :
kurang dari kebutuhano  Ibu klien mengatakan bahwa
tubuh berhubungan menerima dan memahami
dengan kekambuhan apa yang di sampaikan oleh
penyakit, diare, perawat
kehilangan nafsu makan, O :
kandidiasis oral  Ibu klien tampak
melakukan apa yang
telah di beritahu oleh
perawat
 BB klien naik 1,5 kg
(5kg->6,5kg)
 Intake makanan lewat
48

mulut klien
menunjukkan
sepenuhnya adekuat
 Pertumbuhan klien
menunjukkan sebagaian
besar adekuat

A:
o  Masalah ketidak seimbangan
nutrisi, kurangnya
kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan
kekambuhan penyakit, diare,
kehingan nafsu makan serta
kandidiasis oral sudah
teratasi
P:
 intervensi di hentikan
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Lahirnya Millenium Development Goals tahun 2000 di New York
merupakan komitmen pemimpin dunia untuk mempercepat pembangungan
manusia dan pemberantasan kemiskinan. Namun di Indonesia, tujuan MDGs
dikembangkan dan diklasifikasikan menjadi delapan, antara lain: menurunkan
angkan kematian anak serta memerangi HIV/AIDS (Indriyani, Dian dan Asmuji,
2014:18). Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan
melalui darah, penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada
anak).
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang
sistem kekebalan tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh
melawan infeksi dan penyakit. Obat atau metode penanganan HIV belum
ditemukan. Patofisiologi HIV (human immunodeficiency virus) dimulai dari
transmisi virus ke dalam tubuh yang menyebabkan infeksi yang terjadi dalam 3
fase: serokonversi, asimtomatik, dan acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS).
Tanpa pengobatan, infeksi HIV berkembang menjadi AIDS dalam waktu
kurang lebih 10 tahun, dengan kematian menyusul dalam waktu tiga tahun setelah
timbulnya AIDS. Dengan pengobatan yang tepat, usia 20 tahun dengan infeksi
HIV diperkirakan dapat hidup hingga usia 71 tahun. Peningkatan harapan hidup
yang dramatis ini menekankan perlunya diagnosis dan pengobatan dini.
3.2 Saran
Transmisi penularan HIV pada anak disominasi akibat penularan dari ibu
ke anak, sehingga untuk memutuskan mata rantai HIV pada anak, peranan
berbagai tim kesehatan sangat mengingat anak sebagai generasi lanjutan yang
sangat diperlukan untuk berlangsungnya proses regenerasi, sehingga tim
kesehatan terkhususnya, harus memberikan perhatian khusus pada kasus tersebut.
Salah satu upaya nyata adalah memberikan edukasi kepada masyarakat luas,
terutama ibu hamil agar malakukan pemeriksaan deteksi HIV. Dan mengkonsumsi
ART apabila positif HIV. Serta Sectio Caesaria saat partus.

49
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hivaids/infeksi-hiv-pada-
anak/#gref

https://www.tokopedia.com/blog/penyebab-penularan-hiv-aids-hlt/\

https://search.yahoo.com/search?
fr=mcafee&type=E210US91215G91355&p=patofisiologi+hiv

https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/hiv/patofisiologi

https://catatanmini.com/hiv-aids/

https://www.medicinenet.com/hiv_treatment_drugs_prognosis_and_preve
ntion/views.htm

Abdulloh, Abu Isa. Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu
Syaikh Hafizhohulloh. http://muslim.or.id (2 November 2014).

Departemen Kesehatan Indonesia: Direktotat Jendran Pengendalian Penyakit


dan Penyehatan Lingkungan, Pedoman Tatalaksana Infeksi HIV dan Terapi
Antiretroviral pada anak di indonesia. Jakarta:DepkeS RI, 2008.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. Pelayanan Kesehatan dan


HIV/AIDS.

Jakarta:Depnakertrans,2005. Hasdianah, dkk. Imunologi Diagnosis dan


Tekhnik Biologi Molekuler. Yokyakarta: Nuha Medika, 2014.

Indriyani, Dian dan Asmuji. Buku Ajar Keperawatan Maternitas: Upaya


Promotif dan Preventif dalam menurunkan angka kematian Ibu dan Anak.
Yokyakarta: Ar-Ruzz Media,2014. Nurs, Nursalam, M. Dan Ninuk Dian
Kurniawati.

Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba


Medika, 2007.
-------. Asuhan Keperawatan pada Pasien terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta:
Salemba Medika, 2013.

Anda mungkin juga menyukai