Anda di halaman 1dari 14

JURNAL 1

PENGGUNAAN APD UNTUK KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH


SAKIT
Charolina Pajaitan/181101108
panjaitancharolina@gmail.com

Abstrak
Pendahuluan : APD harus dianggap sebagai tindakan terakhir dari perlindungan ketika semua
metode lainnya tidak tersedia
Metode : Metode yang digunakan ialah teknik pengumpulan data atau informasi dengan
melakukan analisis, eksplorasi, kajian bebas (literatur review) yang relevan yang berfokus pada
bagimana penggunaaan APD untuk keselamatan pasien di rumah sakit dengan menggunakan 14
sumber referensi dari buku teks, buku referensi, jurnal, e-book yang diterbitkan 10 tahun
terakhir.
Hasil : Berdasarkan hasil pencarian analisis, eksplorasi dari berbagai sumber didapatkan bahwa
dengan penerapan penggunaan APD perlu diterapkan untuk keselamatan pasien dan perawat di
rumah sakit.
Pembahasan : Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam yang berguna untuk melindungi
seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk mengisolasi tubuh tenaga kerja dari
potensi bahaya di tempat kerja salah satunya iaalah sarung tangan, apron, dan lain-lainnya.
Penutup : Perawat yang menerapkan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) tentu memiliki
risiko yang lebih rendah terpajan penyakit dibandingkan dengan perawat yang sama sekali tidak
menggunakan APD sebelum memberikan intervensi kepada klien.

Kata kunci : APD, Perawat, Keselamatan Pasien


PENDAHULUAN
Tenaga kesehatan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada masyarakat untuk mewujudkan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif
secara sosial dan ekonomi serta sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum. Peningkatan
derajat kesehatan bukan hanya ditujukan kepada masyarakat tetapi juga untuk tenaga kesehatan
yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan sehingga rumah sakit berkewajiban
menyehatkan para tenaga kerjanya. Upaya tersebut dilaksanakan secara integrasi dan
menyeluruh untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit dan kecelakaan akibat kerja. Hal ini
sesuai dengan Permenkes RI nomor 66 tahun 2016 yang mengatakan bahwa keselamatan dan
kesehatan kerja rumah sakit adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan
dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,
maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja di rumah sakit. Berdasarkan data dari WHO tahun 2010 menyatakan bahwa 59 juta petugas
kesehatan telah terpapar dengan berbagai macam bahaya setiap harinya. Terpaparnya tenaga
kesehatan dengan berbagai potensi yang berbahaya dapat menimbulkan penyakit infeksi akibat
kecelakaan kerja.
Tempat kerja merupakan tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau
tetap di mana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan di mana terdapat sumber-sumber bahaya. Pengurus diwajibkan menyediakan secara
cuma-cuma, semua Alat Perlindungan Diri (APD) yang diwajibkan pada tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja. Bahaya tidak dapat dihilangkan atau dikontrol secara
memadai, maka Alat Pelindung Diri (APD) dapat digunakan pada saat melakukan pekerjaan di
area berbahaya. APD harus dianggap sebagai tindakan terakhir dari perlindungan ketika semua
metode lainnya tidak tersedia. Kepatuhan tenaga kerja dalam penggunaan APD dapat
mengurangi risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja, yaitu dengan patuh terhadap peraturan
yang telah disepakati perusahaan dalam mengurangi risiko kecelakaan kerja. Ketidakpatuhan
penggunaan APD sangat mempengaruhi kejadian kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat
kerja yang akan menyebabkan 5 jenis kerugian diantaranya adalah kerusakan, kekacauan
organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat, kematian
Berdasarkan latar belakang tersebut adapun tujuan dibuatnya ialah untuk mengetahui dan
memahami penggunaan APD untuk keselamatan pasien di rumah sakit.
METODE
Metode yang digunakan ialah teknik pengumpulan data atau informasi dengan melakukan
analisis, eksplorasi, kajian bebas (literatur review) yang relevan yang berfokus pada bagimana
penggunaaan APD untuk keselamatan pasien di rumah sakit dengan menggunakan 14 sumber
referensi dari buku teks, buku referensi, jurnal, e-book yang diterbitkan 10 tahun terakhir.
HASIL
Berdasarkan hasil pencarian analisis, eksplorasi dari berbagai sumber didapatkan bahwa
dengan penerapan penggunaan APD perlu diterapkan untuk keselamatan pasien dan perawat di
rumah sakit. Adapun beberapa jurnal terkait yaitu
Jurnal pertama Hubungan Karakteristik Pekerja Dengan Kepatuhan Dalam Pemakaian APD
Pada Petugas Laboratorium Klinik Di Rumah Sakit Baptis Kota Kediri. Nizar, dkk (2016).
Metode penelitian yang digunakan adalah Observasional Analitik dengan menggunakan desain
cross sectional study. Dengan hasil penelitian yaitu petugas laboratorium klinik yang patuh
terhadap pemakaian APD diantaranya masker, sarung tangan, baju pelindung/jas, sepatu dan
penutup kepala bagi petugas pemeriksa sampel pasien.
Jurnal kedua Gambaran Penggunaan APD Oleh Perawat Di Ruang Perawatan Rumah Sakit .
Nurmalia, dkk (2019). Metode penelitian adalah penelitian deskriptif dengan metode observasi
untuk pengambilan data. Dengan hasil penelitian adalah APD yang paling sering digunakan yaitu
sarung tangan, masker, dan juga apron dan tindakan yang dilakukan perawat tidak sesuai dalam
penggunaan sarung tangan. Penggunaan masker dan apron di antara perawat sudah hampir
seluruhnya benar, hanya ditemukan satu kesalahan pemakaian masker

PEMBAHASAN
Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh pekerja
untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan potensi
bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Alat Pelindung Diri
(APD) perlu sebelumnya dipilih secara hati-hati agar dapat memenuhi beberapa ketentuan yang
diperlukan, yaitu :
1. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang dikarenakan
bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaanya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya dan suku cadangnya
mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja yang memakainya,
bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa memakai APD. Oleh karena itu agar
dapat memilih APD yang tepat, maka perusahaan harus mampu mengidentifikasi bahaya
potensial yang ada, khususnya yang tidak dapat dihilangkan ataupun dikendalikan.
a. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD). Alat Pelindung Diri (APD) ada berbagai macam
yang berguna untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya untuk
mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada
beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja di rumah sakit, antara lain :
1. Baju Pelindung (Body Potrection). Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Contoh :
Apron, merupakan pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap
radiasi pengion.
2. Sepatu steril. Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang bedah,
laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang otopsi.
3. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection). Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi
tangan dan bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,
kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain: sarung tangan bersih, sarung
tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat tinggi, dan digunakan sebelum
tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam,
merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada
sarung tangan steril. Dan ada juga arung tangan steril, sarung tangan steril adalah sarung tangan
yang disterilkan dan harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan
steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh APD agar dalam pemakaiannya dapat
memberikan perlindungan yang maksimal. Ada beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh
semua jenis peralatan pelindung, maka hanya dua yang terpenting yaitu:
1) Apapun sifat dan bahayanya, peralatan atau pakaian harus memberikan cukup perlindungan
terhadap bahaya tersebut.
2) Peralatan atau pakaian harus ringan dipakainya dan awet dan membuat rasa kurang nyaman
sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, penglihatan dan sebagainya yang maksimum.
KESIMPULAN
APD merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-
bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari
kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan pelindung diri tidak menghilangkan atau mengurangi
bahaya yang ada, peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara
penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya. Perawat yang menerapkan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) tentu memiliki risiko yang lebih rendah terpajan
penyakit dibandingkan dengan perawat yang sama sekali tidak menggunakan APD sebelum
memberikan intervensi kepada klien. Kesadaran yang tinggi akan keselamatan diri turut
memotivasi perawat untuk memperlengkapi diri dengan APD sebelum bersentuhan dengan
pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Arruum,D.,Salbiah.,Manik,M.(2015).Pengetahuan Tenaga Kesehatan Dalam Sasaran


Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara: Idea Nursing Journal.6,(2):1-
4.
Bawelle,S.C.(2013).Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dengan Pelaksanaan
Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna. E-
Journal Keperawatan.1,(10):1-7.
Cahyono, S.B.(2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik
Kedokteran. Yogyakarta: Kanisius
Dewi,Mursidah.(2012).Pengaruh Pelatihan Timbang Terima Pasien Terhadap Penerapan
Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Di RSUD Raden Mattaher Jambi..5,(3):647:652.
Firawati.,Pabuty,A.,Putra,A.S.(2012).Pelaksanaan Program Keselamatan Pasien Di
RSUD Solok.Jurnal kesehatan masyarakat.6,(2):73-78.
Hakim,L.,Pudjirahardjo,W.J.(2014).Optimalisasi Proses Koordinasi Program
Keselamatan Pasien (Patient Safety) Di Rumah Sakit X Surabaya. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia. 2,(3):199-208.
Laranova, A., Afriandi, I., & Pratiwi, Y. S. (2018). Persepsi Tenaga Kesehatan Terhadap
Penggunaan APD Dan Kejadian Kecelakaan Akibat Kerja Di Salah Satu Rumah Sakit di Kota
Bandung. JSK. 3(4), 189-197.
Nivalinda,D.,Hartini,M.C.I.,Santoso,A.(2013). Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat
Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang. Jurnal Managemen Keperawatan.1,
(2):138-145.
Nugroho,SriH.P.,Sujianto,U.(2014).Supervisi Kepala Ruang Model Proctor Untuk
Meningkatkan Pelaksanaan Keselamatan Pasien. Jurnal Keperawatan Indonesia Jurnal Health &
Suport.20,(1):56-64.
Potter & Perry.(2010). Fundamental ofNursing(Fundamental Keperawatan).Buku 2.Edisi
7. Indonesia : Salemba Medika.
Simamora, R. H. (2018). Buku Ajar Keselamatan Pasien Melalui Timbang Terima Berbasis
Komunikasi Efektif:SBAR.
JURNAL 2
GAMBARAN PENERAPAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG PERAWATAN
RUMAH SAKIT
Eret Sukaldo1 , Renata Komalasari2 , Shinta Yuliana Hasibuan3
Mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan - Universitas Pelita Harapan
Staf Pengajar Fakultas Ilmu Keperawatan - Universitas Pelita Harapan
Boulevard Sudirman Lippo Village Karawaci 15811 Tangerang
Email: eret.sukaldo1@gmail.com

ABSTRAK
Keselamatan kerja di rumah sakit merupakan suatu upaya yang harus dilakukan seluruh
pegawai, termasuk perawat selama melakukan tugas, salah satunya dengan menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD). Alat pelindung diri di rumah sakit mencakup masker, sarung tangan,
gaun, dan sebagainya. Kepatuhan tenaga perawatan kesehatan, khususnya tenaga perawat, dalam
penerapan APD sangat menentukan keselamatan pasien dan rekan kerja lain di rumah sakit
tersebut. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi penerapan APD di ruang perawatan di sebuah
rumah sakit swasta di Jakarta Barat. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif. Populasi penelitian adalah perawat yang berada di ruang perawatan di rumah sakit
tersebut, sejumlah 31 perawat. Pengambilan responden dengan teknik convenient sampling
dengan jumlah 30 responden. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi perawat ketika
melakukan asuhan keperawatan di ruang perawatan. Metode analisis yang digunakan analisis
univariat. Hasil penelitian ini menunjukkan dari 30 responden, 75 % (n=22) di antaranya
menerapkan penggunaan APD, sedangkan 25% (n=8) tidak menerapkan penggunaan APD.
Peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor penyebab perawat tidak melakukan penerapan
APD di ruang perawatan.
Kata kunci : Alat Pelindung Diri, Keselamatan Pasien, Pelayanan Keperawatan
ABSTRACT
Workplace safety in the hospital is an effort that must be done by all employees,
including nurses while conducting tasks, one of them by using Personal Protective Equipment
(PPE). Personal protective equipment in the hospital includes masks, gloves, dresses, etc.
Compliance of health care workers, especially nurses, in the application of PPE greatly
determines the safety of patients and other colleagues at the hospital. This study aimed at
identifying the application of PPE in the treatment room at a private hospital in West Jakarta.
The research design used was descriptive research. The study population was nurses who were in
the nursing room at the hospital, a total of 31 nurses. Data was collected using convenient
sampling technique involving 30 respondents through observation of nurses when giving nursing
care in the inpatient rooms. The analytical method used univariate analysis. The results of this
study showed out of 30 respondents, 75% (n = 22) used the PPE appropriately, while 25% (n =
8) did not. Future research can examine factors that cause nurses not apply the PPE in in-patient
room when giving care.
Key words : Nursing Care, Personal Protect Equipment, Patient Safety

PENDAHULUAN
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dan perlu diperhatikan oleh semua
tenaga kerja termasuk tenaga medis. Keselamatan kerja yaitu suatu upaya penyerasian antara
kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun orang disekelilingnya agar diperoleh produktivitas
kerja yang optimal (UndangUndang kesehatan No. 23 Th. 1992). Sebagai tenaga medis, perawat
perlu untuk memperhatikan kesehatan dan keselamatan 2 Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli
2017 – Desember 2017 selama melaksanakan tugas, karena melalui tenaga medis keselamatan
pasien dapat ditentukan.
Perawat merupakan tenaga medis yang sering berinteraksi langsung dengan pasien
sehingga dapat meningkatkan risiko kecelakaan kerja baik pada perawat itu sendiri ataupun pada
pasien yang dirawat. Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk mempraktekkan keselamatan
kerja yaitu dengan penggunaan alat perlindungan diri. APD merupakan alternatif dasar yang
penting dalam melakukan keselamatan kerja. Pemakaian APD merupakan upaya untuk
menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja yang optimal, Perilaku perawat dalam
menggunakan APD merupakan salah satu faktor penentu penerapan penggunaan APD di rumah
sakit. Adapun dasar hukum terkait dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja. Pada BAB VIII Kewajiban dan Hak kerja Pasal 12 butir b dan c
menjelaskan bahwa memakai alatalat perlindungan diri merupakan suatu hal yang diwajibkan
untuk semua instansi termasuk rumah sakit. Penggunaan APD juga bertujuan untuk memenuhi
dan menaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan yang diwajibkan. Pada BAB IX
mengenai kewajiban bila memasuki tempat kerja Pasal 13 menjelaskan bahwa barang siapa akan
memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan menaati semua petunjuk keselamatan kerja dan
memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
Data yang didapatkan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010
melaporkan terkait kasus yang terjadi secara global mengenai data dan fakta dari keselamatan
dan kesehatan di rumah sakit menurut, yakti dari 35 juta pekerja kesehatan terdapat tiga juta
orang yang terpajan patogen darah (dua juta terpajan virus HBV, 0,9 juta terpajan virus HBC dan
170.000 terpajan virus HIV/AIDS) (World Health Organization (WHO), 2014). Di Amerika
Serika tercatat per tahun 5000 petugas kesehatan terinfeksi hepatitis B, 47 positif HIV dan setiap
tahun 600.000- 1.000.000 terkena luka tusuk jarum. Ini merupakan data yang dilaporkan;
diperkirakan lebih dari 60% tidak dilaporkan (WHO, 2014). Sebuah rumah sakit swasta di
Jakarta Barat memiliki data angka kejadian tertusuk jarum tujuh kejadian pada tahun 2017, yakni
pada periode Januari hingga Mei 2017. Sedangkan pada tahun sebelumnya tercatat tidak ada
kejadian serupa sama sekali. Ini menunjukkan terjadi peningkatan angka kejadian bahaya akibat
yang dapat disebabkan oleh lemahnya Nursing Current Vol. 5 No. 2, Juli 2017 – Desember 2017
3 penerapan APD di rumah sakit tersebut. Penelitian ini bertujuan menggali gambaran penerapan
Alat Pelindung Diri (APD) di ruang perawatan di rumah sakit swasta di Jakarta Barat.

METODE
Penelitian ini mengambil tempat di sebuah rumah sakit swasta di wilayah Jakarta Barat.
Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif.
Metode kuantitatif menekankan fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif serta
maksimalisasi objektivitas. Populasi penelitian adalah perawat yang berada di ruang perawatan
di rumah sakit tersebut, sejumlah 31 perawat. Dalam penelitian ini proses pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan observasi pada perawat di ruang perawatan di rumah sakit
tempat penelitian. Sebelum memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu meminta calon
responden mengisi informed consent sebagai tanda setuju terlibat dalam penelitian dua minggu
sebelum observasi dilakukan guna menjadi validitas hasil observasi.
Pengambilan responden dengan teknik convenient sampling dengan jumlah 30
responden. Pengambilan dilakukan dengan cara observasi perawat yang dilakukan pada saat
peneliti sedang berdinas sebagai perawat di ruangan yang sama denga lokasi penelitian sehingga
mempertahankan kealamian proses observasi responden. Metode analisis yang digunakan
analisis univariat. Setelah data terkumpul peneliti melakukan pengolahan data. Data pada
penelitian ini dianalisis dengan analisis deskriptif. Penyajian data hasil penelitian menggunakan
analisis deskriptif. Persetujuan etik penelitian ini diperoleh dari Research Community Service
and Training Committee dengan No. 003/RCTC-EC/R/SHKJ/2017 Faculty of Nursing
Universitas Pelita Harapan.
HASIL
Berikut ini adalah gambaran penerapan Alat Pelindung Diri di ruang perawatan di sebuah
rumah sakit swasta di Jakarta Barat lewat observasi langsung.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik penerapan Alat Pelindung Diri di ruang perawatan
(n=30)

NO KOMPONEN Frekuensi (n) Presentase %


PENGAMATAN Menerapka Tidak Menerapkan Tidak
n menerapkan Menerapkan
1. Perawat yang menggunakan 30 0 100 0
masker satu kali pakai pada
pasien yang terindikasi
berisiko menular
2. Perawat mengganti sarung 30 0 100 0
tangan setiap melakukan
tindakan keperawatan pada
pasien yang berbeda
3. 3.a Perawat menggunakan 28 2 93 7
APD yang sesuai (sarung
tangan).
3.b Perawat menggunakan 28 2 93 7
APD yang sesuai ( masker).
3.c Perawat menggunakan
APD yang sesuai (disinfektan 28 2 93 7
tangan).
4 26 14 86
3.d Perawat menggunakan
APD yang sesuai (coverall
Hospitals clothing/pakaian
khusus). 0 30 0 100
3.e Perawat menggunakan
APD yang sesuai ( penutup
rambut/penutup kepala).
4. 4.a Perawat mencuci 27 3 90 10
tangan dengan
menggunakan sabun.
4.b Perawat mencuci 27 3 90 10
tangan dengan
menggunakan larutan
antiseptik.

Dari Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa dari 30 orang perawat yang diobservasi, lebih
dari separuh perawat, yaitu sebanyak 75 % (n=22) yang menerapkan penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD), sedangkan 25% (n=8) perawat tidak menerapkan penggunaan Alat Pelindung Diri.
Hasil observasi yang signifikan dapat dilihat bahwa 100 % (n=30) perawat menerapkan APD
untuk komponen pengamatan 1, yaitu perawat mengenakan master satu kali pakai pada pasien
yang terindikasi berisiko memiliki penyakit menular dan komponen pengamatan 2, yaitu perawat
mengganti sarung tangan tiap kali menangani pasien yang berbeda. Sedangkan tidak satu pun
perawat mengenakan penutup rambut/kepala sebagai APD (komponen pengamatan 3.e.)
PEMBAHASAN
Alat Pelindung Diri merupakan suatu alat yang dapat melindungi seseorang potensi
bahaya di tempat kerja (Darmiatun, 2015). APD juga merupakan salah satu alternatif yang paling
dasar dalam mempertahankan keselamatan ketika bekerja. WHO (2014) mengungkapkan bahwa
penerapan APD sangat penting untuk melindungi diri dari kontaminasi baik itu cairan ataupun
patogen yang dapat tertular pada bagian tubuh yang bisa didapatkan dari diri sendiri maupun
orang lain.
Hasil observasi pada penelitian ini menunjukkan penerapan APD oleh perawat di ruang
perawatan di rumah sakit swasta di wilayah Jakarta Barat ini sangat baik. Hampir semua
komponen penerapan APD dilakukan oleh perawat dengan persentase 90% atau lebih. Hanya
komponen penggunaan penutup rambut yang tidak dilakukan sama sekali. Penelitian ini tidak
mengkaji faktor yang menyebabkan penggunaan penutup kepala tidak diterapkan, apakah karena
alasan tidak tercakup dalam ketentuan rumah sakit atau karena faktor preferesi perorangan, yang
mana perlu diteliti lebih lanjut. Data yang bertolak belakang secara signifikan dijelaskan sebagai
berikut. Penerapan APD dengan persentase tertinggi berada pada komponen pengamatan
mengenai penggunaan masker satu kali pakai pada pasien terindikasi berisiko menular serta
penggunaan sarung tangan per-tindakan keperawatan pada setiap pasien yang berbeda yaitu
100%, artinya keseluruhan 30 perawat yang merupakan responden pada penelitian ini melakukan
komponen APD tersebut. Sebaliknya, pada pengamatan lain ditemukan tak satupun perawat 0 %
(n=0) menerapkan penggunaan penutup rambut/penutup kepala.
Kepatuhan perawat dan tenaga medis dalam penerapan Alat Pelindung Diri merupakan
salah satu dari faktor penentu keselamatan baik pada pasien, rekan kerja, serta untuk petugas itu
sendiri. Kepatuhan pada program kesehatan terutama penggunaan APD merupakan perilaku
yang dapat diobservasi dan dengan begitu dapat secara langsung diukur. Penelitian sebelumnya
oleh Banda (2015) melaporkan pentingnya penggunaan APD ketika bekerja di rumah sakit yang
sesuai standar operasional prosedur (SOP).
Penerapan APD bertujuan mencegah masalah kecelakaan kerja atau resiko bahaya yang
dapat muncul ketika sedang melakukan pekerjaan di rumah sakit. Dalam penelitian Banda (2015)
dilaporkan, dari 52 responden perawat yang bekerja diRumah Sakit Konawe sebagian besar
(80,3%) responden berada pada kategori tidak patuh dalam menggunakan APD sesuai SOP (n =
30 orang), sedangkan sebagian kecil berada pada kategori patuh dalam menggunakan APD
sesuai SOP (n = 22 orang atau 19,7%). Penelitian serupa dilakukan oleh Harwanti (2009)
menjelaskan bahwa sebagian dari tenaga kesehatan di Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta
belum melaksanakan penerapan dan pemakaian APD dengan baik walaupun rumah sakit sudah
menyediakan APD bagi tenaga kerja di Instalasi Rawat Inap I Bagian Penyakit Dalam. ari
beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian yang sudah dilakukan peneliti
berbanding terbalik dengan beberapa penelitian diatas dalam hal penerapan APD.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa penerapan Alat Pelindung Diri (APD) di ruang perawatan pada
penelitian ini sudah baik namun harus ditingkatkan kembali terutama dalam hal menggunakan
coverall hospitals clothing (pakaian khusus) pada saat melakukan aktivitas keperawatan pada
pasien yang terindikasi risiko menular sesuai dengan prosedur yang berlaku di rumah sakit.
SARAN
Penelitian selanjutnya diharapkan meneliti faktor-faktor yang menyebabkan perawat di
ruang perawatan tidak menggunakan penutup kepala atau rambut sebagai APD dan faktor-faktor
yang dapat meningkatkan penerapan APD oleh perawat untuk mencapai target penerapan 100%
sebagaimana seharusnya.
DAFTAR PUSTAKA
Banda. I . (2015). Hubungan Perilaku Perawat Dengan Kepatuhan Menggunakan Alat
Perlindungan Diri (APD) Sesuai Standart Operating Procedure (SOP) di Ruang Rawat Inap
BLUD Rumah Sakit KONAWE Tahun 2015 (Diakses pada tanggal 02 Juli 2017 dari:
http://sitedi.uho.ac.id/uploads_sitedi/G3IM013007_sitedi_SKRIPSI%20IRFAN% 20BANDA
%20PDF.pdf.)
Harwanti. N. (2009). Pemakaian Alat Pelindung Diri Dalam Memberikan Perlindungan
Bagi Tenaga Kerja Di Instalasi Rawat Inap I RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. (Diakses pada
tanggal 06 juli 2017 dalam http://eprints.uns.ac.id/5675/1/103910110200908051.pdf.)
Undang-Undang kesehatan No. 23 Th. 1992. (Diakses pada tanggal 20 Maret 2018 dari
https://pafisumut.or.id/wp-content/uploads/2017/08/Undang-undang-RI-No-23- Tahun-1992-
Tentang-Kesehatan.pdf.)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970. (Diakses pada 20 Maret 2018
dari http://jdih.pom.go.id/showpdf.php?u=z%2FLPFgE0PVY6z3B9PVsvFUZfaGBuTpA
TGIr2G3mtTvI%3D).
WHO (2014). Updates personal protective equipment guidelines for Ebola response.
(Diakses pada tanggal 01 agustus 2017 dari
http://www.who.int/mediacentre/news/releases/2014/ebola-ppe-guidelines/en).
ANALISIS JURNAL 1 DAN JURNAL 2

JURNAL 1 : PENGGUNAAN APD UNTUK KESELAMATAN PASIEN DI


RUMAH SAKIT
JURNAL 2 : GAMBARAN PENERAPAN ALAT PELINDUNG DIRI DI RUANG
PERAWATAN RUMAH SAKIT

Alat Pelindung Diri (APD) adalah seperangkat alat keselamatan yang digunakan oleh
pekerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari kemungkinan adanya pemaparan
potensi bahaya lingkungan kerja terhadap kecelakaan dan penyakit akibat kerja. APD juga
merupakan salah satu alternatif yang paling dasar dalam mempertahankan keselamatan ketika
bekerja. WHO (2014) mengungkapkan bahwa penerapan APD sangat penting untuk melindungi
diri dari kontaminasi baik itu cairan ataupun patogen yang dapat tertular pada bagian tubuh yang
bisa didapatkan dari diri sendiri maupun orang lain. Penerapan APD bertujuan mencegah
masalah kecelakaan kerja atau resiko bahaya yang dapat muncul ketika sedang melakukan
pekerjaan di rumah sakit. Pemakaian APD juga harus memenuhi standar operasional (SOP) yang
berlaku pada Rumah Sakit. Pemakaian APD yang tidak tepat dapat mencelakakan tenaga kerja
yang memakainya, bahkan mungkin lebih membahayakan dibandingkan tanpa memakai APD.
Beberapa ketentuan yang diperlukan untuk memilih alat pelindung diri yaitu :
1. Alat Pelindung Diri (APD) harus dapat memberikan perlindungan yang adekuat terhadap
bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja.
2. Berat alatnya hendaknya seringan mungkin, dan alat tersebut tidak menyebabkan rasa
ketidaknyamanan yang berlebihan.
3. Alat harus dapat dipakai secara fleksibel.
4. Bentuknya harus cukup menarik.
5. Alat pelindung tahan untuk pemakaian yang lama.
6. Alat tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan bagi pemakainya, yang dikarenakan
bentuknya yang tidak tepat atau karena salah dalam penggunaanya.
7. Alat pelindung harus memenuhi standar yang telah ada.
8. Alat tersebut tidak membatasi gerakan dan presepsi sensoris pemakainya dan suku cadangnya
mudah didapat guna mempermudah pemeliharaannya.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa macam APD yang digunakan oleh tenaga kerja di rumah
sakit, antara lain :
1. Baju Pelindung (Body Potrection). Baju pelindung digunakan untuk melindungi seluruh atau
sebagian tubuh dari percikan api, suhu panas atau dingin, cairan bahan kimia, dll. Contoh :
Apron, merupakan pelindung pakaian yang terbuat dari bahan timbal yang dapat menyerap
radiasi pengion.
2. Sepatu steril. Sepatu khusus yang digunakan oleh petugas yang bekerja di ruang bedah,
laboratorium, ICU, ruang isolasi, ruang otopsi.
3. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection). Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi
tangan dan bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda panas dan dingin,
kontak dengan arus listrik. Jenis alat pelindung tangan antara lain: sarung tangan bersih, sarung
tangan bersih adalah sarung tangan yang di disinfeksi tingkat tinggi, dan digunakan sebelum
tindakan rutin pada kulit dan selaput lendir misalnya tindakan medik pemeriksaan dalam,
merawat luka terbuka. Sarung tangan bersih dapat digunakan untuk tindakan bedah bila tidak ada
sarung tangan steril. Dan ada juga arung tangan steril, sarung tangan steril adalah sarung tangan
yang disterilkan dan harus digunakan pada tindakan bedah. Bila tidak tersedia sarung tangan
steril baru dapat digunakan sarung tangan yang didisinfeksi tingkat tinggi.
Perawat yang menerapkan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) tentu memiliki risiko
yang lebih rendah terpajan penyakit dibandingkan dengan perawat yang sama sekali tidak
menggunakan APD sebelum memberikan intervensi kepada klien. Kesadaran yang tinggi akan
keselamatan diri turut memotivasi perawat untuk memperlengkapi diri dengan APD sebelum
bersentuhan dengan pasien

Anda mungkin juga menyukai