Dosen Tutorial : dr. Eric Wijaya, M. Biomed, dr. Marshall Jeremia Nadapdap,
M.K.M
Disusun oleh SGD 6
Ketua : Niscaya Aprian Nazara ( 213307010048 )
Sekretaris : Nafamoza Audyameca ( 213307010120 )
Notulen : Karen Louis ( 213307010042)
Anggota : Clairine Altin Nur Rahmi ( 213307010011 )
Melias Tari Sembiring ( 213307010012 )
Audi Torry Ginting ( 213307010014 )
Cindy Wilim ( 213307010029 )
Zulfirman ( 213307010030 )
Yehezkiel Benjamin Gultom ( 213307010047 )
Clara Terecia Rajagukguk ( 213307010065 )
Wira Permadani Nababan ( 213307010084)
Stevani Rose Br Sinaga ( 213307010101)
Dhea Hafizhah ( 213307010114)
Melise Cenggono ( 213307010119)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat- Nya yang telah menuntun kami dalam belajar untuk mencapai hidup yanglebih
baik. Dan dengan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini, sehingga
dapat tersusun dengan sebaik-baiknya sesuai dengan yang diharapkan.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan serta
wawasannya mengenai tujuan pembelajaran yang dibahas pada makalah ini. Dalam
penyusunan makalah ini banyak hal yang belum sempurna. Oleh sebab itu kami selaku
penyusunan makalah ini, mengharapkan adanya masukan yang berupa kritikan
ataupun saran demi kebaikan untuk makalah berikutnya dan tidak lupa juga kami
selaku penyusun berterima kasih pada pihak- pihak yang ikut serta membantu dalam
penyusunan makalah ini.
SGD 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG..................................................................... 1
1.2 TUJUAN PENULISAN................................................................... 1
BAB II PELAKSANAAN TUTORIAL.................................................. 2
2.1 JUDUL BLOK..................................................................................2
2.2 NAMA TUTOR................................................................................2
2.3 DATA PELAKSANAAN.................................................................2
BAB III SKENARIO DAN PEMBAHASAN.........................................3
3.1 KLARIFIKASI ISTILAH...............................................................5
3.2 IDENTIFIKASI MASAL................................................................5
3.3 ANALISA MASALAH....................................................................6
3.4 LEARNING OBJECTIVE..............................................................7
BAB IV PENUTUP................................................................................. 27
4.1 KESIMPULAN.............................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................28
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal. Ini merupakan
reaksi alami tubuh yang berusaha untuk melawan virus atau infeksi. Demam
tidak dianggap sebagai sebuah penyakit tetapi biasanya merupakan gejala dari
sebuah gangguan kesehatan atau infeksi.
Hubungan nyeri perut kanan dengan demam adalah respon tubuh yang
mengeluarkan sel-sel radang dan menyebabkan nyeri pada area tersebut. Nyeri
merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat
kerusakan jaringan, baik aktual maupun pontensial.
1
BAB II
PELAKSANAAN TUTORIAL
2.3.1 TUTORIAL 1
Tanggal : Senin, 12 November 2022
Waktu : 09.50 – 11.30 WIB
Tempat : Kampus UNPRI
2.3.2 TUTORIAL 2
Tanggal : Rabu, 14 November 2022
Waktu : 09.50 – 11.30 WIB
Tempat : Kampus UNPRI
2.3.3 PLENO
Tanggal : Jumat, 16 Desember 2022
Waktu : 08.00 – 09.50 WIB
Tempat : Zoom Meeting
2
BAB III
SKENARIO DAN PEMBAHASAN
Skenar io
Ny. Jan umur 43 tahun datnagn ke IGD RS royal prima dengan keluhan nyeri peurt
kanan atas sejak 3 hari yang lalu dan memberat sejak 1 hari ini diserta dengan demam.
More info 1
Pasien juga mengeluhkan dnyeri perut kanan atas, dan karena sakitnya pasien
memegang perut kanan atas tersebut sejak 3 hari yang lalu.
Pasien juga mengeluhkan demam sejak satu hari ini naik dan turun, pasien juga
mengeluhkan oyong bila berdiri dan terasa lemas. Air seni pasien bewarna seperti teh
pekat sejak 3 hari yang lalu.pasien mempunyai riwayat traveling ke gunung sibayak
seminggu yang lalu dan makan makanan kalengan waktu camping di area perhutanan.
More info 2
Status presens :
1. Keadaan umum :
sensorium composmentis
TD : 120/80
Nadi : 106x/menit
Pernafasan : 20x/menit
3
2. Keadaan penyakit :
Ikterik : dijumpai
3. Keadaan gizi
BB : 75 kg
TB : 165 cm
Pemeriksaan fisik :
2)Leher : DBN
4)Abdomen : Nyeri tekan region hiponchondrium dextra (+) murphy sign (+).
Hati dan limpa tidak teraba.
5)Ekstremitas atas dan bawah : dalam batas normal, turgor kulit dalam batas
normal.
4
3. Bilirubin total 3.88mg/dL, Bilirubin direk : 3.14 mg/dL, indirek 0.74mg/dl.
Gamma GT : 207U/L (N: 29-41 U/L) Alkali phosphatase 480U/L (N : 35-
110U/L), CRP : 8mg/dL
5
7) Apa hubungan ikterik dengan keluhan yang dialami pasien ?
8) Apakah ada hubungan BB pasien dengan keluhan yang dialami ?
9) Interpretasi semua pemeriksaan pasien!
1) Karena pasien demam yang disebabkan oleh infeksi dan rasa nyeri yang
sangat hebat sehingga pasien oyong dan lemas.
2) Karena demam adalah respon tubuh yang mengeluarkan sel sel radang dan
menyebabkan nyeri pada area tersebut.
3) Karena adanya reflex tubuh.
4) Karena makanan kaleng mengalami benturan saat travelling sehingga udara
masuk kedalam kaleng menyebabkan bakteri clostridium botulinum, dan
makanan kaleng mengandung tinggi lemak sehingga tubuh harus bekerja
lebih keras.
5) Karena terjadinya peningkatan bilirubin akibat penyumbatan.
6) Karena terjadi peradangan kandung empedu, dimana kandung empedu
merupakan organ tempat penyimpanan cairan empedu yang berperan dalam
pencernaan tubuh.
7) Karena bilirubin direct yang berlebihan sehingga menyebabkan ikterik.
8) Berat badan berlebih dan obesitas yang mengkonsumsi makanan tinggi
lemak dapat membuat terganggunya pengosongan kandungan empedu
9) Pemeriksaan fisik
a. Kepala :
- Mata : tidak ditemukan anemi / normal.
- Ikterus : ditemukan warna kuning pada sklera mata yang terjadi karena
peningkatan bilirubin dalam darah.
- Sianosis : tidak ditemukan .
- Leher : dalam batas normal, tidak ditemukan pembesaran pada KGB.
6
- Thorax : Jantung dan Paru dalam batas normal, tidak ditemukan suara
tambahan.
b. Abdomen :
- Hipochondrium dextra : ditemukan nyeri tekan yang mungkin
disebabkan adanya kelainan pada hati dan kantong empedu.
- Murphy sign : ditemukan nyeri tekan bertambah sewaktu pasien
menarik nafas panjang karena kantung empedu yang meradang.
- Hati dan Limpa tidak teraba : tidak ada pembesaran.
c. Ekstremitas Atas dan Bawah : Dalam batas normal.
d. Turgor Kulit : Dalam batas normal.
7
3.6 PEMBAHASAN
a. Definisi
Kolesistitis adalah inflamasi yang terjadi pada kandung empedu dan terbagi
menjadi akut dan kronis. Kolesistitis akut biasanya terjadi akibat adanya
sumbatan duktus sistikus oleh batu. Namun terdapat beberapa faktor risiko lain
yang dapat meningkatkan insidensi terjadinya kolesistitis, sedangkan kolesistitis
kronik merupakan akibat iritasi mekanik persisten pada kolesistitis akut maupun
subakut pada dinding kandung empedu oleh batu.
b. Etiologi
c. Prevalensi
8
kolelitiasis di Eropa yaitu 5-15% berdasarkan beberapa survey pemeriksaan
ultrasonografi. Di Asia, pada tahun 2013, prevalensi kolelitiasis berkisar antara
3% sampai 10%. Berdasarkan data terakhir, prevalensi kolelitiasis di negara
Jepang sekitar 3,2 %, China 10,7%, India Utara 7,1%, dan Taiwan 5,0%
d. Epidemiologi
e. Gejala Klinis
Gejala cholecystitis akut yaitu nyeri bilier yang terjadi lebih dari enam jam.
Nyeri bilier yaitu rasa nyeri right upper quadran (RUQ) hebat, dapat berupa kolik
bilier ataupun nyeri menetap. Nyeri bisa menjalar ke area interscapular, scapula
dextra atau bahu. Dapat juga disertai febris, nausea, dan leukositosis.
Peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam darah pada kasus menunjukkan suspek
adanya batu pada ductus choledochus. Gejala cholecystitis kronik biasanya
ditandai nyeri berulang menetap pada RUQ, dapat juga disertai nausea, vomitus,
dan intoleransi makanan (khususnya lemak)
9
f. Pemeriksaan laboratorium
- Peningkatan ALP
g. Pemeriksaan penunjang
2. Laparoskopi
3. Ultrasonografi EUS
6. Kadar kolesterol
h. Diagnosis
- Tanda Murphy
- Demam
10
- Leukositosis
3. Pemeriksaan pencitraan
- Diagnosis kolesistitis jika 1 tanda lokal, disertai 1 tanda sistemik dan hasil
USG atau skintigrafi yang mendukung.
i. Differential diagnose
1. Apendisitis adalah radang pada usus buntu atau dalam bahasa latinnya
appendiks vermivormis, yaitu suatu organ yang berbentuk memanjang
dengan panjang 6-9 cm dengan pangkal terletak pada bagian pangkal usus
besar bernama sekum yang terletak pada perut kanan bawah.
2. Kolik bilier adalah nyeri perut bagian atas akibat batu empedu yang
menyumbat kandung empedu atau saluran empedu.
3. Kolangitis adalah peradangan pada saluran empedu yang terjadi karena
adanya infeksi yang menyebar akibat obstruksi pada saluran empedu.
4. Koledokolitiasis adalah adanya batu saluran empedu dan merupakan suatu
kondisi umum dan bisa menimbulkan berbagai komplikasi.
5. Kolelitiasis adalah inflamasi akut atau kronis dari kandung empedu,
biasanya berhubungan dengan batu kandung empedu yang tersangkut pada
duktus kristik dan menyebabkan distensi kandung empedu.
11
j. Prognosa
k. Komplikasi
l. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medik
a. Terapi Nutrisi
Diet segera setelah operasi biasanya berupa cairan rendah lemak dengan
protein dan karbohidrat tinggi dilanjutkan denngan makanan padat yang
lembut, hindari telur, krim, daging babi, maknan gorengan, keju, sayuran
pembentukan gas, dan alkohol.
12
b. Terapi Farmakologi
2. Penatalaksanaan Bedah
13
kateter ke dalam duktus tersebut untuk drainase getah empedu sampai
edema mereda. Kateter ini dihubungkan dengan selang drainase.
m. Edukasi
3.6.2 Korelasi dan Mekanisme Patofisiologi antara Makanan Berlemak dan Nyeri
Perut Kanan Atas Pada Pasien Ini
a) Kolesistitis adalah proses inflamasi atau peradangan akut pada kandung empedu
yang umumnya terjadi akibat penyumbatan pada saluran empedu
b) Penyebab kolesistitis
14
dapat disebabkan lumpur bilier, lumpur bilier merupakan cairan empedu yang
tercampur dengan kolestrol dan kristal garam. Penyakit infeksi seperti hiv aids
juga dapat menyebabkabn penyumbatan. Penyumbatan tersebut memicu
terjadinya iritasi pada kandung empedu yang kemudian menyebabkan
pembengkakan dan peradangan.
15
Gambar 3.6.2.2 Kolesistitis dengan infeksi sekunder
Pada beberapa kasus, kolesistitis dapat diikuti dengan infeksi sekunder yang
dapat menyebabkan gangren dan perforasi kandung empedu. Infeksi paling
sering disebabkan oleh invasi bakteri gram negatif gastrointestinal seperti
Escherichia Coli dan Klebsiella SPP.
16
Fundus bagian terjauh yang disuplai oleh arteri sistikus, sehingga paling sering
mengalami iskemia dan nekrosis. Iskemia juga dapat menjadi penyebab
kolesistitis tanpa batu empedu mengingat arteri sistikus yang menyuplai kandung
empedu merupakan arteri terminal sehingga kondisi yang menyebabkan
penurunan perfusi arteri sistikus dapat menginduksi iskemia dan nekrosis dari
kandung empedu. Pasien dapat memiliki penyakit dasar seperti Infark Miokard,
Sepsis, atau Syok hipovolemik
a. Darah rutin :
1. Hb : 11gr/dL (Nilai normal pada Wanita dewasa : 12,0-15,0 g/dL).
2. Leucosit 43.700/mm3 (Normalnya : 5000-10000/mm3). Pasien mengalami
leukositosis, dimana peningkatan jumlah sel darah putih ini menandakan ada
proses infeksi di dalam tubuh.
3. Neutrophil 83.1% (Normalnya : 50-70% ). Pasien mengalami neutrofilia,
dimana peningkatan neutrophil dapat terjadi karena adanya infeksi akut,
radang atau inflamasi, dan kerusakan jaringan.
4. Trombosit 496.000/mm3 (Normalnya : 150.000-450.000/mm3). Pasien
mengalami trombositosis, trombosit meningkat sebagai bagian dari respon fase
akut peradangan atau infeksi.
b. AGDA :
1) pH : 7,375 (Normalnya : 7,35). Didapati pH pada pasien masih di batas
normal.
2) PCO2 : 27,3 mmHg (Menurun : 35-45 mmHg). Pasien mengalami alkalosis
dimana terjadinya penurun tekanan parsial karbon dioksida (PCO2) pada
pasien tersebut.
17
3) Saturasi O2 : 98% ( Normalnya : 95-100%). Saturasi oksigen pada pasien
masih normal.
4) PO2 : 111.4 mmHg (Meningkat : 80-100 mmHg). Pasien mengalami
peningkatan atau yang di sebut hiperoksemia pada tekanan gas O2 dalam
darah (PO2).
5) HCO3 : 15.6 (Normalnya : 22-28 mmol/l). Pasien mengalami Osidosis
dimana terjadinya penurunan pada HCO3 pasien.
6) Bilirubin total : 3,88 mg/dl (normalnya : 0,1- 2,0 mg/dL)
7) Bilirubin direk : 3,14 mg/dl (normalnya : 0,1-0,3 mg/dl). Total bilirubin dan
bilirubin direct mengalami kenaikan dimana ini mengindikasi adanya
gangguan fungsi hati/liver dan juga dapat menyebabkan jaundice/ikterik
8) Bilirubin indirek : 0,74 mg/dl ( normalnya : 0,3 - 1,1 mg/dL) bilirubin
indirek masih dalam batas normal
9) Gamma glutamyl transferase (GGT) : 207 U/L ( normalnya : < 55 U/L).
GGT mengalami kenaikan diduga tubuh memiliki masalah pada hati atau
saluran empedu.
10) Alkali Phosphatase : 448 U/L ( normalnya : 35-110 U/L)
11) Alkali Phosphatase mengalami kenaikan, tingkat alkali fosfat yang tinggi
seringkali dikaitkan dengan gangguan fungsi hati, misalnya sirosis, hepatitis,
kolesistitis, dan batu empedu.
12) C-Reaktife Protein (CRP) : 8 mg/dl (normalnya : < 0,1 mg/dl) CRP
mengalami kenaikan bisa jadi disebabkan oleh beberapa kondisi seperti
Infeksi berat
18
3.6.4 Makna dari Murphy Sign Positif dan Teknik Melakukannya
a. Pengertian
1. Posisi Berbaring
19
Hal ini terjadi karena adanya sentuhan antara kandung empedu yang
mengalami inflamasi dengan peritoneum abdomen selama inspirasi dalam
yang dapat menimbulkan reflek “menahan” nafas karena rasa nyeri.
Bernafas dalam menyebabkan rasa yang sangat nyeri dan berat beberapa
kali lipat walaupun tanpa tekanan/palpasi pada pasien dengan inflamasi akut
kandung empedu.
Probe USG juga dapat digunakan untuk melakukan tes Murphy’s Sign
dengan cara yang sama pada pemeriksaan klinisnya.
20
Gambar 3.6.4.2 Teknik sonograpich
21
status jaminan kesehatan yang dimiliki, tujuan rujukan penerima,
jenis/bahan/asal spesimen, nomor spesimen yang dikirim, tanggal
pengambilan spesimen, jenis pemeriksaan yang diminta, nama dan identitas
pasien, serta diagnosis klinis.
3. Informasi balasan hasil pemeriksaan bahan / spesimen yang dirujuk
dibuat oleh pihak laboratorium penerima dan segera disampaikan pada pihak
pengirim dengan menggunakan format yang berlaku di laboratorium yang
bersangkutan.
22
f) Selama proses rujukan secara langsung semua pasien selalu dimonitor dan
kompetensi staf yang melakukan monitor sesuai dengan kondisi pasien
3. Persiapan Rujukan
Persiapan yang harus dilakukan sebelum merujuk adalah :
a) Melakukan pertolongan pertama dan atau tindakan stabilisasi kondisi
pasien sesuai indikasi medis serta sesuai dengan kemampuan untuk
tujuan keselamatan pasien selama pelaksanaan rujukan
b) Persiapan tenaga kesehatan, pastikan pasien dan keluarga didampingi
oleh minimal dua tenaga kesehatan (dokter dan/atau perawat) yang
kompeten.
c) Persiapan keluarga, beritahu keluarga pasien tentang kondisi terakhir
pasien, serta alasan mengapa perlu dirujuk. Anggota keluarga yang
lain harus ikut mengantar pasien ke tempat rujukan.
d) Persiapan surat, beri surat pengantar ke tempat rujukan, berisi
identitas pasien, alasan rujukan, tindakan dan obat-obatan yang telah
diberikanpada pasien.
e) Persiapan Alat, bawa perlengkapan alat dan bahan yang diperlukan.
f) Persiapan Obat, membawa obat-obatan esensial yang diperlukan
selama perjalanan merujuk.
g) Persiapan Kendaraan, persiapkan kendaraan yang cukup baik, yang
memungkinkan pasien berada dalam kondisi yang nyaman dan dapat
mencapai tempat rujukan secepatnya. Kelengkapan ambulance, alat,
dan bahan yang diperlukan.
h) Persiapan biaya, ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam
jumlah cukup untuk membeli obat-obatan dan bahan kesehatan yang
diperlukan di tempat rujukan.
i) Persiapan donor danar, siapkan kantung darah sesuai golongan darah
pasien atau calon pendonor darah dari keluarga yang berjaga - jaga
dari kemungkinan kasus yang memerlukan donor darah.
23
C. Rujukan berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya dan Rujukan
Bahan pemeriksaan laboratorium
1. Pemberi Pelayanan Kesehatan/Petugas Kesehatan wajib mengirimkan rujukan
berupa spesimen atau penunjang diagnostik lainnya jika memerlukan
pemeriksaan laboratorium, peralatan medik/tehnik, dan/atau penunjang
diagnostik yang lebih tepat, mampu, dan lengkap.
2. Spesimen atau penunjang diagnostik lainnya dapat dikirim dan diperiksa
dengan atau tanpa disertai pasien yang bersangkutan.
3. Jika sebagian spesimen telah diperiksa di laboratorium pelayanan kesehatan
asal laboratorum rujukan dapat memeriksa ulang dan memberi validasi
hasil pemeriksaan pertama.
4. Fasilitas pelayanan kesehatan yang menerima rujukan spesimen atau
penunjang= diagnostik lainnya wajib mengirimkan laporan hasil
pemeriksaan atas spesimen atau penunjang diagnostik lainnya yang telah
diperiksa ke fasilitas pelayanan kesehatan asal.
24
c) Pada keadaan akut lemak tidak diberikan sampai akut teratasi. Keadaan
kronis diberikan 20- 25% total energi
d) Bila perlu diberikan suplemen vitamin A,D,E,K.
e) Serat tinggi terutama dalam bentuk pektin → dapat mengikat kelebihan
asam empedu dalam saluran cerna
4. Jenis diet
1. Diet lemak rendah I 996 kalori
Diberikan pada pasien kolelitiasis/kolesistitis dalam keadaan akut. Makanan
yang diberikan berupa buah-buahan + minuman manis. Diet ini rendah energi
+ semua zat-zat gizi kecuali vitamin A + C. Diberikan tidak lebih dari 3 hari.
2. Diet lemak rendah II 1250 kalori
a. Diberikan secara berangsur bila keadaan akut sudah dapat diatasi,
perasaan mual sudah berkurang atau pada pasien yang gemuk.
b. Bentuk makanan : cincang, lunak, biasa.
3. Diet lemak rendah III 2070 kalori
a. Diberikan kepada pasien penyakit kandung empedu yang tidak gemuk
dan nafsu makan baik.
b. Bentuk makanan lunak, biasa.
c. Makanan ini cukup energi dan zat gizi.
5. Anjuran bahan makanan
a) Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, sereal, jagung, kentang
b) Protein hewani tanpa lemak seperti putih telur, ikan segar
c) Protein nabati seperti tahu, tempe, susu kedelai
d) Sayur-sayuran seperti bayam, kangkung, wortel, buncis
e) Buah-buahan seperti melon, semangka, apel, jeruk, pisang
f) Kacang-kacangan
6. Batasan bahan makanan
1. Makanan tinggi lemak
a. Makanan yang diolah dengan cara digoreng di minyak banyak
25
b. Makanan yang diolah menggunakan santan kental
c. Lemak daging sapi, kulit ayam, jeroan, bebek
d. Susu sapi full cream
2. Bahan makanan yang menimbulkan gas
a. Ubi, talas, beras ketan
b. Buah seperti durian dan nangka
c. Sayuran seperti kol, lobak, sawi
3. Makanan yang asam, pedas atau bumbu yang merangsang
4. Minuman seperti kopi, soda, minuman beralkohol
26
BAB IV
PENUTUP
4. KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
28