Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

TUMOR SEREBRI

Pembimbing:

dr. Haryo Teguh, Sp.S, M.Si, Med

Disusun Oleh:

K.Widyantara

031.321.026

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARDINAH TEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

PERIODE 22 NOVEMBER 2021 – 25 DESEMBER 2021


LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan judul :

“Tumor Serebri ”

Disusun dan di ajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf RSUD Kardinah Tegal

Periode 22 November – 25 Desember 2021

Disusun Oleh:

K.Widyantara

031.0321.026

Tegal, Desember 2021

Pembimbing

dr. Haryo Teguh, Sp.S, M.Si.,Med

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul
“Tumor Serebri” dengan baik dan tepat waktu. Laporan kasus ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal periode 22 November – 25 Desember
2021.

Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada dr. Haryo Teguh Sp.S, M.Si,Med selaku pembimbing dalam penyusunan laporan
kasus ini dan yang telah membimbing penulis selama di Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit
Saraf di Rumah Sakit Umum Daerah Kardinah Tegal. Penulis juga mengucapkan terima
kasih kepada rekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Saraf di Rumah Sakit Umum
Daerah Kardinah Tegal serta berbagai pihak yang telah memberi dukungan dan bantuan
kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran
yang membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya,
semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi dan manfaat bagi kita semua.

Tegal, Desember 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iv
BAB I..........................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................................................2
BAB II.........................................................................................................................................................2
LAPORAN KASUS................................................................................................................................3
2.1. Identitas Pasien......................................................................................................................3
2.2. Anamnesis..............................................................................................................................3
2.3. Pemeriksaan Fisik..................................................................................................................4
2.4. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................................10
2.5. Diagnosis.............................................................................................................................13
2.6. Tatalaksana..........................................................................................................................14
2.7. Resume................................................................................................................................14
2.8. Prognosis..............................................................................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................16
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................20

4
BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu penyakit yang menyerang otak adalah tumor otak. Tumor otak dapat
menyerang siapa saja, namun sebagian besar kasusnya terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan data Central Brain Tumor Registry Of The United State (CBTRUS)
diperkirakan 78.980 kasus baru tumor ganas (malignant) dan jinak (benign) akan didiagnosis
pada tahun 2018 di Amerika Serikat. Tumor otak adalah sekumpulan massa yang dibentuk
oleh sel abnormal yang terjadi pada otak.
Secara klinis tumor otak dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tumor yang tumbuh dengan
sendirinya (primer) maupun hasil dari metastasis atau penyebaran sel tumor dari organ
lainnya (sekunder). Tumor otak primer terdiri dari beberapa jenis, namun yang paling banyak
dan ganas adalah Glioblastoma. Tumor otak dapat berkembang dengan sangat cepat, rata-rata
kasus menunjukkan dalam waktu 25 hari ukuran tumor otak dapat berkembang 2 kali lebih
besar. Oleh karena itu diperlukan diagnosa dini dan penanganan yang tepat untuk mencegah
kerusakan permanen pada otak atau bahkan kematian pasien.
Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah salah satu peralatan medis yang berfungsi dalam
hal diagnostik dengan memanfaatkan medan magnetik yang besar dan gelombang frekuensi
radio untuk menghasilkan citra.
MRI otak berguna untuk menghasilkan citra rekaman otak. Selain MRI, CT-Scan juga
dapat digunakan untuk diagnosa tetapi karena adanya paparan radiasi selama proses CT-Scan
yang dapat menyebabkan efek yang berlawanan dan berkurangnya penyampaian informasi,
maka Magnetic Resonance Imaging (MRI) lebih dianjurkan. Citra yang dihasilkan dari MRI
akan dianalisa oleh dokter atau radiolog sehingga diagnosis penyakit bergantung pada hasil
pengamatan dokter atau radiolog tersebut. Perbedaan antara Tumor Metastasis dengan Tumor
Glioblastoma stadium tinggi akan menjadi lebih sulit apabila tumor asal tidak diketahui.
Keterbatasan membedakan Glioblastoma dan Metastasis dari citra MRI menyebabkan dilema
klinis karena keduanya memiliki penanganan lanjut yang berbeda. Standar umum
penanganan pada Tumor Glioblastoma adalah intracarnial microsurgery dan radiasi adjuvant
sedangkan penanganan Tumor Metastasis adalah stereotactic radiosurgery dan chemotherapy.

5
BAB II

LAPORAN KASUS
STATUS KEPANITERAAN KLINIK NEUROLOGI

2.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. T
Umur : 59 tahun
Tanggal Lahir : 05 Mei 1962
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Rungkang RT/RW 02/02, Kel. Rungkang, Kec. Losari, Kab.
Tegal, Jawa Tengah
Status Pernikahan : Menikah
Nomor Rekam Medis : 1009123
Tanggal Masuk RS : Minggu, 28 November 2021, Pukul 09.45 WIB
Ruang Rawat : Edelwis bawah

2.2. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan anak pasien di ICU RSUD
Kardinah Tegal pada tanggal 28 November 2021 pukul 11.00 WIB

2.2.1 Keluhan Utama


Pasien diantar ke IGD RSUD Kardinah Tegal dengan penurunan
kesadaran, nyeri kepala dan lemah anggota gerak

2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien diantar ke IGD RSUD Kardinah Tegal dengan keluhan, penurunan
kesadaran 2 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami kelemahan
anggota gerak sisi kiri sudah di rasakan sejak 4 hari SMRS, dan pasien merasakan
nyeri kepala sudah sejak 1 tahun yang lalu dan memberat sejak 4 bulan yang lalu,
nyeri kepala dirasakan seperti di tusuk-tusuk, dan hilang timbul, hilang biasanya
ketika pasien mengkonsumsi obat warung, sejak 4 bulan pasien mengalami nyeri
kepala yang makin memberat sehingga berobat ke dokter umum, sehingga nyeri
kepala berkurang, nyeri kepala pasien disertai gangguan pengelihatan dan nyeri

6
pada kedua mata, kelemahan anggota gerak dan penurunan kesadaran muncul
mendadak.

2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu


diabetes melitus, kolestrol tinggi ,riwayat stroke berulang, penyakit
jantung dan kejang disangkal.

2.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat kejang. Riwayat stroke, hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
jantung, dalam keluarga disangkal.

2.2.5 Riwayat Pengobatan

Pasien sering mengkonsumsi obat obatan warung untuk meredakan nyeri


kepala, dan sudah berobat 2 kali ke dokter umum

2.2.6. Riwayat Alergi


Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan maupun
makanan atau minuman tertentu.

2.2.7. Riwayat Kebiasaan


Pasien suka mengonsumsi makanan yang mengandung minyak. Pasien
tidak rajin berolahraga

2.3. Pemeriksaan Fisik

2.3.1 Keadaan Umum


IGD RSUD Kardinah Tegal, 28 November 2021
 Kesadaran : GCS 11 (E2M5V3)  Sopor
 Kesan sakit : Sakit berat
 Kesan gizi :-
o Berat Badan : Tidak dilakukan
o Tinggi Badan : Tidak dilakukan
o IMT : Tidak dilakukan

ICU RSUD Kardinah Tegal, 29 November 2021


 Kesadaran : GCS 15 (E2M4V2)
 Kesan sakit : Sakit berat
 Kesan gizi :-
7
o Berat Badan : tidak dilakukan
o Tinggi Badan: tidak dilakukan
o IMT : tidak dilakukan

Edelwis Bawah RSUD Kardinah Tegal 2 Desember 2021


 Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
 Kesan sakit : Sakit Ringan
 Kesan gizi :-
o Berat Badan : tidak dilakukan
o Tinggi Badan: tidak dilakukan
o IMT : tidak dilakukan

2.3.2. Tanda Vital


IGD RSUD Kardinah Tegal, 28 November 2021
 Tekanan Darah : 142/82 mmHg (Hipertensi emergensi >180/120)
 Laju nadi : 94x/menit (N: 60-100x/ menit)
 Laju pernapasan : 20x/menit (N: 16-20x/ menit)
 Suhu : 36˚C (N: 36,5-37,2˚C)
 SpO2 : 94% (N: 95-100%)

ICU RSUD Kardinah Tegal, 29 November 2021


 Tekanan Darah : 111/71 mmHg
 Laju nadi : 57x/menit
 Laju pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 36˚C
 SpO2 : 100%

Edelwis Bawah RSUD Kardinah Tegal, 2 Desember 2021


 Tekanan Darah : 117/82 mmHg
 Laju nadi : 62x/menit
 Laju pernapasan : 20x/menit
 Suhu : 36,1˚C

8
 SpO2 : 93%

2.3.2 Status Generalis


1) Kepala
o Bentuk : Normosefali, rambut hitam, distribusi merata
o Wajah : Simetris
o Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor
3mm/3mm, refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung (+/+)
o Hidung : Deviasi septum (-/-), deformitas (-)
o Telinga : Deformitas (-)
o Mulut : sianosis (-), deviasi lidah (-), bibir mencong (-)
2) Leher
o Trakea : Terletak di tengah
o KGB : Tidak teraba
o Tiroid : Tidak tampak pembesaran
o JVP : tidak dilakukan
3) Thoraks
o Inspeksi : Bentuk dada simetris, gerakan dinding dada simetris saat statis dan
dinamis, jejas (-), massa (-), retraksi intercostal (-)
o Palpasi : Pernapasan simetris, nyeri tekan (-/-), krepitasi (-/-)
o Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
o Auskultasi : Suara napas vesikular (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-), S1 & S2
reguler, murmur (-), gallop (-)
4) Abdomen
o Inspeksi : Datar, jejas (-)
o Auskultasi : Bising usus (+), frekuensi 1-3 kali/menit
o Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-)
o Perkusi : Timpani pada seluruh regio abdomen

5) Genitalia
o Tidak dilakukan pemeriksaan

9
6) Kelenjar Getah Bening:
o Preaurikuler : tidak teraba membesar
o Postaurikuler : tidak teraba membesar
o Superior servikal : tidak teraba membesar
o Submandibula : tidak teraba membesar
o Supraklavikula : tidak teraba membesar
o Aksila : tidak teraba membesar
o Inguinal : tidak teraba membesar
7) Ekskremitas atas dan bawah
o Capillary refill time (CRT) < 2 detik
o Edema (-) pada keempat ekstremitas
o Akral hangat (+) pada keempat ekstremitas
o Jejas (-) pada keempat ekstremitas

2.3.3 Pemeriksaan Neurologis


1) Kesadaran (GCS)
Kualitatif
 Composmentis
Kualitatif
 Eye (E) :4
 Motorik (M) :6
 Verbal (V) :5
2) Pemeriksaan Rangsang Meningeal
 Kaku kuduk : tidak dilakukan pemeriksaan
 Brudzinski I : tidak dilakukan pemeriksaan
 Brudzinski II : tidak dilakukan pemeriksaan
 Brudzinski III : tidak dilakukan pemeriksaan
 Brudzinski IV : tidak dilakukan pemeriksaan
 Kernig sign : tidak dilakukan pemeriksaan
 Laseque test : tidak dilakukan pemeriksaan
3) Pemeriksaan Nervus Kranialis
 N. I (N. Olfaktorius) : Tidak dilakukan
10
 N. II (N. Optikus) : Normal
 N. III (N. Okulomotorius), N.IV (Troklearis), N.VI (Abducens)
o Ptosis : (-/-)
o Strabismus : (-/-)
o Gerakan bola mata : Tidak tampak kelainan
o Diplopia : (-/-)
o Pupil : Regular, isokor ukuran 3mm/3mm
o Refleks cahaya langsung : (+/+)
o Refleks cahaya tidak langsung : (+/+)
 N. V (N. Trigeminus)
o Motorik : Tidak terdapat deviasi rahang, M.Masseter dan
M.Temporalis teraba kuat
o Sensorik : Tidak terdapat kelainan
o Refleks kornea : Tidak dilakukan pemeriksaan
 N. VII (N. Fasialis)
o Motorik : Tidak terdapat kelainan
o Sensoris : Tidak terdapat kelainan
 N. VIII (N. Vestibulokoklearis) : Tidak terdapat kelainan
 N. IX (Glossofaringeus), N X (N. Vagus) : Tidak dilakukan pemeriksaan
 N. XI (N. Aksesorius) : Tidak dilakukan pemeriksaan
 N. XII (N. Hipoglosus): Tidak terdapat kelainan

4) Pemeriksaan Motorik
 Kekuatan otot
5555 2222

5555 2222

 Tonus otot
Normotonus Normotonus

Normotonus Normotonus

 Trofi otot
Eutrofi Eutrofi
11
Eutrofi Eutrofi

 Gerakan involunter : Tidak terdapat gerakan involunter

5) Pemeriksaan Sensoris
Ekstremitas Superior
 Sensibilitas ekseroseptif:
o Nyeri dan taktil : Normal | Hipestesi
o Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Sensibilitas propioseptif
o Tekanan : Normal | Hipestesi
o Getaran : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Sensibilitas diskriminatif : Tidak dilakukan pemeriksaan
Ekskremitas Inferior
 Sensibilitas ekseroseptif:
o Nyeri dan taktil : Normal | Hipestesi
o Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Sensibilitas propioseptif
o Tekanan : Normal | Hipestesi
o Getaran : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Sensibilitas diskriminatif : Tidak dilakukan pemeriksaan

6) Pemeriksaan Refleks
 Refleks Fisiologis
Refleks Biceps (++/++)

Refleks Triceps (++/++)

Refleks Patella (++/-)

Refleks Achilles (++/-)

 Refleks Patologis
12
Refleks Hoffman-Tromner (-/-)

Refleks Babinski (-/+)

Refleks Chaddock (-/+)

Refleks Oppenheim (-/-)

Refleks Gordon (-/-)

Refleks Schaeffer (-/-)

7) Pemeriksaan Keseimbangan dan Koordinasi


Tidak dilakukan pemeriksaan
8) Pemeriksaan Fungsi Vegetatif
 Inkontinensia urin : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Inkontinensia alvi : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Anhidrosis : Tidak dilakukan pemeriksaan
9) Pemeriksaan Fungsi Luhur
 Astereognosia : Tidak ada
 Apraksia : Tidak ada
 Afasia : Tidak ada

2.4. Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN
NO. HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
(28/11/2021)
CBC + Diff
CBC
Hemoglobin 14,6 g/dL 11,2 – 15,7
Leukosit 17,4 x10^3/uL 4,4 – 11,3
Hematokrit 43 % 37 - 47
Trombosit 220 x10^3/uL 150 - 521
Eritrosit 4,95 x10^6/uL 4,1 – 5,1
RDW 13,4 % 11,5 – 14,5
MCV 86,7 U 80 - 96
MCH 29,5 Pcg 28 - 33
MCHC 34,0 g/dL 33 -36
Diff
Neutrofil % 84,62 % 50 - 70
Limfosit % 6,8 % 25 - 40
13
Monosit % 8,2 % 2-8
Eosinofil % 0 % 2-4
Basofil % 0,2 % 0-1
Netrrofil # 10,53 x10^3/uL 2,20 – 7,91
Limfosit # 0,84 x10^3/uL 1,10 – 4,52
> 3,13 : waspada
NLR 12,4 6 – 9 : curiga
>9 : bahaya

Pemeriksaan
Hasil Nilai Rujukan Satuan
(28/11/2021)

Elektrolit
Natrium 147,0 135 – 145 mmol/L
Kalium 5,28 3.3 – 5.1 mmol/L
Klorida 116,0 96 – 106 mmol/L
SGOT 29,6 < 34 u/l U/L
SGPT 40,4 < 34 u/l U/L
Ureum 51,2 21.0 – 43.0 mg/dL

Creatinine 0,78 0.60 – 1.10 mg/dL

Pemeriksaan
Hasil Nilai Rujukan Satuan
(28/11/2021)

Glukosa Rapid 132 70 – 160 mg/dL


Desirable blood cholesterol
<200mg/dL
Kolesterol total 206 Borderline high 200-239 mg/dL
mg/dL
High >239 mg/dL
Trigliserida 94 Normal <150 mg/dL mg/dL
High 150-199 mg/dL
Hipertriglyceridemic 200-499
mg/dL

14
Very High >499 mg/dL
Asam Urat 2,9 2.6-6.0 mg/dL
Kolesterol HDL 63 42.0-88,0 mg/dL
Optimal <100 mg/dL
Near/above optimal 100-125
mg/dL
Kolesterol LDL 124 Borderline high 130-159 mg/dL
mg/dL
High 160-189 mg/dL
Very high >= 190 mg/dL

Pemeriksaa Hasil Satuan Nilai Rujukan


n
CEA <1,00 Ng/mL <4,00

15
2.4.1. Pemeriksaan Radiologi
a. CT-Scan Kepala tanpa kontras (30/11/21)

Deskripsi:
o Tampak spot hipodens pada capsula externa dextra
o Tampak lesi hiperden pada sub cortical lobus parietalis dextra
o Tampak hipodens pada sekitar lesi
o Sistema ventrikel sempit
o Struktur median deviasi ke kiri

Kesan: Massa cerebri pada sub cortical lobus parietalis dextra

16
2.5.Diagnosis
1) Diagnosis Klinis
o Hemiparesis Sinistra
o Hemihipestesi Sinistra
o Cepalgia skunder
2) Diagnosis Topis
o Sub kortikal lobus parietalis dextra
3) Diagnosis Etiologi
o Tumor

2.6. Tatalaksana
1) Non-medikamentosa
o Menjelaskan tentang diagnosis, faktor risiko, tatalaksana, prognosis
o Tirah baring
o Melakukan rehabilitasi medik seperti latihan ROM secara rutin
o Latihan penguatan sisi tubuh yang lemah secara bertahap
o Diet : memperbanyak konsumsi buah dan sayur
o Konsultasi ke dokter spesialis saraf
2) Medikamentosa

ICU 28/11/21 Edelwis Bawah 2/12/21


o O2 3L/menit
o O2 3 L/ menit (Nasal Kanul)
o I.V RL 20 tpm
o I.V. RL 20 tpm
o Inj. Citicolin 1 g/ 12 jam
o Inj. Ibuprofen 3x 1 amp
o Inj. Ceftriaxone 1 g/ 12 jam
o Inj. Citicoline 2x1 gram
o Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
o Inj. Dexsametason 3x 1 amp
o Inj. Dexametason 1 amp/18 ja,
o Inj. Ranitidine 2x1 amp
o Inj. Ceftriaxone 1 g 2x1 amp

17
2.7. Resume
Pasien diantar ke IGD RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 28 November 2021 pukul
09.45 WIB dengan keluhan penurunan kesadaran mendadak sejak 2 jam sebelum masuk
rumah sakit, kaki dan tangan kiri lemas sejak 4 hari SMRS. Pasien nyeri kepala sejak 1
tahun, dan mulai memberat sejak 4 bulan, nyeri kepala disertai pandangan ganda dan
buram. Pasien suka mengkonsumsi makanan yang berminyak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Sopor, tanda vital lain dan status generalis normal.
Pemeriksaan neurologis tidak didapatkan kelainan saraf kranialis, terdapat hemiparesis
sinistra, hemihipestesi sinistra, tidak di dapatkan refleks fisiologis ekstremitas bawah
sinistra, refleks patologis ditemukan pada ekstremitas bawah sinistra.
Pada pemeriksaan radiologi CT Scan kepala non-kontras diperoleh kesan Massa
cerebri pada sub cortical lobus parietalis dextra

2.8. Prognosis
o Ad vitam : dubia ad malam
o Ad functionam: dubia ad malam
o Ad sanationam: dubia ad malam

18
BAB III

PEMBAHASAN

Pasien diagnosis tumor serebri di tegak kan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan penunjang, Keluhan yang timbul dapat berupa sakit kepala, mual,
penurunan nafsu makan, muntah proyektil, kejang, defisit neurologik (penglihatan dobel,
strabismus, gangguan keseimbangan, kelumpuhan ekstremitas gerak, dsb), perubahan
kepribadian, mood, mental, atau penurunan fungsi kognitif. Pemeriksaan status generalis dan
status neurologis. Pemeriksaan Neurooftalmologi Tumor otak melibatkan struktur yang dapat
mendestruksi jaras pengllihatan dan gerakan bola mata, baik secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga beberapa tumor otak dapat memiliki manifestasi neurooftalmologi yang
khas seperti tumor regio sella, tumor regio pineal, tumor fossa posterior, dan tumor basis
kranii. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan neurooftalmologi terutama untuk
menjelaskan kesesuaian gangguan klinis dengan fungsional tumor otak. Pemeriksaan ini juga
berguna untukmengevaluasi pre- dan post tindakan (operasi, radioterapi dan kemoterapi)
pada tumor-tumor tersebut.
pada pasien ini terdapat nyeri kepala. Nyeri kepala pada tumor otak kadang-kadang
memberat meski bersifat sementara, terutama karena obstruksi sementara oleh tumor di
sistem ventrikel yang disebabkan oleh aktivitas, perubahan postur tubuh, manuver Valsalva,
batuk atau bersin. Distensi ventrikel ketiga dapat menyebabkan sakit kepala karena bentangan
arteri di sirkulasi Willis. Respons autoregulatorik serebrovaskular yang abnormal terhadap
vasodilatasi berkaitan dengan peningkatan tekanan intrakranial dan/ atau kondisi yang
mengisi ruangnya adalah mekanisme lain yang dikaitkan dengan nyeri kepala tumor otak
akut. Tingkat pertumbuhan tumor otak dapat mempengaruhi karakteristik nyeri kepala.
Tumor yang tumbuh lambat dapat beradaptasi terhadap efek massa, hingga di
kemudian hari nyeri kepala bertambah sesuai proses perjalanan penyakit. Di sisi lain, tumor
yang tumbuh cepat tidak memungkinkan adaptasi sehingga dapat menyebabkan rasa sakit
yang hebat dan tajam. Lokasi tumor otak merupakan penyebab variasi terjadinya nyeri
kepala. Tumor otak yang berada di garis tengah, intraventrikular, dan fossa posterior
umumnya diketahui menyebabkan nyeri kepala karena obstruksi aliran CSS. Telah diketahui
bahwa saraf kranial dan akar saraf servikal merupakan struktur peka nyeri, namun kompresi
19
saraf saja jarang menyebabkan nyeri kepala tumor otak. Ketika terjadi kompresi saraf
servikal akibat tumor otak, maka nyeri yang muncul dapat merupakan gejala dari nyeri
miofasial dan nyeri otot akibat kompresi saraf, serta mungkin dapat dibangkitkan oleh
tekanan eksternal atau gerakan leher
Pemeriksaan radiologi standar adalah CT scan dan MRI dengan kontras. CT scan
berguna untuk melihat adanya tumor pada langkah awal penegakkan diagnosis dan sangat
baik untuk melihat kalsifikasi, lesi erosi/destruksi pada tulang tengkorak. MRI dapat melihat
gambaran jaringan lunak dengan lebih jelas dan sangat baik untuk tumor infratentorial,
namun mempu-nyai keterbatasan dalam hal menilai kalsifikasi. Pemeriksaan fungsional MRI
seperti MRS sangat baik untuk menentukan daerah nekrosis dengan tumor yang 9 masih
viabel sehingga baik digunakan sebagai penuntun biopsi serta untuk menyingkirkan diagnosis
banding,. Pemeriksaan positron emission tomography (PET) dapat berguna pascaterapi untuk
membedakan antara tumor yang rekuren dan jaringan nekrosis akibat radiasi.
Operasi pada tumor otak dapat bertujuan untuk menegakkan diagnosis yang tepat,
menurunkan tekanan intrakranial, mengurangi kecacatan, dan meningkatkan efektifitas terapi
lain. Reseksi tumor pada umumnya direkomendasikan untuk hampir seluruh jenis tumor otak
yang operabel. Tumor otak yang terletak jauh di dalam dapat diterapi dengan tindakan bedah
kecuali apabila tindakan bedah tidak memungkinkan (keadaan umum buruk, toleransi operasi
rendah). Teknik operasi meliputi membuka sebagian tulang tengkorak dan selaput otak pada
lokasi tumor. Tumor diangkat sebanyak mungkin kemudian sampel jaringan dikirim ke ahli
patologi anatomi untuk diperiksa jenis tumor.
Kebutuhan energi dihitung menggunakan kalorimetri indirek/persamaan Harris-
Benedict/rule of thumb. Nutrisi diberikan bertahap sesuai dengan toleransi pasien. Kebutuhan
protein 1,2–2 g/BB/hari, lemak 25-30%, karbohidrat: 55-60%. 14 Mikronutrien sesuai AKG
(berasal dari bahan makanan sumber, suplementasi setelah kemoradiasi). Bila pasien
menggunakan obat golongan carbamazepin, fenobarbital, fenitoin perlu tambahan suplemen
vitamin D dan kalsium untuk mencegah gangguan tulang. Pasien dengan terapi fenitoin perlu
ditambahkan suplementasi vitamin B1 dan asam folat 1 mg/hari. Nutrien spesifik:
eicosapetanoic acid hingga 2 g/hari, asam amino rantai bercabang 12 g/hari.
Pasien dengan tumor otak dapat mengalami gangguan psikiatri hingga 78%, baik
bersifat organik akibat tumornya atau fungsional yang berupa gangguan penyesuaian, depresi,
dan ansietas. Hal ini dapat menghambat proses tatalaksana terhadap pasien. Oleh karena itu,
diperlukan pendampingan mulai dari menyampaikan informasi tentang diagnosis dan
20
keadaan pasien (breaking the bad news) melalui pertemuan keluarga (family meeting) dan
pada tahap-tahap pengobatan selanjutnya. Pasien juga dapat diberikan psikoterapi suportif
dan relaksasi yang akan membantu pasien dan keluarga, terutama pada perawatan paliatif.
Pada kasus ini diberikan pengobatan ibuprofen untuk mengatasi cefalgia pada pasien,
dexsametason diberikan untuk mengurangi edema dan menurunkan tekanan intracranial pada
pasien, pemberian citikolin Citicolin adalah Senyawa ini memiliki efek untuk melindungi
otak, mempertahankan fungsi otak secara normal, serta mengurangi jaringan otak yang rusak
akibat cedera. Selain itu, citicolin mampu meningkatkan aliran darah dan konsumsi oksigen
di otak. Sebenarnya, citicolin merupakan senyawa kimia otak yang secara alami ada di dalam
tubuh manusia. Obat cefriaxone merupakan obat antibiotik golongan sefalosporin yang
bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh bakteri, ranitidine di
berikan pada pasien ini untuk mengurangi efek samping pemberian kortikosteroid yang dapat
mengiritasi lambung.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. 10.5005/jp-journals-10043-0
1 National Cancer Institute. Adult Brain Tumors Treatment. July 2015.
2. National Cancer Institute. Childhood Cerebral Astrocytoma/Malignant Glioma
Treatment. July 2015. 3
3. National Cancer Institute. Adult Brain Tumors Treatment. July 2015.
4. National Cancer Institute. Childhood Cerebral Astrocytoma/Malignant Glioma
Treatment. July 2015.
5. NCCN Clinical Practice Guidelines of Oncology. Central Nervous System Cancer.
V.I. 2015
6. Castro, MG, Cowen, R, Williamson, IK, et al. Current and Future Strategies for the
Treatment of Malignant Brain tumors. Elsevier science inc, 2003.
7. Rees, Jeremy. Neurological Oncology. Medicine 32:10. 2004
8. Louis DN, Ohgaki H, Wiestler OD, Cavenee WK. WHO Classification of Tumours of
The Central Nervous System. 4th Edition. Lyon : IARS Press, 2007
9. Bozzeti F. Nutritional support of the oncology patient. Critical Reviews in
Oncology/Hematology 2013;87:172-200
10. Miller KR, Wischmeyer PE, Taylor B, McClave SA. An Evidence-Based approach to
perioperative

22

Anda mungkin juga menyukai