Pembimbing :
Disusun Oleh
Danang Galih P 031052110082
Penyusun:
Danang Galih P 031052110082
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan kepaniteraan klinik
Departemen Ilmu Penyakit Saraf di RSAL Mintohardjo periode 19 Desember – 21
Januari 2023
Pembimbing
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus pasien pada kepaniteraan klinik bagian
Saraf di RSAL Mintohardjo.
Tugas laporan kasus ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada para pembimbing
yang sudah meluangkan waktunya dan ilmunya yaitu dr Budi Wahjono Sp.S , serta
teman-teman coass kepaniteraan klinik di bagian ilmu penyakit saraf yang telah
membantu dan memberi dukungan kepada penulis. Semoga Allah SWT membalas
kebaikan atas bantuannya selama ini.
Penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat membantu menambah ilmu
pengetahuan dan pemahaman mengenai materi ini, serta salah satunya untuk memenuhi
tugas di kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit saraf RSAL Mintohardjo. Penulis
menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan laporan kasus ini, diharapkan
saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan penulisan ini.
Demikian yang penulis dapat sampaikan, semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat dan digunakan sebagaimana mestinya.
Penulis,
Danang Galih P
II
DAFTAR ISI
III
BAB I
PENDAHULUAN
Data World Stroke Organization menunjukkan bahwa setiap tahunnya ada 13,7
juta kasus baru stroke, sekitar 70% penyakit stroke dan 87% kematian dan disabilitas
akibat stroke terjadi pada negara berpendapatan rendah dan menengah. Lebih dari
empat dekade terakhir, kejadian stroke pada negara berpendapatan rendah dan
1
menengah meningkat lebih dari dua kali lipat. Sementara itu, kejadian stroke
menurun sebanyak 42% pada negara berpendapatan tinggi. Selama 1 5 tahun
terakhir, rata-rata stroke terjadi dan menyebabkan kematian lebih banyak pada
negara berpendapatan rendah dan menengah dibandingkan dengan negara
berpendapatan tinggi. Stroke sebagai bagian dari penyakit
kardioserebrovaskular yang digolongkan k dalam penyakit katastropik karena
mempunyai dampak luas secara ekonomi dan sosial. Penyakit stroke dapat
menyebabkan kecacatan permanen yang tentunya dapat mempengaruhi
produktivitas penderitanya.(1)
2
BAB II
ILUSTRASI KASUS
2.2 Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis pada Rabu, 28 Desember
2022
a. Keluhan Utama:
Pasien datang diantar keluarga dengan keluhan tiba-tiba tidak sadaarkan
diri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang:
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien mendadak tidak sadarkan diri
saat sedang menonton TV, tidak ada keluhan sebelum pasien pingsan.
Pasien langsung dibawa ke IGD RSAL mintohardjo dan setelah 3 jam tidak
sadarkan diri pasien baru sadar. Setelah sadar pasien lemas. Mual (-)
muntah (-) demam (-)
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Asma (-), Riwayat Hipertensi (+), Diabetes Melitus (+), Alergi
obat (-), Alergi makanan (-), sakit jantung (-), sakit paru (-), sakit hati (-),
sakit ginjal (-) disangkal oleh pasien.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada data
3
e. Riwayat Kebiasaan :
Tidak ada data
f. Riwayat Operasi :
Pasien pernah menjalani operasi amputasi pada kaki kiri nya
Tanda Vital
Tekanan Darah : 127/66 mmHg
Nadi : 81x/menit
Suhu : 36,4
Pernapasan : 20x/menit
Saturasi O2 : 99%
Status Generalis
Kepala : Normocephali, tidak ada deformitas pada kepala
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
Mulut : Bibir sianosis (-), pucat (-), tonsil T1-T1, Mallampati I
Leher : KGB leher tidak membesar, tidak teraba masa,
tidak terdapat deviasi trakea
Thorax
Paru : SNV (+/+) Rhonki (-/-) Wheezing (-/-)
4
Jantung : BJ I/II Regular, Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen : Bising Usus (-) Supel, Nyeri tekan (-)
Ekstremitas Atas : Akral hangat (+/+) Oedem (-/-) CRT >2 detik
Ekstremitas Bawah : Akral hangat (+/+) Oedem (-/-) terdapat luka post
amputasi pedis sinistra
5
Optikus Tidak diperiksa Tidak diperiksa
Nervus III Dextra Sinistra
Gerakan mata ke medial Normal Normal
Gerakan mata ke atas Normal Normal
Gerakan mata ke bawah Normal Normal
Bentuk pupil Isokor Isokor
Refleks cahaya langsung + +
Refleks cahaya tidak + +
langsung
Diplopia - -
Nervus IV Dextra Sinistra
Gerakan mata ke lateral Normal Normal
bawah
Nervus V Dextra Sinistra
Motorik
- Membuka dan Normal Normal
menutup mulut
- Palpasi m. Masseter & Tidak dilakukan Tidak dilakukan
temporalis Sensorik
- Kulit Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Selaput Lendir Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Refleks Kornea
- Langsung Tidak dilakukan Tidak dilakukan
- Tidak Langsung Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Nervus VI Dextra Sinistra
Gerakan Mata ke Lateral Paresis Paresis
Nervus VII Dextra Sinistra
Motorik
6
- Menyeringai Paresis N VIICentral Normal
- Kerut kening Normal Normal
- Menutup mata Normal Normal
- Meniup Sekuatnya Normal Normal
Sensorik
- Pengecapan 2/3 depan Tidak dilakukan Tidak dilakukan
lidah
7
Nervus XII Dextra Sinistra
Lidah
- Menjulurkan lidah Normal Normal
- Tremor Normal Normal
- Atrofi Normal Normal
- Fasikulasi Normal Normal
Disatria
d. Pemeriksaan Motorik
• Kekuatan Otot
5555 5555
5555 5555
• Tonus Otot
Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
• Trofi Otot
Normotrofi Normotrofi
Normotrofi Normotrofi
8
e. Pemeriksaan Sensoris
Normal
f. Pemeriksaan Refleks
• Refleks Fisiologis
- Biceps : ++ / ++
- Triceps : ++ / ++
- Patella : ++ / ++
- Achiles : ++ / ++
• Refleks Patologis
- Hoffman/Tromner : tidak dilakukan
- Babinski : (-)
- Chaddok : (-)
- Gordon : (-)
- Scaefer : (-)
g. Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium 27/12/2022
Darah Lengkap
9
Hematokrit 27 % L 37 – 42
450.000
Hitung Jenis
Basofil 0 % 0–1
Eosinofil 2 % 0–3
Neutrofil 82 % H 50 – 70
Limfosit 11 % L 20 – 40
Monosit 5 % 2–8
Kimia Klinik
10
• Pemeriksaan Radiologi
11
2. Thoraks PA
12
FOLLOW UP
Nervus Kranialis :
- Paresis N VII
Dextra Sentral
13
Motorik :
5555 5555
5555 5555
Sensorik :
Tidak dilakukan
Refleks Fisiologis :
++ ++
++ ++
Refleks Patologis :
- Babinski : (-)
- Chaddock : (-)
Kamis Lemas (+) KU : Lemah • Non convulsive • Inj Ranitidine 2x1 ampule
28/12/2022 Kejang (-) Kesadaran : seizure • Phenytoin 3x1
Pingsan (-) E4V5M6 • SNH • Asam folat 2x1 tab
14
Compos Mentis • DM • Citicoline 3x1
• B6 1x1 tab
TD : 159/82 mmHg • Clopidogrel 1x75 mg
N : 78x/menit
Sh : 36,5
RR : 20x/menit
SpO2 : 99%
Nervus Kranialis :
- Paresis N VII
Dextra Sentral
Motorik :
5555 5555
5555 5555
Sensorik :
Tidak dilakukan
15
Refleks Fisiologis :
++ ++
++ ++
Refleks Patologis :
- Babinski : (-)
- Chaddock : (-)
Jumat Lemas (-) Kejang KU : Lemah • Non convulsive • Phenytoin 3x1
30/12/2022 (-) Pingsan (-) seizure • Asam folat 2x1 tab
Kesadaran : • SNH • B6 1x1 tab
E4V5M6 • DM • Clopidogrel 1x75 mg
Compos Mentis • HT • Simvastatin 1x20 mg
TD : 153/77 mmHg
N : 76x/menit
Sh : 36,6
RR : 20x/menit
SpO2 : 99%
16
Nervus Kranialis :
- Paresis N VII
Dextra Sentral
Motorik :
5555 5555
5555 5555
Sensorik :
Tidak dilakukan
Refleks Fisiologis :
++ ++
++ ++
Refleks Patologis :
- Babinski : (-)
- Chaddock : (-)
17
RESUME
18
ASSESSMENT
Diagnosis Klinis :
PLANNING
Medikamentosa :
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
20
menutupi dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Dari lapisan
terluar ke dalam lapisan tersebut adalah: duramater, arachnoid dan pia mater.
Secara anatomis, otak dapat dibagi secara anatomis menjadi empat bagian
utama: batang otak (terdiri dari medula, pons, dan midbrain/mesensefalon,
serebelum, diensefalon (terdiri dari talamus dan hipotalamus) dan hemisfer
cerebri (terdiri dari korteks serebral, ganglia basal, white matter, hipokampus,
dan amigdala).(3,4)
Pada batang otak, terdapat inti dari berbagai saraf kranial mulai dari
nervus 3 hingga 12. Medula oblongata merupakan lanjutan dari medula spinalis
dan berfungsi sebagai pusat otonom dan pengatur fungsi-fungsi vital, seperti
pernapasan dan tekanan darah. Pons berfungsi dalam mempertahankan postur,
keseimbangan dan mengatur pernapasan. Mesensefalon berperan dalam fungsi
visual dan berperan dalam jaras-jaras auditorik.(3,4)
21
vestibuloserebelum, spinoserebelum, cerebroserebelum. V estibuloserebelum
berfungsi dalam mempertahankan keseimbangan dan pergerakan mata.
Spinoserebelum meningkatkan tonus otot dan mengkordinasikan gerakan
volunter. Sedangkan serebroserebellum berperan dalam merencanakan dan
menginisiasi aktivitas volunter dengan memberikan input ke area motorik pada
korteks. Bagian ini juga juga berperan dalam ingatan procedural.(3,4)
22
Korteks serebri merupakan bagian terbesar dari otak manusia dan dibagi
menjadi 2 hemisfer; kanan dan kiri. Bangunan yang menyatukan kedua
hemisfer tersebut disebut corpus callosum, bagian yang terdiri dari sekitar 300
juta akson saraf yang menghubungkan kedua belahan otak. Corpus callosum
disebut “information superhighway, dan memungkinkan kedua hemisfer otak
untuk berkomunikasi dan bekerja bersamaan melalui pertukaran informasi
secara konstan. Setiap hemisfer terdiri dua lapisan: lapisan luar yang tipis yang
disebut gray matter yang melapisi lapisan dalam yang tebal, atau white matter.
(3,4)
23
salurannya. Dua ventrikel yang tertutup di dalam hemisfer disebut ventrikel
lateral (ventrikel 1 dan 2). Kedua ventrikel tersebut berhubungan dengan
ventrikel ketiga melalui lubang yang disebut Foramen Monro. Ventrikel ketiga
berada di bagian tengah otak, dan dindingnya terdiri dari dua bagian penting
yaitu talamus dan hipotalamus. Ventrikel ketiga terhubung dengan ventrikel
keempat melalui tabung panjang yang disebut aquaduktus Sylvii.(3,4)
24
Otak mendapatkan perdarahan dari dua sumber utama: arteri
karotid interna dan arteri vertebralis. Arteri karotid interna bercabang
untuk membentuk dua arteri utama pada otak, yaitu arteri cerebral
anterior, dan arteri cerebral media. Sedangkan arteri vertebralis dekstra
dan sinistra akan bergabung setinggi pons, pada bagian ventral dari
batang otak, untuk membentuk arteri basilaris. Arteri basilaris bertemu
dengan cabang-cabang arteri karotid interna pada dasar otak (di sekitar
hipotalamus). Sistem perdarahan yang berbentuk seperti cincin ini
disebut circle of Willis, atau sirkulus Willisi. Pada titik tersebut, arteri
cerebral posterior dapat ditemukan, bersamaan dengan dua arteri kecil,
yaitu arteri communicans anterior dan posterior.(7)
25
akibat iskemi dapat menyebabkan perubahan sel neuron, dan jika tidak
segera diatasi, dapat menyebabkan kematian sel.(7)
26
a. Jaras Ascendens
b. Jaras Desendens
27
memodifikasi tonus otot untuk mempertahankan postur dan
keseimbangan. Traktus ini tidak mengalami persilangan.
Traktus rubrospinal berperan dalam pergerakan otot fleksor
dan ekstensor. Traktus ini dimulai dari nukleus ruber pada
mesensefalon, dan menyilang pada awal dari jaras tersebut.
Traktus retikulospinal dimulai dari reticular formation pada
batang otak, dan membantu fungsi traktus kortikospinal.
Traktus ini juga tidak mengalami persilangan.(6,8)
3.2 Stroke
3.2.1 Definisi
3.2.2 Klasifikasi
28
b. RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit): gejala
defisit neurologis yang menghilang dalam waktu lebih lama
dari 24 jam, namun tidak lebih dari 7 hari.
c. Stroke evaluasi (Progressing Stroke): stroke dengan
kelainan atau defisit neurologis yang masih berlangsung
secara bertahap, mulai dari ringan hingga semakin berat.
d. Stroke komplit (Completed Stroke): stroke dengan
manifestasi neurologis yang telah menetap dan tidak
berkembang lagi.
3.2.3 Epidemiologi
3.2.4 Etiologi
29
dapat terjadi akibat penyakit aterosklerotik, diseksi arteri, dysplasia
fibromuskular, atau kondisi inflamasi.(3,10)
3.2.6 Patogenesis
30
Penyumbatan menyebabkan sel neuron tidak mendapatkan pasokan
darah, oksigen dan juga energi.(3)
31
3.2.7 Manifestasi Klinis
32
PCA memberi suplai darah pada lobus oksipital,
thalamus, sebagian dari lobus temporalis. Manifestasi yang
sering timbul akibat kelainan pada arteri ini adalah
hemianopsia homonim. Gangguan kesadaran, gangguan
kognitif dan kebas pada sesisi sering ditemukan pada pasien-
pasien dengan gangguan ini.
d. Infark Serebelum
a. Anamnesis
33
verbal, pengertian pembicaraan dan pengenalan ruang)
hingga gangguan global seperti gangguan kesadaran.(3)
Gejala umum stroke dibelahan kiri dapat termasuk afasia,
hemiparesis kanan dan hemianopia kanan, sedangkan pada
stroke dibelahan kanan dapat terjadi hemispatial neglected
kiri, hemiparesis kiri dan hemianopia kiri. Mayoritas (90%)
stroke adalah supratentorial, dengan demikian dapat
dilakukan pemeriksaan sederhana untuk mengenali gejala
dan tanda stroke melalui singkatan FAST. F untuk facial
droop (mulut mencong/tidak simetris), A untuk arm
weakness (kelemahan pada tangan), S untuk speech
difficulties (kesulitan bicara), serta T yaitu time to seek
medical help (waktu tiba di RS secepat mungkin). FAST
memiliki sensitivitas 85% dan spesifitas 68% untuk
menegakkan stroke. Sirkulasi posterior atau stroke
infratentorial memiliki banyak gejala tambahan, termasuk
diplopia, disfagia, dismetria unilateral dan inkoordinasi serta
penurunan tingkat kesadaran. Sakit kepala, nyeri wajah atau
leher merupakan gejala tambahan, walaupun stroke biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit. (3,13) Riwayat penyakit lainnya
dan kebiasaan hidup yang menjadi faktor risiko seperti
hipertensi, diabetes, penyakit jantung, aritmia, kejang,
kebiasaan merokok dan lainnya harus digali lebih lanjut
untuk menegakkan diagnosis stroke. (12)
b. Pemeriksaan Fisik
34
gejala yang didapatkan berdasarkan anamnesis. Pemeriksaan
fisik yang utama meliputi penurunan kesadaran berdasarkan
GCS, kelumpuhan saraf kranial, kelemahan motorik, defisit
sensorik, gangguan otonom dan gangguan kognitif.(1) The
National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) paling
sering digunakan untuk mengukur tingkat keparahan stroke
dan memiliki 11 kategori dan skor yang berkisar dari 0
hingga 42. 11 kategori ini termasuk tingkat kesadaran,
evaluasi penglihatan, kelumpuhan wajah, motorik lengan,
motorik kaki, ataksia ekstremitas, sensorik, kelancaran
Bahasa, disatria dan hilangnya perhatian. Interpretasi NIHSS
sebagai berikut: Skor 0-5 sebagai transient ischemic attack
atau skor 1-5 sebagai stroke minor, skor 6-10 sebagai stroke
sedang, skor 11-20 sebagai stroke sedang-berat dan stroke
(10,13)
320 sebagai stroke berat atau mengancam nyawa.
35
Gambar 6. NIHSS Score(14)
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk memastikan
diagnosis dan mengetahui etiologi dari stroke iskemik.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah
elektrokardiogram, pencitraan otak: CT scan kepala non-
kontras, CT angiografi atau MRI dengan perfusi serta
magnetic resonance angiogram. Selain itu, dapat juga
dilakukan doppler karotis dan vertebralis, doppler
transkranial, dan pemeriksaan laboratorium(3). Pemeriksaan
laboratorium yang biasa dilakukan di IGD antara lain adalah
36
hematologi rutin, glukosa darah sewaktu, dan fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin). Di ruang perawatan, pemeriksaan
lainnya juga dilakukan, seperti gula darah puasa, gula darah
2 jam post-prandial, HbA1c, profil lipid, CRP, dan LED.
Pemeriksaan hemostasis seperti APTT dan PT dan INR, serta
enzim jantung, fungsi hati dan pemeriksaan elektrolit juga
dapat dilakukan sesuai indikasi(1). CT scan kepala atau MRI
otak direkomendasikan untuk pasien dalam waktu 20 menit
dari kejadian untuk menyingkirkan perdarahan. CT scan
kepala dapat menentukan diagnosis dengan akurasi lebih dari
95%. MRI memiliki resolusi yang lebih besar untuk
mendeteksi iskemia otak pada serangan iskemik transien
atau stroke iskemik minor dan merupakan modalitas pilihan
untuk membuat diagnosis pencitraan inklusif stroke ringan
dalam kasus di mana defisit sangat ringan.(13)
Terdapat alat bantu diagnostik klinis berupa sistem
skoring sederhana untuk menunjang dalam penegakkan
diagnosis stroke iskemik. Terdapat beberapa sistem skoring
yang dapat digunakan untuk membedakan stroke hemoragik
atau stroke iskemik yaitu skor Siriraj dan algoritma Stroke
Gadjah Mada. Untuk algortima Gadjah Mada menggunakan
variabel penurunan kesadaran ,nyeri kepala dan refleks
Babinski. Algoritma ini untuk mengatasi kelemahan dari
skoring yang memerlukan perhitungan dan pemakaian waktu
lama. (16) Pada peniliaian dari skor Siriraj, jika nilai < 1 akan
dicurigai adanya infark, jika nilai > +1 akan dicurigai adanya
perdarahan dan jika skor diantara -1 - +1 diagnosis
meragukan.(17)
37
Gambar 7. Skor Siriraj(17)
38
Gambar 8. Skor Gajahmada (18)
39
3.2.10 Tatalaksana
b. Circulation
40
stroke akut berisiko tinggi mengalami aritmia jantung dan
peningkatan biomarker jantung. Sebaliknya, atrial fibrilasi
juga dapat menyebabkan terjadinya stroke.
41
e. Pengontrolan Tekanan Darah
42
pencapaian terapi ini adalah nilai tekanan darah berkurang 10-15
persen.
f. Pengontrolan demam
43
Antipiretik diindikasikan pada pasien stroke yang
mengalami demam karena hipertermia (utamanya pada 12-
24 jam setelah onset) dapat menyebabkan trauma neuronal
iskemik. Sebuah penelitian eksprimen menunjukkan bahwa
hipotermia otak ringan dapat berfungsi sebagai
neuroprotektor.
g. Pengontrolan edema serebri
Edema serebri terjadi pada 15 persen pasien dengan
stroke non hemoragik dan mencapai puncak keparahan 72-
96 jam setelah onset stroke. Hiperventilasi dan pemberian
manitol rutin digunakan untuk mengurangi tekanan
intrakranial dengan cepat.
h. Pengontrolan kejang
Kejang terjadi pada 2-23 persen pasien dalam 24 jam
pertama setelah onset. Meskipun profilaksis kejang tidak
diindikasikan, pencegahan terhadap sekuel kejang dengan
menggunakan preparat antiepileptik tetap
direkomendasikan.
2. Penatalaksaan Khusus
a. Terapi Trombolitik
44
onset stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg) dan
10% dari dosis tersebut diberikan secara bolus IV sedang
sisanya diberikan dalam tempo 1 jam. Tiga bulan setelah
pemberian rt-PA didapati pasien tidak mengalami cacat atau
hanya minimal. Efek samping dari rt-PA ini adalah
perdarahan intraserebral, yang diperkirakan sekitar 6%.
Penggunaan rt-PA di Amerika Serikat telah mendapat
pengakuan FDA pada tahun 1996.(21) Tetapi pada penelitian
random dari European Coorperative Acute Stroke Study
(ECASS) pada 620 pasien dengan dosis t-PA 1,1 mg/kg
(maksimal 100 mg) diberikan secara IV dalam waktu tidak
lebih dari 6 jam setelah onset. Memperlihatkan adanya
perbaikan fungsi neurologik tapi secara keseluruhan hasil
dari penelitian ini dinyatakan kurang menguntungkan. Tetapi
pada penelitian kedua (ECASS II) pada 800 pasien
menggunakan dosis 0,9 mg/kg diberikan dalam waktu tidak
lebih dari 6 jam sesudah onset. Hasilnya lebih sedikit pasien
yang meninggal atau cacat dengan pemberian rt-PA dan
perdarahan intraserebral dijumpai sebesar 8,8%. Tetapi rt-
PA belum mendapat ijin untuk digunakan di Eropa.(21)
45
streptokinase 1,5 juta unit dalam waktu satu jam. Jendela
waktu 6 jam setelah onset, ternyata meningkatkan mortalitas.
Sehingga penggunaan streptokinase untuk stroke iskemik
akut tidak dianjurkan.(21)
b. Antikoagulan
1) Warfarin
2) Heparin
46
bereaksi dengan protein plasma yang terlibat dalam
proses pembekuan darah. Heparin mempunyai efek
vasodilatasi ringan. Heparin melepas lipoprotein
lipase. Dimetabolisir di hati, ekskresi lewat urin.
Wakto paruh plasma: 50- 150 menit. Diberikan tiap
4-6 jam atau infus kontinu. Dosis biasa: 500 mg
(50.000 unit) per hari. Bolus initial 50 mg diikuti
infus 250 mg dalam 1 liter garam fisiologis atau
glukose. Dosis disesuaikan dengan Whole Blood
Clotting Time. Nilai normal: 5-7 menit, dan level
terapetik heparin: memanjang sampai 15 menit.
Reaksi yang merugikan: hemoragi, alopesia,
osteoporosis dan diare. Kontraindikasi: sesuai
dengan antikoagulan oral. Apabila pemberian obat
dihentikan segala sesuatunya dapat kembali normal.
Akan tetapi kemungkinan perlu diberi protamine
sulphute dengan intravenous lambat untuk
menetralisir. Dalam setengah jam pertama, 1 mg
protamin diperlukan untuk tiap 1 mg heparin (100
unit).
c. Hemoreologi
47
mikrosirkulasi dan oksigenasi jaringan dengan cara:
meningkatkan fleksibilitas eritrosit, menghambat aggregasi
trombosit dan menurunkan kadar fibrinogen plasma. Dengan
demikian eritrosit akan mengurangi viskositas darah.
Pentoxyfilline diberikan dalam dosis 16/kg/hari, maksimum
1200 mg/hari dalam jendela waktu 12 jam sesudah onset.
d. Antiplatelet
1) Aspirin
48
Sekitar 85 persen dari obat yang diberikan dibuang lewat
urin pada suasana alkalis. Reaksi yang merugikan: nyeri
epigastrik, muntah, perdarahan, hipoprotrombinemia dan
diduga: sindrom Reye.(21) Alasan mereka yang tidak
menggunakan dosis rendah aspirin antara lain adalah
kemungkinan terjadi “resistensi aspirin” pada dosis
rendah. Hal ini memungkinkan platelet untuk
menghasilkan 12- hydroxy-eicosatetraenoic acid, hasil
samping kreasi asam arakhidonat intraplatelet (lipid –
oksigenase). Sintesis senyawa ini tidak dipengaruhi oleh
dosis rendah aspirin, walaupun penghambatan pada
tromboksan A2 terjadi dengan dosis rendah aspirin.
Aspirin mengurangi agregasi platelet dosis aspirin 300-
600 mg (belakangan ada yang memakai 150 mg) mampu
secara permanen merusak pembentukan agregasi
platelet. Sayang ada yang mendapatkan bukti bahwa
aspirin tidak efektif untuk wanita.(21)
49
nonfatalitas stroke dalam 3 tahun dan dalam 10
persen untuk grup tiklopidin dan 13 persen untuk
grup aspirin. Risiko relatif berkurang 21 persen
dengan penggunaan tiklopidin. Efek samping
tiklopidin adalah diare (12,5 persen) dan netropenia
(2,4 persen). Bila obat dihentikan akan reversibel.
Pantau jumlah sel darah putih tiap 15 hari selama 3
bulan. Komplikasi yang lebih serius, tetapi jarang,
adalah purpura trombositopenia trombotik dan
anemia aplastik.(23)
e. Terapi Neuroprotektif
` 2. Terapi Non-Farmakologi
a. Pembedahan
50
b. Pencegahan primer dilakukan dengan menerapkan pola
hidup sehat rendah lemak dan kolesterol. Makanan yang
dapat menurunkan kadar kolesterol diantaranya serat, oat
(beta glucan), konsumsi vitamin B6, vitamin B12, asam
folat, dapat membantu menurunkan risiko stroke.
c. Kurangi asupan natrium (<6gr/hari) dan menambah asupan
kalium >4,7gr/hari).
d. Istirahat cukup (6-8 jam/hari) dianjurkan bagi penderita
stroke dan mengelola stress dengan baik.
e. Berhenti merokok.
f. Rehabilitasi komunikasi dan program olahraga terapeutik.
3.2.11 Komplikasi
51
penurunan neurologis dan berkisar dari petekie kecil
sampai perdarahan hematoma yang memerlukan
evakuasi.
3. Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke
periode pemulihan. Post- stroke iskemik biasanya
bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien yang
mengalami serangan stroke berkembang menjadi
chronic seizure disorders. Kejang sekunder dari stroke
iskemik harus dikelola dengan cara yang sama seperti
gangguan kejang lain yang timbul sebagai akibat
neurologic injury.
3.2.12 Prognosis
52
4.1 Stroke Kardioembolik
53
a. Kelainan jantung yang dapat menyebabkan
kardioemboli : (27)
• Fibrilasi atrium
• Aneurisma atrium
• Myxoma atrium
• Infark miokardium
• Aneurisma ventrikel
• Diskinesia dinding ventrikel
54
setiap sumber kardioemboli harus ditentukan sendiri. Emboli
yang terbentuk akibat abnormalitas atrium dipicu oleh stasis
darah, sedangkan yang disebabkan oleh abnormalitas katup
disebabkan oleh abnormalitas endotel yang mengakibatkan
perlengkatan berbagai material pada sisi bebasnya. Sifat
emboli bergantung pada sumbernya, misalnya partikel
kalsifikasi pada katup jantung yang terkalsifikasi dan contoh
lainnya berupa sel-sel neoplasma pada kasus myxoma
(Gofir, 2009).
55
REFERENSI
56
13. Boehme A, Esenwa C, Elkind M. Stroke Risk Factors, Genetics, and
Prevention. Circ Res. 2017 Feb 3; 120(3): 472–495. doi:
10.1161/CIRCRESAHA.116.308398
14. Khaku AS, Tadi P. Cerebrovascular Disease. [Updated 2021 Aug 11]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan- .
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430927/
15. Musuka TD, Wilton SB, Traboulsi M, Hill MD. Diagnosis and management of
acute ischemic stroke: speed is critical. CMAJ. 2015;187(12):887-893.
doi:10.1503/cmaj.140355.
16. C. Denier, C. Flamand-Roze, F. Dib, et al. Aphasia in stroke patients: early
outcome following thrombolysis. Aphasiology 2014:1-15, DOI:
10.1080/02687038.2014.971220
17. Tomandl B, Klotz E, Phys D, et al. Comprehensive Imaging of Ischemic Stroke
with Multisection CT. Radiographics 2003;23(3):565-92
18. Fakhruddin H, Nurmalia L. Perbandingan Uji Diagnostik Siriraj Stroke Score
dan Algoritma Stroke Gadjah Mada sebagai Prediktor Jenis Stroke di RS Sentra
Medika Bekasi. JK Unila 2019;3(2):251-7
19. Chukwuonye I, Ohagwu K, Uche E, Chuku A, Nwanke R, Ohagwu C, Ezeani
I, Nwabuko CO, Nnoli M, Oviasu E, Ogah O. Validation of Siriraj Stroke Score
in southeast Nigeria. Int J Gen Med. 2015;8:349-353
https://doi.org/10.2147/IJGM.S87293
20. Lamsudi R. Algoritma stroke Gadjah Mada. BI Ked 1996;28(4):181-7
21. Caplan LR. Caplan’s stroke. Elsevier. Philadelphia; 2009
22. Misbach JS, Aliah A, Alfa A, et al. Guideline stroke tahun 2011.
Jakarta:PERDOSSI; 2011
23. Edward C. Ischemic Stroke Treatment & Management. Medscape; 2020
24. Chris T, Frans L, Sonia H, et al. Kapita Selekta essentials medicine 4th
ed.Media Aesculapius; 2014
57
25. Martin J, Desmond J. Ticlopidine and Clopidogrel. AHA
journal.2009;1000:1667-72
26. Sameer B, Kiranpal S, Pooja K. Drug Treatment of Acute Ischemic Stroke.Am
J Cardiovasc Drugs. 2013; 1-22
27. Gates P. Cardiogenic stroke in, Barnett H. et al. stroke pathophysiology,
diagnosis and management, vol.2 Melbourne: Churchill Livingstone,
1986:1085-
58
59