Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY’’H’’ DENGAN


MASALAH KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR
DI RUANG LOTUS RSUP TAJUDDIN CHALID
MAKASSAR

Oleh
Kelompok 2
Ruang Lotus
Mayalika Sirumba (NS0621097) Megawati (NS0621098)
Meilani.S Woromboni (NS0621099) Melania Todadai (NS0621100)
Meylani.F.Huiselan ( NS0621101) Musdalifah (NS0621097)
Musdalifa ( NS0621106)

CI Lahan CI Institusi

(………….) (…………….)
NIP/NIDN NIP/NIDN

PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN (STIKES) NANI
HASANUDDIN MAKASSAR
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum ….., Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan Karunia-Nya sehingga laporan kelompok yang
berjudul ‘’Asuhan Keperawatan Pada Ny ‘’ H’’ dengan Masalah Gangguan
Kebutuhan Istirahat dan Tidur di RSUP Tajuddin Chalid Makassar dapat disusun
tapat pada waktu yang telah ditentukan
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.Baik dari
segi isi maupun penyusunannya.Oleh karena itu,kami mohon adanya kritikan dan
saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Demikian semoga Tuhan menerima amal baik kita dan semoga laporann ini
memberikan manfaat bagi kita semua Amin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh….

Makassar ,09 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

3
DAFTAR TABEL

4
DAFTAR LAMPIRAN

5
BAB I
LAPORAN KASUS
Seorang perempuan bernama Ny. H berusia 39 tahun masuk ke perawatan lotus
pada hari jumat tanggal 4 Maret 2022 dengan keluhan pusing, kepala sakit, mual,
dan nyeri ulu hati kurang lebih 2 minggu yang lalu. Pasien mengatakan cemas
terhadap penyakit yang di alami dan pasien juga mengatakan sulit untuk tidur dan
terbangun pada saat malam hari. Selain itu, keluarga pasien juga mengatakan
pasien pernah di rawat di rumah sakit sebelumnya sekitar 3 tahun yang lalu. Pada
saat dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil tanda-tanda vital diketahui TD :
105/70 N : 98x/menit, P : 22, S : 36,8◦C, Spo2: 99

DATA UMUM PASIEN


Nama : Ny H No. Medical Record : 089228
Umur : 39 Tahun Diagnosa Medis : Anemia +
Jenis Kelamin : Perempuan Dispepsia
Agama : Islam Tanggal Pengkajian : 04 Maret
Suku : Bugis 2022
Pendidikan : S1 Tanggal Masuk RS : 04 Maret
Pekerjaan : Guru 2022
Status Pernikahan : Cerai
Alamat : BTN Citra
Daya Permai I Blok A 13No.6
INFORMAN/KELUARGA
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Hubungan dengan Pasien : Saudara

6
GENOGRAM

? ? ? ? ?
H
42 39
S: -

12 3

= laki-laki

=perempuan

? = tidak diketahui

X = meninggal

// = cerai hidup

= garis keturunan

= Klien

KETERANGAN :
GI : Bapak klien sudah meninggal sedangkan mertua laki-lakinya
meninggal karena faktor usia dan mertua perempuannya meninggal
karena faktor usia

GII : Klien dan suami sdah bercerai

GIII : Klien mempunyai 2 orang anak

7
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan Utama : Pusing

Riwayat Keluhan Utama :


Riwayat penyakit/gejala yang pernah dialami: Klien mengatakan pernah di
opname waktu lahiran (2018) dan kecelakaan (2019)

Riwayat Penyakit/Gejala yang Pernah Dialami :


Klien masuk rumah sakit diantar oleh keluarga dengan riwayat penyakit
anemia
Riwayat opname : Keluarga pasien mengatakan,pasien pernah opname
sebelumnya.

Pernah operasi : Keluarga pasien mengatakan,pasien tidak pernah


menjalani operasi sebelumnya

Riwayat Kesehatan Sekarang :


Pasien mengatakan pusing, kepala sakit, mual, dan nyeri ulu hati kurang
lebih 2 minggu yang lalu. Pasien mengatakan cemas terhadap penyakit
yang di alami dan pasien juga mengatakan sulit untuk tidur dan terbangun
pada saat malam hari.

Riwayat alergi : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki


riwayat alergi apapun

Kesadaran: Samnolen
GCS : 11
E :3
M :4
V :4
Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Kepala
Inspeksi :
Warna rambut : Hitam

8
Kuantitas rambut : Lebat
Distribusi rambut : Merata
Bentuk Kepala : Mesocephalus
Wajah : simetris
Kulit Wajah : Warna (pucat)
Tekstur rambut : Kasar (miksedema
Kulit kepala : Tidak ada benjolan
Kulit wajah : Tekstur halus tidak ada benjolan
2. Mata
Inspeksi :
Posisi/kesejajaran : Sejajar
Alis mata : Tidak ada dermatitis seborea
Kelopak mata : Tidak ada bengkak pada tepi kelopak mata
Aparatus lakrimal : Tidak ada pembengkakan sakus lakrimalis
Kongjuntiva : Pucat
Sklera : Anemis
Kornea, iris, lensa : Tidak ada opasitas kornea
Pupil : Kesimetrisan
Otot Ekstraokuler : Refleks kornea terhadap cahaya tengah
Palpasi :
Kelopak mata : Tidak ada benjolan
3. Telinga
Inspeksi:
Aurikula : Tidak ada keloid
Liang telinga : Tidak ada serumen
Gendang telinga : Menonjol,Tidak ada kemerahan
Palpasi:
Tragus, mastoid : Tidak ada nyeri tekan
Aurikula : Tidak ada benjolan
4. Hidung dan Sinus
Inspeksi :

9
Hidung luar : Lurus
Hidung dalam : Tidak ada pembengkakan mukosa nasal, tidak ada
deviasi septum nasal, tidak ada perforasi
Palpasi :
Hidung, sinus : Tidak ada nyeri tekan,Tidak ada pembengkakan
5. Mulut dan Faring
Inspeksi :
Bibir : Kering
Mukosa oral : Tidak ada luka
Gusi : Tidak ada gingivitis
Gigi : gigi nampak bersih
Palatum : Tidak ada torus palatinesatau
Lidah : Selaput putih
Dasar mulut : Tidak ada benjolan
Faring : Tidak terdapat kemerahan
Palpasi :
Bibir, mukosa oral : Tidak ada benjolan
Lidah : Tidak ada benjolan
6. Toraks dan Paru
Inspeksi :
Toraks, gerak nafas : Tidak ada deformitas , Pengembangan dada
simetris kiri dan kanan, Tidak ada Retraksi
inspirasi supraklavikular, tipe jalan napas spontan
melalui hidung mulut dan irama pernapasan 1 : 2
(ekspirasi lebih pendek daripada inspirasi).
Bentuk dada pasien : Normochest
Dada Posterior : Tidak ada deformitas, tidak ada retraksi inspirasi
supraklavikular, tidak ada kelambanan gerak
pernapasan unilateral
Palpasi
Dada : Tidak ada nyeri tekan ,

10
Auskultasi :
Frekuensi dan irama : 22 x/menit
Bunyi nafas : Bronkovesikular
Bunyi nafas tambahan : tidak ada
7. Payudara dan Aksila
Inspeksi
Payudara : Simetris
Wanita : Tidak ada kanker
Putting : Ukuran Kecil bentuk bulat , tidak ada ruam, tidak
ada ulkus
Aksila : Tidak ada ruam,Tidak ada pigmentas,Tidak ada
limfadenopati
8. Abdomen
Inspeksi :
Kulit : Tidak ada jaringan parut
Umbilikus : Tidak ada hernia
Pulsasi : Tidak ada peningkatan aneurisma aorta
Auskultasi :
Bruit : Tidak terdengar
Perkusi :
Abdomen : Bunyi timpani
Palpasi :
Ringan : Tidak ada nyeri tekan
Dalam : Tidak ada tumor/
Dinding abdomen : Tidak kaku seperti papan
Hati : Tidak ada tumor
Limpa : Tidak teraba miring ke kanan, tungkai fleksi pada
pinggang dan lutut
Ginjal : Tidak ada pembesaran
Aorta : Tidak ada pulsasi aorta
Ascites : Tidak adapergeseran bunyi pekak

11
12. Ekstremitas
Inspeksi
Bahu : Tidak ada dislokasi
Siku : Tidak ada dislokasi
Pergelangan tangan : tidak terdapat lecet
Pinggul : tidak ada dislokasi
Lutut : tidak ada dislokasi
Palpasi
Bahu, Siku, Pergelangan : Tidak ada benjolan, Tidak ada nyeri tekan
Pinggul, lutut, pergelangan : Tidak ada benjolan
Kebutuhan Dasar
1. Nutrisi
 TB : 160 Cm BB : 51 Kg IMT: 19,9 Kg/cm2
 Kebiasaan makan : Klien mengatakan selama sakit klien tidak
nafsu makan(teratur/tidak teratur)
Keluhan Saat ini : tidak nafsu makan
 Konjungtiva : pucat
 Sklera : anemis
 Pembesaran tyroid : tidak ada pembesaran tyroid
 Hernia / massa : tidak ada massa
 Holitosis : tidak ada hilitosis
 Kondisi gigi/gusi : gigi nampak bersih dan gusi terlihat pucat
 Penampilan lidah : pucat
 Bising usus : Meningkat 20x/menit
 Makanan yang disukai : kapurung
2. Cairan
 Kebiasaan minum : Susu 1500 ± cc/hari
 Turgor kulit : Kering dan pucat
 Warna : kuning langsat
 CRT : <2 detik

12
 Mata cekung : Ya
 Asites : Tidak terdapat asites
 Penggunaan Kateter : Tidak ada penggunaan keteter
3. Eliminasi
 BAB : Klien mengatakan jarang BAB
 Warna : kuning
 Konsistensi : padat
 Bau : khas
 BAK : 3x/hari
 Warna : kuning pekat
 Bau : aromatik
 Tampilan : pekat
4. Oksigenasi
 Bentuk dada : simetris kiri dan kanan
 Jenis pernafasan : pernapasan dada
 SPO2 : 99
 Sputum : tidak ada
Sirkulasi oksigenasi : Akral dingin
5. Istirahat dan Tidur
 Kebiasaan tidur : Malam (Jam: 2.00 s/d 05.00)
Siang (jarang tidur)
 Lama tidur : Malam 3 jam Siang :tidak menentu
6. Personal Hygiene
 Kebiasaan Mandi
 Sebelum Masuk RS :2x sehari
 Setelah masuk RS : Lap badan mengguna washlap/tissu basah
 Kebiasaan Mencuci rambut
 Sebelum Masuk RS :3x seminggu
 Setelah masuk RS : Belum pernah selama di rawat

13
 Kebiasaan Memotong Kuku
 Sebelum Masuk RS :1x seminggu
 Setelah masuk RS : Belum pernah potong kuku
 Kebiasaan mengganti baju
 Sebelum Masuk RS :2-3x sehari
 Setelah masuk RS : 1x sehari
7. Aktivitas – Latihan
 Aktivitas waktu luang : Bermain dengan anak
 Aktivitas / Hoby : membaca buku
 Kesulitan bergerak : Klien tidak kesulitan dalam bergerak
 Tremor : tidak ada tremor
 Keluhan saat ini : Kelemahan dan kelelahan
 Pelaksanaan aktivitas :Parsial
Terapi
Farmakologi
Ivfd RL 28 jam+ adona
Inj. Ranitidin 1amp/iv
PCT infus bila 37 atau 38 ̊c
Omeprazole 1 cc/ jam / sp

Pemeriksaan Diagnostik
1. Tanda-tanda Vital:
 Tekanan Darah : 102/62 mmHg
 Nadi : 87 x/mnt
 Pernapasan : 20x/mnt
 Suhu : 36,8⁰c
 Spo2 : 99
2. Pemeriksaan Diagnostik:

14
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai
rujukan
Hematologi
Hematologi lengkap
Darah rutin
WBC 4.3 10ˆ3/uL 4.0-10.0
RBC L1.43 10ˆ6/uL 4.20-5.40
HB LL 4.9 g/dL 12.0-16.0
HCT L 15.2 % 34.0-45.0
MCV H 106.3 fL 80.0-95.0
MCH H 34.3 Pg 25.6-32.2
MCHC 32.2 g/L 32.2-35.5
PLT L 131 10ˆ3/uL 150-400
RDW-SD H 79.0 fL 37-54
RDW-CV H 22.6 % 10.0-15.0
PDW 11.0 fL 10.0-18.0
MPV 9.3 fL 9.0-13.0
P-LCR 23.7 % 13.0-43.0
PCT L 0.12 % 0.17-0.35
Hitung Jenis
Neutrofil 64.0 % 50-70
Limfosit 26.0 % 20-40
Mixed 10.0 % 1.0-15.0
NLR 2.0
Kimia Darah
Glukosa sewaktu 87 mg/dL <140

15
3. Psikososial
a. Bagaimana klien menghadapi penyakit yang di deritanya?
Klien mengatakan stress terhadap penyakit yang dialami
b. Apakah tugas atau peran yang di emban pasien dalam
keluarga/kelompok/masyarakat?
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga sekaligus tulang puggung
keluarga
c. Bagaimana inisiatif pasien dalam memenuhi tugas atau peran dan
tanggung jawab tersebut?
Klien mengatakan tetap bekerja keras memenuhi tugas dan tanggung
jawabnya untuk anak-anaknya dan klien juga sebagai guru yang tetap
menjalankan tugasnya dengan baik.
d. Bagaimana hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat?
Hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat baik
e. Apakah kondisi ini membuat ini stress?
Klien mengatakan kondisinya saat ini membuat dia stress karena ada
banyak tugas dan peran yang terhambat karena kondisi kesehatannya

16
ANALISA DATA

No. DATA DIAGNOSIS


1 DS :- Klien mengatakan sulit tidur dan Gangguan pola tidur b.d
mudah terbangun pada saat tidur kurang kontrol tidur
- Klien mengatakan pusing

DO : - Klien nampak gelisah, lemas, dan


pucat
-

2 DS : - Klien mengatakan khawatir terhadap Ansietas b.d kebutuhan


penyakit yang dialami tidak terpenuhi
DO : - Klien nampak pucat dan tegang

17
18
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Inisial : Ny. H

No. RM : 089228

Ruangan : Lotus Dewasa

No Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan


. keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasinonal
1 2 3 4 5
1 Gangguan pola - Setelah dilakukan - Dukungan tidur - Untuk memenuhi kebutuhan tidur
tidur b.d kurang asuhan keperawatan - Edukasi aktivitas klien
kontrol tidur 1x24 jam diharapkan istirahat - Agar klien memahami pentingnya
gangguan pola tidur - Manajemen lingkungan tidurbagi kondisi kesehatan
klien dapat teratasi - Agar klien bisa istirahat dengan
tenang

2 Ansietas b.d - Setelah dilakukan - Terapi relaksasi - Untuk membuat klien lebih tenang
kebutuhan tidak asuhan keperawatan - Dukungan emosi - Agar klien dapat mengatasi emosional
terpenuhi 1x24 jam diharapkan - Dukungan pelaksanaan yang dihadapi
ansietas dapat ibadah - Agar klien dapat merasa lebih tenang
berkurang

19
IMPLEMEMTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama : Ny. H No. RM : 089228

Umur : 39 Diagnosa Medis : Anemia + Dispepsia

Jenis kelamin : Perempuan Ruang rawat : Lotus Dewasa

Hari/Tgl/ Diagnosis Implementasi Evaluasi


pukul
Kamis Gangguan pola - Melakukan dukungan tidur S: - Klien mengatakan sulit tidur dan mudah
04/03/22 tidur b.d kurang  Lakukan prosedur untuk terbangun pada saat tidur
11.25 kontrol tidur meningkatkan kenyamanan
D.0055  Jelaskan pentingnya cukup tidur
selama sakit O: - Klien nampak gelisah, lemas, dan pucat

- Mengedukasi aktivitas istirahat


 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
A: Masalah belum teratasi
menerima informasi
 Anjurkan menyusun jadwal aktifitas
dan istirahat
P : Lanjutkan intervensi
- Melakukan manajemen lingkungan
 Identifikasi keamanan dan
kenyamanan lingkungan

20
 Atur suhu lingkungan yang sesuai
Kamis Ansietas b.d - Melakukan terapi relaksasi S : Klien mengatakan khwatir terhadap penyakit
04/03/22 kebutuhan tidak  Menciptakan lingkungan tenang dan yang dialami
20.00 terpenuhi nyaman
D.0080  Tidakmampuan berkonsetrasi atau O : Klien nampak pucat dan tegang
gejala lain yang menganggu
kemampuan koknitif A :Masalah belum teratasi

- Melakukan dukungan emosional


P : Lanjutkan intervensi ansietas
 Fasilitasi mengungkapkan perasaan
cemas, marah atau sedih
 Ajurkan mengungkapkan perasaan
yang dialami (mis. Asietas, marah dan
sedih)
- Melakukan dukungan ibadah
 Identifikasi kebutuhan pelaksaan
ibadah sesuai agama yang di anut
 Fasilitasi penggunaan ibadah sebagai
sumber koping

Jumat Gangguan pola - Melakukan dukungan tidur S: - Klien mengatakan sulit tidur dan mudah
05/03/22 tidur b.d kurang  Lakukan prosedur untuk terbangun pada saat tidur

21
kontrol tidur meningkatkan kenyamanan
D.0055  Jelaskan pentingnya cukup tidur
selama sakit O: - Klien nampak gelisah, lemas, dan pucat

- Mengedukasi aktivitas istirahat


 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
A: Masalah belum teratasi
menerima informasi
 Anjurkan menyusun jadwal aktifitas
dan istirahat
P : Lanjutkan intervensi
- Melakukan manajemen lingkungan
 Identifikasi keamanan dan
kenyamanan lingkungan
 Atur suhu lingkungan yang sesuai
Jumat Ansietas b.d - Melakukan terapi relaksasi S : Klien mengatakan khwatir terhadap penyakit
05/03/22 kebutuhan tidak  Menciptakan lingkungan tenang dan yang dialami
terpenuhi nyaman
D.0080  Tidakmampuan berkonsetrasi atau O : Klien nampak pucat dan tegang
gejala lain yang menganggu
kemampuan koknitif A :Masalah belum teratasi

- Melakukan dukungan emosional


P : Lanjutkan intervensi ansietas
 Fasilitasi mengungkapkan perasaan
cemas, marah atau sedih

22
 Ajurkan mengungkapkan perasaan
yang dialami (mis. Asietas, marah dan
sedih)
- Melakukan dukungan ibadah
 Identifikasi kebutuhan pelaksaan
ibadah sesuai agama yang di anut
 Fasilitasi penggunaan ibadah sebagai
sumber koping

Sabtu Gangguan pola - Melakukan dukungan tidur S: - Klien mengatakan sudah bisa tidur
06/03/22 tidur b.d kurang  Lakukan prosedur untuk
kontrol tidur meningkatkan kenyamanan
D.0055  Jelaskan pentingnya cukup tidur O: - Klien nampak tidak gelisah lagi,tidak lemas lagi,

selama sakit namun masih terlihat pucat

- Mengedukasi aktivitas istirahat


 Identifikasi kesiapan dan kemampuan
A: Sebagian masalah teratasi
menerima informasi
 Anjurkan menyusun jadwal aktifitas
dan istirahat
P : Pertahankan intervensi
- Melakukan manajemen lingkungan
 Identifikasi keamanan dan

23
kenyamanan lingkungan
 Atur suhu lingkungan yang sesuai
Sabtu Ansietas b.d - Melakukan terapi relaksasi S :- Klien mengatakan masalah cemas sudah mulai
06/03/22 kebutuhan tidak  Menciptakan lingkungan tenang dan kurang
terpenuhi nyaman
D.0080  Tidakmampuan berkonsetrasi atau O :- Klien nampak masih pucat dan namun sudah
gejala lain yang menganggu tidak terlalu tegang
kemampuan koknitif
- Melakukan dukungan emosional A : Sebagian masalah teratasi

 Fasilitasi mengungkapkan perasaan


P : Pertahankan intervensi
cemas, marah atau sedih
 Ajurkan mengungkapkan perasaan
yang dialami (mis. Asietas, marah dan
sedih)
- Melakukan dukungan ibadah
 Identifikasi kebutuhan pelaksaan
ibadah sesuai agama yang di anut
 Fasilitasi penggunaan ibadah sebagai
sumber koping

24
25
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit/Kasus

1. Pengertian Istirahat

Istirahat merupakan kondisi tubuh tenang, relaks dan tidak ada tekanan
emosional ataupun rasa gelisah. Keadaan isitirahat juga dapat diartikan berhenti
sebentar melakukan sesuatu untuk melepas lelah, bersantai dan menyegarkan diri,
ataupun terlepas dengan keadaan yang membosankan dan menyulitkan. (Kasiati &
Rosmalawati, 2016).

2. Pengertian Tidur

Tidur adalah keadaan dimana seseorang tidak sadar dan dapat bangun dengan
diberikan stimulus ataupun ransangan ataupun dapat dikatakan sebagai keadaan
tidak sadarkan diri yang relatif. (Kasiati & Rosmalawati, 2016)

3. Faktor yang Mempengaruhi Kuantitas dan Kualitas Tidur

a. Penyakit

b. Lingkungan

c. Latihan dan Kelelahan

d. Gaya Hidup

e. Stress Emosional

f. Stimulant dan Alkohol

g. Diet

h. Merokok. (Kasiati & Rosmalawati, 2016)

4. Gangguan Tidur yang Umum Terjadi

a. Insomnia

Insomnia adalah kebutuhan tidur yang tidak cukup secara kualitas maupun

26
kuantitas. Gangguan ini disebabkan oleh gannguan secara fisik ataupun faktor
mental.

b. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan kebalikan dari insomnia, dimana seseorang


mengalami kelebihan tidur terutamaan saat siang hari. Gangguan ini biasanya
disebabkan seperti kerusakan saraf yang menyebabkan periode tidur REM
terganggu.

c. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan rasa kantuk yang tidak tertahankan yang muncul


secara tiba-tiba. Gangguan tidur ini juga sering disebut dengan “sleep attack”.
Gangguan ini juga disebabkan kerusakan secara genetik system saraf pusat
yang menyebabkan gangguan pada periode tidur REM.

d. Apnea Saat Tidur dan Mendengkur

Apnea saat tidur adalah terhentinya napas secara periodik saat tidur,
sedangkan mendengkur adalah gangguan tidur yang disebabkan adanya
hambatan dalam pengairan udara di hidung dan mulut pada saat tidur.

e. Enuresa

Enuresa merupakan buang air kecil yang tidak disadari pada saat tertidur,
gangguan ini sering disebut dengan isitilah mengompol. Enuresa terbagi atas
dua yaitu, enuresa nokturnal (mengompol saat tidur) dan enures diurnal
(mengompol saat bangun tidur). (Kasiati & Rosmalawati, 2016).

5. Patofisiologi

Patofisiologi gangguan tidur masih belum diketahui secara pasti, namun


beberapa mekanisme neurobologis dan psikologis telah diajukan. Salah satu
model yang digunakan untuk menjelaskan patofisiologi gangguan tidur adalah
model neurokognitif. Model ini menerangkan bahwa faktor predisposisi,
presipitasi, perpetuasi, dan neurokognitif adalah faktor-faktor yang mendasari
berkembangnya insomnia dan menjadikannya gangguan kronik.

27
Model lain yang bisa digunakan untuk adalah model psychobiologic
inhibition, yang menunjukkan bahwa tidur yang baik membutuhkan otomatisasi
dan plastisitas. Otomatisasi artinya bahwa inisiasi tidur dan maintenance tidur
bersifat involunter, yang dikendalikan oleh homeostatis dan regulasi sirkadian.
Plastisitas adalah kemampuan sistem tubuh untuk mengakomodasi berbagai
kondisi lingkungan. Pada kondisi normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa atensi,
niat, atau usaha). Situasi hidup yang penuh dengan stres bisa memicu berbagai
respon arousal fisiologis dan psikologis, yang menimbulkan inhibisi
terhadap de-arousal yang berhubungan dengan tidur dan menimbulkan gejala
gangguan tidur.

6. Pemeriksaan Penunjang

Salah satu pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah meminta


pasien untuk membuat sleep log, yaitu catatan harian mengenai informasi pola
dan kualitas tidur yang dialami pasien secara subyektif. Selain untuk penegakan
diagnosis, catatan ini juga bermanfaat untuk monitoring respon terapi.

a. Polisomnografi

Instrument yang dikembangkan sebagai pemeriksaan penunjang untuk


gangguan tidur adalah Polisomnografi memonitor aktivitas otak
(elektroensefalografi), gerakan bola mata (elektrookulografi), aktivitas otot
(elektromyografi), jantung (EKG), respirasi, dan saturasi oksigen Kebanyakan
gangguan tidur dapat didiagnosis dengan anamnesis saja. Namun
polisomnografi dapat bermanfaat untuk mendiagnosis jenis gangguan tidur
spesifik, misalnya obstructive sleep apnea, mengorok, dan narkolepsi.

b. Pentalaksaan Medis

Penatalaksanaan gangguan tidur sebaiknya mengedepankan pendekatan


non-farmakologis. American Family Physician baru-baru ini mendorong
klinisi untuk mengurangi pemakaian obat-obatan dalam tata laksana gangguan
tidur.

7. Terapi Nonfarmakologis
28
Terapi nonfarmakologis untuk gangguan tidur dapat berupa sleep
hygiene, cognitive behavioral therapy, dan stimulus control therapy.

a. Sleep Hygiene

Sleep hygiene mencakup perubahan gaya hidup, seperti kontrol


diet, olah raga teratur, mengurangi penggunaan stimulant dan alkohol.
Faktor lingkungan yang mungkin mengganggu tidur (misalnya suara,
cahaya, dan temperature) juga dikendalikan. Selain itu juga disarankan
untuk menghindari tidur siang dan makan malam yang berat.

b. Stimulus Control Therapy

Pasien yang mengalami gangguan tidur kronis cenderung


mengalami conditioning antara lingkungan tempat tidur dan jam tidur
dengan perilaku-perilaku yang bisa mengganggu tidur, seperti khawatir,
membaca, menggunakan smartphone, atau menonton TV di tempat
tidur. Stimulus control therapy ditujukan untuk menghilangkan perilaku-
perilaku yang mengganggu tidur ini dari tempat dan jam tidur. Instruksi
untuk terapi ini mencakup:

1. Berbaring di tempat tidur hanya ketika sudah mengantuk

2. Hindari aktivitas yang membuat tetap terjaga di tempat tidur

3. Tidur hanya di kamar tidur dan bukan di tempat lain, seperti sofa

4. Segera meninggalkan tempat tidur setelah bangun

5. Hanya masuk ke kamar tidur ketika sudah mengantuk

6. Selalu bangun pada waktu yang sama, meskipun jumlah jam tidur
malam berbeda-beda (dengan tanpa mempedulikan jumlah jam tidur
malam)

7. Hindari tidur di siang hari.

c. Sleep Restriction

29
Terapi ini dilakukan dengan membatasi waktu terjaga di tempat tidur
sebelum tidur. Sebelum terapi dimulai, pasien diminta membuat sleep
log selama 2 minggu untuk mengetahui perbandingan waktu benar-benar
tidur di tempat tidur dibandingkan dengan seluruh waktu yang dihabiskan
di tempat tidur (sleep efficiency). Pasien hanya diijinkan tidur sejumlah
waktu yang dihabiskan benar-benar tidur di tempat tidur (tapi tidak boleh
kurang dari 5 jam), sehingga pasien akan mengalami deprivasi tidur dan
peningkatan dorongan untuk tidur. Bila sleep efficiency sudah mencapai
90%, maka jam tidur ditambahkan 15 menit.

d. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)

CBT untuk insomnia menggunakan pendekatan kognitif untuk


mengatasi distrosi kognitif dan miskonsepsi mengenai insomnia,
pendekatan perilaku (seperti stimulus control dan sleep restriction), dan
pendekatan edukasional (misalnya sleep hygiene). CBT untuk insomnia
bisa dilakukan secara interpersonal maupun dalam bentuk group therapy.

e. Maintenance Patensi Jalan Nafas

Untuk mereka yang mengalami gangguan tidur yang terkait dengan


gangguan jalan nafas, maka bisa dipertimbangkan untuk
pemberian dental-oral appliance, pengaturan posisi tidur, penurunan berat
badan, atau tindakan operatif.

8. Terapi Farmakologis

Obat-obatan yang bisa digunakan untuk menangani gangguan tidur adalah


benzodiazepine (alprazolam, clonazepam), agonis reseptor melatonin
(ramelteon, tasimelteon), Z-drugs (zolpidem, zopiclone, eszopiclone,
zaleplon), orexin antagonist (suvorexant), antidepresan (mirtazapine,
trazodone, amitriptyline), dan antihistamin.

Penggunaan obat sebaiknya diberikan dalam durasi singkat atau sebagai


tambahan untuk terapi nonfarmakologis. Obat dipilih dengan
mempertimbangkan

30
- Keluhan utama gangguan tidur yang dialami (misalnya kesulitan memulai
tidur atau mempertahankan tidur)

- Frekuensi terjadinya gangguan tidur (setiap malam atau intermiten)

- Durasi pemberian obat yang direncanakan

- Umur dan komorbiditas yang dimiliki pasien

Untuk pasien yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur (insomnia


inisiasi), bisa diberikan obat-obat short-acting (misalnya alprazolam,
zolpidem). Terdapat studi yang menyebutkan bahwa suplementasi
magnesium bermanfaat pada insomnia pasien dewasa, tetapi mekanisme dan
efikasinya masih membutuhkan studi lebih lanjut. Untuk pasien yang
mengalami gangguan untuk mempertahankan tidur bisa diberikan obat dengan
aksi yang lebih panjang (misalnya eszopiclone, suvorexant).

Pasien-pasien yang mempunyai komorbiditas kecemasan atau depresi, bisa


diberikan antidepresan yang mempunyai properti sedatif (misalnya trazodone,
mirtazapine). Untuk mereka yang mengalami gangguan irama sirkadian, bisa
diberikan obat golongan melatonin agonis atau orexin antagonis.

Farmakoterapi untuk narkolepsi dan hipersomnia adalah modafinil,


armodafinil, metifenidat, atau sodium oxybate. Untuk gangguan perilaku
terkait tidur REM bisa diberikan clonazepam, melatonin, agonis dopamine
(pramipexole, ropinirole), dan gabapentin.

31
B. Konsep Tindakan Keperawatan Yang Diberikan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah adalah mengumpulkan data pasien secara


objektif dan subjektif yang dilakukan penilaian secara keseluruhan (fisik,
psikosisosial, spiritual dan kultural) serta mengumpulkan informasi peluang
promosi kesehatan, risiko dan potensi masalah keperawatan lainnya. (Herdman
& Kamitsuru,2015)

Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai


gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkajian mengenal:

a. Riwayat tidur

1) Pola tidur, seperti jam berapa klien masuk kamar untuk tidur, jam
berapa biasa bangun tidur, dan keteraturan pola tidur klien;
2) Kebiasaan yang dilakukan klien menjelang tidur, seperti membaca buku,
buang air kecil, dan lain-lain;
3) Gangguan tidur yang sering dialami klien dan cara mengatasinya;

4) Kebiasaan tidur siang; apakah klien biasa tidur siang? Jam berapa?
Berapa lama?
5) Lingkungan tidur klien. Bagaimana kondisi lingkungan tidur apakah
kondisinva bising, gelap, atau suhunya dingin? dan lain lain;
6) Peristiwa yang baru dialami klien dalam hidup. Perawat mempelajari
apakah peristiwa, yang dialami klien, yang menyebabkan klien
mengalami gangguan tidur?;
7) Status emosi dan mental klien. Status emosi dan mental memengaruhi
terhadap kemampuan klien untuk istirahat dan tidur. Perawat perlu
mengkaji mengenai status emosional dan mental klien, misalnya apakah
klien mengalami stres emosional atau ansietas?, juga dikaji sumber stres
yang dialami klien.
b. Perilaku deprivasi tidur yaitu manifestasi fisik dan perilaku yang timbul
sebagai akibat gangguan istirahat tidur, seperti:
1) Penampilan wajah, misalnya adakah area gelap di sekitar mata, bengkak
32
di kelopak mata, konjungtiva kemerahan, atau mata yang terlihat cekung;
2) Perilaku yang terkait dengan gangguan istirabat tidur, misalnya apakah
klien mudah tersinggung, selalu menguap, kurang konsentrasi, atau
terlihat bingung;
3) Kelelahan, misalnya apakah klien tampak lelah, letih, atau lesu.

c. Gejala Klinis Gejala klinis yang mungkin muncul: perasaan lelah, gelisah,
emosi, apetis, adanya kehitaman di daerah sekitar mata bengkak, konjungtiva
merah dan mata perih, perhatian tidak fokus, sakit kepala.
d. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia,
somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dan lain-
lain.
e. Pemeriksaan fisik

1) Tingkat energi, seperti terlihat kelelahan, kelemahan fisik, terlihat lesu.

2) Ciri-ciri diwajah, seperti mata sipit, kelopak mata sembab, mata merah,
semangat.
3) Ciri-ciri tingkah laku, seperti oleng/ sempoyongan, menggosok-gosok
mata, bicara lambat, sikap loyo. Data penunjang yang menyebabkan
adanya masalah potensial, seperti obesitas, deviasi septum, TD rendah, RR
dangkal dan dalam
2. Diagnosa keperawatan Diagnosis keperawatan yang mungkin ditemukan pada
klien dengan gangguan pemenuhan istirahat tidur antara lain:
a. Gangguan Pola Tidur
b. Ansietas
3. Intervensi Keperawatan dan Rasional

Intervensi keperawatan merupakan tindakan keperawatan selanjutnya yang


dilakukan setelah merumuskan diagnosa keperawatan. Dalam perumusan
intervensi keperawatan harus sesuai dengan diagnosis yang mendesak, tingkat
pemenuhan batasan karakteristik yang tinggi, faktor berhubungan barulah
kemudian faktor yang berisiko. Hal ini agar proses keperawatan yang dilakukan
spesifik dan dilakukan secara berurutan. (Herdman & Kamitsuru, 2015)

33
Intervensi keperawatan ialah segala rencana dan perlakuan yang diberikan oleh
perawat kepada pasien dengan berdasarkan ilmu pengetahuan untuk mencapai
tujuaan (outcome). Sedangkan tindakan keperawatan adalah tindakan yang
dilakukan perawat sebagai bentuk pengimplementasian dari intervensi
keperawatan. (PPNI, 2018)

4. Implementasi

Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan seluruh intervensi keperawatan


yang telah direncanakan oleh perawat kepada pasien. Dalam melakukan
pengimplementasian dilaksanakan sesuai dengan “validasi, penugasan,
keterampilan interpersonal, intelektual, dan teknikal”. (Rohayati, 2019)

Implementasi dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur yaitu dilakukan


sesuai dengan intervensi dan kebutuhan pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan bentuk tindakan keperawatan yang terakhir


setelah melakukan pengkajian hingga implementasi keperawatan, dengan tujuan
untuk mengevaluasi ataupun sebagai bentuk penilaian terhadap proses
keperawatan yang telah dilakukan. (Herdman & Kamitsuru, 2015)

Hal yang perlu dievaluasi dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur pada
pasien yaitu menggunakan format SOAP:

S: Pasien mengatakan dapat tidur dalam jangka waktu 20-30 menit, pada
waktu tidur tidak sering terbangun, jika terbangun akan mudah tidur
kembali, meningkatnya waktu tidur sesuai yang diharapkan, mengingat
kembali mimpi yang dialaminya, menyatakan perasaannya tenang
sesudah tidur, bebas dari kecemasan dan depresi, dapat bekerja dengan
baik dan penuh konsentrasi, klien dan keluarga mampu menjelaskan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan tidur

O: Pasien tampak tenang saat di wawancarai setelah bangun tidur

A: Masalah teratasi

34
P: Intervensi dihentikan. (Kasiati & Rosmalawati, 2016)

35
BAB III

ANALISIS

A. Analisi Tindakan Keperawatan Yang Diberikan Dengan Konsep dan Penelitian


Terkait
Analisa keperawatan yang diberikan dengan konsep dan penelitian terkait terapi
non farmakologis untuk meningkatkan rasa aman dan nyaman.
1. TerapiMusik
Terapi musik adalah terapi menggunakan musik untuk mengatasi berbagai
masalah sosial, emosional, dan perilaku, masalah kognitif, motorik, maupun
indrawi pada seluruh individu dari segala usia. Terapi ini sering digunakan oleh
orang-orang yang menderita penyakit tertentu, namun manfaat terapi ini dapat
dirasakan oleh semua orang.
Fungsi terapi musik :
a. Pereda nyeri
Mendengarkan musik dapat mengurangi rasa sakit yang kronis dari berbagai
kondisi, termasuk osteoarthritis, masalah sendi, dan rheumatoid arthritis hingga
21%, dan depresi hingga 25%. Terapi musik banyak digunakan untuk
mengurangi nyeri pasca operasi, melahirkan, dan juga untuk melengkapi
penggunaan anestesi selama operasi.
b. Menurunkan tekanan darah
Mendengarkan musik yang dapat merelaksasi tubuh setiap pagi dan sore
akan membuat orang yang memiliki hipertensi menurunkan tekanan darah
mereka dan tetap dalam posisi rendah. Menurut penelitian yang dilaporkan pada
pertemuan American Society of Hypertension di New Orleans, mendengarkan
musik klasik atau musik lain yang menenangkan selama 30 menit setiap hari
secara teratur dapat menurunkan tekanan darah tinggi.
c. Penyehatan jantung
Musik sangat baik untuk jantung Anda. Penelitian menunjukkan bahwa hal
yang berpengaruh adalah tempo musik, bukan genrenya. Para peneliti
memperhatikan perubahan detak jantung anak-anak muda ketika mendengarkan
6 gaya musik yang berbeda.
36
2. Mengajari terapi teknik relaksasi napas dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah.
tujuan teknik relaksasi napas dalam adalah untuk meningkatkan ventilasi
alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi paru, meningkatkan
efesiensi batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu
menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
3. Memberikan kompres hangat
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri pada abses,
salah satunya dengan pemberian kompres hangat. Pemberian kompres air hangat
adalah memberikan rasa hangat pada pasien dengan menggunakan cairan atau alat
yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukannya. Tujuannya
adalah memperlancar sirkulasi darah, mengurangi rasa sakit, merangsang peristaltik
usus, memperlancar pengeluaran getah radang (eksudat), memberikan rasa nyaman
atau hangat dan tenang.

B. Alternatif Pemecahan Masalah


1. Pasien di anjurkan untuk tidur sesuai dengan jam yang di tentukan
2. Pasien di anjurkan untuk melakukan aktivitas seperti membaca buku dan melakukan
aktifitas yang di sukai
3. Makan makanan kaya zat besi
Zat besi sangat diperlukan tubuh untuk menghasilkan hemoglobin di dalam sel
darah merah.
Hemoglobin adalah zat yang memberi warna merah dan memungkinkan sel darah
membawa oksigen ke seluruh tubuh Anda.

37
Maka dari itu, memperbanyak makan makanan tinggi zat besi bisa menjadi salah
satu upaya pencegahan anemia yang cukup mudah dilakukan. Beberapa makanan
yang mengandung zat besi, antara lain:
a. Daging tanpa lemak,
b. Telur,
c. Sayuran hijau, seperti bayam dan sawi, dan
d. Sereal yang diperkaya zat besi.
Menurut Angka Kecukupan Gizi (AKG) dari Kementerian Kesehatan Indonesia,
orang dewasa setidaknya butuh 26 mg zat besi per hari untuk mencegah anemia
kambuh.
4. Makan makanan mengandung vitamin B12
Cara lain untuk mencegah anemia adalah dengan makan makanan tinggi vitamin
B12.
Vitamin B12 adalah nutrisi penting yang dapat membantu menjaga kesehatan
saraf, membuat DNA, dan berperan penting dalam pembentukan sel darah merah
sehat.
Masih mengutip tabel AKG milik Kemenkes, orang dewasa disarankan
mencukupi kebutuhan vitamin B12 sebanyak 2,6 mcg setiap hari sebagai langkah
pencegahan anemia.
Sumber vitamin B12 bisa Anda dapatkan dari makanan, seperti:
a. Hati hewan, seperti sapi dan ayam,
b. Kerang laut,
c. Ikan,
d. Daging,
e. Unggas,
f. Telur, dan
g. Susu dan produk susu lainnya yang mengandung vitamin B12.
5. Makan makanan mengandung asam folat
Asam folat (vitamin B9) membantu tubuh membuat sel-sel baru, termasuk sel
darah merah baru untuk menggantikan sel darah merah yang mati. Itu sebabnya,
asam folat menjadi salah satu nutrisi penting untuk mencegah anemia.

38
Makanan yang mengandung asam folat bisa Anda dapatkan dari:
a. Sayuran berdaun hijau, seperti bayam,
b. Buah jeruk,
c. Kacang polong,
d. Roti,
e. Sereal,
f. Nasi, dan
g. Pasta.
6. Mengonsumsi makanan mengandung vitamin C
Sering mengonsumsi makanan atau buah yang mengandung vitamin C dapat
menjadi cara mencegah anemia secara alami.
Orang dewasa setidaknya butuh 75 mg vitamin C dalam sehari untuk menjaga
kesehatan sel darah dan fungsi tubuh lainnya tetap sehat.
Vitamin C berperan dalam penyerapan zat besi di dalam usus halus. Inilah
alasannya orang yang kekurangan vitamin C berisiko mengalami anemia.
7. Berikan susu sapi pada anak mulai 1 tahun ke atas
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), memberikan susu sapi pada
bayi bisa menjadi salah satu upaya pencegahan anemia sejak dini.
Namun, pastikan Anda memberikan susu sapi pada anak saat usianya setidaknya
mulai satu tahun ke atas.
Hal ini lantaran susu formula yang terbuat dari sapi memiliki kandungan zat besi
yang rendah.
Masih dari AAP, susu sapi juga dapat mengiritasi lapisan usus bayi sehingga
memicu perdarahan dan hilangnya zat besi di dalam tubuh anak.
Meski risikonya kecil, bayi yang terlalu cepat mengonsumsi susu sapi bisa
berisiko kekurangan zat besi. ASI masih menjadi asupan nutrisi terbaik untuk bayi di
bawah satu tahun.
Namun, apabila karena kondisi tertentu Anda harus memberikan susu formula
pada bayi yang belum genap 1 tahun, cobalah memberikan susu kedelai untuk
mencegah anemia.

39
Anda mungkin juga perlu berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan
pengganti ASI yang tepat sesuai dengan kebutuhan gizi bayi Anda.
8. Berhenti minum alkohol
Minuman memabukkan dinilai dapat menurunkan produksi sel darah merah di
sumsum tulang. Ini karena alkohol menyebabkan nutrisi dari makanan lain tidak
dapat terserap tubuh dengan baik.
Nutrisi yang banyak berkurang karena minum alkohol umumnya adalah vitamin
B12 dan folat.
Padahal, vitamin B12 dan asam folat sangat berguna untuk memproduksi sel darah
merah. Itu sebabnya, segeralah berhenti minum alkohol sebagai salah satu cara untuk
mencegah anemia.

40
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari asuhan keperawatan yang telah dibuat, dapat disimpulkan bahwa gangguan
pola tidur merupakan diagnosa utama dimana pasien sulit tidur dan selalu terbangun
pada malam hari.
B. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas,maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Pasien
Setelah adanya pendidikan kesehatan yang dilakukan selama proses pemberian
asuhan keperawatan diharapkan klien dan keluarga dengan mandiri untuk
mencegah,meningkatkan dan mempertahankan kesehatan baik individu ataupun
masyarakat sehingga tercapai kesehatan yang optimal.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Dapat dijadikan bahan masukan bagi perawat di rumah sakit khususnya RSUP
Tajuddin Chalid Makassar dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan pada
kasus Anemia dengan Kebutuhan dasar Gangguan Pola Tidur

41
DAFTAR PUSTAKA

Ariga, R. A. (2020). Konsep Dasar Keperawatan. (S. Z. Nasution, R. Amelia, F. A.


Ariga, & S. Ariga, Ed.). Yogyakarta: Deepublish. Diambil dari
https://books.google.co.id/books?id=sdEOEAAAQBAJ&pg=PA83&dq=buku+p
rinsip+legal+etik+keperawatan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjg8qGusJHvAhU
DIbcAHbkLAWMQ6AEwBnoECAkQAg#v=onepage&q=buku prinsip legal
etik keperawatan&f=false

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). DIAGNOSIS KEPERAWATAN : Definisi &


Klasifikasi 2015-2017. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Ed.) (Edisi 10). Jakarta:
EGC.

Kasiati, & Rosmalawati, N. W. D. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta


Selatan: Pusdik SDM Kesehatan; Badan Penegmbangan dan Pemberdayaan
Sumber Daya Manusia Kesehatan. Diambil dari
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Kebutuhan-dasar-manusia-komprehensif.pdf

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.

Rohayati, E. (2019). Keperawatan Dasar I. (A. Rahmawati, Ed.). Cirebon: Lovrinz


Publishing. Diambil dari
https://books.google.co.id/books?id=bY8dEAAAQBAJ&printsec=frontcover&d
q=Keperawatan+dasar&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiphoXMyY7vAhWG8XM
BHV9XCdYQ6AEwBHoECAUQAg#v=onepage&q=Keperawatan
dasar&f=false

42
DAFTAR LAMPIRAN

43
44

Anda mungkin juga menyukai