114
KODE PAKET DIKLAT : AA.AHP.THP.114.L1
KODE MODUL : AA.AHP.THP.114.L1.4
JENJANG DIKLAT : LANJUT
MODUL/BAHAN AJAR
Oleh:
Noni Mulyadi, S.TP., M.Si.
PENGOLAHAN KOMODITAS
BUAH-BUAHAN DAN
SAYURAN PEMBUATAN PIKEL
AA.AHP.THP.114.L1
PEMBUATAN SELAI/JAM
Keterangan
DAFTAR ISI
Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara umum hasil-hasil pertanian diperoleh dari suatu proses produksi secara
biologis, sehingga setelah dipanen, produknya masih melakukan kegiatan-kegiatan
fisiologis. Tanpa pengendalian yang baik setelah produk pertanian tersebut dipanen,
akan mengalami proses penurunan mutu yang disebabkan oleh beberapa faktor, baik
internal maupun ekternal.
B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum :
Setelah mempelajari mata diklat ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami
mutu bahan hasil pertanian
2. Tujuan Khusus :
b. Indikator
Keberhasilan
ALAT
INDIKATOR MATERI SUB MATERI ESTIMASI
No METODE BANTU REFERENSI
KEBERHASILAN POKOK POKOK WAKTU
MEDIA
Peserta
mampu:
Lembar Informasi
1. Konsep Mutu
Mutu bahan hasil pertanian pangan merupakan seperangkat sifat atau faktor
pada produk bahan hasil pertanian pangan yang membedakan tingkat pemuas/
aseptabilitas produk itu bagi pembeli/konsumen. Mutu bahan hasil pertanian
pangan bersifat multi dimensi dan mempunyai banyak aspek. Aspek-aspek
mutu bahan hasil pertanian pangan tersebut antara lain adalah aspek gizi
(kalori, protein, lemak, mineral, vitamin, dan lain-lain); aspek selera (indrawi,
enak, menarik, segar); aspek bisnis (standar mutu, kriteria mutu); serta aspek
kesehatan (jasmani dan rohani). Kepuasan konsumen berkaitan dengan mutu.
Berbicara mengenai mutu bahan hasil pertanian pangan, pasti tidak lepas dari
berbagai jenis perincian mutu. Secara garis besar mutu bahan hasil pertanian
pangan dapat dicirikan berdasarkan mutu sensorik/indrawi/organoleptiknya,
mutu kimianya, mutu fisiknya ataupun mutu mikrobiologinya. Mutu sensorik
merupakan sifat produk/komoditas pangan yang diukur dengan proses
pengindraan menggunakan penglihatan (mata), penciuman (hidung), pencicipan
(lidah), perabaan (ujung jari tangan), dan pendengaran (telinga). Fungsi uji
sensori adalah sebagai alat pemeriksaan produk pangan, pengendalian proses,
dan pengamatan sifat mutu dalam penelitian. Beberapa parameter penting mutu
sensorik antara lain bentuk, ukuran, warna, tekstur, bau, dan rasa. Kekhasan sifat
sensorik adalah penggunaan manusia sebagai instrumen pengukur. Dengan
demikian hasil reaksinya bersifat fisikopsikologik dan seringkali sulit
dideskripsikan. Selain pengolahan informasi dalam uji ini pun bersifat spesifik.
Sifat mutu sensorik semata berisi sifat hedonik (suka – tidak suka; enak/lezat
Penerapan konsep mutu di bidang pangan dalam arti luas memiliki pengertian
yang sangat beragam. Kramer dan Twigg (1983) menyatakan bahwa mutu
merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik (warna,
tekstur, rasa dan bau). Hal ini digunakan konsumen untuk memilih produk secara
keseluruhan. Sementara itu, Gatchallan (1989) dalam Hubeis (1994) berpendapat
bahwa mutu dianggap sebagai derajat penerimaan konsumen terhadap produk
yang dikonsumsi berulang (seragam atau konsisten dalam standar dan
spesifikasi), terutama sifat organoleptiknya. Juran (1974) dalam Hubeis (1994)
menilai mutu sebagai kepuasan (kebutuhan dan harga) yang didapatkan
konsumen dari integritas produk yang dihasilkan produsen. Menurut Fardiaz
(1997), mutu berdasarkan ISO/DIS 8402–1992 didefinsilkan sebagai karakteristik
menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan, proses, organisasi
atau manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
yang telah ditentukan.
2. Parameter Mutu
Yang dimaksud dengan parameter mutu hasil pertanian adalah sifat-sifat khas
yang terdapat dalam bahan hasil pertanian yang dapat dijadikan persyaratan
dalam menentukan mutu bahan tersebut.
a. Parameter Fisis
Parameter penentu fisis adalah sifat-sifat fisis bahan hasil pertanian yang
dapat digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya mutu bahan tersebut.
Dalam pembahasan kita yang tergolong ke dalam parameter penentu fisis
yang banyak digunakan khususnya dalam bahan pangan adalah : ukuran dan
bentuk, warna dan kilap dan "tekstures" atau "kinesthetics".
1) Ukuran dan bentuk
Ukuran dan bentuk merupakan parameter mutu yang dapat kelihatan
nyata dan biasanya dapat diukur dan diawasi dengan mudah.
Penggolongan mutu bahan berdasarkan ukuran dan bentuk biasanya
merupakan tahap pertama dalam mengelompokkan taraf mutu bahan
hasil pertanian. Penggolongan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan tangan (manual) dan dapat juga dilakukan dengan
menggunakan alat-alat mekanis misalnya saringan dan sortasi mekanik.
b) Volume
Pengukuran volume dilakukan dengan cara menentukan besarnya
ruangan yang dapat ditempati oleh bahan yang hendak ditentukan
volumenya tersebut. Pengukuran volume ada dua cara yaitu
"apparent displacement" dan "absolute displacement". Pada
"apparent displacement" ruang yang terdapat antara bahan
diabaikan dalam pengukuran dan biasanya dinyatakan dalam
persatuan wadah misalnya jumlah jeruk dalam satu peti, jumlah
jagung dalam satu peti dan sebagainya.
c) Kerapatan
Biasanya kerapatan bahan diperhitungkan berdasarkan
perbandingan antara berat dan volume bahan (weight-volume
Jika dilihat lebih jauh, warna bukanlah merupakan suatu zat atau benda
melainkan hanyalah suatu sensasi seseorang oleh karena adanya
rangsangan dari seberkas enersi radiasi yang jatuh ke retina mata.
Timbulnya warna dibatasi oleh parameter terpenting yaitu terdapatnya
sumber sinar. Pengaruh tersebut terlihat apabila suatu bahan atau
benda dilihat di tempat yang suram dan di tempat yang gelap, akan
memberikan perbedaan warna yang menyolok.
Jika arah sinar pantul yang ke luar dari suatu permukaan benda
diperhatikan, maka ada dua macam arah yang perlu diperhatikan yaitu
sinar pantul yang bersudut 45 dan 90 derajat dengan sinar datang.
Pantulan yang bersudut 45 derajat disebut "diffuse reflection",
sedangkan pantulan yang bersudut 90 derajat disebut "specular
reflection" (Gambar 4). "Diffuse reflection" terutama adalah yang
menentukan warna suatu benda, sedangkan "specular reflection"
adalah yang menentukan sifat kilap (gloss) suatu benda. Makin banyak
"specular reflection" yang timbul makin mengkilap suatu benda,
misalnya terjadi pada benda-benda yang rata dan licin seperti halnya
cermin.
hidrolisa dari protein, pati dan pektin. Parameter mutu tersebut juga
penting dalam penentuan berat molekul. Untuk mengadakan
pengukuran viskositas dan konsistensi bahan digunakan alat instrumen
yang dinamakan "viscosimeter" dan "consistometer".
b. Parameter Kimiawi
Parameter penentu kimiawi adalah sifat-sifat kimia termasuk komposisi
kimia dalam bahan hasil pertanian yang dapat dijadikan ukuran dalam
menentukan taraf mutu bahan tersebut.
Banyak sekali parameter penentu kimiawi bila kita berbicara tentang semua
jenis hasil pertanian. Tetapi di dalam praktek dan kenyataannya sering
dipilih parameter kimiawi yang paling menentukan terhadap mutu bahan
ditinjau dari segi pengunaannya. Sebagai contoh bagi bahan pangan
parameter penentu kimiawinya adalah kandungan protein, lemak,
karbohidrat, serat kasar, kadar air, kadar abu dan kadar pati. Parameter
penentu kimiawi untuk minyak atsiri yang diutamakan adalah kandungan zat
penguap yang khas terdapat di dalam masing-masing jenis minyak atsiri
tersebut; misalnya untuk minyak sereh adalah kadar total geraniol dan kadar
sitronela. Parameter penentu kimiawi dalam minyak makan antara lain
adalah kadar asam lemak bebas dan kadar kotoran.
Kadar air sangat umum sekali digunakan sebagai parameter penentu mutu
baik untuk bahan pangan maupun non pangan. Dalam persyaratan mutu
suatu bahan, ditentukan kadar air maksimum. Hal ini disebabkan karena air
sangat berpengaruh terhadap berat total dari bahan, dan juga terhadap
daya tahan simpan bahan tersebut. Pada umumnya bahan yang tinggi
kandungan airnya mempunyai daya tahan simpan yang rendah. Kadar air
yang tinggi pada hasil pertanian misalnya biji-bijian dapat mengakibatkan
timbulnya pemanasan dalam gudang selama penyimpanan. Hal ini
disebabkan karena adanya salah satu atau gabungan kegiatan respirasi
bahan, bakteri, kapang dan serangga. Kehadiran dan kegiatan mikroba
dalam bahan jelas sangat tidak diinginkan karena mengakibatkan perubahan
mutu bahan, misalnya perubahan kimiawi, perubahan warna dan
menimbulkan ketengikan. Oleh karena itu maka kandungan air dalam bahan
harus dikurangi serendah mungkin, agar bahan terhindar dari serangan
mikroba ataupun serangga yang dapat menyebabkan perubahan mutu.
Penurunan kandungan air dalam bahan dilakukan dengan cara pengeringan
baik pengeringan alami dengan menggunakan sinar matahari maupun
pengeringan buatan dengan menggunakan sumber panas selain matahari.
Pada Tabel 1 dapat dilihat hubungan daya tahan simpan antara bahan
sebelum dikeringkan dengan sesudah dikeringkan.
c. Parameter Mikrobiologis
Mutu suatu bahan ditentukan juga ditentukan oleh kehadiran mikroba
dalam bahan tersebut. Parameter mikrobiologis merupakan parameter
mutu yang sangat penting karena menyangkut kesehatan konsumen. Oleh
karena itu parameter mutu ini banyak digunakan sebagai penentu mutu
bahan pangan, misalnya daging, telur, susu, ikan meliputi hasil olahannya,
serta kopi, kopra.
Jumlah seluruh mikroba (aerobic plate count = APC atau total plate count =
TPC) menunjukkan jumlah bakteri, khamir, dan jamur yang aerob. Jumlah
seluruh mikroba dapat memberi petunjuk mengenai mutu bahan dasar,
pengaruh pemanenan, penyimpanan, pengolahan, pembungkusan,
Parameter mutu rasa dinilai oleh indra perasa (mouth feel), aroma dinilai
oleh indra pencium dan "flavor" dinilai baik oleh indra perasa maupun
pencium.
Beberapa kriteria yang tergolong ke dalam parameter rasa antara lain
"chewiness", "fibrousness", "grittiness", "stickiness" dan "oiliness".
Pada akhir-akhir ini banyak yang memasukkan nilai gizi ke dalam parameter
mutu. Nilai gizi mempunyai kaitan yang erat dengan parameter mutu kimia,
karena nilai gizi suatu bahan ditentukan oleh tinggi rendahnya beberapa
komponen kimia dalam suatu bahan pangan. Sebagai contoh kedelai
mempunyai nilia gizi yang cukup tinggi karena mengandung protein yang
tinggi, beras merah mempunyai nilai gizi tinggi karena mengandung vitamin
B yang tinggi.
3. Standardisasi Mutu
Sistem standarisasi mutu memuat kebijakan mutu, standarisasi mutu oleh
instansi, cara pengendalian mutu, cara analisa dan jaminan mutu. Secara umum
standarisasi mutu memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Mencapai kepastian mutu
b. Mencapai keseragaman/konsistensi mutu
c. Memperlancar transaksi dalam perdagangan
d. Memberi pedoman mutu kepada semua pihak yang terlibat dengan komoditi
e. Bahan pembinaan mutu
f. Melindungi konsumen.
Mutu baku dibagi menjadi tiga, yaitu mutu baku pemerintah, mutu baku
perusahaan, dan mutu baku laboratorium/prototipe. Mutu baku pemerintah
terbagi lagi menjadi dua, yaitu sukarela (voluntary), dan wajib (mandatory,
obligatory). Sedangkan mutu baku perusahaan juga terbagi menjadi mutu yang
terkait dengan merek, terkait dengan kelas mutu dan konstelasi kelas mutu.
Unsur-unsur pembakuan atau standarisasi adalah standarisasi persyaratan mutu,
standarisasi analisa mutu, standarisasi interpretasi hasil analisa, standarisasi
pengambilan contoh dan standarisasi kelembagaan.
Standarisasi mutu nasional adalah standarisasi yang dibuat oleh pemerintah pusat
dan dilaksanakan secara sektoral atau oleh departemen-departemen. Untuk
produk pangan yang melakukan standarisasi mutu nasional adalah Kementerian
Pertanian, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan dan Badan POM yang
dikoordinasi oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Tahap pengembangan mutu
terbagi menjadi tahap pemilihan komoditas, pengumpulan data teknis,
penyusunan konsep, pertemuan teknis, forum konsensus, penetapan standar,
pengenalan standar, evaluasi standar, penyempurnaan standar, dan penerapan
standar. Format standar mutunya, yaitu terdiri dari nama standar mutu, ruang
lingkup, definisi produk, syarat mutu, cara sampling, dan cara uji atau analisa.
Keragaman adalah sifat populasi suatu produk, sedangkan populasi adalah jumlah
produk yang menjadi perhatian. Subpopulasi merupakan bagian dari populasi
yang mempunyai batas jelas dan contoh adalah jumlah produk yang diambil
secara khusus untuk mewakili populasi.
Dari segi populasi barang yang diproduksi terdapat tujuh jenis keragaman, yaitu:
keragaman dalam satu batch, keragaman antar beberapa batch, keragaman
dalam produksi sehari, keragaman antar produksi harian, keragaman satu
partai/lot produk, keragaman antar lot/partai, variasi kinerja alat proses. Secara
statistika terdapat dua parameter penting untuk mendeskripsikan populasi dan
contoh yaitu nilai tengah sebagai lambang ciri produk dan simpangan yang
melambangkan ciri keragaman. Simpangan dinyatakan dengan nilai rentang (R)
dan deviasi baku (q ). Apabila nilai simpangannya jauh, maka keragaman yang ada
besar juga, begitu juga sebaliknya.
Pengendalian proses bertujuan menekan keragaman ini ke suatu nilai yang dapat
diterima baik secara teknis maupun ekonomis. Kegiatan yang dilakukan dalam
pengendalian proses adalah sebagai berikut: analisis parameter yang
menyebabkan keragaman, mencari penyebab keragaman, melakukan tindakan
koreksi proses, memonitor dan mengevaluasi mutu secara terus menerus.
Kegunaan pengendalian proses adalah untuk mengenali penyebab keragaman
mutu, memberi peringatan dini kesalahan proses, serta menetapkan waktu yang
tepat untuk koreksi kesalahan.
Mutu atau kualitas hasil pertanian pangan yang baik akan menjamin tingkat
kesehatan manusia yang baik pula. Secara umum bahwa hasil-hasil pertanian
diperoleh dari suatu proses produksi secara biologis, sehingga setelah dipanen,
produknya masih melakukan kegiatan-kegiatan fisiologis. Tanpa pengendalian yang
baik setelah produk pertanian tersebut dipanen, akan mengalami proses penurunan
mutu yang disebabkan oleh beberapa faktor. Mutu hasil pertanian dapat pula
disebabkan oleh proses pembudidayaannya atau yang telah dilakukan sejak dekade
terakhir ini adalah melalui rekayasa genetik.
Pada kenyataannya, setelah suatu komoditas hasil pertanian dipanen dan dalam
keadaan masih segar, mengalami penanganan yang disebut sebagai sortasi. Tujuan
sortasi ini adalah untuk mengklasifikasikan hasil panen tersebut menjadi beberapa
kelas mutu. Jumlah kelas mutu sangat bervariasi, yang secara umum dikelompokkan
menjadi mutu baik, mutu sedang dan mutu jelek.
Seperti dikemukakan di atas, perbedaan mutu dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Beberapa faktor penyebab adanya perbedaan atau penyimpangan mutu adalah :
a. Perlakuan budidaya
b. Umur panen
c. Karakakteristik fisik
d. Karakteristik fisiologis
e. Kontaminasi biologis/mikrobiologis
f. Perlakuan fisik dan mekanis
g. Perlakuan kimia
Perlakuan budidaya yang dapat mempengaruhi mutu hasil panennya antara lain adalah
teknik budidaya, penggunaan bahan-bahan seperti pupuk, obat- obatan. Perlakuan
tersebut biasanya akan tampil dalam jumlah produksi, ukuran besar kecilnya
hasil/produknya.
Pemanenan dapat dilakukan sebelum matang, atau saat matang atau telah
tua/masak. Kapan saatnya dipanen yang dianggap tepat tergantung dari jenis
komoditasnya dan atau panjang pendeknya rantai pemasaran.
Karakteristik fisik hasil panen akan mempengaruhi bentuk dan ukuran berat atau
volume. Konsumen tertentu memiliki penerimaan (aseptabilitas) tertentu,
mempertimbangkan karakteristik fisik di atas. Bentuk dan ukuran berat dan volume
serta warna yang seragam lebih menjadi pilihan konsumen.
Mutu hasil pertanian pangan akan dapat mengalami penyimpangan sebagai akibat
kegiatan fisiologis dari komoditas tersebut, terutama akan cepat tampak
perubahannya pada komoditas yang bersifat cepat rusak.
Penanganan yang kurang baik setelah dipanen dapat mengakibatkan terjadinya
kontaminasi dengan hama dan penyakit tertentu, yang selanjutnya dapat merubah
kondisi atau tingkat kesegaran atau kesempurnaan bahan pangan tersebut. Mikrobia
adalah penyebab yang paling banyak terjadi yang akan mengakibatkan penyimpangan
mutu.
Perlakuan fisik dan atau mekanis selama penanganan segar, dapat menyebabkan luka
atau memar pada bahan pangan tertentu. Luka atau memar akan menimbulkan
adanya kontaminasi atau proses pelayuan dan pembusukan berlangsung lebih cepat.
Penggunaan bahan-bahan kimia baik sebelum ataupun sesudah panen, seringkali
meninggalkan residu pada bahan pangan. Residu kimia banyak yang bersifat racun,
yang tentunya akan berdampak pada gfangguan kesehatan manusia.
sebelum disortasi. Pada komoditas serealia, keseragaman bentuk, ukuran, dan tingkat
kematangan biji sangat dipentingkan. Pada beras, mutu beras dibedakan menjadi :
beras kepala, beras pecah (broken), dan menir. Tingkat kematangan yang seragam
pada buah-buahan dapat ditunjukkan oleh warna kulit buah yang seragam.
Lembar Kerja
Lembar Kerja 1
Sortasi Sebagai Cara Penetapan Mutu Hasil Pertanian Pangan
1. Alat
a. Alat tulis,
b. baskom atau wadah plastik,
c. timbangan digital,
d. jangka sorong,
e. penggaris
f. kain lap
2. Bahan
a. berbagai jenis komoditas buah-buahan
b. berbagai jenis komoditas sayuran
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Jas lab, sarung tangan, masker (penutup hidung), sandal jepit, lap kering/serbet
4. Langkah Kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang perlukan
b. Lakukan sortasi berdasarkan keutuhan/kecacatan fisik tiap jenis komoditas
tersebut, yang cacat dikelompokkan sebagai “afkir”
c. Buah dan sayuran yang utuh, lakukan sortasi berdasarkan tingkat kematangan
(buah-buahan) yang ditunjukkan oleh warna, tingkat kesegaran dan ukuran (besar,
sedang dan kecil)
d. Timbanglah masing-masing yang dianggap seragam. Berilah kategori tiap-tiap
kelompok mutunya.
e. Tentukan klasifikasi mutu tiap kelompok buah-buahan dan sayuran yang Saudara
peroleh !.
Lembar Kerja 2
1. Alat
a. alat tulis
b. baskom atau wadah plastik,
c. pisau
d. kain lap
2. Bahan
a. berbagai jenis komoditas buah-buahan
b. berbagai jeniskomoditas sayuran
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Jas lab, marung tangan, masker (penutup hidung), sandal jepit, lap kering/serbet
4. Langkah Kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan!
b. Lakukan pengamatan terhadap setiap sampel yang disediakan!
c. Pisahkan setiap sampel yang mengalami penyimpangan mutu!
d. Adakah dalam satu sampel terdapat lebih dari satu jenis penyebab penyimpangan
mutu ? Berapa banyak jenis penyebabnya ?
5. Diskusi
Diskusikan dengan teman anda, mengapa bahan hasil pertanian mengalami
penyimpangan mutu
Lembar Latihan
1. Jelaskan pengertian mutu!
2. Jelaskan faktor-faktor mutu hasil pertanian!
3. Jelaskan tujuan dari standarisasi mutu!
4. Jelaskan ! Apa yang dimaksud dengan standarisasi mutu nasional dan instansi mana saja
yang melakukannya?
5. Jelaskan faktor penyebab adanya penyimpangan mutu!
6. Penyimpangan mutu dapat disebabkan oleh faktor budidaya. Bagaimana ciri-ciri
DAFTAR PUSTAKA
1. Eddy Afrianto, 2008. Pengawasan Mutu bahan/Produk Pangan Jilid 1. Untuk SMK.