Anda di halaman 1dari 28

KODE DIKLAT : AA.AHP.THP.

114
KODE PAKET DIKLAT : AA.AHP.THP.114.L1
KODE MODUL : AA.AHP.THP.114.L1.4
JENJANG DIKLAT : LANJUT

MODUL/BAHAN AJAR

MUTU BAHAN HASIL PERTANIAN

Oleh:
Noni Mulyadi, S.TP., M.Si.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN
TENAGA KEPENDIDIKAN PERTANIAN
CIANJUR
Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

PETA MODUL/BAHAN AJAR

GOOD MANUFACTURING PRACTICE


(GMP)

DASAR PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN


KOMODITAS BUAH-BUAHAN DAN
SAYURAN

PENGEMASAN KOMODITAS HASIL


PERTANIAN

MUTU BAHAN HASIL PERTANIAN

PENGOLAHAN KOMODITAS
BUAH-BUAHAN DAN
SAYURAN PEMBUATAN PIKEL
AA.AHP.THP.114.L1

PEMBUATAN SELAI/JAM

PEMBUATAN DODOL BUAH

Keterangan

= Mata Diklat yang sedang dipelajari

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur i


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

DAFTAR ISI

Halaman

PETA MODUL ............................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B.Tujuan .............................................................................................. 1
II. RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP/
SILABUS .................................................................................................. 2
III. KEGIATAN PEMBELAJARAN................................................................... 3
A. Lembar Informasi ............................................................................. 3
B.Lembar Kerja .................................................................................... 22
C. Lembar Evaluasi ................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 25

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur ii


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum hasil-hasil pertanian diperoleh dari suatu proses produksi secara
biologis, sehingga setelah dipanen, produknya masih melakukan kegiatan-kegiatan
fisiologis. Tanpa pengendalian yang baik setelah produk pertanian tersebut dipanen,
akan mengalami proses penurunan mutu yang disebabkan oleh beberapa faktor, baik
internal maupun ekternal.

Mutu bahan hasil pertanian dapat berubah/mengalami penurunan. Supaya bahan


hasil pertanian termasuk hasil olahannya tetap berada pada taraf tertentu dan berada
dalam batas toleransi yang masih dapat diterima konsumen, maka harus dilakukan
pengendalian mutu. Untuk dapat mengendalikan mutu dengan baik kita perlu
memahami konsep mutu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Umum :

Setelah mempelajari mata diklat ini, peserta diklat diharapkan dapat memahami
mutu bahan hasil pertanian

2. Tujuan Khusus :

Setelah mempelajari mata diklat ini, peserta diklat diharapkan mampu:

a. Menjelaskan konsep mutu bahan hasil pertanian


b. Mengidentifikasi faktor-faktor mutu bahan hasil pertanian
c. Menguji penyimpangan mutu bahan hasil pertanian

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 1


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

II. RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA DIKLAT/GBPP/SILABUS

Mata Diklat Mutu Bahan Hasil Pertanian


Alokasi Waktu 8 jam @ 45 menit
Deskripsi Singkat Mata diklat ini membahas tentang kriteria mutu bahan hasil
pertanian, dan penyimpangan mutu bahan hasil pertanian
Tujuan
Pembelajaran : Peserta diklat dapat mengenal mutu bahan hasil pertanian
a. Kompetensi
Dasar :

b. Indikator
Keberhasilan

ALAT
INDIKATOR MATERI SUB MATERI ESTIMASI
No METODE BANTU REFERENSI
KEBERHASILAN POKOK POKOK WAKTU
MEDIA

Peserta
mampu:

1. Menjelaskan Kriteria 1.1 Konsep mutu 1. Ceramah 1. Laptop, 4 x 45 Bahan ajar


Kriteria mutu mutu bahan bahan hasil 2. Tanya LCD menit mutu
bahan hasil hasil pertanian jawab 2. White bahan
pertanian 1.2 Faktor-faktor 3. Curah board
pertanian hasil
mutu bahan pendapa 3. Alat dan
pertanian
hasil t. bahan
pertanian 4. Praktek praktek
1.3 Satandarisasi
mutu hasil
pertanian

2. Menguji Penyimpang Penyimpangan 1. Ceramah 1. Laptop, 4 x 45


penyimpangan an mutu mutu bahan hasil 2. Tanya LCD menit
mutu bahan hasil bahan hasil pertanian jawab 2. White
pertanian pertanian 3. Curah board
pendapa 3. Alat
t. dan
4. Praktek bahan
praktek

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 2


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

III. KEGIATAN PEMBELAJARAN

Lembar Informasi

A. Kriteria Mutu Bahan Hasil pertanian

1. Konsep Mutu
Mutu bahan hasil pertanian pangan merupakan seperangkat sifat atau faktor
pada produk bahan hasil pertanian pangan yang membedakan tingkat pemuas/
aseptabilitas produk itu bagi pembeli/konsumen. Mutu bahan hasil pertanian
pangan bersifat multi dimensi dan mempunyai banyak aspek. Aspek-aspek
mutu bahan hasil pertanian pangan tersebut antara lain adalah aspek gizi
(kalori, protein, lemak, mineral, vitamin, dan lain-lain); aspek selera (indrawi,
enak, menarik, segar); aspek bisnis (standar mutu, kriteria mutu); serta aspek
kesehatan (jasmani dan rohani). Kepuasan konsumen berkaitan dengan mutu.

Berbicara mengenai mutu bahan hasil pertanian pangan, pasti tidak lepas dari
berbagai jenis perincian mutu. Secara garis besar mutu bahan hasil pertanian
pangan dapat dicirikan berdasarkan mutu sensorik/indrawi/organoleptiknya,
mutu kimianya, mutu fisiknya ataupun mutu mikrobiologinya. Mutu sensorik
merupakan sifat produk/komoditas pangan yang diukur dengan proses
pengindraan menggunakan penglihatan (mata), penciuman (hidung), pencicipan
(lidah), perabaan (ujung jari tangan), dan pendengaran (telinga). Fungsi uji
sensori adalah sebagai alat pemeriksaan produk pangan, pengendalian proses,
dan pengamatan sifat mutu dalam penelitian. Beberapa parameter penting mutu
sensorik antara lain bentuk, ukuran, warna, tekstur, bau, dan rasa. Kekhasan sifat
sensorik adalah penggunaan manusia sebagai instrumen pengukur. Dengan
demikian hasil reaksinya bersifat fisikopsikologik dan seringkali sulit
dideskripsikan. Selain pengolahan informasi dalam uji ini pun bersifat spesifik.
Sifat mutu sensorik semata berisi sifat hedonik (suka – tidak suka; enak/lezat

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 3


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

– tidak enak) bersifat sangat subyektif dipengaruhi latar belakang, tradisi,


kebiasaan, pengalaman pendidikan, prestise, dan lain-lain. Beberapa sifat fisik
penting dalam bahan pangan adalah berat jenis, titik beku, titik gelatinisasi
pati, bilangan penyabunan, dan indeks bias. Dengan kata lain sifat fisik
berhubungan dengan karakteristik bahan dan komponennya. Salah satu
karakter penting yang berhubungan dengan sifat fisik adalah sifat fungsional dari
bahan pangan atau komponennya.

Penerapan konsep mutu di bidang pangan dalam arti luas memiliki pengertian
yang sangat beragam. Kramer dan Twigg (1983) menyatakan bahwa mutu
merupakan gabungan atribut produk yang dinilai secara organoleptik (warna,
tekstur, rasa dan bau). Hal ini digunakan konsumen untuk memilih produk secara
keseluruhan. Sementara itu, Gatchallan (1989) dalam Hubeis (1994) berpendapat
bahwa mutu dianggap sebagai derajat penerimaan konsumen terhadap produk
yang dikonsumsi berulang (seragam atau konsisten dalam standar dan
spesifikasi), terutama sifat organoleptiknya. Juran (1974) dalam Hubeis (1994)
menilai mutu sebagai kepuasan (kebutuhan dan harga) yang didapatkan
konsumen dari integritas produk yang dihasilkan produsen. Menurut Fardiaz
(1997), mutu berdasarkan ISO/DIS 8402–1992 didefinsilkan sebagai karakteristik
menyeluruh dari suatu wujud apakah itu produk, kegiatan, proses, organisasi
atau manusia, yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan
yang telah ditentukan.

Kramer dan Twigg (1983) mengklasifikasikan karakteristik mutu bahan pangan


menjadi dua kelompok, yaitu : (1) karakteristik fisik/tampak, meliputi penampilan
yaitu warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik; kinestika yaitu tekstur, kekentalan
dan konsistensi; flavor yaitu sensasi dari kombinasi bau dan cicip, dan (2)
karakteristik tersembunyi, yaitu nilai gizi dan keamanan mikrobiologis.
Berdasarkan karakteristik tersebut, profil produk pangan umumnya ditentukan
oleh ciri organoleptik kritis, misalnya kerenyahan pada keripik. Namun
demikian, ciri organoleptik lain seperti bau, aroma, rasa dan warna juga ikut
menentukan profil produk pangan. Pemenuhan spesifikasi dan fungsi produk

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 4


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

pada produk pangan yang bersangkutan dilakukan menurut standar estetika


(warna, rasa, bau, dan kejernihan), kimiawi (mineral, logam berat dan bahan
kimia yang ada dalam bahan pangan), dan mikrobiologi (tidak mengandung
bakteri Eschericia coli dan patogen).

2. Parameter Mutu

Yang dimaksud dengan parameter mutu hasil pertanian adalah sifat-sifat khas
yang terdapat dalam bahan hasil pertanian yang dapat dijadikan persyaratan
dalam menentukan mutu bahan tersebut.

Kehadiran parameter mutu dalam suatu bahan hasil pertanian berpengaruh


terhadap kesempurnaan bahan. Dengan perkataan lain kehadiran parameter
mutu didalam suatu bahan menentukan tahap mutu bahan tersebut.
Ditinjau dari cara pengukuran, parameter mutu dapat digolongkan menjadi dua
kelompok, yaitu:
a. Parameter mutu yang dapat diukur dengan menggunakan indra manusia
secara langsung.
b. Parameter mutu yang hanya dapat diukur dengan menggunakan alat-
peralatan tertentu (instruments).

Cara pengukuran atas penilaian dengan menggunakan indra manusia secara


langsung dikenal dengan istilah penilaian indra (sensory evaluation). Penilaian
indra antara lain digunakan untuk menilai rasa, bau, aroma, flavor, penampilan
(appearance) dan kadang-kadang warna.

Cara yang kedua (instrumental evaluation) digunakan untuk mengukur dan


menilai parameter mutu yang terselubung (tidak secara langsung dapat dinilai
dengan indra manusia) misalnya sifat-sifat kimia, fisiko-kimia, sebagian sifat fisika
dan mikro-analisa (analisa jasad renik dalam bahan). Untuk memudahkan
pemahaman tentang parameter mutu hasil pertanian pembahasan akan
dikelompokkan ke dalam parameter fisis, kimiawi dan mikrobiologis.

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 5


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

a. Parameter Fisis
Parameter penentu fisis adalah sifat-sifat fisis bahan hasil pertanian yang
dapat digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya mutu bahan tersebut.
Dalam pembahasan kita yang tergolong ke dalam parameter penentu fisis
yang banyak digunakan khususnya dalam bahan pangan adalah : ukuran dan
bentuk, warna dan kilap dan "tekstures" atau "kinesthetics".
1) Ukuran dan bentuk
Ukuran dan bentuk merupakan parameter mutu yang dapat kelihatan
nyata dan biasanya dapat diukur dan diawasi dengan mudah.
Penggolongan mutu bahan berdasarkan ukuran dan bentuk biasanya
merupakan tahap pertama dalam mengelompokkan taraf mutu bahan
hasil pertanian. Penggolongan ini dapat dilakukan dengan
menggunakan tangan (manual) dan dapat juga dilakukan dengan
menggunakan alat-alat mekanis misalnya saringan dan sortasi mekanik.

Penggolongan bahan berdasarkan ukuran dan bentuk dilakukan


dengan maksud untuk memperoleh keseragaman, ukuran suatu bahan
hasil pertanian dapat juga merupakan suatu petunjuk tentang tingkat
kematangan bahan tersebut, misalnya bahan yang mempunyai ukuran
lebih kecil mungkin menunjukkan sifat kurang matang dibandingkan
dengan bahan yang sama dengan ukuran yang lebih besar. Beberapa
kriteria yang termasuk ukuran adalah berat, volume, kerapatan, berat
jenis, panjang, lebar dan garis tengah (diameter).
Sedangkan bentuk bahan dapat dilihat langsung dari bahannya
misalnya bulat, lonjong, simetris, melengkung dan sebagainya.
Pengukuran bentuk secara kwantitatif ditentukan berdasarkan
perbandingan antara panjang dengan lebar, atau tinggi dengan
diameter.
a) Berat
Ukuran berat suatu bahan dapat dinyatakan dengan berat total,
berat rata-rata, berat persatuan bahan tergantung kepada

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 6


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

keperluan dan tujuannya. Untuk melihat gambaran dan


menentukan keseragaman bahan biasanya dipakai berat persatuan
bahan (x kg per butir).

b) Volume
Pengukuran volume dilakukan dengan cara menentukan besarnya
ruangan yang dapat ditempati oleh bahan yang hendak ditentukan
volumenya tersebut. Pengukuran volume ada dua cara yaitu
"apparent displacement" dan "absolute displacement". Pada
"apparent displacement" ruang yang terdapat antara bahan
diabaikan dalam pengukuran dan biasanya dinyatakan dalam
persatuan wadah misalnya jumlah jeruk dalam satu peti, jumlah
jagung dalam satu peti dan sebagainya.

Pada "absolute displacement" ruang-ruang yang terdapat antar


bahan ikut diperhitungkan. Untuk mendapatkan pengukuran
"absolute displacement" bahan padat dicelupkan ke dalam cairan
dalam gelas ukur misalnya. Selisih volume cairan sesudah bahan
dicelupkan dengan sebelumnya menunjukkan volume bahan.
Misalnya volume air dalam gelas ukur sebelum bahan dicelupkan
adalah 10 ml dan setelah bahan dicelupkan (bahan terdapat di
dalam gelas ukur) volumenya bertambah menjadi 12 ml. Maka
volume bahan adalah 2 ml. Bagi bahan yang berukuran kecil, bahan
tersebut dicelupkan sekaligus dalam jumlah tertentu. Misalnya 100
buah buncis yang dicelupkan ke dalam air pada gelas ukur
menaikkan batas permukaan dari 200 ml menjadi 400 ml, maka
volume buncis adalah 200 ml per 100 buah buncis atau 2 ml per
buah buncis.

c) Kerapatan
Biasanya kerapatan bahan diperhitungkan berdasarkan
perbandingan antara berat dan volume bahan (weight-volume

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 7


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

ratio). Terdapat tiga macam kerapatan yaitu kerapatan nisbi


(relative density), kerapatan mutlak (absolute density) dan
kerapatan nyata (apparent density).

Kerapatan mutlak didefinisikan sebagai massa persatuan volume.


Massa adalah berat X gravitasi. Oleh karena itu gravitasi bumi
sangat mempengaruhi kerapatan mutlak.
Kerapatan nisbi adalah hubungan antara kerapatan bahan pada
suhu tertentu dibandingkan dengan kerapatan standar (biasanya
air) pada suhu yang sama. Salah satu cara sederhana untuk
menentukan kerapatan nisbi adalah membagi volume bahan
(absolute displacement) dengan berat bahan sebelum dilakukan
pencelupan. Sebagai contoh misalnya berat buncis sebelum
dicelupkan adalah 100 gram, sedangkan volume air yang naik
karena pencelupan (volume buncis) adalah 110 ml, maka kerapatan
nisbi buncis tersebut adalah 1, 1. Kerapatan nyata (apparent
density) didefinisikan sebagai volume bahan (apparent
displacement) dibagi dengan berat bahan. Dalam hal ini, wadah
yang telah diketahui volumenya diisi penuh dengan sejumlah bahan
yang telah diketahui beratnya. Berat bahan dibagi dengan volume
wadah tersebut adalah kerapatan nyata dari bahan.

d) Panjang, lebar dan diameter


Pengukuran, panjang, lebar dan diameter suatu bahan biasanya
dimaksudkan untuk menentukan keseragaman bahan tersebut.
Pengukuran yang cepat biasanya menggunakan saringan atau
ayakan yang disusun berdasarkan besar kecilnya lubang saringan
dari saringan yang berlubang besar di atas sampai kepada yang
berlubang kecil di bawah. Bentuk lubang disesuaikan dengan
bentuk bahan yang diinginkan misalnya bundar, persegi dan
segitiga. Alat semacam ayakan digunakan dalam sortasi bahan.

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 8


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

Pengukuran panjang, lebar dan diameter dapat juga dilakukan


dengan menggunakan alat seperti mistar dan mikrometer.
Ketelitian mikrometer jauh lebih tinggi daripada mistar.

2) Warna dan kilap


Warna adalah suatu sifat bahan yang dianggap berasal dari penyebaran
spektrum sinar, begitu juga sifat kilap dari bahan dipengaruhi oleh sinar
terutama sinar pantul. Sinar yang dapat dilihat seseorang terbatas
menurut gelombangnya, yaitu dari 380-770 nm (nanometer). Di luar
panjang gelombang ini, praktis mata tidak dapat merasakannya.

Jika dilihat lebih jauh, warna bukanlah merupakan suatu zat atau benda
melainkan hanyalah suatu sensasi seseorang oleh karena adanya
rangsangan dari seberkas enersi radiasi yang jatuh ke retina mata.
Timbulnya warna dibatasi oleh parameter terpenting yaitu terdapatnya
sumber sinar. Pengaruh tersebut terlihat apabila suatu bahan atau
benda dilihat di tempat yang suram dan di tempat yang gelap, akan
memberikan perbedaan warna yang menyolok.

Pengalaman ini biasanya digunakan oleh pedagang kain untuk


memanipulasikan warna kain yang diperdagangkan dengan
menggunakan lampu yang beraneka warna.
Jika seberkas sinar jatuh pada suatu benda, maka ada empat
kemungkinan yang dapat terjadi, yaitu sinar tersebut akan dipantulkan,
diteruskan, diserap atau dibiaskan. Sinar pantul adalah sinar yang
dipantulkan oleh permukaan benda; sinar tembus adalah sinar yang
diteruskan oleh bendanya; dan sinar bias adalah tembus dengan arah
menyimpang dari arah sinar datang (Gambar 1).

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 9


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

Gambar 1. Arah sinar pada permukaan bahan

Jika arah sinar pantul yang ke luar dari suatu permukaan benda
diperhatikan, maka ada dua macam arah yang perlu diperhatikan yaitu
sinar pantul yang bersudut 45 dan 90 derajat dengan sinar datang.
Pantulan yang bersudut 45 derajat disebut "diffuse reflection",
sedangkan pantulan yang bersudut 90 derajat disebut "specular
reflection" (Gambar 4). "Diffuse reflection" terutama adalah yang
menentukan warna suatu benda, sedangkan "specular reflection"
adalah yang menentukan sifat kilap (gloss) suatu benda. Makin banyak
"specular reflection" yang timbul makin mengkilap suatu benda,
misalnya terjadi pada benda-benda yang rata dan licin seperti halnya
cermin.

Dengan adanya kedua sifat sinar pantul di atas, maka pengukuran


warna ataupun sifat kilap suatu bahan dapat dilakukan. Untuk
mengukur warna suatu bahan, dilakukan pengukuran jumlah "diffuse
reflection", sedangkan untuk mengukur sifat kilap dilakukan
pengukuran jumlah "specular reflection". Pengukuran warna biasanya
dilakukan dengan menggunakan 3 macam filter, masing-masing adalah

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 10


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

amber (merah), hijau dan biru. Dengan cara membandingkan


persentase sinar pantul (diffuse reflection) dengan standar warna,
maka perhitungan-perhitungan untuk mendapatkan warna bahan
dapat dilakukan.

Gambar 2. Arah sinar pantul

Untuk tujuan pengukuran warna, dapat digunakan beberapa alat


misalnya "Beckman Spectrophotometer", "Bausch and Lomb
Spectronic 20", Photo-volt Reflection Meter" dan sebagainya.

3) Viskositas dan Konsistensi

Viskositas dan konsistensi merupakan sifat yang penting terutama


untuk bahan pangan seperti juice, manisan, minyak, sirup dan
sebagainya. Viskositas dan konsistensi sangat erat hubungannya
dengan indra peraba dan penglihatan. Parameter mutu ini tidak hanya
diukur untuk menunjukkan konsistensi dari hasil akhir olahan, tetapi
juga bahan mentah atau perubahannya dari setiap tahap pengolahan
untuk memperkirakan konsistensi akhir.

Viskositas berguna sebagai pengukur kriteria adanya perubahan bahan


(disagregation) atau depolimerisasi misalnya yang terjadi karena

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 11


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

hidrolisa dari protein, pati dan pektin. Parameter mutu tersebut juga
penting dalam penentuan berat molekul. Untuk mengadakan
pengukuran viskositas dan konsistensi bahan digunakan alat instrumen
yang dinamakan "viscosimeter" dan "consistometer".

4) Tekstur atau Kinesthetics


Sifat "kinesthetics" erat hubungannya dengan indra peraba, sifat ini
juga sering disebut dengan "sensory characteristics" yang tergolong ke
dalam sifat yang ditentukan dengan indra peraba (finger feel) adalah
keteguhan (firmness) dan kelembutan (sofness) yang dapat diukur
dengan cara penekanan (compression), serta "juiciness" yang diuji
dengan dipijit oleh ibu jari misalnya pengujian kematangan jagung. Di
samping parameter-parameter fisik yang telah dibahas di atas, masih
banyak parameter fisis yang biasanya berlaku khas untuk setiap jenis
bahan yang dihubungkan dengan keperluan,penggunaan bahan ter-
sebut. Parameter fisik yang dimaksud antara lain indeks bias dan
putaran optik yang sering digunakan sebagai penentu mutu minyak-
minyak atsiri; elastisitas, tensile strength yang sering digunakan sebagai
penentu mutu karet dan polim lainnya; kekuatan menerima tekanan
dan kekuatan belah yang sering digunakan sebagai penentu mutu hard
board (pagan keras) untuk bahan bangunan.

b. Parameter Kimiawi
Parameter penentu kimiawi adalah sifat-sifat kimia termasuk komposisi
kimia dalam bahan hasil pertanian yang dapat dijadikan ukuran dalam
menentukan taraf mutu bahan tersebut.

Banyak sekali parameter penentu kimiawi bila kita berbicara tentang semua
jenis hasil pertanian. Tetapi di dalam praktek dan kenyataannya sering
dipilih parameter kimiawi yang paling menentukan terhadap mutu bahan
ditinjau dari segi pengunaannya. Sebagai contoh bagi bahan pangan
parameter penentu kimiawinya adalah kandungan protein, lemak,

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 12


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

karbohidrat, serat kasar, kadar air, kadar abu dan kadar pati. Parameter
penentu kimiawi untuk minyak atsiri yang diutamakan adalah kandungan zat
penguap yang khas terdapat di dalam masing-masing jenis minyak atsiri
tersebut; misalnya untuk minyak sereh adalah kadar total geraniol dan kadar
sitronela. Parameter penentu kimiawi dalam minyak makan antara lain
adalah kadar asam lemak bebas dan kadar kotoran.

Kadar air sangat umum sekali digunakan sebagai parameter penentu mutu
baik untuk bahan pangan maupun non pangan. Dalam persyaratan mutu
suatu bahan, ditentukan kadar air maksimum. Hal ini disebabkan karena air
sangat berpengaruh terhadap berat total dari bahan, dan juga terhadap
daya tahan simpan bahan tersebut. Pada umumnya bahan yang tinggi
kandungan airnya mempunyai daya tahan simpan yang rendah. Kadar air
yang tinggi pada hasil pertanian misalnya biji-bijian dapat mengakibatkan
timbulnya pemanasan dalam gudang selama penyimpanan. Hal ini
disebabkan karena adanya salah satu atau gabungan kegiatan respirasi
bahan, bakteri, kapang dan serangga. Kehadiran dan kegiatan mikroba
dalam bahan jelas sangat tidak diinginkan karena mengakibatkan perubahan
mutu bahan, misalnya perubahan kimiawi, perubahan warna dan
menimbulkan ketengikan. Oleh karena itu maka kandungan air dalam bahan
harus dikurangi serendah mungkin, agar bahan terhindar dari serangan
mikroba ataupun serangga yang dapat menyebabkan perubahan mutu.
Penurunan kandungan air dalam bahan dilakukan dengan cara pengeringan
baik pengeringan alami dengan menggunakan sinar matahari maupun
pengeringan buatan dengan menggunakan sumber panas selain matahari.

Pada Tabel 1 dapat dilihat hubungan daya tahan simpan antara bahan
sebelum dikeringkan dengan sesudah dikeringkan.

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 13


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

Tabel 1. Daya tahan simpan beberapa bahan sebelum dan sesudah


pengeringan.

Daya tahan simpan


Jenis bahan Sebelum
Sesudah pengeringan
pengeringan
Kacang tanah
(telah dikupas) 3 — 5 hari 2 — 3 bulan
Kentang 1 minggu 2 bulan
lkan 1 — hari 5 — 6 bulan (diasin & dikeringkan)
Daging sapi 2 — hari 1 — 3 bulan
Daging sapi 2 hari (didendeng)

c. Parameter Mikrobiologis
Mutu suatu bahan ditentukan juga ditentukan oleh kehadiran mikroba
dalam bahan tersebut. Parameter mikrobiologis merupakan parameter
mutu yang sangat penting karena menyangkut kesehatan konsumen. Oleh
karena itu parameter mutu ini banyak digunakan sebagai penentu mutu
bahan pangan, misalnya daging, telur, susu, ikan meliputi hasil olahannya,
serta kopi, kopra.

Dalam persyaratan mutu bahan pangan pada umumnya diperlukan


a. jumlah seluruh mikroba
b. jumlah mikroba 'indikator
c. ada tidaknya mikroba patogen

Jumlah seluruh mikroba (aerobic plate count = APC atau total plate count =
TPC) menunjukkan jumlah bakteri, khamir, dan jamur yang aerob. Jumlah
seluruh mikroba dapat memberi petunjuk mengenai mutu bahan dasar,
pengaruh pemanenan, penyimpanan, pengolahan, pembungkusan,

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 14


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

pengangkutan, dan perlakuan lain yang mungkin dikenakan terhadap


bahan. Makin tinggi Jumlah mikroba makin rendah mutu suatu bahan.
Setiap bahan pangan mempunyai jumlah maksimal seluruh mikroba yang
masih dapat ditoleransi.

Jumlah mikroba indikator terutama jumlah bakteri golongan coli (coliform)


dan Escherichia coli. Kadang-kadang juga digunakan mikroba indikator yang
lain seperti Enterobacteriaceae, Streptococcus, yang "fecal", atau
Staphilococcus, tergantung pada bahan pangan yang diperiksa. Adanya
mikroba indikator dalam jumlah tertentu memberi petunjuk mengenai
kemungkinan terdapatnya mikroba patogen dalam bahan pangan,
mengingat bahwa mikroba indikator tersebut berasal dari perut
sebagaimana halnya mikroba patogen. Mikroba indikator ini lebih mudah
diamati daripada mikroba patogen.

d. Parameter Mutu Lainnya


Selain parameter fisis, kimiawi dan mikrobiologis parameter mutu lainnya
adalah parameter mutu yang dinilai oleh indra manusia (sensory). Oleh
karena itu cara pengujian yang dilakukan biasa disebut dengan penilaian
indra. Yang terdorong ke dalam parameter mutu ini adalah kenampakan
(appearance), rasa, aroma, dan "flavor". Kenampakan (appearance) dapat
juga digolongkan ke dalam parameter fisis, yaitu bentuk dan warna karena
dapat diukur secara fisis. Sedangkan rasa, aroma dan "flavor" sulit untuk
diukur dengan menggunakan peralatan baik fisis maupun fisiko-kimia.

Parameter mutu rasa dinilai oleh indra perasa (mouth feel), aroma dinilai
oleh indra pencium dan "flavor" dinilai baik oleh indra perasa maupun
pencium.
Beberapa kriteria yang tergolong ke dalam parameter rasa antara lain
"chewiness", "fibrousness", "grittiness", "stickiness" dan "oiliness".

"Chewiness" yang dirasakan adalah ketahanan bahan bila digigit (atau

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 15


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

ditekan-tekan dengan gigi).


"Fibrousness" yang dirasakan adalah adanya sisa-sisa bahan yang tak dapat
dikunyah dan tertinggal dalam mulut setelah pengunyahan dilakukan.
"Grittiness" yang dirasakan adalah adanya partikel kecil yang keras seperti
pasir.
"Stickiness" yang dirasakan adalah sifat melekat bahan (adhesive
properties). "Oiliness" yang dirasakan adalah sesuatu rasa yang disebabkan
karena bahan minyak.
Kombinasi dari beberapa atau semua kriteria tersebut menimbulkan
kesukaan (preference) seseorang terhadap suatu bahan.

Pada akhir-akhir ini banyak yang memasukkan nilai gizi ke dalam parameter
mutu. Nilai gizi mempunyai kaitan yang erat dengan parameter mutu kimia,
karena nilai gizi suatu bahan ditentukan oleh tinggi rendahnya beberapa
komponen kimia dalam suatu bahan pangan. Sebagai contoh kedelai
mempunyai nilia gizi yang cukup tinggi karena mengandung protein yang
tinggi, beras merah mempunyai nilai gizi tinggi karena mengandung vitamin
B yang tinggi.

3. Standardisasi Mutu
Sistem standarisasi mutu memuat kebijakan mutu, standarisasi mutu oleh
instansi, cara pengendalian mutu, cara analisa dan jaminan mutu. Secara umum
standarisasi mutu memiliki tujuan sebagai berikut :
a. Mencapai kepastian mutu
b. Mencapai keseragaman/konsistensi mutu
c. Memperlancar transaksi dalam perdagangan
d. Memberi pedoman mutu kepada semua pihak yang terlibat dengan komoditi
e. Bahan pembinaan mutu
f. Melindungi konsumen.

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 16


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

Dengan demikian standarisasi mutu yang jelas harus mempunyai spesifikasi


tertentu sebagai tolak ukur kesesuaian. Definisi standarisasi mutu memiliki 6 kata
kunci, yaitu spesifikasi teknis (ada persyaratan dan dapat dikerjakan);
didokumentasikan oleh instansi (bukan perorangan); kerjasama dan konsesus
dengan berbagai pihak; konsultasi teknis/IPTEK; pengalaman; serta
manfaat/relevansi di masyarakat. Standarisasi mutu dapat dilakukan oleh
pemerintah dan perusahaan (berkaitan dengan bisnis).

Mutu baku dibagi menjadi tiga, yaitu mutu baku pemerintah, mutu baku
perusahaan, dan mutu baku laboratorium/prototipe. Mutu baku pemerintah
terbagi lagi menjadi dua, yaitu sukarela (voluntary), dan wajib (mandatory,
obligatory). Sedangkan mutu baku perusahaan juga terbagi menjadi mutu yang
terkait dengan merek, terkait dengan kelas mutu dan konstelasi kelas mutu.
Unsur-unsur pembakuan atau standarisasi adalah standarisasi persyaratan mutu,
standarisasi analisa mutu, standarisasi interpretasi hasil analisa, standarisasi
pengambilan contoh dan standarisasi kelembagaan.

Standarisasi mutu nasional adalah standarisasi yang dibuat oleh pemerintah pusat
dan dilaksanakan secara sektoral atau oleh departemen-departemen. Untuk
produk pangan yang melakukan standarisasi mutu nasional adalah Kementerian
Pertanian, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan dan Badan POM yang
dikoordinasi oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Tahap pengembangan mutu
terbagi menjadi tahap pemilihan komoditas, pengumpulan data teknis,
penyusunan konsep, pertemuan teknis, forum konsensus, penetapan standar,
pengenalan standar, evaluasi standar, penyempurnaan standar, dan penerapan
standar. Format standar mutunya, yaitu terdiri dari nama standar mutu, ruang
lingkup, definisi produk, syarat mutu, cara sampling, dan cara uji atau analisa.

Setiap produk mempunyai kekhasan dan identitas masing-masing serta cenderung


beragam. Ketidakseragaman produk tidak disukai oleh konsumen. Oleh karena itu
mutu produk dikendalikan dengan disyaratkan agar produk memberi ciri mutu
dan mempunyai sifat seragam. Ciri suatu industri modern adalah produk yang

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 17


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

seragam karena adanya pengendalian proses. Pengendalian prosesnya dilakukan


oleh bagian produksi bersama dengan bagian Quality Control.
Ada dua golongan sumber keseragaman, yaitu sumber yang dapat dikuasai
(assignable variation) dan sumber yang tidak dapat dikuasai (non assignable
variation). Sumber yang dapat dikuasai adalah bahan baku, formulasi, cara proses,
dan peralatan, sedangkan yang tidak dapat dikuasai adalah hukum peluang
(error).

Keragaman adalah sifat populasi suatu produk, sedangkan populasi adalah jumlah
produk yang menjadi perhatian. Subpopulasi merupakan bagian dari populasi
yang mempunyai batas jelas dan contoh adalah jumlah produk yang diambil
secara khusus untuk mewakili populasi.

Dari segi populasi barang yang diproduksi terdapat tujuh jenis keragaman, yaitu:
keragaman dalam satu batch, keragaman antar beberapa batch, keragaman
dalam produksi sehari, keragaman antar produksi harian, keragaman satu
partai/lot produk, keragaman antar lot/partai, variasi kinerja alat proses. Secara
statistika terdapat dua parameter penting untuk mendeskripsikan populasi dan
contoh yaitu nilai tengah sebagai lambang ciri produk dan simpangan yang
melambangkan ciri keragaman. Simpangan dinyatakan dengan nilai rentang (R)
dan deviasi baku (q ). Apabila nilai simpangannya jauh, maka keragaman yang ada
besar juga, begitu juga sebaliknya.

Pengendalian proses bertujuan menekan keragaman ini ke suatu nilai yang dapat
diterima baik secara teknis maupun ekonomis. Kegiatan yang dilakukan dalam
pengendalian proses adalah sebagai berikut: analisis parameter yang
menyebabkan keragaman, mencari penyebab keragaman, melakukan tindakan
koreksi proses, memonitor dan mengevaluasi mutu secara terus menerus.
Kegunaan pengendalian proses adalah untuk mengenali penyebab keragaman
mutu, memberi peringatan dini kesalahan proses, serta menetapkan waktu yang
tepat untuk koreksi kesalahan.

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 18


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

B. Penyimpangan Mutu Bahan Hasil Pertanian

Mutu atau kualitas hasil pertanian pangan yang baik akan menjamin tingkat
kesehatan manusia yang baik pula. Secara umum bahwa hasil-hasil pertanian
diperoleh dari suatu proses produksi secara biologis, sehingga setelah dipanen,
produknya masih melakukan kegiatan-kegiatan fisiologis. Tanpa pengendalian yang
baik setelah produk pertanian tersebut dipanen, akan mengalami proses penurunan
mutu yang disebabkan oleh beberapa faktor. Mutu hasil pertanian dapat pula
disebabkan oleh proses pembudidayaannya atau yang telah dilakukan sejak dekade
terakhir ini adalah melalui rekayasa genetik.

Pada kenyataannya, setelah suatu komoditas hasil pertanian dipanen dan dalam
keadaan masih segar, mengalami penanganan yang disebut sebagai sortasi. Tujuan
sortasi ini adalah untuk mengklasifikasikan hasil panen tersebut menjadi beberapa
kelas mutu. Jumlah kelas mutu sangat bervariasi, yang secara umum dikelompokkan
menjadi mutu baik, mutu sedang dan mutu jelek.

Seperti dikemukakan di atas, perbedaan mutu dapat disebabkan oleh berbagai faktor.
Beberapa faktor penyebab adanya perbedaan atau penyimpangan mutu adalah :
a. Perlakuan budidaya
b. Umur panen

c. Karakakteristik fisik
d. Karakteristik fisiologis

e. Kontaminasi biologis/mikrobiologis
f. Perlakuan fisik dan mekanis
g. Perlakuan kimia

Perlakuan budidaya yang dapat mempengaruhi mutu hasil panennya antara lain adalah
teknik budidaya, penggunaan bahan-bahan seperti pupuk, obat- obatan. Perlakuan

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 19


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

tersebut biasanya akan tampil dalam jumlah produksi, ukuran besar kecilnya
hasil/produknya.
Pemanenan dapat dilakukan sebelum matang, atau saat matang atau telah
tua/masak. Kapan saatnya dipanen yang dianggap tepat tergantung dari jenis
komoditasnya dan atau panjang pendeknya rantai pemasaran.

Karakteristik fisik hasil panen akan mempengaruhi bentuk dan ukuran berat atau
volume. Konsumen tertentu memiliki penerimaan (aseptabilitas) tertentu,
mempertimbangkan karakteristik fisik di atas. Bentuk dan ukuran berat dan volume
serta warna yang seragam lebih menjadi pilihan konsumen.

Mutu hasil pertanian pangan akan dapat mengalami penyimpangan sebagai akibat
kegiatan fisiologis dari komoditas tersebut, terutama akan cepat tampak
perubahannya pada komoditas yang bersifat cepat rusak.
Penanganan yang kurang baik setelah dipanen dapat mengakibatkan terjadinya
kontaminasi dengan hama dan penyakit tertentu, yang selanjutnya dapat merubah
kondisi atau tingkat kesegaran atau kesempurnaan bahan pangan tersebut. Mikrobia
adalah penyebab yang paling banyak terjadi yang akan mengakibatkan penyimpangan
mutu.

Perlakuan fisik dan atau mekanis selama penanganan segar, dapat menyebabkan luka
atau memar pada bahan pangan tertentu. Luka atau memar akan menimbulkan
adanya kontaminasi atau proses pelayuan dan pembusukan berlangsung lebih cepat.
Penggunaan bahan-bahan kimia baik sebelum ataupun sesudah panen, seringkali
meninggalkan residu pada bahan pangan. Residu kimia banyak yang bersifat racun,
yang tentunya akan berdampak pada gfangguan kesehatan manusia.

Hasil pertanian pangan setelah dipanen biasanya disortir untuk memperoleh


keseragaman dalam satu atau beberapa hal tertentu, misalnya ukuran berat,
keseragaman bentuk, warna, tingkat kematangan, dan lain sebagainya. Sortasi dapat
dilakukan pula dengan tujuan untuk memperoleh keutuhan secara fisik (tidak cacat),
yang disebabkan oleh adanya serangan hama atau penyakit sebelum panen atau

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 20


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

sebelum disortasi. Pada komoditas serealia, keseragaman bentuk, ukuran, dan tingkat
kematangan biji sangat dipentingkan. Pada beras, mutu beras dibedakan menjadi :
beras kepala, beras pecah (broken), dan menir. Tingkat kematangan yang seragam
pada buah-buahan dapat ditunjukkan oleh warna kulit buah yang seragam.

Seperti telah dikemukakan sebelumnya, penyimpangan mutu dapat disebabkan oleh


beberapa hal, antara lain akibat hama dan penyakit sebelum dipanen, pada waktu
penyimpanan di gudang, kerusakan fisik, kerusakan mekanis, dan kerusakan fisiologis.
Kerusakan dapat pula terjadi oleh karena “salah simpan” misalnya buah-buahan terlalu
lama disimpan di lemari pendingin. Hama tanaman atau hama gudang akan
meninggalkan bekas pada buah atau biji, serangan mikroba juga akan menimbulkan
tanda- tanda tertentu seperti bercak-bercak hitam atau abu-abu, atau ada pula yang
mengakibatkan pangan tersebut mengalami proses pembusukan. Pembusukan ini pada
gilirannya menyebabkan kerusakan fisiologis.

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 21


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

Lembar Kerja
Lembar Kerja 1
Sortasi Sebagai Cara Penetapan Mutu Hasil Pertanian Pangan

1. Alat
a. Alat tulis,
b. baskom atau wadah plastik,
c. timbangan digital,
d. jangka sorong,
e. penggaris
f. kain lap
2. Bahan
a. berbagai jenis komoditas buah-buahan
b. berbagai jenis komoditas sayuran
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Jas lab, sarung tangan, masker (penutup hidung), sandal jepit, lap kering/serbet
4. Langkah Kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang perlukan
b. Lakukan sortasi berdasarkan keutuhan/kecacatan fisik tiap jenis komoditas
tersebut, yang cacat dikelompokkan sebagai “afkir”
c. Buah dan sayuran yang utuh, lakukan sortasi berdasarkan tingkat kematangan
(buah-buahan) yang ditunjukkan oleh warna, tingkat kesegaran dan ukuran (besar,
sedang dan kecil)
d. Timbanglah masing-masing yang dianggap seragam. Berilah kategori tiap-tiap
kelompok mutunya.
e. Tentukan klasifikasi mutu tiap kelompok buah-buahan dan sayuran yang Saudara
peroleh !.

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 22


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

Lembar Kerja 2

Menentukan Jenis-jenis Penyimpangan Mutu Hasil Pertanian Pangan

1. Alat
a. alat tulis
b. baskom atau wadah plastik,
c. pisau
d. kain lap
2. Bahan
a. berbagai jenis komoditas buah-buahan
b. berbagai jeniskomoditas sayuran
3. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Jas lab, marung tangan, masker (penutup hidung), sandal jepit, lap kering/serbet
4. Langkah Kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan!
b. Lakukan pengamatan terhadap setiap sampel yang disediakan!
c. Pisahkan setiap sampel yang mengalami penyimpangan mutu!
d. Adakah dalam satu sampel terdapat lebih dari satu jenis penyebab penyimpangan
mutu ? Berapa banyak jenis penyebabnya ?
5. Diskusi
Diskusikan dengan teman anda, mengapa bahan hasil pertanian mengalami
penyimpangan mutu

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 23


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

Lembar Latihan
1. Jelaskan pengertian mutu!
2. Jelaskan faktor-faktor mutu hasil pertanian!
3. Jelaskan tujuan dari standarisasi mutu!
4. Jelaskan ! Apa yang dimaksud dengan standarisasi mutu nasional dan instansi mana saja
yang melakukannya?
5. Jelaskan faktor penyebab adanya penyimpangan mutu!
6. Penyimpangan mutu dapat disebabkan oleh faktor budidaya. Bagaimana ciri-ciri

penyimpangan mutu tersebut ?

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 24


Mutu bahan hasil pertanian
Diklat Lanjut Pengolahan Komoditas Buah-buahan dan Sayuran

DAFTAR PUSTAKA

1. Eddy Afrianto, 2008. Pengawasan Mutu bahan/Produk Pangan Jilid 1. Untuk SMK.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen


Pendidikan Dasar dan Menengah.Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
2. Hidayat S, Ir dan Adiati SD, Ir. 1978. Pengawasan Mutu Hasil Pertanian I. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan. Dikmenjur.
3. Obin Rachmawan, 2001. Pengelompokkan dan Penyimpangan Mutu Hasil Pertanian.
Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta

Departemen Agroindustri dan Teknik Kimia PPPPTK Pertanian Cianjur 25

Anda mungkin juga menyukai