Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

MATA KULIAH KOLOKIUM

Dosen Pengampu : Dr. Sugiyanto, M.Si., M.Si

Disusun oleh :

Muhammad Zaki Zamani

NIM. K5417049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2020
Analisis Medan untuk Pengembangan Lokasi Objek dan Fasilitas Pariwisata
di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
(Sumber: Sugiyanto, 2004)

A. Latar Belakang Kajian


Kebutuhan orang untuk berekreasi atau berwisata telah menggerakkan
kegiatan ekonomi di sektor jasa yang cukup besar yang disebut industri
pariwisata. Oleh karena itu banyak negara atau daerah mengembangkan sektor
pariwisata sebagai salah satu sektor andalan dalam pembangunan ekonominya,
termasuk di Indonesia. Dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 dijelaskan
bahwa tujuan penyelenggaraan kepariwisataan adalah untuk memperkenalkan,
mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata, memperluas kesempatan
berusaha dan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan nasional, mendorong
pendayagunaan produksi nasional, memupuk rasa cinta tanah air dan
persahabatan internasional.
Kawasan Pariwisata Tawangmangu Kabupaten Karangnyar merupakan
salah satu daerah tujuan wisata utama di Provinsi Jawa Tengah. Inti kawasan
ini adalah berupa obyek wisata alam Gunungapi Lawu. Obyek wisata alam
yang ada di kawasan tersebut meliputi : Air Terjun Grojogan Sewu, Pendakian
Cemoro Kandang, Bumi Perkemahan Sekipan. Di samping itu juga terdapat
obyek wisata budaya seperti: Pertapaan Pringgodani, Pertapaan Boncholono,
Sendang Drajat, Hargodalem, Hargodumilah. dan Taman Bermain
Balekambang (Dinas Pariwisata Karanganyar, 1998). Menurut Suharsono,dkk
(1995), Kawasan Wisata Tawangmangu ini termasuk kawasan wisata
menonjol di Jawa Tengah.
Sebagai kawasan wisata menonjol, di kawasan Tawangmangu ini telah
terjadi gejala perubahan penggunaan lahan yang cepat dari penggunaan lahan
pertanian menjadi penggunaan lahan non pertanian. Ini terlihat dengan
menjamurnya pembangunan sarana akomodasi berupa hotel, pondok wisata,
dan prasarana wisata lainnya, bahkan pembangunan untuk kepariwisataan ini
telah merambah pada lahan dengan kemiringan lereng agak curam atau
melebihi dari 15 persen. Dampak lingkungan yang dominan dapat ditimbulkan
dari pembangunan di daerah lahan atas dengan bentuklahan vulkan seperti
Gunungapi Lawu ini adalah terjadinya gerakan massa batuan dan erosi.
Pada tahun 1985 penggunaan lahan untuk kepentingan pariwisata
mencapai 42, 72 ha, dan pada tahun 1995 telah bertambah menjadi 45,27 ha.
Lahan yang digunakan untuk pariwisata tersebut berasal dari tegalan dan
kebun campuran sebanyak 29,78 ha, lahan permukiman sebanyak 12,74 ha,
dari lahan hutan sebanyak 2,74 ha. Penggunaan perubahan lahan tersebut
terutama digunakan untuk hotel, pondok wisata, rumah makan, dan parasarana
lainnya (Juarti, 1997). Pengamatan sementara pada akhir tahun 2000 lahan
kritis semakin bertambah. Cepatnya perkembangan kepariwisataan di
Tawangmangu ini mengakibatkan kurang tertatanya penggunaan lahan, seperti
kurangnya lahan untuk parkir, kurang tertatanya warung cinderamata,
digunakannya lahan terjal untuk akomodasi.
Perkembangan penggunaan lahan yang kurang sesuai dengan
karakteristik medan ini sangat membahayakan, karena akan mempercepat
degradasi lahan oleh proses erosi dan gerakan massa batuan. Dalam
persepektif geografi, rusaknya lingkungan justru akan mematikan usaha
pariwisata itu sendiri, sebab inti dari usaha pariwisata Tawangmangu adalah
menjual lingkungan yang indah, unik dan nyaman. Kondisi yang demikian
diperlukan langkah antisipasi untuk mengembangkan kawasan pariwisata yang
lestari. Pengembangan pariwisata yang demikian, memerlukan informasi
tentang kondisi medan melalui pendekatan geomorfologi
Berdasarkan pola pengembangan pariwisata, Kawasan Pariwisata
Tawangmangu termasuk kategori pola pengembangan I. Menurut Dirjen Cipta
Karya Dept PU (1991), tipologi permasalahan yang ada pada pola
pengembangan pariwisata I adalah: 1) cenderung memiliki kesemrawutan tata
ruang karena terjadi pertumbuhan kegiatan kepariwisataan yang sangat pesat.
Masalah yang mendesak adalah: a) masalah penyediaan areal perluasan
kawasan, b) masalah lingkungan, c) masalah peningkatan kualitas sarana dan
prasarana, 2) terjadinya pelanggaran terhadap peraturan yang ada dalam
pengembangan kepariwisataan.
Dalam rangka otonomi daerah yaitu usaha meningkatkan pendapatan
daerah melalui pengembangan sektor pariwisata mulai diintensifkan dengan
peningkatan kualitas layanan, pengadaan prasarana dan sarana pendukung serta
penambahan obyek-obyek baru. Beberapa obyek baru yang telah
terinvevtarisasi di kawasan Tawangmangu antara lain Kawah Tamansari,
Telaga Dlingo dan Grojogan Pringgodani, namun obyek-obyek tersebut
sementara ini belum dimanfaatkan sebagai obyek wisata.
Usaha pengembangan pariwisata dalam hal ini obyek-obyek wisata dan
prasarana penunjangnya memerlukan kajian awal untuk menilai daya tarik
panorama, karakteristik medan, agar pengembangnya lebih efektif dan lestari.
Untuk keperluan ini kajian geomorlogi sangat diperlukan. Melalui pendekatan
geomorfologi dapat dilakukan analisis dan evaluasi medan untuk sumberdaya
rekreasi pada masing masing bentang lahan. Disamping itu melalui analisis
medan ini dapat dideteksi potensi dan pembatas pengembangan obyek dan
prasarana pendukung, untuk pengembangan masing-masing obyek wisata
yang ada. Dengan demikian pendekatan geomorfologi yang menekankan pada
bentuklahan yang mencerminkan morfologi, morfogenesa, morfoasosiasi dapat
memberikan informasi secara dini tentang kondisi medan untuk keperluan
perencanaan, penataan, dan pengembangan wilayah atau kawasan
(Verstappen,1983, Sutikno 1995).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana potensi objek wisata alam pada satuan-satuan medan di
Kecamatan Tawangmangu baik yang sudah dimanfaatkan maupun yang
belum dimanfaatkan, dilihat dari daya tarik panorama, karakteristik medan,
dan aspek aksesibilitas?
2. Bagaiamana arahan pengembangan pariwisata alam yang tepat di
Kecamatan Tawangmangu?
C. Landasan Teori
1. Pengertian Parwisata
2. Jenis – Jenis Parwisata
3. Komponen Pariwisata
4. Pengembangan pariwisata
5. Wisata alam pegunungan
6. Geomorfologi dan aplikasinya
7. Pendekatan Landscape Assesment Untuk Penilaian Daya Tarik
Panorama
8. Evaluasi Medan untuk Pariwisata
LATAR BELAKANG
Pengalihfungsian Lahan
untuk Pariwisata

Objek Kajian
Potensi Wisata Alam
pada Saatuan Medan

Satuan Medan di
Kecamatan Tawangmangu

Sudah Belum
dimanfaatkan dimanfaatkan

- Daya tarik panorama - Daya tarik panorama


- Karakteristik Medan - Karakteristik Medan
SKORING SKORING
- Aspek Aksesibilitas - Aspek Aksesibilitas

Klasifikasi Tingkat Potensi: Klasifikasi Tingkat Potensi:


1. Obyek wisata alam potensial 1. Obyek wisata alam potensial
2. Obyek wisata alam cukup potensial 2. Obyek wisata alam cukup potensial
3. Obyek wisata alam kurang potensial 3. Obyek wisata alam kurang potensial

Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan dan Kelemahan


Objek Wisata Alam Objek Wisata Alam

ANALISIS SWOT
ANALISIS SWOT

Arah Pengembangan
Arah Pengembangan
Objek Wisata Alam
Objek Wisata Alam
D. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini berupa instrument yang telah
dituangkan dalam bentuk angket untuk mengetahui data mengenai daya tarik
objek, aksesibilitas, dan karakteristik fisik- biotis dari objek wisata dan catatan
observasi dan pengukuran untuk kesesuaian lahan berupa catatan tentang
kemiringan lereng, kedalaman muka air tanah, kedalaman hamparan batuan,
sebaran batu permukaan, drainase, kembang kerut tanah, besar butir tanah dan
genangan banjir yang ada di setiap medan penelitian.
2. Alat Penelitian
a. Angket
b. Lembar catatan observasi dan pengukuran
c. Borang observasi
d. Peta RBI Lembar Tawangmangu
e. Peta Satuan Lahan
E. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan serangkaian proses yang dilakukan
selama penelitian. Dalam Analisis Medan untuk Pengembangan Lokasi Objek
dan Fasilitas Pariwisata di Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar
dilakukan tahapan penelitian sebagai berikut:
1. Persiapan
Tahap persiapan meliputi beberapa kegiatan, yaitu penentuan daerah
penelitian beserta unit analisis yang digunakan, penyusunan peta satuan
medan, survei awal, dan konsultasi tema. Penentuan daerah penelitian
didasari oleh latar belakang penelitian mengenai kondisi medan yang
terdapat di Kecamatan Tawangmangu, dimana wilayah tersebut merupakan
daerah wisata yang banyak terdapat pembangunan objek wisata beserta
fasilitasnya,dengan adanya hal tersebut harus diimbangi dengan adanya
medan yang sesuai guna terwujudnya pembangunan pariwisata yang alami
dan lestari. Hal itu yang manarik penulis dalam meneliti mengenai Analisis
Medan untuk Pengembangan Lokasi Objek dan Fasilitas Pariwisata di
Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar. Satuan analisis yang
digunakan adalah satuan medan yang disusun dari overlay peta bentuk
lahan, peta lereng, peta batuan, dan peta jenis tanah. Survei awal dilakukan
untuk mencocokkan hasil peta satuan medan dengan kondisi sesungguhnya
di lapangan.
2. Penyusunan Proposal Penelitian
Setelah konsultasi tema dengan dosen pembimbing, selanjutnya
dilakukan proses penyusunan proposal penelitian dengan menyusun latar
belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dasar
teori, serta metode yang digunakan. Studi literatur berupa pengkajian teori-
teori yang mendukung dan relevan dilakukan untuk menjawab rumusan
masalah yang telah diajukan.
3. Penyusunan Instrumen
Penyusunan instrumen merupakan tahapan yang dilakukan sebelum
pengambilan data. Instrumen dibutuhkan guna memudahkan dalam
mengolah data lapangan menjadi informasi yang dapat digunakan dalam
menjawab pertanyaan. Adapun instrumen yang dibutuhkan dalam penelitian
yang digunakan yakni borang tingkat kesesuaian medan yang terdiri atas
tiga parameter yang diantaranya meliputi daya tarik objek, aksesibilitas dan
karakteristik fisik-biotis serta boring tingkat kesesuaian medan yang terdiri
dari delapan parameter antara lain, kemiringan lereng, kedalaman muka air
tanah, kedalaman hamparan batuan, sebaran batu permukaan, drainase,
kembang kerut tanah, besar butir tanah dan genangan banjir.
4. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
Data primer dikumpulkan melalui pengukuran dan pengambilan sampel
lapangan serta wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
literatur ilmiah baik berupa referensi dari berbagai penelitian yang
relevan maupun data dari instansi terkait.

5. Analisis Data
Data dan informasi yang telah diperoleh kemudian diorganisasi
secara cermat dan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang
telah ditentukan sebelumnya.
6. Penyusunan Laporan Penelitian
Tahap akhir dari penelitian ini adalah menyusun laporan penelitian.
Laporan disajikan dalam bentuk deskripsi yang dilengkapi dengan tabel,
gambar, grafik, dan peta yang merupakan hasil penelitian. Penulisan
laporan penelitian merujuk kepada beberapa referensi berupa skripsi dan
laporan penelitian sebelumnya dan mengacu pada ketentuan penulisan
yang telah ditentukan.
PARAMETER DAYA TARIK DAN PANORAMA OBJEK WISATA
Potensi obyek dan daya tarik wisata dalam studi ini dibagi menjadi
produk wisata dan produk pendukung. Untuk mengetahui kualitas serta
menetapkan jenis wisata yang sesuai maka dilakukan penilaian
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pott (1998) yang
dimodifikasi oleh Fandeli (2002) adalah seperti berikut :
Tabel 1. Inventarisasi Potensi Atraksi Wisata Alam Dalam Suatu Kawasan
Wisata

Analisis pengembangan
Obyek/ atraksi Kualitas Aksesibilitas Amenitas Kelembagaan Ket
NO
alam
1 2 3 4 5

1 Objek wisata X

2 Objek wisata Y

Sumber : Fandeli, 2002.

Keterangan : (1) adalah keaslian; (2) adalah keunikan; (3) adalah keindahan; (4)
adalah keutuhan; dan (5) adalah ketersediaan lahan pengembangan.
Berdasarkan tabel di atas, kualitas atraksi alam akan dicermati dari
sudut pandang otensitas (keaslian), keunikan, keindahan, keutuhan, dan
ketersediaan lahan pengembangan. Selanjutnya aksesibilitas, amenitas, dan
kelembagaan. Uraian dari masing-masing variabel akan dikemukakan
secara rinci dalam Tabel 2.
Tabel 2. Rincian Potensi Produk Wisata X dan Y
Variabel Rincian Penilaian
Potensi Rincian Potensi
Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4 Skor 5
Atraksi
Keaslian Kondisi masih Kondisi masih asli Kondisi masih Kondisi masih Kondisi masih
asli 20% 40% asli 60% asli 80% asli 100%

Keunikan Obyek terdapat Obyek hanya


di lokasi atau ada pada lokasi
daerah lain tersebut

Keindahan Hanya memiliki Hanya memiliki Memiliki


1. pandangan lepas/variasi satu unsur dua unsur semua unsur
Kualitas
pandangan di dalam obyek
Objek
2. pandangan lepas menuju obyek
3. kesantaian suasana dalam obyek
Keutuhan Hanya memiliki Hanya memiliki Hanya Memiliki empat
1. geologi satu unsur dua unsur memiliki tiga unsur
2. flora unsur
3. fauna
4. lingkungan ekosistem
Ketersediaan lahan Pengembangan Tersedia unit Memadai
pengembang
terbatas
Jarak dari Ibu Kota Kabupaten Jauh > 20 Cukup dekat 10 ≤ Dekat ≤ 10
km 20 km km

Aksesibilit Ketersediaan angkutan umum Tidak tersedia Tersedia, kondisi Tersedia,


as kurang baik kondisi baik

Prasarana Jalan Tidak tersedia Tersedia, kondisi


Tersedia,
kurang baik
kondisi baik
Ketersediaan fasilitas pemenuhan Tidak tersedia Hanya memiliki Memiliki >2
kebutuhan fisik / dasar wisatawan: 1-2 fasilitas fasilitas
1. Restoran/waru ng makan
2. losmen/ penginapan
3. tempat ibadah
Tidak tersedia Memiliki >2
Ketersediaan fasilitas pemenuhan Hanya
fasilitas
kebutuhan sosial dan kenyamanan memiliki 1-2
Amenitas 1. Taman terbuka fasilitas
2. Seni budaya
3. Bangunan untuk menikmati
obyek
Fasilitas pelengkap terdiri dari : Tidak tersedia Hanya memiliki Memiliki >2
1. Tempat parker 1-2 fasilitas fasilitas
2. Toilet/WC
3. Pusat informasi Souvenir shop
Kelembang Tidak ada Perorangan Desa Pemerintah
Status Pengelolaan
an pengelola
Kurang dari 5 5 – 15 orang 16-30 orang Lebih dari 30
Jumlah pegawai
orang orang
Jumlah Anggaran terdiri dari : Tidak ada Hanya ada Ada 3 – 4 unsur
Hanya ada dua
1. administrasi satu unsur
unsur
2. perawatan
3. pengembangan
4. pemasaran
Mutu Pelayanan terdiri dari : Tidak ada Hanya ada satu Hanya ada 2-4 Ada 5 – 6 unsur
1. kelancaran pelayanan unsur unsur
2. keramahan staf
3. kemampuan komunikasi
4. penguasaan materi
5. kerapihan berpakaian petugas
penerangan
PARAMETER KESESUAIAN MEDAN UNTUK BANGUNAN OBJEK
PARIWISATA
Klasifikasi Harkat
Kemiringan Lereng
Datar 5
Landai 4
Miring 3
Terjal 2
Sangat terjal 1
Tekstur Tanah
Pasir, pasir geluhan 5
Geluh pasiran, geluh pasiran halus 4
Geluh pasiran sangat halus, geluh debuan, debu 3
Geluh lempungan, geluh lempung pasiran, geluh lempung
2
debuan
Lempung pasiran, lempung debuan, lempung 1
Kerawanan Longsor
Tanpa ada bahaya longsor 5
Ada gerakan massa batuan/tanah dengan ukuran kecil 4
Gerakan massa batuan/tanah resiko sedang 3
Gerakan massa batuan/tanah resiko tinggi 2
Gerakan massa batuan/tanah resiko sangat tinggi 1
Daya Dukung Tanah
> 1,4 5
1,3 - < 1,4 4
1,2 - < 1,3 3
1,1 - < 1,2 2
>1,1 1
Lama Penggenangan Banjir
Tidak pernah tergenang 5
1-2 hari/tahun 4
3-6 hari/tahun 3
7-14 hari/tahun 2
> 1 bulan/tahun 1
Kedalaman Air Tanah
<7 m 5
7 - < 15 m 4
15 - < 25 m 3
25 - < 50 m 2
> 50 m 1
Metode perhitungan parameter agar mendapatkan nilai kesesuaian adalah sebagai
berikut:
HKB = HKL + HTT + HKL + HDD + HPL + HAT
Keterangan:
HKB : Harkat Kesesuaian Bangunan
HKL : Harkat Kemiringan Lereng
HTT : Harkat Tekstur Tanah
HRL : Harkat Kerawanan Longsor
HDD : Harkat Daya Dukung Tanah
HLB : Harkat Lama Penggenangan
HAT : Harkat Kedalaman Air Tanah
Tabel Klasifikasi Kesesuaian Medan
No Simbol Nilai Klasifikasi
1 S1 > 30 Sangat sesuai
2 S2 25-30 Sesuai
3 S3 19-24 Cukup sesuai
4 N1 13-18 Tidak sesuai
5 N2 6-12 Sangat tidak sesuai

Anda mungkin juga menyukai