I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
II METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu dengan studi literatur
yang didapatkan dari jurnal penelitian.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Kepala terdiri dari mata tunggal yang tersusun dalam satu segitiga tumpul,
sepasang antena, satu mulut dan dua pasang sungut. Toraks (dada) merupakan
tempat melekatnya enam tungkai dan empat sayap. Abdomen (perut) pada bagian
posterior terdiri dari ruas-ruas serta terdapat alat pencernaan makanan, pernafasan
dan reproduksi. Ujung abdomen pada jantan dan betina terdapat sepasang cerci
yang panjang serta tajam dan berfungsi sebagai penerima rangsang atau
pertahanan apabila ada musuh dari belakang.
3.2 Habitat
Jangkrik dapat ditemui di hampir seluruh Indonesia dan hidup dengan baik
pada daerah yang bersuhu antara 20-32°C dan kelembaban sekitar 65-80%.
Jangkrik merupakan hewan nokturnal kegiatan makan, mengerik dan kawin
dilakukan pada malam hari. Jangkrik hidup di wilayah empat musim seperti di
Indonesia. Habitat jangkrik ditemukan pada kayu lapuk, bagian bawah batu-
batuan dan pada lubang–lubang tanah yang gembur/berpasir serta di semak-semak
belukar. Daya tahan hidup merupakan ketahan tubuh dalam menghadapi rintangan
dan rangsangan dari luar maupun dalam untuk mempertahankan hidup lebih lama.
Jangkrik hidup bergerombol dan bersembunyi dalam lipatan-lipatan daun kering
atau bongkahan tanah.
3.3.1 Telur
Telur-telur dari Gryllus berbentuk silindris seperti buah pisang ambon,
berwarna kuning muda bening dengan panjang rata-rata 2,5-3mm. Disalah satu
bagian atas dari telur ada tonjolan yang disebut operculum. Tonjolan ini
merupakan celah untuk keluarnya nimfa dari dalam telur. Kulit telur bila
diletakan tidak akan pecah karena sangat liat dan kuat, kulit telur ini berfungsi
melindungi bagian dalam telur. Profil telur jangkrik dapat dilihat pada Gambar
3.
Saat telur baru diletakkan bawarna kuning muda, cerah dan segar. Satu hati
kumudian warnanya berubah menjadi kuning tua cerah dengan garis-garis halus
berwarna abu-abu. Tanda-tanda telur yang tidak bisa menetas adalah berwarna
kuning agak gelap dengan permukaan keriput. Di alam jangkrik dapat bertelur
dan menetaskan telurnya pada tanah atau pasir. Telur ini dikeluarkan dan
ditusukan melalui ovipositornya sedalam 5-15 mm di tanah atau pasir.
3.3.2 Nimfa
Fase nimfa mengalami lima kali pergantian kulit yang disebut eksdisis.
Lama proses pergantian kulit tergantung pada besarnya serangga. Pergantian
kulit pertama, saat serangga masih kecil, lebih cepat dari pada pergantian kulit
yang terakhir. Untuk pergantian kulit yang terakhir jangkrik membutuhkan
waktu rata-rata 13-15 menit. Kulit dilepaskan dari arah depan kebelakang
dengan mengontraksikan otot-ototnya secara perlahan-lahan. Jangkrik yang
baru berganti kulit memiliki warnannya putih pucat. Lima sampai sepuluh
menit kemudian warnannya berubah menjadi cokelat muda, setelah satu jam
berikutnya warna berubah menjadi cokelat tua dan sudah dapat berjalan seperti
biasanya.
Nimfa yang baru keluar dari telur masih tetap bergerombol di sekitar sisa-
sisa kulit telur sambil memakan sisa-sisa cairan telur. Selanjutnya nimfa
berpencar satu persatu dengan arah yang tidak teratur, dan akan berkumpul
disekitar tempat penetasan yang basah/lembap sambil mengisap-isapnya. Pada
thapan nimfa keempat, selain ovipositor pada betina mulai muncul, dan sayap-
sayap mulai berkembang. Pada tahapan nifa kelima barulah lengkap
pertumbuhan sayap janta dan betina kemudian sudah menjadi jangkrik
sempurna dan sudah dapat melakukan perkawinkan.
3.3.3 Dewasa
Pada jangkrik kalung (Gryllus bimaculatus) mulai dapat kawin setelah
berumur 11-19 hari dan mulai bertelurnya yaitu 7-13 hari setelah kawin. Masa
produktif jangkrik betina berbeda tergantung jenisnya, yaitu antara 45-60 hari.
Setelah masa produktifnya lewat, betina akan mengalami menopausePada
masa-masa produktif ini baik jantan maupun betina saling memakan, walaupun
makanan berlimpah.
3.4 Reproduksi dan Perkawinan Jangkrik
Jangkrik (Gryllus bimaculatus) jantan dan betina memiliki bentuk tubuh
yang berbeda. Jangkrik saling berkomunikasi dengan cara mengepakkan kedua
sayapnya hingga terdengar suara mengerik. Cara semacam ini dilakukan oleh
jangkrik jantan untuk menarik perhatian jangkrik betina. Kemampuan mengerik
hanya dilakukan pada jangkrik jantan (Ade 2016). Venasi sayap depan jangkrik
betina berbentuk garis-garis lurus, sedangkan pada jantan berbentuk tidak
beraturan seperti melingkar dan terdapat yang lurus. Pada jangkrik jantan juga
terdapat stridulasi yang berfungsi untuk menghasilkan suara atau mengerik. Suara
mengerik dihasilkan dari bagian kasar sayap depan yang bergesekan dan bagian
kasar pada sayap belakang (Utami 2022). Pada sayap terdapat struktur harp yaitu
struktur sayap yang berfungsi memperbesar suara yang dihasilkan oleh bagian
kasar dibalik sayap depan dan bagian kasar pada sayap belakang (Nugroho 2020).
Suara yang dihasilkan jangkrik memiliki nada yang berfungsi untuk
menarik perhatian jangkrik betina atau perilaku agonistik. Suara tersebut dapat
dihasilkan pada saat sayap jangkrik jantan terangkat. Pada jangkrik betina
memiliki alat yang berfungsi sebagai penangkap suara atau “telinga” yang terletak
dibagian timpanum di tungkai depan (Erniwati 2012). Perilaku jangkrik jantan
yang dominan setelah bertemu dengan jangkrik betina adalah berbunyi. Gunawan
(2019), menyatakan bahwa Jangkrik jantan mengeluarkan suara yang digunakan
untuk menarik perhatian jangkrik betina dan menolak jangkrik jantan lainnya.
Suara jangkrik akan semakin terdengar keras dengan naiknya suhu sekitar. Pada
saat jangkrik betina terpikat oleh jangkrik jantan, maka jangkrik jantan dan betina
akan melakukan mating.
Mating dilakukan dengan cara jangkrik betina berada diatas tubuh jangkrik
jantan. Setelah itu jangkrik jantan akan mengeluarkan sperma dan diletakkan pada
alat reproduksi jangkrik betina. Jangkrik betina sering melakukan mating apa bila
terdapat banyak jangkrik jantan. Sehingga jangkrik betina melakukan mating
bukan hanya dengan satu ekor jangkrik jantan, tetapi dengan semua jangkrik
jantan (Hasanah 2015). Untuk mengawinkan jangkrik betina dan jantan dengan
rasio 10:2. Dalam kandang kawin harus disiapkan media pasir atau tanah sebagai
tempat peneluran jangkrik.
Pemilihan bibit dan calon indukan untuk dibesarkan haruslah yang sehat, tidak
sakit, tidak cacat (sungut atau kaki patah). Adapun ciri-ciri indukan jantan dan
betina sebagai berikut:
SIMPULAN
Jangkrik merupakan jenis serangga yang hidup dimalam hari atau
nokturnal. Jangkrik dikenal masyarakat sebagai hewan peliharaan karena suaranya
yang unik serta digunakan sebagai pakan satwa pliaraan. Morfologi tubuh
jangkrik pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu kepala, toraks, dan
abdomen. Jangkrik memiliki siklus hidup yang pendek, mudah dalam
pemeliharaan, mudah beradaptasi dengan pakan yang diberikan, serta modal yang
dibutuhkan untuk usaha budidaya jangkrik ini cukup murah. Jangkrik kalung
memiliki keunggulan dalam laju pertumbuhan dan konversi pakan serta memiliki
kulit tubuh lebih lunak sehingga lebih disukai burung dan satwa pemakan
serangga yang lain.
DAFTAR PUSTAKA