PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup yang menghuni bumi terdiri dari berbagai jenis yang
masing-masing hidup pada tempat yang berbeda dan sesuai dengan kebutuhan
hidupnya. Makhluk hidup ada yang uniseluler dan ada pula yang multiseluler.
Makhluk hidup secara garis besar dibagi menjadi 3 yaitu tumbuhan, hewan
dan mikroorganisme. Hewan terdiri dari 2 kelompok besar yaitu hewan yang
bertulang belakang (Vertebrata) dan hewan yang tidak memiliki tulang
belakang
(Avertebrata).
Setiap
makhluk
hidup
punya
cara
untuk
mempertahankan diri agar tetap lestari di alam salah satu cara agar makhluk
hidup tetap lestari di alam ini ialah dengan melakukan reproduksi.
Reproduksi adalah suatu proses biologis suatu individu organisme
baru diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri
yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu
organisme untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Cara reproduksi
secara umum dibagi menjadi dua jenis, yakni seksual dan aseksual.
Reproduksi pada vertebrata khusunya kelas aves memiliki keunikan
tersendiri. khusunya burung merak. Burung merak bereproduksi secara
seksual.
Berdasarkan uraian di atas
1. Klasifikasi
Kerajaan : Animalia.
Filum : Chordata.
Kelas : Aves.
Ordo : Galliformes.
Famili : Phasianidae.
Genus : Pavo
Spesies : Pavo muticus.
Nama binomial: Pavo muticus (Linnaeus, 1766)
2. Deskripsi
Merak Hijau (Green Peafowl) yang dalam bahasa ilmiah disebut
Pavu muticus adalah salah satu dari tiga spesies merak yang terdapat di
dunia. Satwa yang terdapat di Cina, Vietnam dan Indonesia ini
mempunyai bulu-bulu yang indah. Apalagi Merak Hijau jantan yang
memiliki ekor panjang yang mampu mengembang bagai kipas. Namun
justru karena keindahan itu yang membawa petaka bagi kehidupan satwa
langka dan dilindungi ini.
Merak Hijau (Pavu muticus) mempunyai bulu yang indah yang
berwarna hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar,
dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat
jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan.
Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa
dihiasi bulu penutup ekor. Mukanya memiliki aksen warna hitam di
sekitar mata dan warna kuning cerah di sekitar kupingnya. Merak jantan
lebih indah daripada Merak betina
3. Morfologi
Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat
mencapai 300cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas
kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil
4. Makanan
Di habitat aslinya Merak Hijau (Pavo muticus) mencari pakan
dari dini hari sampai senja hari. Pakan di .habitat aslinya berupa bijibijian, buah-buahan, kacang-kacangan, sayur-sayuran, cacing dan hewan
melata. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan sayur-sayuran,
gabah dan kecambah.
5. Habitat
Hewan indah ini hidup di hutan-hutan terbuka dengan padang
rumput dataran rendah sampai yang tinggi atau padang rumput dengan
semak belukar serta pepohonan yang tinggi dekat sumber air seperti
danau atau sungai kecil. Namun karena banyaknya habitat hutan yang
hilang dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta daerah dimana
burung ini ditemukan sangat terpencar, Merak Hijau dievaluasikan
sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam
CITES Appendix II.
6. Penyebaran
Merak hijau ini tersebar di Cina, Vietnam dan Indonesia. Di
Indonesia, merak jawa (merak hijau) ini hanya terdapat di Pulau Jawa
saja atau endemik P. Jawa. Merak-merak ini terdapat di Taman Nasional
Alas Purwo, Jawa Timur, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, dan
Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Sebelumnya Merak Hijau
ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah
punah di sana.
7. Kebiasaan dan Prilaku
Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya
di depan burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk
kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung betina menetaskan tiga
sampai enam telur. Burung merak (Pavo muticus) hidup secara kelompok
bersifat poligami dan terikat dalam suatu keluarga. Burung merak jantan
suka memperagakan penutup ekornya yang dikembangkan atau
bergantian mengusir jantan lain pada musim kawin. Pada malam hari
tidur di atas pohon gundul yang tinggi. Pada siang hari suka berjalanjalan di tanah dan bertengger di atas dahan pohon yang gundul.
Bentuknya
panjang
dan
berkelok-kelok
yang
Pada
bagian
leher
infundibulum
yang
telur mendapatkan
disekresikan
saat
jam
sebelum
peneluran.
Pembentukan
kerabang
berakhir
dengan
terbentuknya
dan
penyimpanan
sebelum
diejakulasikan.
papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil
ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi.
punggung
atau
menunggangi
merak
betina
untuk
penampungan
semen
melalui
pengurutan
dapat
punggung
merupakan satu-satunya
metode
makroskopik
dan
pemeriksaan
mikroskopik.
Pemeriksaan
semen
merupakan
upaya
manusia
Aplikator
(alat
untuk
menyampaikan
semen)
atau
insemination gun untuk semen cair berbeda dengan untuk semen beku
(Kartasudjana, 2001).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang reproduksi merak hijau maka dapat
disimpulkan bahwa reproduksi burung merak merupakan reproduksi yang
unik. Hal tersebut terletak dari cara kawin burung merak hijau. Selain itu
Sistem reproduksi burung merak betina terdiri dari ovarium dan oviduck.
Sedangkan sistem reproduksi burung puyuh jantan terdiri dari testis,
epididimis, duktus deferns, organ kopulasi. jumlahTelur 3-5 butir dan menetas
setelah dierami selama 28 hari.
B. Saran
Sebaiknya pembaca jangan hanya mencari satu sumber dalam mencari
info tentang reproduksi burung merak, tapi carilah info dari berbagai sumber
agar pengetahuan kita tentang reproduksi khususnya reproduksi pada burung
merak lebih baik dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Intan. 2009. Pemanfaatan Inseminasi Buatan (Ib) Untuk Peningkatan
Produktivitas Sapi . Sekolah Ilmu Dan Teknologi Hayati Institute
Teknologi Bogor. Bogor
Kartasudjana Ruhyat , 2001 .Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Proyek
Pengembangan Sistem Dan Standar Pengelolaan Smk Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta.
Nitsan, Z., I. Ptichi and I. Nir. 1984. The Effect of Meal-Feeding and Food
Restriction on Body composition, Food Utilization and Intestinal
Adaptation in Light Breed Chicks. British Journal of Nutrition 51:
101-109.
Pinchasov,Y.,I. Nir and Z. Nitsan. 1992. Metabolic and Anatomical Adaptation of
Heavy Bodied Chicks to Intermitten Feeding. Pancreatic Digestive
Enzyme. British Poultry Science 31: 769 -777.
Suprijatna, Edjeng. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Depok: Penebar Swadaya
Makalah Reproduksi
Vertebrata
Reproduksi Burung Merak (Pavo
muticus)
Sulfiani Talib
Yulianti Hasan
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS