Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makhluk hidup yang menghuni bumi terdiri dari berbagai jenis yang
masing-masing hidup pada tempat yang berbeda dan sesuai dengan kebutuhan
hidupnya. Makhluk hidup ada yang uniseluler dan ada pula yang multiseluler.
Makhluk hidup secara garis besar dibagi menjadi 3 yaitu tumbuhan, hewan
dan mikroorganisme. Hewan terdiri dari 2 kelompok besar yaitu hewan yang
bertulang belakang (Vertebrata) dan hewan yang tidak memiliki tulang
belakang

(Avertebrata).

Setiap

makhluk

hidup

punya

cara

untuk

mempertahankan diri agar tetap lestari di alam salah satu cara agar makhluk
hidup tetap lestari di alam ini ialah dengan melakukan reproduksi.
Reproduksi adalah suatu proses biologis suatu individu organisme
baru diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri
yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap individu
organisme untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Cara reproduksi
secara umum dibagi menjadi dua jenis, yakni seksual dan aseksual.
Reproduksi pada vertebrata khusunya kelas aves memiliki keunikan
tersendiri. khusunya burung merak. Burung merak bereproduksi secara
seksual.
Berdasarkan uraian di atas

maka dibuatlah makalah tentang

reproduksi burung merak ini agar dapat menambah pengetahuan kita


khusunya tentang reproduksi pada aves yang salah satunya adalah burung
merak hijau (Pavo muticus).
B. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui reproduksi pada burung
merak hijau (Pavo muticus).
C. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
mengetahui reproduksis pada burung merak (Pavo muticus).
BAB II
REPRODUKSI BURUNG MERAK HIJAU (Pavo muticus)
A. Tinjauan tentang Burung Merak Hijau (Pavo muticus)

1. Klasifikasi
Kerajaan : Animalia.
Filum : Chordata.
Kelas : Aves.
Ordo : Galliformes.
Famili : Phasianidae.
Genus : Pavo
Spesies : Pavo muticus.
Nama binomial: Pavo muticus (Linnaeus, 1766)
2. Deskripsi
Merak Hijau (Green Peafowl) yang dalam bahasa ilmiah disebut
Pavu muticus adalah salah satu dari tiga spesies merak yang terdapat di
dunia. Satwa yang terdapat di Cina, Vietnam dan Indonesia ini
mempunyai bulu-bulu yang indah. Apalagi Merak Hijau jantan yang
memiliki ekor panjang yang mampu mengembang bagai kipas. Namun
justru karena keindahan itu yang membawa petaka bagi kehidupan satwa
langka dan dilindungi ini.
Merak Hijau (Pavu muticus) mempunyai bulu yang indah yang
berwarna hijau keemasan. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar,
dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat
jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan.
Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa
dihiasi bulu penutup ekor. Mukanya memiliki aksen warna hitam di
sekitar mata dan warna kuning cerah di sekitar kupingnya. Merak jantan
lebih indah daripada Merak betina

3. Morfologi
Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat
mencapai 300cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas
kepalanya terdapat jambul tegak. Burung betina berukuran lebih kecil

dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengilap, berwarna hijau


keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. memiliki ekor panjang
yang terdiri 150 helai bulu terbentuk dari pangkal ekornya yang dapat
ditegakkan hingga tercipta sebuah kipas yang luar biasa bentuknya.
Merak hijau jantan memiliki bulu ekor yang sangat indah kalau
direntangkan dengan dihiasi pola gambar seperti hiasan mata. Sedangkan
yang betina tidak mempunyai bulu ekor yang panjang hanya hiasan bulu
pada mantel,leher dan dada berwarna hijau mengkilap. Mukanya
memiliki aksen warna hitam di sekitar mata dan warna kuning cerah di
sekitar kupingnya. Paruh burung-burung merak memiliki rata-rata
panjang satu inci. Merak Hijau (Pavo muticus) memiliki sayap panjang,
ekornya panjang runcing, paruhnya pendek runcing. Fungsi dominan
kaki untuk bertengger dan berjalan, jarinya berjumlah 5 ( 3 depan, 1
belakang rata dan 1 terangkat), cakarnya runcing melengkung.

4. Makanan
Di habitat aslinya Merak Hijau (Pavo muticus) mencari pakan
dari dini hari sampai senja hari. Pakan di .habitat aslinya berupa bijibijian, buah-buahan, kacang-kacangan, sayur-sayuran, cacing dan hewan
melata. Di Kebun Binatang Gembira Loka diberi pakan sayur-sayuran,
gabah dan kecambah.
5. Habitat
Hewan indah ini hidup di hutan-hutan terbuka dengan padang
rumput dataran rendah sampai yang tinggi atau padang rumput dengan
semak belukar serta pepohonan yang tinggi dekat sumber air seperti

danau atau sungai kecil. Namun karena banyaknya habitat hutan yang
hilang dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta daerah dimana
burung ini ditemukan sangat terpencar, Merak Hijau dievaluasikan
sebagai rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam
CITES Appendix II.
6. Penyebaran
Merak hijau ini tersebar di Cina, Vietnam dan Indonesia. Di
Indonesia, merak jawa (merak hijau) ini hanya terdapat di Pulau Jawa
saja atau endemik P. Jawa. Merak-merak ini terdapat di Taman Nasional
Alas Purwo, Jawa Timur, Taman Nasional Ujung Kulon, Banten, dan
Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur. Sebelumnya Merak Hijau
ditemukan juga di India, Bangladesh dan Malaysia, namun sekarang telah
punah di sana.
7. Kebiasaan dan Prilaku
Pada musim berbiak, burung jantan memamerkan bulu ekornya
di depan burung betina. Bulu-bulu penutup ekor dibuka membentuk
kipas dengan bintik berbentuk mata. Burung betina menetaskan tiga
sampai enam telur. Burung merak (Pavo muticus) hidup secara kelompok
bersifat poligami dan terikat dalam suatu keluarga. Burung merak jantan
suka memperagakan penutup ekornya yang dikembangkan atau
bergantian mengusir jantan lain pada musim kawin. Pada malam hari
tidur di atas pohon gundul yang tinggi. Pada siang hari suka berjalanjalan di tanah dan bertengger di atas dahan pohon yang gundul.

B. Tinjauan tentang Reproduksi Burung Merak Hijau (Pavo muticus)


1. Pengertian Reproduksi
Reproduksi adalah suatu proses biologis suatu individu organisme
baru diproduksi. Reproduksi merupakan cara dasar mempertahankan diri
yang dilakukan oleh semua bentuk kehidupan oleh pendahulu setiap
individu organisme untuk menghasilkan suatu generasi selanjutnya. Cara
reproduksi secara umum dibagi menjadi dua jenis, yakni seksual dan
aseksual.

Reproduksi seksual membutuhkan keterlibatan dua individu yang


biasanya dilakukam jenis kelamin yang berbeda. Secara umum,
organisme yang lebih kompleks melakukan reproduksi secara seksual,
sedangkan organisme yang lebih sederhana seperti makhluk bersel satu
melakukan reproduksi secara aseksual.
Dalam reproduksi aseksual, suatu individu dapat melakukan
reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama.
Pembelahan pada sel bakteri menjadi dua sel anak adalah contoh dari
reproduksi aseksual. Walaupun demikian, reproduksi aseksual tidak
dibatasi kepada organisme bersel satu. Kebanyakan tumbuhan juga
memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi aseksual.
2. Organ reproduksi Burung merak hijau (Pavo muticus)
a. Burung Betina
Organ reproduksi betina terdiri dari ovarium dan oviduct. Pada
ovarium terdapat banyak folikel dan ovum. Oviduct terdiri dari
infudibulum, magnum, ithmus, kelenjar kerabang telur dan vagina.
1) Ovarium
Ovarium terletak pada daerah kranial ginjal diantara
rongga dada dan rongga perut pada garis punggung sebagai
penghasil ovum. Ovarium sangat kaya akan kuning telur atau
yang disebut yolk. Yolk merupakan tempat disimpannya sel benih
(discus germinalis) yang posisinya padapermukaan dipertahankan
oleh latebra. Yolk dibungkus oleh suatu lapisan membran
folikuler yang kaya akan kapiler darah, yang berguna untuk
menyuplai komponen penyusun yolk melalui aliran darah menuju
discus germinalis. Bagian yolk juga mempunyai suatu lapisan
yang tidak mengandung pembuluh kapiler darah yang disebut
stigma. Pada bagian stigma inilah akan terjadi perobekan selaput
folikel kuning telur, sehingga telur akan jatuh dan masuk ke
dalam ostium yang merupakan mulut dari infundibulum.
Ovarium biasanya terdiri dari 5-6 folikel yang sedang
berkembang, berwarna kuning besar (yolk) dan sejumlah besar

folikel putih kecil yang menunjukkan sebagai kuning telur yang


belum dewasa (Suprijatna, 2005).
Pertumbuahan kelenjar telur dirangsang oleh Follicle
Stimulating Hormon (FSH) yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari
anterior. Hormon ini menyebabkan ovarium berkembang dan
folikel mengalami pertumbuhan. Produksi FSH secara normal
dirangsang oleh peningkatan periode pencahayaan. Secara alami,
peningkatan FSH disebabkan oleh pertambahan periode siang hari
pada musim semi (Hartanto, 2010).
Ovarium menskresikan hormon estrogen dan progesteron.
Hormon estrogen menyebabkan terjadinya 1) perkembangan
oviduk; 2) peningkatan kadar kalsium darah, protein, lemak,
vitamin dan bahan-bahan lain yang diperlukan dalam proses
pembentukan telur; 3) merangsang peregangan tulang pulbis
untuk mempersiapkan dalam proses bertelur (Suprijatna, 2005).
2) Oviduk
Oviduk terdapat sepasang dan merupakan saluran
penghubung antara ovarium dan uterus. Pada unggas oviduk
hanya satu yang berkembang baik dan satunya mengalami
rudimeter.

Bentuknya

panjang

dan

berkelok-kelok

yang

merupakan bagian dari ductus Muller. Oviduk terdiri dari lima


bagian yaitu: infundibulum atau funnel, magnum, ithmus, uterus
atau shell gland dan vagina.
a) Infundibulum
Infundibulum adalah bagian teratas dari oviduk dan
mempunyai panjang sekitar 9 cm. Infundibulum berbentuk
seperti corong atau fimbria dan menerima telur yang telah
diovulasikan.

Pada

bagian

leher

infundibulum

yang

merupakan bagian kalasiferos juga merupakan tempat


penyimpanan sperma, sperma juga tersimpan pada bagian
pertemuan antara uterus dan vagina. Penyimpanan ini terjadi
pada saat kopulasi hingga saat fertilisasi. Infundibulum selain

tempat ovulasi juga merupakan tempat terjadinya fertilasi.


Setelah fertilasi, ovum akan mengalami pemasakkan setelah
15 menit di dalam infundibulum, dan dengan gerak peristaltik
ovum yang terdapat pada yolk akan masuk ke bagian
magnum.
b) Magnum
Magnum merupakan saluran kelanjutan dari oviduk
dan merupakan bagian terpanjang dari oviduk. Batas antara
infundibulum dengan magnum tidak dapat terlihat dari luar.
Magnum mempunyai panjang sekitar 33 cm dan tempat
disekresikan albumen telur. Proses perkembangan telur dalam
magnum sekitar 3 jam. Albumen padat yang kaya
akan mucin disekresikan oleh sel goblet yang terletak pada
permukaan mukosa magnum dan jumlah albumen yang
disekresikan sekitar 40 sampai 50% total albumen telur.
c) Ithmus
Setelah melewati infundibulum telur masuk ke dalam
Ithmus. Antara ithmus dan magnum terdapat garis pemisah
yang nampak jelas yang disebut garis penghubung ithmusmagnum.
d) Uterus
Uterus merupakan bagian oviduk yang melebar dan
berdinding kuat. Di dalam uterus

telur mendapatkan

kerabang keras yang terbentuk dari garam-garam kalsium.


Selain pembentukan kerabang pada uterus juga terjadi
penyempurnaan telur dengan disekresikannya albumen cair,
meneral, vitamin dan air melalui dinding uterus dan secara
osmosis masuk ke dalam membran sel. Pembentukan
kerabang juga diikuti dengan pewarnaan kerabang. Warna
dominan dari kerabang telur adalah putih dan coklat,
yang pewarnaannya tergantung pada genetik setiap individu.
Pigmen kerabang (oopirin) dibawa oleh darah (50 70%)
dan

disekresikan

saat

jam

sebelum

peneluran.

Pembentukan

kerabang

berakhir

dengan

terbentuknya

kutikula yang disekresikan sel mukosa uterus berupa material


organik dan juga mukus untuk membentuk lapisan selubung
menyelimuti telur yang akan mempermudah perputaran telur
masuk ke vagina. Pada kutikula terdapat lapisan porus yang
berguna untuk sirkulasi air dan udara.
e) Vagina
Bagian akhir dari oviduk adalah vagina dengan
panjang sekitar 12 cm. Telur masuk ke bagian vagina setelah
pembentukan oleh kelenjar kerabang sempurna (di dalam
uterus). Pada vagina telur hanya dalam waktu singkat dan
dilapisi oleh mucus yang berguna untuk menyumbat pori-pori
kerabang sehingga invasi bakteri dapat dicegah. Kemudian
telur dari vagina keluar melalui kloaka.

Gambar 1. Anatomi alat reproduksi aves betina


b. Burung Merak Jantan
Organ reproduksi ayam jantan terdiri dari sepasang testis (T),
epididimis (Ep), duktus deferens (D.d.) dan organ kopulasi pada
kloaka (Cl), secara lengkap ditunjukkan pada gambar berikut:
1) Testis
Testis berjumlah sepasang terletak pada bagian atas di
abdominal kearah punggung pada bagian anterior akhir dari ginjal
dan berwarna kuning terang. Pada unggas testis tidak seperti
hewan lainnya yang terletak di dalam skrotum. Fungsi testis
menghasilkan hormon kelamin jantan disebut androgen dan sel
gamet jantan disebut sperma.
Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis transparan, lapisan
albughin yang lunak. Bagian dalam testis terdiri atas tubuli
seminiferi (85-95% dari volume testis), yang merupakan tempat
terjadinya spermatogenesis, dan jaringan inertitial yang terdiri atas
sel glanduler (sel leydig) tempet disekresikannya hormone steroid,
androgen, dan testosterone. Besarnya testis bergantung pada umur,
strain, musim dan pakan (Yuwanta, 2004).
2) Epididimis
Epididimis berjumlah sepasang dan terletak pada bagian
sebelah dorsal testis. Berfungsi sebagai jalannya cairan sperma ke
arah kaudal menuju ductus deferens.
3) Duktus deferens
Jumlahnya sepasang, pada ayam jantan muda kelihatan
lurus dan pada puyuh jantan tua tampak berkelok-kelok. Letak ke
arah kaudal, menyilang ureter dan bermuara pada kloaka sebelah
lateral urodeum. Di dalam saluran deferens, sperma mengalami
pemasakan

dan

penyimpanan

sebelum

diejakulasikan.

Pemasakan dan penyimpanan sperma terjadi pada 65%


bagiandistal saluran deferens (Yuwanta, 2004).
4) Organ kopulasi

Pada unggas duktus deferens berakhir pada suatu lubang

papila kecil yang terletak pada dinding dorsal kloaka. Papila kecil
ini merupakan rudimeter dari organ kopulasi.

Gambar 2. Anatomi alat reproduksi aves jantan


3. Mekanisme reproduksi
Merak Hijau (Pavo muticus) berkembangbiak dengan bertelur
(Ovipar). Merak betina membuat sarang diatas pohon atau di
semak.semak belukar. Sarang dibuat dari ranting atau dahan-dahan
kering.
a. Waktu kawin
Perkawinan merak berkaitan erat dengan musim penghujan,
sekitar bulan Juni sampai Agustus.
b. Persiapan kawin

Pada puncak musim reproduksi di bulan Juni-Agustus,


Merak Hijau adalah salah satu pertunjukan alam paling indah yang
ada di Taman Nasional Baluran. Para jantan yang mencoba menarik
perhatian si betina dengan mengambangkan ekornya yang indah dan
tarian khas. Burung jantan membuat suatu tarian untuk menarik
perhatian lawan jenisnya. Dalam tarian tersebut merak jantan
menggerakkan bulu-blu hias yang ditegakkannya. Akibatnya, bulu
hias ini berbentuk melingkar seperti kipas raksasa. Kepala merak
jantan diletakkan di tengah-tengah bulu hiasnya, lalu bulu-bulu hias
ini diangguk-anggukkan seperti gerakan kipas raksasa yang
memesona.
c. Cara kawin
Setelah melakukan persiapan kawin, merak jantan kemudian
menaiki

punggung

atau

menunggangi

merak

betina

untuk

memasukkan penis ke dalam vagina betina atau melakukan kopulasi.


d. Perbandingan jantan dan betina
Pada musim kawin, merak hijau hidup berkelompok. Setiap
kelompok terdiri atas satu jantan dengan 3-5 betina.
e. Lama kawin
Waktu yang digunakan burung merak untuk melakukan
kopulasi adalah kurang lebih 10 detik.
f. Jumlah kelahiran
Telur 3-5 butir, warna telur krem sampai cokelat sawo
matang, dengan ukuran yang sedikit lebih besar dari telur itik dan
menetas setelah dierami selama 28 hari.
C. Tekhnologi Reproduksi pada Burung Merak Hijau (Pavo muticus)
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menternakkan burung
merak hijau ini yaitu melalui kawin alami dan melalui tekhnologi reproduksi
yang telah lama dikembangkan.
1. Breeding
Merak normalnya mencapai tahap dewa dan siap kawin pada usia 2
tahun. sedangkan jantan minimal pada usia 3 tahun. Mereka akan bersama
1 tahun sebelum akhirnya betina bertelur. Merak jantan pada pada kondisi
yang pria dapat dikawinkan dengan 5 ekor betina. Tingkat kesuburan telur

untuk setiap pejantan seharusnya di monitoring untuk menentukan berapa


banyak betina yang dapat kawin dengan sukses dari masing- masing
pejantan. ketika menseleksi merak untuk tujuan breeding, pejantan dan
betina yang tidak terkait harus diseleksi. Inbreeding dapat menimbulkan
banyak masalah pada telur maupun anaknya. Tidak peduli berapa usia
merak yang dieli atau untuk tujuan breeding, merak harusla sehat. merak
yang sehat akan aktif, mempunyai kualitas bulu yang baik, kaki lurus dan
mata bersih. Betina akan meletakkan telur pada bulan April dan akan
bertelur setiap har sampai clutch ke tujuh hingga sepuluh tercapai. jika
telur dikoleksi dari sarang untuk inkubasi buatan, seekor betina mungkin
ertelur banyak hingga 30 telur. etina yang diperbolehkan untuk berkeliaran
bebas disekitar peternakan, akan menyembunyikan sarang mereka di
rumput yang tinggi, sekitar semak bahkan ditumpukan sikat.Betina yang
dipelihara dalam kandang akan menggunakan ban bekas, koak sarang
kayu dan tong kosong untuk situs sarang. struktur ini harus diisi rumput
kering atau jerami untuk menyediakan bahan bersarang.
Ada beberapa metode inkuasi telur merak. metode pertama adalah
inkubasi buatan. Telur diinkubasi pada suhu 99-100 derajat Fahrenheit.
Telur akan menetas setelah 27-30 hari inkuasi. Telur harus dilakukan
candling setelah 10 hari inkubasi untuk melihat kesuburannya. Jika telur
tidak fertil, harus di uang dari inkubator sehingga tidak merusak dan
mungkin mencemari telur lain yang ada di inkubator. Telur harus
ditempatkan di inkuator sesegera mungkinsetelah mereka diletakkan dan
tidak ada telur yang dipegang selama sebelum 10 hari seelum inkubasi
dimulai. Inkubasi alami dari telur merak dapat dilakukan dengan eberapa
cara. pertama menyerahkan kepada betina untuk mengatur telurnya dan
menetaskannya. Peahens biasanya melakukan inkubasi dengan baik tetapi
metode ini akan memproduksi jumlah telur yang terbatas setiap tahunnya.
Sekali dia mengatur jumlah clutch yang keluar, dia tidak akan bertelur lagi
untuk musim itu. Metode kedua dari inkubasi alami yang akan
menghasilkan produksi telur maksimum dengan menggunakan ayam atau

bebek. Telur merak yang dikeluarkan dikoleksi dan kemudian ditetapkan


sebagai clutch dibawah ayam atau bebek. Ukuran clutch ditentukan dari
ukuran ayam atau bebek yang digunakan untuk inkubasi. Telur yang
berada dibawah ayam/ bebek diletakkan hingga dua hari sebelum menetas
normal.Telur dipidahkan dari sarang dan ditaruh di mesin penetas. clutch
baru dari telur diletakkan dibawah ayam betina kemudian proses diulang.
jika telur dibiarkan menetas dibawah ayam, resiko penyakit dari ayam
lebih besar dan seingkali ayam betina tidak memperbolehkan eberapa telur
untuk ditaruh dibawahnya.
2. Brooding
Pengaturan brooding yang baik untuk anak merak dimulai dari suhu 95
derajat fahrenheit dan temperautr ini diturunkan 5 derajat setiap minggu.
Brooder dapai diuat di rumah atau dibeli secara komersial. Brooder harus
menyediakan sumber panas yang kosisten sehinggan anakan tidak
kedinginan atau kepanasan. Area pemanas harus cukup besar sehingga
anak-anak ayam tidak harus menumpuk diatas satu sama lain agar tetap
hangat. Brooder harus memiliki lantai kawat sehingga kotoran dan pakan
tebuang jatuh.
Anakan biasanya meninggalkan penetasan setelah mereka menetas. ini
memberi mereka banyak waktu untuk mengeringkan dan memdapatkan
kekuatan yang cukup untuk berdiri. Anakan tersebut kemudian
ditempatkan dalam brooder kayu keil dengan menggunakan lampu panas
untuk menghangatkan. Anakan dibawah umur seminggu seharusnya
dipelihara di grup kecil sehingga mereka dapat belajar makan dan minum
tanpa adanya kompetisi datu dengan lain. Anakan kadang- kadang harus
diajarkan untuk makan dan minum. hal ini dapat dilakukan dengan
menempatkan guru dengan umur 3-4 hari lebih tua darinya, anak ayam
atau anak burung dapat juga digunakan sebagai guru anakan.
3. Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan (IB) adalah salah satu bioteknologi dalam bidang
reproduksi ternak yang memungkinkan manusia mengawinkan ternak
betina tanpa perlu seekor pejantan. Inseminasi Buatan merupakan suatu

rangkain proses terencana dan terpogram karena menyangkut kualitas


genetik ternak di masa yang akan datang. Pelaksanaan dan penerapan
teknologi Inseminasi Buatan di lapangan dimulai dengan langkah
pemilihan pejantan unggul sehingga akan lahir anak yang kualitasnya
lebih baik dari induknya selanjutnya dari pejantan tersebut dilakukan
penampungan semen, penilaian kelayakan semen, pengelolahan dan
pengawetan semen dalam bentuk cair dan beku, serta teknik inseminasi ke
dalam saluran reproduksi ternak betina (Depdiknas, 2001).
Menurut Ahmad (2009), manfaat penerapan bioteknologi IB pada
ternak adalah sebagai berikut :
a. Menghemat biaya pemeliharaan ternak jantan;
b. Dapat mengatur jarak kelahiran ternak dengan baik;
c. Mencegah terjadinya kepunahan pada hewan utamanya yang telah
tergolong langka;
d. Dengan peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan
dalam jangka waktu yang lama;
Menurut Kartasudjana (2001), beberapa langkah yang harus
dilakukan ketika melakukan inseminasi buatan yaitu :
1. Menyiapkan semen dengan cara penampungan semen. Penampungan
semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)-nya
banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan
inseminasi buatan. Semen dapat ditampung melalui beberapa metode,
seperti :
a. Metode Pengurutan (Masase)
Metode

penampungan

semen

melalui

pengurutan

dapat

diterapkan padaternak besar (sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak


unggas (kalkun dan ayam). Pada aves seperti burung merak atau kalkun
metode pengurutan

punggung

merupakan satu-satunya

metode

penampungan yang paling baik hasilnya.


b. Metode Elektrojakulator
Penampungan semen menggunakan metode ini adalah dengan
tujuan untuk memperoleh semen dari pejantan yang memiliki kualitas

genetik tinggi tetapi tidak mampu melakukan perkawinan secara alam


akibat gangguan fisik atau psikis. Metode ini saat ini lebih banyak
diterapkan pada ternak kecil seperti domba dan kambing karena pada
ternak besar lebih mudah dilakukan melalui metode pengurutan
ampula vas deferens.
c. Metode Vagina Tiruan
Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan
metode yang paling efektif diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda,
kerbau) ataupun ternak kecil (domba, kambing, dan babi) yang normal
(tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan metode penampungan
menggunakan vagina tiruan ini adalah selain pelaksanaannya tidak
serumit dua metode sebelumnya, semen yang dihasilkannya pun
maksimal.
2. Evaluasi atau pemeriksaan semen merupakan suatu tindakan yang perlu
dilakukan untuk melihat kuantitas (jumlah) dan kualitas semen.
Pemeriksaan semen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pemeriksaan
secara

makroskopik

dan

pemeriksaan

mikroskopik.

Pemeriksaan

makroskopik yaitu pemeriksaan semen secara garis besar tanpa


memerlukan alat bantu yang rumit, sedangkan pemeriksaan mikroskopik
bertujuan melihat kondisi semen lebih dalam lagi serta memerlukan alat
bantu yang cukup lengkap.
Evaluasi makroskopik meliputi : volume semen, warna semen, bau
semen, kekkentalan semen, dan pH semen. Adapun pemeriksaan
mikrokopik meliputi gerakan massa sperma, gerakan individu sperma,
konsentrasi sperma dalam tiap mililiter semen, konsentrasi sperma hidup
dalam setiapmililiter semen, konsentrasi sperma mati dalam setiap mililiter
semen, dan persentase abnormalitas (ketidak-normalan bentuk) sperma.
3. Pengenceran semen adalah satu upaya untuk memperbesar volume semen
serta menurunkan kandungan sperma dalam volume tertentu sehingga
akan lebih banyak dosis inseminasi dapat dibuat. Dengan demikian akan
lebih banyak jumlah ternak betina yang dapat dikawini oleh seekor
pejantan karena setiap ejakulatnya mampu menginseminasi banyak betina.

Pengencer semen adalah larutan isotonis (memiliki tekanan osmotik yang


sama dengan plasma darah) yang mengandung bahan-bahan yang bersifat
buffer (memelihara larutan dari perubahan pH), bahan nutrisi bagi
kelangsungan hidup sperma.
4. Pengawetan atau preservasi

semen

merupakan

upaya

manusia

memperpanjang daya hidup dan daya fertilisasi sperma sehingga masa


pakai semen tersebut dapat lebih lama. Pengawetan semen dapat dilakukan
untuk keperluan penyimpanan singkat pada temperatur 5 o C dan
penyimpanan semen untuk jangka waktu tidak terbatas pada temperatur
196o C. Pengawetan semen pada temperature dibawah titik beku air
memerlukan bahan lain yang mampu melindungi sperma karena cekaman
akibat perubahan tekanan osmotik larutan (hypertonic stress) dan
melindungi sperma akibat pembentukan kristal es pada saat pembekuan.
Bahan yang mampu ber-peran untuk kedua maksud di atas disebut sebagai
agen krioprotektan seperti glycerol.
5. Inseminasi atau deposisi semen ke dalam saluran reproduksi ternak betina
merupakan salah satu langkah akhir dalam kegiatan inseminasi buatan.
Pencurahan semen ke dalam saluran reproduksi ternak betina dilakukan
dengan maksud agar sel telur yang diovulasikan ternak betina tersebut
dapat dibuahi oleh sperma sehingga ternak betina menjadi bunting dan
melahirkan anak. Inseminasi/ deposisi semen harus dilaksanakan pada saat
yang tepat, yaitu pada saat ternak betina itu sedang dalam puncak berahi.
Semen yang diinseminasikan dapat dalam bentuk semen cair atau
semenbeku.

Aplikator

(alat

untuk

menyampaikan

semen)

atau

insemination gun untuk semen cair berbeda dengan untuk semen beku
(Kartasudjana, 2001).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang reproduksi merak hijau maka dapat
disimpulkan bahwa reproduksi burung merak merupakan reproduksi yang
unik. Hal tersebut terletak dari cara kawin burung merak hijau. Selain itu
Sistem reproduksi burung merak betina terdiri dari ovarium dan oviduck.
Sedangkan sistem reproduksi burung puyuh jantan terdiri dari testis,
epididimis, duktus deferns, organ kopulasi. jumlahTelur 3-5 butir dan menetas
setelah dierami selama 28 hari.
B. Saran
Sebaiknya pembaca jangan hanya mencari satu sumber dalam mencari
info tentang reproduksi burung merak, tapi carilah info dari berbagai sumber
agar pengetahuan kita tentang reproduksi khususnya reproduksi pada burung
merak lebih baik dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Intan. 2009. Pemanfaatan Inseminasi Buatan (Ib) Untuk Peningkatan
Produktivitas Sapi . Sekolah Ilmu Dan Teknologi Hayati Institute
Teknologi Bogor. Bogor
Kartasudjana Ruhyat , 2001 .Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Proyek
Pengembangan Sistem Dan Standar Pengelolaan Smk Direktorat
Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta.
Nitsan, Z., I. Ptichi and I. Nir. 1984. The Effect of Meal-Feeding and Food
Restriction on Body composition, Food Utilization and Intestinal
Adaptation in Light Breed Chicks. British Journal of Nutrition 51:
101-109.
Pinchasov,Y.,I. Nir and Z. Nitsan. 1992. Metabolic and Anatomical Adaptation of
Heavy Bodied Chicks to Intermitten Feeding. Pancreatic Digestive
Enzyme. British Poultry Science 31: 769 -777.
Suprijatna, Edjeng. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Depok: Penebar Swadaya

Makalah Reproduksi
Vertebrata
Reproduksi Burung Merak (Pavo
muticus)

Sulfiani Talib
Yulianti Hasan
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR


2015

Anda mungkin juga menyukai