DISUSUN OLEH :
TIM PENGAJAR
MK BIOTEKNOLOGI TANAMAN
Penyusun menyadari bahwa penuntun praktikum jarak jauh ini masih jauh
dari sempurna dan masih memerlukan perbaikan berba gai materi. Segala
masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan.
Semoga Buku Penuntun Praktikum Jarak Jauh Mata Kuliah Bioteknologi
Tanaman (FPA 22225) ini bermanfaat bagi semua pihak. Terima kasih.
Tim Pengajar
Halaman
I. PENDAHULUAN...................................................................... 4
7. Asisten praktikum akan memberikan kuis terkait materi praktikum pada saat
sebelum atau sesudah pelaksanaan praktikum.
8. Praktikan wajib mengembalikan dalam keadaan baik dan bersih semua
peralatan yang telah dipakai kepada Laboran/Asisten Praktikum.
9. Praktikan bekerja dengan tenang, tertib dan sesuai dengan rencana kerja
praktikum.
Komponen Penilaian
1. Nilai Mingguan (ketepatan waktu, keaktifan, : 45%
rencana kerja, kuis mingguan dan laporan
kerja mingguan)
2. Ujian Praktikum (minggu terakhir praktikum) : 30%
3. Laporan Praktikum (per individu) : 25%
Pendahuluan
Pembuatan media untuk kultur jaringan, dan embrio rescue disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing tanaman. Setiap tanaman/genotiep, bahan
eksplan akan memerlukan hara ytang berbeda-beda. Hara pada teknik kultur in
vitro diberikan dalam bentuk garam anorganik berupa hara makro, hara mikro,
vitamin, persenyawaan kompleks, asam amino, arang aktif dan lain-lain.
Pembuatan media untuk teknik kultur in vitro dibutuhkan dalam jumlah
yang sangat sedikit. Untuk itu perlu dibuat suatu larutan stok untuk setiap
kelompok hara. Tujuan pembuatan larutan stok ini adalah untuk menghemat
bahan kimia dan efisiensi tempat dan teknik pekerjaan.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui komposisi hara ada
larutan Murashige dan Skoog (MS) dan mengetahui tahapan pembuatan larutan
stok media MS.
Prosedur Kerja
1. Siapkan semua bahan kimia yang diperlukan untuk membuat media.
2. Siapkan wadah larutan stok (erlen meyer) sebanyak jenis atau macam
larutan stok.
3. Timbang bahan kimia yang telah ditentukan sesuai dengan kebutuhan.
Misal, untuk membuat stok G (vitamin) :
Sediakan erlenmeyer sesuai ukuran (100 ml), tambahkan akuades steril
50 ml. Timbang Tiamin-HCl, Asam nikotinat dan Pyrodoxin-HCl masing-
masing 0,005 g. Masukkan ke dalam erlen meyer. Aduk hingga larut.
Tambahkan akuades steril hingga dicukupkan menjadi 100 ml (volume
larutan stok). Tutup dengan aluminium foil dan beri label. Simpan stok
pada lemari pendingin.
4. Lakukan prosedur yang sama untuk semua kelompok larutan stok.
Latihan
1. Buatlah larutan stok F1 dengan kepekatan 20 (kelompok 1-5), stok F2
dengan kepekatan 250 (kelompok 6-10) dan stok A-E dengan kepekatan 5
(kelompok 11-15).
Pendahuluan
Salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
dan perbanyakan cepat tanaman untuk kerperluan industri adalah dengan
pemakaian Teknologi Kultur Jaringan. Kultur Jaringan merupakan suatu met ode
untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, kelompok sel,
jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam keadaan aseptik, sehingga
bagian – bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman utuh kembali.
Media yang paling umum digunakan dalam kultur jaringan adalah media
Murasige dan Skoog (MS) (1962). Di samping itu media kultur jaringan juga
sering ditambahkan senyawa lain untuk tujuan tertentu seperti arang aktif, yang
digunakan sebagai pengabsorpsi senyawa phenolik yang dapat bersifat toksik
bagi sel tanaman. Senyawa ini umumnya dihasilkan oleh tanaman berkayu dan
dikeluarkan ke medium bila jaringan tanaman tersebut ditumbuhkan. Senyawa
pengabsorpsi ini sering kali juga mengabsorpsi zat pengatur tumbuh yang ada
pada media sehingga tidak tersedia bagi jaringan. Senyawa pengabsorpsi ini
sering kali juga mengabsorpsi zat pengatur tumbuh yang ada pada media
sehingga tidak tersedia bagi jaringan.
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui prosedur pembuatan media
aseptik yang tepat untuk digunakan sebagai media perbanyakan tanaman
dengan kultur jaringan, kultur anther dan media embrio rescue.
Pengamatan
1. Jumlah media yang terkontaminasi.
2. Jenis organisme kontaminannya.
Pendahuluan
Kultur anter merupakan salah satu cara untuk mendapatkan tanaman
haploid secara in – vitro. Tanaman haploid adalah tanaman yang memiliki jumlah
kromosom sama dengan jumlah kromosomgametofitik pada sel sporofitiknya.
Dalam kenyataannya dari kultur ini tidak hanya tanaman haploid yang bias
dihasilkan, tetapi juga muncul tanaman – tanaman dengan tingkat ploidi yang
lebih tinggi. Kenyataan ini ada keuntungannya karena berarti memp erkaya
keragaman genetic tanaman tersebut yang mungkin berguna dalam usaha
pemuliannya.
Teknologi haploid dapat dimanfaatkan untuk mendukung program
perbaikan genetik tanaman terutama dalam peningkatan efisiensi dan
pemecahan masalah yang tidak bisa atau sulit dilakukan secara konvensional.
Beberapa teknik bioteknologi seperti seleksi dengan markah molekuler, kultur
anter, dan penyelamatan embrio dapat dimanfaatkan untuk mendukung program
pemuliaan sehingga menjadi lebih efisien.
Kultur anther merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan tanaman
haploid sehingga seringkali dikenal dengan nama kultur haploid. Kultur anther
digunakan untuk menghasilkan kultivar atau hibrida F1 yang akan digunakan
sebagai bahan seleksi oleh pemulia tanaman.
Kultur anther atau kultur haploid banyak dipergunakan dalam
menghasilkan kultivar-kultivar baru karena memiliki beberapa keunggulan. Kultur
anter sebagaimana umumnya kultur jaringan dapat dimanfaatkan untuk berbagai
tujuan. Dalam pemuliaan tanaman kultur anter merupakan sumber genetik,
sumber keragaman karakter dan juga dapat digunakan sebagai jalan pintas
dalam pembentukan galur murni.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengisolasi antera dari berbagai
bunga dan menanam antera secara in vitro untuk mendapatkan tanaman haploid
pada tanaman pepaya (Carica papaya L.).
Prosedur Kerja
1. Pisahkan kuncup bunga jantan dari tanaman pepaya sesuai ukurannya.
Ukuran kuncup bunga berkorelasi dengan umur bunga
2. Kuncup bunga dicuci dengan air mengalir dan direndam dengan Agrept
dan Dithane selama 15 menit. Dibilas dengan air steril kemudian dibawa
ke dalam Laminar Air Flow Cabinet.
3. Sterilisasi kuncup bunga di dalam LAFC dengan cara mencelupkan
bunga ke dalam alkohol 70% lalu dilewatkan di atas api bunsen, lalu
diamkan sampai apinya padam.
4. Lakukan hal yang sama seperti nomor 2 sebanyak 2 kali.
5. Buka kuncup bunga dengan pinset dan buang korolanya secara hati –
hati agar anteranya tidak rusak.
6. Lepaskan antera dari tangkai bunga dan tanam pada media kultur MS0.
7. Kultur antera selanjutnya disimpan dalam gelap selama 2 bulan untuk
menginduksi pertumbuhan pertumbuhan kalus
8. Antera yang berasal dari kuncup bunga
Pengamatan
1. Jumlah antera per bunga dan warna antera
2. Jumlah antera yang tetap kuning, dan jumlah yang coklat
3. Jumlah kultur yang mengalami kontaminasi
4. Saat terbentuk kalus dan jumlah antera yang membentuk kalus
Pendahuluan
Usaha untuk meningkatkan produktifitas jeruk di Indonesia sering
mengalami kendala. Antara lain disebabkan oleh Citrus Vein Phloem
Degeneration (CVPD). Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
buah (fruit set) pada tanaman jeruk belum banyak terungkap. Rendahnya fruit set
pada tanaman jeruk dapat menurunkan produksi terutama pada batang bawah
jeruk karena jumlah biji yang dihasilkan per pohon sedikit. Kebutuhan bibit yang
meningkat setiap saat perlu ditunjang dengan teknik perbanyakan bibit secara
cepat, salah satunya dengan perbanyakan in vitro.
Selain dilakukan kultur meristem, juga terdapat teknik in vitro lainnya yaitu
kultur nuselus dan kultur embrio. Teknik ini bermanfaat untuk menyelamatkan
embrio tanaman terutama hasil persilangan. Dengan kultur embrio pada
pemuliaan tanaman jeruk diharapkan dapat mempersingkat masa memperoleh
tanaman jeruk dan dapat mengeliminasi penyakit-penyakit yang menyerang
tanaman jeruk
Penyerbukan dan pembuahan dapat berhasil namun setelah persilangan
buatan seringkali dijumpai permasalahan antara lain buah yang terbentuk gugur
saat embrio belum matang, terbentuk buah dengan endosperm yang kecil atau
terbentuk buah dengan embrio yang kecil dan lemah. Kondisi tersebut dapat
menghambat program pemuliaan tanaman karena embrio muda, embrio dengan
endosperm kecil atau embrio kecil dan lemah seringkali tidak dapat berkecambah
secara normal dalam kondisi biasa. Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka
embrio tersebut dapat diselamatkan dan ditanam secara aseptis dalam media
buatan sehingga dapat berkecambah dan menghasilkan tanaman utuh. Teknik
untuk menanam embrio muda ini dikenal dengan sebutan penyelamatan embrio
(embryo rescue).
Berdasarkan tujuan dan jenis embrio yang dikulurkan, kultur embrio
digolongkan menjadi kultur embrio muda (Immature Embryo Culture), kultur
embrio dewasa (Mature Embryo Culture) dan kultur embrio nonzigotik. Kultur
embrio muda bertujuan menanam embrio yang terdapat pada buah muda
sebelum buah tersebut gugur (mencegah kerusakan embrio akibat buah gugur)
sehingga teknik ini disebut sebagai embryo rescue (penyelamatan embrio).
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk mendapatkan planlet hasil kultur embryo dan
nuselus dari biji jeruk.
Bahan
- Benih jeruk varietas Lookam (Citrus nobilis var. chrysocarpa) dan
Pontianak (citrus nobilis var. microcarpa).
- Media MS0
- Agrept (bakterisida)
- Dithane 45
- Detergen
- Alkohol 70%
- Clorox (bahan aktif sodium hypochlorite 5.25%) 10% dan 30%
- Bethadine
- Aquades steril.
Alat
- Petridish - Lampu Bunsen
- Scalpel - Hand sprayer
- Pinset - Tisu
- Gunting - Masker
Penuntun Praktikum Jarak Jauh: Bioteknologi Tanaman (FPA 22225) 13
Prosedur Kerja
- Benih jeruk disterilkan pada larutan Dithane M-45 selama 2.5 jam dan
dibilas dengan aquades.
- Benih kemudian direndam dalam larutan clorox 30% selama 30 menit dan
dikupas kulit luar serta kulit arinya.
- Sterilisasi selanjutnya dengan merendam benih pada larutan clorox 5%
selama 5 menit dan dibilas dengan air steril.
- Benih yang telah steril dibelah untuk memisahkan nuselus dan embrio.
Masing-masing ditanam pada botol terpisah.
Pengamatan
1. Waktu eksplan berkecambah
2. Jumlah tunas baru yang terbentuk
3. Waktu pembentukan kalus dan tunas dari masing-masing embrio dan
nuselus.
Pendahuluan
Teknik perbanyakan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
perbanyakan dan pengembangan tanaman. Untuk penanaman skala luas,
perbanyakan menggunakan biji merupakan cara yang praktis. Hal ini tidak
menjadi masalah bagi tanaman-tanaman yang berbiji ortodoks karena biji/benih
dapat bertahan pada suhu dan kelembaban rendah sehingga mampu disimpan
dalam waktu yang relatif lama dan menjamin kontinuitas pengadaan benih.
Namun demikian, untuk tanaman yang menyerbuk silang dan bersifat
heterosigot, perbanyakan dengan cara tersebut menghasilkan keturunan dengan
sifat yang tidak selalu sesuai dengan induknya.
Bagi tanaman yang berbiji rekalsitran, kemampuan benih yang terlalu
cepat berkecambah menjadi masalah dalam kontinuitas pengadaan benih dan
kualitas benih, sedangkan untuk tanaman yang diperbanyak secara vegetatif,
propagul tanaman (bagian vegetatif sebagai bahan perbanyakan) umumnya tidak
dapat disimpan dalam waktu yang relatif lama.
Oleh karena itu perlu diterapkan teknologi alternatif yang dapat digunakan
untuk perbanyakan tanaman dalam skala besar dan juga menjaga keseragaman
genetik tanaman tersebut. Teknologi kultur in vitro merupakan teknologi yang
telah terbukti mampu memproduksi bibit dalam jumlah besar, seragam dan tidak
terbatas oleh musim. Perbanyakan secara kultur in vitro identik dengan
perbanyakan secara vegetatif. Dalam hal ini, regenerasi melalui jalur
embriogenesis somatik lebih jarang diterapkan daripada regenerasi melalui jalur
organogenesis karena tingkat kerumitannya yang lebih tinggi. Namun demikian,
penguasaan teknik tersebut membuka peluang bagi pengembangan benih
sintetik yang dapat berperilaku menyerupai benih zigotik yang dapat disimpan
dalam waktu relatif lama.
Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum pembuatan benih artifisial dengan teknik enkapsulasi
adalah untuk mempelajari cara pembuatan benih sintetik dalam usaha
penyediaan bibit tanaman kentang yang bermutu dan dapat ditransportasikan
dengan mudah.
Alat Tanam
- Cawan petri
- Pinset
- Lampu bunsen
- Tabung reaksi berdiameter 1.5 cm
- Tissue steril
- Shaker
- Ruang penyimpanan untuk simulasi transportasi yang terdiri dari ruang gelap
dan terang dengan suhu 20 oC.
Prosedur Kerja
- Planlet Kentang berumur 4 MST dikeluarkan dari media MS0, digunting
per ruas. Planlet dikeringkan pada petridish bertisu.
- Tambahkan dengan larutan alginat-MS0 sebanyak 102 ml pada petridish
berisi planlet.
- Untuk menggumpalkan alginat, ditambahkan 3-4 ml larutan CaCl2.2H2O,
kemudian digoyang perlahan sampai bagian dasar alginat lepas dan akan
terbentuk kapsul alginat yang membulat.
- Masukan kapsul alginat ke dalam larutan CaCl2.2H2O sambil digoyang
untuk memperkuat dinding kapsul.
- Benih artifisial yang telah keras dibilas dengan air steril 1 kali dan
disterilisasi pada larutan Dithane 0.1 g/L + Agrept 0.1 g/L selama 15
menit.
- Benih artifisial dibilas dengan air steril dan kembali disterilisasi pada
larutan amoxilin 250 mg/L tanpa dibilas dengan air steril.
- Pengemasan benih artifisial dilakukan dengan memasukkan benih ke
dalam botol steril tertutup (5 benih setiap botol).
Penuntun Praktikum Jarak Jauh: Bioteknologi Tanaman (FPA 22225) 16
VII. LAPORAN PRAKTIKUM