Anda di halaman 1dari 9

A. KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR (BBL).

1. Pengertian
Bayi Baru Lahir (Neonatus) adalah bayi yang baru lahir sampai
usia 4 minggu dan lahir dari umur kelahiran 37 minggu sampai
42 minggu dengan berat lahir 2.500 gram (Kemenkes RI, 2015).
Bayi Baru Lahir adalah hasil konsepsi yang baru lahir dari rahim
seorang wanita melalui jalan lahir normal atau dengan alat tertentu sampai
umur satu bulan (Tando, 2016).
Asuhan segera bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi
tersebut selama jam pertama setelah kelahiran sebagian besar bayi baru lahir
akan menunjukkan usaha napas pernapasan spontan dengan sedikit bantuan
atau gangguan (Walyani. 2016).
Jadi asuhan keperawatan pada bayi baru lahir adalah asuhan
keperawatan yangdiberikan pada bayi yang baru mengalami proses
kelahiran dan harus menyesuaikandiri dari kehidupan intra uteri ke
kehidupan ekstra uteri (Mangkuji , B., dkk. 2012).
2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir (Sondakh,2016)
a) Berat Badan 2.500 –  4.000 gram
b) Panjang Badan 48– 52 cm
c) Lingkar dada 30 38 cm
d) Lingkar kepala 33 –  35 cm
e) GDS 45 g/dl –  130 g/dl
f) Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 x/menit lalu menurun setalah
8-10 jam menjadi 120 –  140 x/menit
g) Pernafasan pada menit– menit pertama 40-60 x/menit.
h) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
dan diliputi vernik caseosa
i) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
j) Kuku agak panjang dan lemas
k) Genitalia: pada perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora,
dan pada lakilaki, testis sudah turun dan skrotum sudah ada.

1
l) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
m)Refleks Moro atau gerak memeluk jikadikagetkan sudah baik.
n) Refleks grap atau menggenggam sudah baik.
3. Klasifikasi Bayi baru lahir
Klasifikasi berat bayi lahir menurut Wafinur. (2010) berat bayi lahir
berdasarkan berat badan dapat dikelompokan menjadi :
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Berat yang dilahirkan dengan berat lahir selamanya prematur atau
kurang bulan tetapi dapat cukup bulan maupun lebih bulan. Penelitian
oleh gruendwald, menunjukkan bahwa sepertiga bayi berat lahir rendah
adalah bayi aterm.
b. Menurut (Rahardjo, 2012) bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu Prematur murni dan Dismaturitas
1) Prematur murni adalah neonatus dengan usia kehamilan kurang dari
37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan
untuk masa kehamilan, atau biasa disebut neonatus kurang bulan
sesuai masa kehamilan.
2) Dismaturitas atau Kecil untuk masa kehamilan adalah bayi lahir
dengan berat badan kurang dari berat badan sesungguhnya untuk masa
kehamilan. Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam
pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah
peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh
sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi
tertentu seperti ikterus, hipoglikomia yang dapat menyebabkan
kematian. Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan
dengan kelompok resiko tinggi, karena pada bayi berat lahir rendah
menunjukan angka kematian dan kesehatan yang lebih tinggi dengan
berat bayi lahir cukup.

2
c. Bayi Berat Lahir Normal (Kriebs, 2016).
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan sampai
42 minggu dan berat badan lahir > 2500 - 4000 gram.
d. Bayi Berat Lahir Lebih (Purwoastuti, 2016).
Bayi berat lahir lebih adalah Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir
lebih > 4000 gram. Bayi dengan berat lahir lebih bisa disebabkan karena
adanya pengaruh dari kehamilan posterm, bila terjadi perubahan
anatomik pada plasenta maka terjadi penurunan janin, dari penelitian
Vorher tampak bahwa sesudah umur kehamilan 36 minggu grafik rata-
rata pertumbuhan janin mendatar dan tampak adanya penurunan sesudah
42 minggu.
Namun seringkali pula plasenta masih dapat berfungsi dengan baik
sehingga berat janin bertambah terus sesuai dengan bertambahnya umur
kehamilan. Zwerdling menyatakan bahwa rata-rata berat janin > 3600
gram sebesar 44,5% pada kehamilan posterm, sedangkan pada kehamilan
term sebesar 30,6 %. Risiko persalinan bayi dengan berat >4000 gram
pada kehamilan posterm meningkat 2-4 kali lebih besar dari kehamilan
term. Selain itu faktor risiko bayi berat lahir lebih adalah ibu hamil
dengan penyakit diabetes militus, ibu dengan DMG 40% akan
melahirkan bayi dengan BB berlebihan pada semua usia kehamilan.
4. Faktor yang Mempengaruhi Berat Bayi Lahir (Marmi, 2012).
a. Umur Ibu hamil
b. Jarak Kehamilan/Kelahiran
c. Paritas
d. Kadar Hemoglobin (Hb)
e. Status Gizi Ibu Hami
f. Penyakit Saat Kehamilan
5. Pengkajian Awal (Fraser, 2012).
Pengkajian pertama pada seorang bayi dilakukan pada saat lahir
dengan menggunakan nilai apgar dan melalui pemeriksaan fisik singkat.
Pengkajian nilai apgar didasarkan pada lima aspek yang menunjukkan

3
kondisi fisiologis neonatus yakni, denyut jantung, dilakukan dengan
auskultasi menggunakan stetoskop. Pernafasan, dilakukan berdasarkan
pengamatan gerakan dinding dada. Tonus otot dilakukan berdasarkan
derajat fleksi dan pergerakan ekstremitas. Pergerakan iritabilitas refleks,
dilakukan berdasarkan respon terhadap tepukan halus pada telapak kaki.
Warna, dideskripsikan sebagai pucat diberi nilai 0, sianotik nilai 1, atau
merah muda nilai 2.
Evaluasi dilakukan pada menit pertama dan menit kelima setelah bayi
lahir. Sedangkan pengkajian usia gestasi dilakukan dua jam pertama setelah
lahir. Pengukuran antropometri dengan menimbang berat badan
menggunakan timbangan, penilaian hasil timbangan dengan kategori
sebagai berikut, bayi normal BB 2500-3500 gram, bayi prematur 3500
gram.
6. Mempertahankan Bersihan Jalan Nafas (Saleha, 2016).
Napas Bayi dipertahankan dalam posisi berbaring miring dengan
selimut diletakkan pada punggung bayi untuk memfasilitasi drainase.
Apabila terdapat lendir berlebih di jalan napas bayi, jalan napas bayi dapat
dihisap melalui mulut dan hidung dengan sebuah bulb syringe. Bayi yang
tersumbat oleh sekresi lendir, harus ditopang kepalanya agar menunduk.
7. Suhu Tubuh (Putra, 2016)
Setiap kali prosedur apa pun yang dilakukan pada bayi, upayakan
untuk mencegah atau mengurangi hilangnya panas. Stres dingin (cold stress)
akan mengganggu kesehatan bayi baru lahir. Temperatur ruang sebaiknya
24 0 C. Bayi baru lahir harus dikeringkan dan dibungkus dengan selimut
hangat segera setelah lahir, perhatikan supaya kepala juga harus diselimuti
selama bayi digendong orang tuanya. Bayi dapat segera diletakkan di atas
abdomen atau dada ibu, dikeringkan, dan dibungkus dengan selimut hangat.
B. Asuhan Bayi Baru Lahir (Johariyah.2016).
Asuhan bayi baru lahir dimulai saat lahir. Asuhan yang dilakukan
bertujuan untuk mencegah adanya komplikasi sedini mungkin. Perawatan
yaitu berawal dari pengkajian awal hingga perawatan secara keseluruhan.

4
1. Menjaga bayi agar tetap hangat. Langkah awal dalam menjaga bayi tetap
hangat adalah dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir,
tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai bayi stabil untuk
mencegah hipotermi.
Membersihkan saluran napas dengan menghisap lendir yang ada di
mulut dan hidung (jika diperlukan). Tindkaan ini juga dilakukan sekaligus
dengan penilaian APGAR skor menit pertama. Bayi normal akan
menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung
menangis, jalan napas segera dibersihkan.
Nilai APGAR berkisar dari 0 sampai 10. Bayi yang mendapatkan nilai
di atas 7, umumnya bayi dianggap sehat. Sebagian besar bayi mendapat
nilai 8 atau 9. Jika bayi Anda baik-baik saja, bayi akan ditunjukkan
sebentar pada sang ibu dan kemudian dokter akan dilakukan perawatan
lanjutan untuknya. Namun, jika bayi Anda mendapatkan hasil tes APGAR
yang rendah, dokter akan segera mencari tahu penyebabnya akan segera
dilakukan pengujian lebih lanjut hingga masalah bisa teratasi.
NILAI APGAR

Tanda Nilai JML


0 1 2

Denyut ( ) O Tidak ada ( ) O <100 ( ) O100


jantung ( ) O Tidak ada ( ) O Lambat ( ) O Menangis kuat
Usaha nafas ( ) O Lumpuh ( ) O Ekstremitas ( ) O Geiakan aktif
Tonus otot ( ) O Tidak fleksi Sedikit ( ) O Reaksi
Iritabilitas bereaksi ( ) O Gerakan sedikit melawan
Refleks ( ) O Biru/puent Tubuh ( ) O Kemerahan
Warna ( ) O Kemerahan
tangan dan kaki
biru
Ket: ( ) Penilaian menit ke-1 O Penilaian Menit ke

2. Mengeringkan tubuh bayi dari cairan ketuban dengan menggunakan kain


atau handuk yang kering, bersih dan halus. Dikeringkan mulai dari muka,
kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan
verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi.

5
Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2
menit sebelum tali pusat diklem, Hindari mengeringkan punggung tangan
bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari putting
ibunya yang berbau sama.
3. Memotong dan mengikat tali pusat dengan teknik aseptik dan antiseptik.
Tindakan ini dilakukan untuk menilai APGAR skor menit kelima. Cara
pemotongan dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut :
a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
Penyuntikan oksitosin dilakukan pada ibu sebelum tali pusat dipotong
(oksotosin IU intramuscular).
b. Melakukan penjepitan ke-I tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm
dari dinding perut (pangkal pusat) bayi, dari titik jepitan tekan tali
pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat kea rah ibu (agar
darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat).
Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1
ke arah ibu.
c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi
landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain
memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT (steril).
d. Mengikat tali pusat dengan benang DTT pada satu sisi, kemudian
lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci
pada sisi lainnya.
e. Melepaskan klem penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5%.
f. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya inisisasi
menyusui dini.
5. Melakukan IMD, dimulai sedini mungkin, eksklusif selama 6 bulan
dilanjutkan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI sejak usia 6
bulan. Pemberian ASI pertama kali dapat dilakukan setelah mengikat tali
pusat. Langkah IMD pada bayi baru lahir adalah lakukan kontak kulit ibu

6
dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam dan biarkan bayi mencari
dan menemukan putting dan mulai menyusui.
6. Memberikan identitas diri segera setelah IMD, berupa gelang pengenal
tersebut berisi identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir, dan jenis
kelamin.
7. Memberikan suntikan Vitamin K1. Karena sistem pembekuan darah pada
bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi baru lahir beresiko
mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan pada
semua bayi baru lahir, terutama bayi BBLR diberikan suntikan vitamin K1
(phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muscular pada
anterolateral paha kiri. Suntikan vit K1 dilakukan setelah proses IMD dan
sebelum pemberian imunisasi Hepatitis B
8. Memberi salep mata antibiotik pada kedua mata untuk mencegah terjadinya
infeksi pada mata.Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir.
9. Memberikan imunisasi Hepatitis B pertama (HB-O) diberikan 1-2 jam
setelah pemberian vitamin K1 secara intramuscular. Imunisasi Hepatitis B
bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama
jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B harus diberikan pada bayi
usia 0-7 hari.
10. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir untuk mengetahui apakah
terdapat kelainan yang perlu mendapat tindakan segera serta kelainan yang
berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan kelahiran. Memeriksa
secara sistematis head to toe (dari kepala hingga jari kaki). Diantaranya :
a. Kepala: pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar
adanya caput succedaneum, cepal hepatoma.
b. Mata: pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, dan tanda-
tanda infeksi
c. Hidung dan mulut: pemeriksaan terhadap labioskisis, labiopalatoskisis
dan reflex isap
d. Telinga: pemeriksaan terhadap kelainan daun telinga dan bentuk telinga.
e. Leher: perumahan terhadap serumen atau simetris.

7
f. Dada: pemeriksaan terhadap bentuk, pernapasan dan ada tidaknya
retraksi.
g. Abdomen: pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa,
tumor).
h. Tali pusat: pemeriksaan terhadap perdarahan jumlah darah pada tali
pusat, warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau selangkangan.
i. Alat kelamin: untuk laki-laki, apakah testis berada dalam skrotum, penis
berlubang pada ujung, pada wanita vagina berlubang dan apakah labia
mayora menutupi labio minora.
j. Anus: tidak terdapat atresia ani k. Ekstremitas: tidak terdapat polidaktili
dan syndaktili.(Sondakh,2017)

8
DAFTAR PUSTAKA

Wafinur. (2010). Pendokumentasian Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya


Fraser, 2012. Buku Saku Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta : BukuKedokteran
EGC
Rahardjo. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka belajar.
Mangkuji , B., dkk. 2012. Asuhan Kebidanan 7 Langkah Soap. Jakarta : EGC
Marni, 2012. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka belajar
Kemenkes. 2015. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI 2015.
Johariyah.2016. AsuhanKebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: TIM
Purwoastuti, 2016. AsuhanKebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
TIM
Putra,2016.BukuAsuhanNeonatusBayi Dan BalitaUntukKeperawatan Dan
Kebidanan. Yogyakarta.DivaPress.
Sondakh, 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi baru Lahir. Malang:
Penerbit Erlangga.
Saleha, 2016. Asuhan Kebidanan Neonates, Bayi Dan Balita. Makassar:Alauddin
University Press.
Tando, 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta: EGC
Walyani. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta:
PT Pustaka Baru.
Kriebs, 2016. Buku Saku Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai