TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lansia
1. Definisi lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut
usia apabila usianya 65 tahun keatas (Effendy, 2009). Menurut
BAB 1 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan masyarakat Usia Lanjut, lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastusi, 2013).
2. Karakteristik Lansia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan –
batasan umur lansia yang mencangkup batasan umur lansia adalah
sebagai berikut:
a. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 BAB 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia (enam puluh) tahun ke atas”.
b. Menurur World Health Organization (WHO) lansia dibagi
menjadi :
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lanjut Usia (elderly) : 60-74 tahun
3. Lanjut Usia Tua (old) : 75-90 tahun
4. Sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
B. Konsep Dasar Insomnia
a. Definisi Insomnia
Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana
seseorang kesulitan untuk tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan
tidur, masalah tidur, sering terbangun di malam hari, dan bangun
terlalu pagi. Kondisi ini mengakibatkan perasaan tidak segar pada
siang hari dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari – hari dan
tidak tercukupinya kebutuhan tidur yang baik (Respir, 2014).
Dalam kesehatan kondisi tidur yang baik itu biasanya
berlangsung sekitar 6 hingga 9 jam. Jumlah tidur yang seseorang
butuhkan adalah yang cukup bagi seseorang untuk membangkitkan
perasaan segar dan dapat beraktivitas secara optimal di siang hari. Dan
jumlah tidur pada seseorang lebih banyak berubah ketika akan
beranjak dewasa(Driver et al., 2012).
b. Klasifikasi
Menurut (Imadudin, 2012) ada 3 Tipe. yaitu :
a. Insomnia Akut
Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar individu
sering mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini
ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun
masalah hidup atau gagal ujian, tetapi tidak disertai komplikasi
yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.
b. Insomnia Kronik
Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat mengganggu
kualitas hidup, gangguan mental maupun fisik.Dimana
penderita insomnia kronik ini rawan mengalami kecelakaan
akibat dari insomnia yang mengganggu aktivitas sehari–hari.
c. Salah Presepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)
Penderita insomnia banyak yang mempunyai persepsi yang
buruk terhadap lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang
muncul pada diri mereka yaitu kualitas tidur selama 3 – 4 jam
semalam..
3. Etiologi
Faktor-faktor resiko berikut ini dapat menyebabkan gangguan
tidur insomnia. Berikut ini adalah penjelasan faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya insomnia :
a. Usia
Pada orang-orang usia lanjut dilaporkan lebih sering
mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan tidur.
Keadaan ini terjadi karena adanya perubahan yang
berhubungan dengan penuaan pada mekanisme otak yang
meregulasi waktu dan durasi tidur tersebut (Nicholi, 1999).
Terdapat pula perbedaan pola tidur diantara orang dengan usia
lanjut dengan orang-orang usia muda. Kebutuhan tidur akan
semakin berkurang dengan bertambahnya usia seseorang. Pada
usia 12 tahun kebutuhan tidur adalah sembilan jam, berkurang
menjadi delapan jam pada usia 20 tahun, lalu tujuh jam pada
usia 40 tahun, enam setengah jam pada usia 60 tahun dan pada
usia 80 tahun menjadi hanya enam jam (Prayitno, 2002).
b. Jenis kelamin
Resiko insomnia ditemukan lebih tinggi terjadi pada wanita
daripada laki-laki (Sateia & Nowell, 2004). Hal ini dikatakan
berhubungan secara tidak langsung dengan faktor hormonal,
yaitu saat seseorang mengalami kondisi psikologis dan merasa
cemas, gelisah ataupun saat emosi tidak dapat dikontrol akan
dapat menyebabkan hormon estrogen menurun, hal ini bisa
menjadi salah satu faktor meningkatnya gangguan tidur
(Purwanto, 2008).
c. Kondisi medis dan psikitari
4. Fatofisiologi
5. Klasifikasi Insomnia
a) Insomnia Akut
b) Insomnia Kronik
6. Komplikasi Insomnia
8. Penatalaksanaan Insomnia
a. Benzodiazepine
• Zaleplon
• Eszopiclone
• Sedating Antidepressant
a. Stimulus control
b. Sleep restriction
c. Sleep higiene
1. Pengertian
D. Tahap Terminasi
1. Berpamitan dengan pasien
2. Membersihkan alat
3. Mencuci tangan
4. Salam
6. Jurnal Penerapan Terapi BackRub Dengan Minyak Sereh
(Lemongrass Oil) Pada Lansia Dengan Insomia.
a. Backrub adalah melakukan tindakan keperawatan dengan
cara memberikan masase pada klien dengan memenuhi
kebutuhan rasa nyaman. Pemijatan ini pada punggung untuk
memperlancar sirkulasi aliran darah dan mengurangi nyeri.
Backrub yaitu melakukan tindakan pemijatan pada punggung
untuk memperlancar sirkulasi aliran darah (Asmadi, 2005).
h. Fase orientasi
Fase orientasi bertujuan memvalidasi kekuatan data dan
rencana yang telah dibuat sesuai keadaan klien saat ini, serta
mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.
Harus memperkenalkan dirinya dan begitu pula pasien agar
terjadi hubungan saling percaya, pada saat fase orientasi
perawat juga memberitahukan bagaimana langkah kerja dan
kontrak waktu yang digunakan, agar pasien tidak merasakan
waktu yang cukup lama (Damaiyanti, 2008).
1. Salam terapeutik
Mengidentifikasi pasien, mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri.
2. Evaluasi dan validasi Menanyakan kabar pasien
3. Informed consent
a. Menjelaskan tindakan, tujuan, manfaat, waktu dan
persetujuan pasien.
b. Memberikan kesempatan untuk bertanya.
c. Meminta persetujuan klien.
i. Fase terminasi
Pada fase terminasi perawat menanyakan perasaan pasien
setelah melakukan tindakan yaitu evaluasi subjektif dan
objektif selanjutnya perawat membuat rencana tindakan
selanjutnya dan mengkontrak waktu yang akan datang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito,
2000).
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien
Hipertensi berdasarkan respon pasien (Doengoes, 2006) yang
disesuaikan dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) (2016) yaitu :
a. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,2016)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
Mengeluh sukit tidur (tidak tersedia)
Mengeluh sering terjaga
Mengeluh tidak puas tidur
Mengeluh pola tidur berubah
Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
Mengeluh kemampuan (tidak tersedia)
Beraktivitas menurun
3. Perencanaan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk yang
menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosis keperawatan.
Perencanaan yang digunakan untuk kasus pada lansia
dengan hipertensi menggunakan teori Aplikasi Asuhan
Keperwatan Berdasarkan SLKI-SIKI. Perencanaan tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.5 berikut :
Tabel 2.5 Perencanaan Keperawatan
Intervensi
Diagnosa Rasional
SLKI SIKI
Ganguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan Asuhan SIKI : Dukugan tidur
dengan kurang kontrol tidur Keperawatan ...x... jam 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Agar mengetahui kebiasaan tidur
DS : diharapkan : klien
Mengeluh sulit tidur SLKI : Status kenyamanan 2. Identifikasi faktor pengganggu 2. Mengetahui faktor penyebab
Mengeluh sering terjaga Ditingkatkan ke level 3 tidur (fisik dan/atau fisikologis) terganggunya tidur klien
Mengeluh tidak puas 3. Identifikasi makanan dan minuman 3. Mengetahui kabiasaan klien
Mengeluh pola tidur berubah yang menggangu tidur (mis. Kopi, mengkonsumsi makanan yang
Dengan kriteria hasil :
teh, alkohol, makanan yang menggangu tidur
Mengeluh istirahat tidak cukup 1. Kebisingan
DO: menekati waktu tidur, minum
2. Keluhan sulit tidur
(Tidak tersedia) banyak air sebelum tidur)
3. Keluhan kedinginan
4. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 4. Agar tidak terjadi bangun di malam
4. Keluhan kepanasan
hari
5. Keluhan tidak nyaman
5. Fasilitasi menghilangkan stres 5. Agar terhindar stres sebelum tidur
6. Gelisah
sebelum tidur
6. Tetapkan jadual tidur rutin 6. Agar teratur pola tidur klien
7. Lakukan prosedur untuk 7. Agar tercapai prosedur yang di
meningkatkan kenyamanan (mis. nginkan
Pijat, pengauran posisi, terapi
akupresur)
8. Berikan teknik nonfarmakologi 8. Agar sesuai dengan teknik yang
(Terapi backrub dengan minyak telah di terapkan
sereh (lemongras oil))
9. Anjurkan menepati kebiasaan 9. Agar tercapai pola tidur yang
waktu tidur nyaman tidak terhindar dari stres
10. Ajarkan faktor-faktor yang 10. Supaya klien mengetahui apa saja
berkontribusi terhadap gangguan faktor penyebab terjadinya ganguan
pola tidur (mis. Psikologis, gaya tidur
hidup, sering berubah shift
berkerja)
1. Implementasi Keperawatan (Potter & Perry, 2005)
Implementasi yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan.
Implementasi yang dilakukan pada pasien insomnia
mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan
untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien dan
mengevaluasi kerja anggota staf dan mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari pasien, memberikan terapi backrub dengan
minyah sereh (lemongrass oil) agar lebih efektif meningkatkan
kualitas tidur.
Implementasi pada pasien insomnia memberikan terapi
backrub dengan minyak serai (lemongras oil) diberikan untuk
mencapai tujuan agar lebih efektif meningkatkan kualitas tidur,
relaksasi backrub dengan minyak sereh (lemongras oil) dapat
membuat relaksasi di tubuh dan membuat stimulus pada tubuh
yang membuat cepat tidur.
Baluran lemongras oil akan memberikan rasa nyaman yang
langsung menyentuh kulit dimana terdapat banyak pembuluh
darah, memberikan efek relaksasi sehingga endorphin dilepaskan
menyebabkan rasa rileks, efek sedasi yang dapat merangsang
tidur (Widiarti, 2015). Pemberian backrub dengan minyak sereh
(lemongras oil) sebaiknya di lakukan pada sore hari atau saat
mau tidur agar terasa rileks saat tidak bisa tidur.
2. Evaluasi Keperawatan (Alimul, 2012)
Evaluasi adalah tindakan intelektal perawat untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan,rencana keperawatan dan pelaksanaannya
sudah dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dakam
perencanaan keperawatan ( Potter & Perry, 2005) .
Hasil evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi
terhadap pasien adalah adanya pengaruh Terapi backrub dengan
minyak sereh (lemongrass oil) pada lansia dengan insomnia.