Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep Lansia
1. Definisi lansia
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut
usia apabila usianya 65 tahun keatas (Effendy, 2009). Menurut
BAB 1 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang (UU) No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan masyarakat Usia Lanjut, lansia adalah
seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastusi, 2013).
2. Karakteristik Lansia
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan –
batasan umur lansia yang mencangkup batasan umur lansia adalah
sebagai berikut:
a. Menurut UU No. 13 Tahun 1998 BAB 1 Pasal 1 ayat 2
yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia (enam puluh) tahun ke atas”.
b. Menurur World Health Organization (WHO) lansia dibagi
menjadi :
1. Usia pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2. Lanjut Usia (elderly) : 60-74 tahun
3. Lanjut Usia Tua (old) : 75-90 tahun
4. Sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
B. Konsep Dasar Insomnia
a. Definisi Insomnia
Insomnia adalah kondisi yang menggambarkan dimana
seseorang kesulitan untuk tidur. Kondisi ini bisa meliputi kesulitan
tidur, masalah tidur, sering terbangun di malam hari, dan bangun
terlalu pagi. Kondisi ini mengakibatkan perasaan tidak segar pada
siang hari dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari – hari dan
tidak tercukupinya kebutuhan tidur yang baik (Respir, 2014).
Dalam kesehatan kondisi tidur yang baik itu biasanya
berlangsung sekitar 6 hingga 9 jam. Jumlah tidur yang seseorang
butuhkan adalah yang cukup bagi seseorang untuk membangkitkan
perasaan segar dan dapat beraktivitas secara optimal di siang hari. Dan
jumlah tidur pada seseorang lebih banyak berubah ketika akan
beranjak dewasa(Driver et al., 2012).

b. Klasifikasi
Menurut (Imadudin, 2012) ada 3 Tipe. yaitu :

a. Insomnia Akut
Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar individu
sering mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia ini
ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun
masalah hidup atau gagal ujian, tetapi tidak disertai komplikasi
yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.
b. Insomnia Kronik
Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat mengganggu
kualitas hidup, gangguan mental maupun fisik.Dimana
penderita insomnia kronik ini rawan mengalami kecelakaan
akibat dari insomnia yang mengganggu aktivitas sehari–hari.
c. Salah Presepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)
Penderita insomnia banyak yang mempunyai persepsi yang
buruk terhadap lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi yang
muncul pada diri mereka yaitu kualitas tidur selama 3 – 4 jam
semalam..
3. Etiologi
Faktor-faktor resiko berikut ini dapat menyebabkan gangguan
tidur insomnia. Berikut ini adalah penjelasan faktor resiko yang
mempengaruhi terjadinya insomnia :
a. Usia
Pada orang-orang usia lanjut dilaporkan lebih sering
mengalami kesulitan memulai dan mempertahankan tidur.
Keadaan ini terjadi karena adanya perubahan yang
berhubungan dengan penuaan pada mekanisme otak yang
meregulasi waktu dan durasi tidur tersebut (Nicholi, 1999).
Terdapat pula perbedaan pola tidur diantara orang dengan usia
lanjut dengan orang-orang usia muda. Kebutuhan tidur akan
semakin berkurang dengan bertambahnya usia seseorang. Pada
usia 12 tahun kebutuhan tidur adalah sembilan jam, berkurang
menjadi delapan jam pada usia 20 tahun, lalu tujuh jam pada
usia 40 tahun, enam setengah jam pada usia 60 tahun dan pada
usia 80 tahun menjadi hanya enam jam (Prayitno, 2002).
b. Jenis kelamin
Resiko insomnia ditemukan lebih tinggi terjadi pada wanita
daripada laki-laki (Sateia & Nowell, 2004). Hal ini dikatakan
berhubungan secara tidak langsung dengan faktor hormonal,
yaitu saat seseorang mengalami kondisi psikologis dan merasa
cemas, gelisah ataupun saat emosi tidak dapat dikontrol akan
dapat menyebabkan hormon estrogen menurun, hal ini bisa
menjadi salah satu faktor meningkatnya gangguan tidur
(Purwanto, 2008).
c. Kondisi medis dan psikitari

Insomnia bisa terjadi karena adanya kondisi medis yang


dialami, seperti penyalahgunaan zat, efek putus zat, kondisi
yang menyakitkan atau tidak menyenangkan dan bisa juga
karena adanya kondisi psikiatri, seperti kecemasan ataupun
adanya depresi. Keluhan yang dialami adalah sulit dalam
memulai tidur dan mempertahankan tidur (Kaplan et. al.,
2010).
d. Usia

Usia 0-1 bulan bayi yang usianya baru mencapai 2 bulan,


umumnya membutuhkan tidur 14-18 jam setiap hari Usia 1-
18 Bulan Pada usia ini, bayi membutuhkan waktu tidur 12-14
jam setiap hari termasuk tidur siang. Usia 3-6 Tahun
Kebutuhan tidur yang sehat di usia anak menjelang masuk
sekolah ini, mereka membutuhkan waktu untuk istirahat tidur
11-13 jam. Usia 6-12 tahun Anak usia ini membutuhkan
waktu tidur 10 jam. Usia 12-18 tahun Menjelang remaja,
kebutuhan tidur yang sehat adalah 8-9 jam. Usia 18-40 tahun
Orang Dewasa membutuhkan waktu tidur 7 - 8 jam setiap
hari. Lansia Kebutuhan tidur terus menurun, cukup 7 jam
perhari. Demikian juga jika telah mencapai lansia yaitu 60
tahun ke atas, kebutuhan tidur cukup 6 jam per hari

e. Faktor Lingkungan dan Sosial (Kemenkes RI).

Kehidupan sosial dan lingkungan sehari-hari juga dapat


menyebabkan insomnia, seperti pensiunan dan perubahan pola
sosial, kematian dari pasangan hidup, suasana kamar tidur
yang tidak nyaman dan adanya perasaan-perasaan negatif dari
lansia itu sendiri (Adiyati, 2010)..

4. Fatofisiologi

Tidur merupakan suatu ritme biologis yang bekerja 24


jam yang bertujuan untuk mengembalikan stamina untuk kembali
beraktivitas. Tidur dan terbangun diatur oleh batang otak,
thalamus, hypothalamus dan beberapa neurohormon dan
neurotransmitter juga dihubungkan dengan tidur. Hasil yang
diproduksi oleh mekanisme serebral dalam batang otak yaitu
serotonin. Serotonin ini merupakan neurotransmitter yang
berperan sangat penting dalam menginduksi rasa kantuk, juga
sebagai medula kerja otak(Guyton & Hall, 2008).

Dalam tubuh serotonin diubah menjadi melatonin yang


merupakan hormone katekolamin yang diproduksi secara alami
oleh tubuh.Adanya lesi pada pusat pengatur tidur di hypothalamus
juga dapat mengakibatkan keadaan siaga tidur. Katekolamin yang
dilepaskan akan menghasilkan hormone norepineprin yang akan
merangsang otak untuk melakukan peningkatan aktivitas.

Stress juga merupakan salah satu factor pemicu, dimana


dalam keadaan stress atau cemas, kadar hormone katekolamin
akan meningkat dalam darah yang akan merangsang sistem saraf
simpatetik sehingga seseorang akan terus terjaga (Perry,
dalamIswari & Wahyuni, 2013).

Patofisiologi gangguan tidur masih belum diketahui secara


pasti, namun beberapa mekanisme neurobologis dan psikologis
telah diajukan. Salah satu model yang digunakan untuk
menjelaskan patofisiologi gangguan tidur adalah model
neurokognitif. Model ini menerangkan bahwa faktor predis posisi,
presipitasi, perpetuasi, dan neurokognitif adalah faktor-faktor
yang mendasari berkembangnya insomnia dan menjadikannya
gangguan kronik.

Model lain yang bisa digunakan untuk adalah


model psychobiologic inhibition, yang menunjukkan bahwa tidur
yang baik membutuhkan otomatisasi dan plastisitas. Otomatisasi
artinya bahwa inisiasi tidur dan maintenance  tidur bersifat
involunter, yang dikendalikan oleh homeostatis dan regulasi
sirkadian. Plastisitas adalah kemampuan sistem tubuh untuk
mengakomodasi berbagai kondisi lingkungan. Pada kondisi
normal, tidur terjadi secara pasif (tanpa atensi, niat, atau usaha).
Situasi hidup yang penuh dengan stres bisa memicu berbagai
respon arousal fisiologis dan psikologis, yang menimbulkan
inhibisi terhadap de-arousal yang berhubungan dengan tidur dan
menimbulkan gejala gangguan tidur.

5. Klasifikasi Insomnia

a) Insomnia Akut

Insomnia akut sering dijumpai dan sebagian besar


individu sering mengalami insomnia akut ini, dimana insomnia
ini ditandai dengan keadaan stress terhadap pekerjaan maupun
masalah hidup atau gagal ujian, tetapi tidak disertai komplikasi
yang dapat mengganggu aktivitas sehari – hari.

b) Insomnia Kronik

Insomnia kronik yaitu insomnia yang dapat mengganggu


kualitas hidup, gangguan mental maupun fisik.Dimana penderita
insomnia kronik ini rawan mengalami kecelakaan akibat dari
insomnia yang mengganggu aktivitas sehari–hari.

c) Salah Presepsi Keadaan Tidur (Misperception Sleep State)

Penderita insomnia banyak yang mempunyai persepsi


yang buruk terhadap lamanya kualitas tidur. Dimana persepsi
yang muncul pada diri mereka yaitu kualitas tidur selama 3 – 4
jam semalam (Imadudin, 2012).

6. Komplikasi Insomnia

Komplikasi akibat dari insomnia dapat mempengaruhi


fungsi otak yang tepat. Otak menggunakan tidur sebagai proses
aktif dimana pada saat seseorang tidur otak akan melatih semua
sel saraf dengan melewatkan sinyal aktivitas listrik melalui semua
sel saraf. Ketika sel saraf otak tidak mendapatkan jumlah tidur
yang cukup maka kerja fungsi otak dalam hal menyimpan atau
mengambil informasi dan kemampuan untuk mentoleransi situasi
stress dan berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi dapat
terganggu dan tidak optimal (Driver et al., 2012).

Gambar 2.1 Komplikasi dari insomnia(Driver et al., 2012)

Efek fisik imsomnia kurang jelas sampai saat ini.Sekarang


diketahui bahwa sistem kekebalan tubuh dipengaruhi oleh
insomnia. Kekurangan tidur juga terbukti dapat menyebabkan
kenaikan berat badan dan obesitas.
7. Pemeriksaan Penunjang

a. Sleep wake diaries


b. Sktigrapi
c. Polisomnograpi
d. Elektroensefalografi
e. Elektromyografi
f. EKG
g. Respirasi
h. Saturasi oksigen

8. Penatalaksanaan Insomnia

Tatalaksana Farmakologi yang diterapkan pada penderita


Insomnia adalah sebagai berikut:

a. Benzodiazepine

Benzodiazepine (BZDs) adalah obat yang paling sering


digunakan untuk mengobati insomnia pada usia lanjut.1,2
BZDs menimbulkan efek sedasi karena bekerja secara
langsung pada reseptor benzodiazepine. Efek yang
ditimbulkan oleh BZDs adalah menurunkan frekuensi tidur
pada fase REM, menurunkan sleep latency, dan mencegah
pasien terjaga di malam hari. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian BZDs pada usia lanjut
mengingat terjadinya perubahan farmakokinetik dan
farmakodinamik terkait pertambahan umur.

Absorpsi dari BZDs tidak dipengaruhi oleh penuaan akan


tetapi peningkatan masa lemak pada lanjut usia akan
meningkatkan drug-elimination half life, disamping itu pada
usia lanjut lebih sensitif terhadap BZDs meskipun memiliki
konsentrasi yang sama jika dibandingkan dengan pasien usia
muda. Pilihan pertama adalah short-acting BZDs serta
dihindari pemakaian long acting BZDs.

BZDs digunakan untuk transient insomnia karena tidak


dianjurkan untuk penggunaan jangka panjang. Penggunaan
lebih dari 4 minggu akan menyebabkan tolerance dan
ketergantungan. Golongan BZDs yang paling sering dipakai
adalah temazepam, termasuk intermediate acting BZDs
karena memiliki waktu paruh 8-20 jam. Dosis temazepam
adalah 15-30 mg setiap malam. Efek samping BZDs meliputi:
gangguan psikomotor dan memori pada pasien yang diterapi
short-acting BZDs sedangkan residual sedation muncul pada
pasien yang mendapat terapi long acting BZDs. Pada pasien
yang menggunakan BZDs jangka panjang akan menimbulkan
resiko ketergantungan, daytime sedation, jatuh, kecelakaan
dan fraktur.

b. Obat golongan non-benzodiazepine yang aman pada usia


lanjut yaitu:

• Zaleplon

Ancoli- Israel menemukan keefektifan dan


keamanan dari zaleplon pada usia lanjut. Zaleplon dapat
digunakan jangka pendek maupun jangka panjang, tidak
ditemukan terjadinya kekambuhan atau withdrawal
symptom setelah obat dihentikan. Dosis dari zaleplon 5-10
mg, akan tetapi waktu paruhnya hanya 1 jam.
• Zolpidem

Zolpidem merupakan obat hipnotik yang berikatan


secara selektif pada reseptor benzodiazepine subtife 1 di
otak.6 Efektif pada usia lanjut karena tidak
mempengaruhi sleep architecture. Zolpidem memiliki
waktu paruh 2,5-2,9 jam dengan dosis 5-10 mg. Zolpidem
merupakan kontraindikasi pada sleep related breathing
disorder dan gangguan hati. Efek samping dari zolpidem
adalah mual, dizziness, dan efek ketergantungan jika
digunakan lebih dari 4 minggu.

• Eszopiclone

Golongan non-benzodiazepine yang mempunyai


waktu paruh paling lama adalah eszopiclone yaitu selama
5 jam pada pasien usia lanjut. Scharf et al dalam
penelitiannya menyimpulkan eszopiclone 2 mg dapat
menurunkan sleep latency, meningkatkan kualitas dan
kedalaman tidur, meningkatkan TST pada pasien usia
lanjut dengan insomnia primer. penelitiannya
menyimpulkan bahwa eszopiclone 3 mg setiap malam dapat
membantu mempertahankan tidur dan meningkatkan
kualitas tidur pada pasien usia lanjut dengan insomnia
kronik.

• Melatonin reseptor agonist

Melatonin Reseptor Agonist (Ramelteon) obat


baru yang direkomendasikan oleh Food and Drug
Administration (FDA) untuk terapi insomnia kronis pada
usia lanjut. Ramelteon bekerja secara selektif pada
reseptor melatonin MT1 dan MT2. Dalam penelitian yang
dilakukan dengan metode A randomized, double blind
study selama 5 minggu pada 829 sampel berumur rata-
rata 72,4 tahun dengan chronic primary insomnia
disimpulkan terjadi penurunan sleep latency dan
peningkatan TST pada minggu pertama. Ramelteon tidak
menimbulkan withdrawal effect.

• Sedating Antidepressant

Sedating antidepressant hanya diberikan pada


pasien insomnia yang diakibatkan oleh depresi.
Amitriptiline adalah salah satu sedating antidepressant
yang digunakan sebagai obat insomnia, akan tetapi pada
usia lanjut menimbulkan beberapa efek samping yaitu
takikardi, retensi urin, konstipasi, gangguan fungsi
kognitif dan delirium. Pada pasien usia lanjut juga
dihindari penggunaan trisiklik antidepresan. Obat yang
paling sering digunakan adalah trazodone. Walsh dan
Schweitzer menemukan bahwa trazodone dosis rendah
efektif pada pasien yang mengalami insomnia oleh karena
obat psikotik atau monoamnie oxidase inhibitor dan pada
pasien yang memiliki kontraindikasi terhadap BZDs.

Tatalaksana Non Farmakologi yang diterapkan pada penderita


Insomnia adalah sebagai berikut:

a. Stimulus control

Melalui metode ini pasien diedukasi untuk mengunakan


tempat tidur hanya untuk tidur dan menghindari aktivitas lain
seperti membaca dan menonton tv di tempat tidur.6 Ketika
mengantuk pasien datang ke tempat tidur, akan tetapi jika
selama 15- 20 menit berada disana pasien tidak bisa tidur
maka pasien harus bangun dan melakukan aktivitas lain
sampai merasa mengantuk baru kembali ke tempat tidur.
Metode ini juga harus didukung oleh suasana kamar yang
tenang sehingga mempercepat pasien untuk tertidur. Dengan
metode terapi ini, pasien mengalami peningkatan durasi tidur
sekitar 30-40 menit. Terapi ini tidak hanya bermanfaat untuk
insomnia primer tapi juga untuk insomnia sekunder jika
dikombinasi dengan sleep hygiene dan terapi relaksasi.

b. Sleep restriction

Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi frekuensi tidur


dan meningkatkan sleep efficiency. Pasien diedukasi agar
tidak tidur terlalu lama dengan mengurangi frekuensi berada
di tempat tidur. Terlalu lama di tempat tidur akan
menyebabkan pola tidur jadi terpecah- pecah. Pada usia
lanjut yang sudah tidak beraktivitas lebih senang
menghabiskan waktunya di tempat tidur namun, berdampak
buruk karena pola tidur menjadi tidak teratur. Melalui Sleep
Restriction ini diharapkan dapat menentukan waktu dan
lamanya tidur yang disesuaikan dengan kebutuhan.

c. Sleep higiene

Sleep Higiene bertujuan untuk mengubah pola hidup


pasien dan lingkungannya sehingga dapat meningkatkan
kualitas tidur. Hal-hal yang dapat dilakukan pasien untuk
meningkatkan Sleep Higiene yaitu: olahraga secara teratur
pada pagi hari, tidur secara teratur, melakukan aktivitas yang
merupakan hobi dari usia lanjut, mengurangi konsumsi
kafein, mengatur waktu bangun pagi, menghindari merokok
dan minum alkohol 2 jam sebelum tidur dan tidak makan
daging terlalu banyak sekitar 2 jam sebelum tidur.
d. Terapi relaksasi

Tujuan terapi ini adalah mengatasi kebiasaan usia lanjut


yang mudah terjaga di malam hari saat tidur. Pada beberapa
usia lanjut mengalami kesulitan untuk tertidur kembali
setelah terjaga. Metode terapi relaksasi meliputi: melakukan
relaksasi otot, guided imagery, latihan pernapasan dengan
diafragma, yoga atau meditasi. Pada pasien usia lanjut sangat
sulit melakukan metode ini karena tingkat kepatuhannya
sangat rendah.

e. Cognitive behavioral therapy

Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan


psikoterapi kombinasi yang terdiri dari: stimulus control,
sleep retriction, terapi kognitif dengan atau tanpa terapi
relaksasi. Terapi ini bertujuan untuk mengubah maladaftive
sleep belief menjadi adaftive sleep belief. Sebagai contoh:
pasien memiliki kepercayaan harus tidur selama 8 jam setiap
malam, jika pasien tidur kurang dari 8 jam maka pasien
merasa kualitas tidurnya menurun. Hal ini harus dirubah
mengingat yang menentukan kualitas tidur tidak hanya
durasi tetapi kedalaman tidur.

Dari penelitian yang dilakukan dengan metode


randomized controlled studies oleh NIH state-of-the-science
Conference on Chronic Insomnia menyimpulkan CBT
efektif pada insomnia kronis. Chesson et al mengindikasikan
CBT sebagai terapi tunggal sedangkan Morin et al
mengemukakan bahwa CBT harus dikombinasikan dengan
terapi lain untuk mendapatkan hasil yang optimal.
C. Konsep Backrub Dengan Minyak Serai (Lemongrass Oil)

1. Pengertian

Backrub adalah melakukan tindakan keperawatan dengan


cara memberikan masase pada klien dengan memenuhi kebutuhan
rasa nyaman. Pemijatan ini pada punggung untuk memperlancar
sirkulasi aliran darah dan mengurangi nyeri. Backrub yaitu
melakukan tindakan pemijatan pada punggung untuk
memperlancar sirkulasi aliran darah (Asmadi, 2005).

Sereh (Lemongrass) atau yang lebih dikenal sebagai sereh


dapur, merupakan tanaman yang tumbuh, dan banyak di temukan,
di negara Asia, Afrika, Australia, dan negara yang beriklim tropis.
Lemongrass merupakan jenis tanaman rumput, dari
jenis Cymbopogon flexuosus atau Cymbopogon citratus.
Lemongrass biasa digunakan untuk membuat teh, sup, kari, untuk
meyegarkan bahan olahan, seperti ayam, daging sapi, makanan
laut, dan sebagai penyedap makanan di bidang kuliner, di negara -
negara bagian Asia, terutama di Thailand dan Indonesia.

Lemongrass juga dapat diolah menjadi essential oil,


dengan metode steam distilled (penylingan uap). Lemongrass juga
dapat di gunakan untuk pembuatan sabun dan lilin aromaterapi,
dan sebagai pengusir serangga secara alami.
Lemongrass merupakan salah satu essential oil yang banyak
diminati, dan digunakan untuk efektivitas, manfaat kesehatan, dan
berbagai aplikasi. Penelitian menunjukkan bahwa Lemongrass oil
memiliki sifat antijamur dan anti-bakteri.

Lemongrass dapat digunakan secara aromatik


(menggunakan diffuser), topikal (yang sebelumnya sudah
diencerkan dengan carrier oil), dan dihirup langsung dari botol.
Minyak sereh dalam dunia perdagangan dikenal dengan
nama “ Lemongrass oil”. Disebut Lemongrass karena memiliki
aroma khas seperti lemon sehingga ada yang menyebutnya
sebagai sereh lemon. Arom a khas lemon tersebut disebabkan
oleh senyawa bergugus aldehid yaitu sitral sebagai senyawa
utama minyak sereh dapur (Harris, 1993).

Ada 2 jenis minyak sereh yang diperdagangkan dipasaran


dunia. Perbedaan tersebut didasarkan pada varietas bahan baku
yang digunakan. Kedua varietas bahan baku tersebut yaitu; serai
dapur jenis Cym bopogon flexuosus dan Cym bopogon citratus.
Minyak yang berasal dari serai dapur jenis Cym bopogon
flexuosus biasa dikenal sebagai minyak serai tipe ”East indian
”(Varietas Hindia Timur). Sedangkan Minyak yang berasal dari
serh jenis Cym bopogon citratus biasa dikenal sebagai minyak
sereh tipe ”West indian ”(Varietas Hindia Barat) (Harris, 1993).

Minyak sereh banyak digunakan secara meluas dalam


bidang industri kimia dan farmasi. Dalam bidang kimia minyak
sereh dapur digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan
kosmetik, parfum, deodoran, aerosol, pewangi sabun, pembersih
lantai dan detergen. Dalam bidang farmasi minyak sereh
digunakan sebagai sumber vitamin A, obat-obatan, antiseptik baik
antiseptic internal maupun secara eksternal, untuk bahan
analgesic, haemolitic atau sebagai antizymatic serta sebagai
sedavita dan stim ulans untuk obat sakit perut dan aroma terapi
(Anonim-c, 2007 dan Feryanto, 2006).
2. Manfaat

Backrub sebagi untuk memperlancar sirkulasi darah dan


merelaksasikan tubuh agar tidak steres serta meredahkan nyeri di
bagian tertentu. Pemijatan ini pada punggung untuk
memperlancar sirkulasi aliran darah dan mengurangi nyeri.
Backrub yaitu melakukan tindakan pemijatan pada punggung
untuk memperlancar sirkulasi aliran darah (Asmadi, 2005)

Minyak esensial sereh (lemongrass essential oil) merupakan


sumber vitamin penting seperti vitamin A, B1, B2, B3, B5, B6,
folat dan vitamin C. Minyak ini juga menyediakan mineral
penting seperti magnesium, fosfor, mangan, tembaga, kalium,
kalsium, seng dan besi.

Beberapa manfaat minyak esensial sereh yang paling


umum diantaranya:
a) Meredakan sakit kepala
b) Mengurangi sakit perut
c) Meredakan perut dan nyeri otot
d) Membunuh kuman
e) Bertindak sebagai astringent
f) Mengurangi demam
g) Meningkatkan energi
h) Meringankan kejang saluran pencernaan
i) Merelaksasikan tubuh.
3. Dosis dan cara pemberian
Gangguan tidur pada lansia dapat menyebabkan dampak
yang cukup berat, sehingga mengakibatkan kondisi mudah marah,
depresi, kelelahan, pusing, cemas, serta stres yang dapat
mengakibatkan bunuh diri (Siregar, 2011). Teori ini didukung oleh
hasil penelitian Dahroni (2017) bahwa frekuensi stres berat pada
lansia menyebabkan gangguan kualitas tidur 14,9% dan stress
emosi sedang adalah 25,7%. Penelitian lain oleh Hermayudi (2012)
bahwa lansia yang mengalami depresi sedang 62,2% dapat
menyebabkan lansia mengalami gangguan tidur. Oleh sebab itu,
perlu adanya upaya penanganan dalam mengurangi dampak
gangguan tidur yang dialami lansia.
Salah satu tindakan keperawatan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi gangguan tidur pada lansia adalah pemberian terapi
backrub dengan lemongrass oil (Asmadi, 2008). Baluran lemongras oil
akan memberikan rasa nyaman yang langsung menyentuh kulit dimana
terdapat banyak pembuluh darah, memberikan efek relaksasi sehingga
endorphin dilepaskan menyebabkan rasa rileks, efek sedasi yang dapat
merangsang tidur (Widiarti, 2015).
Pemberian backrub dengan lemongras oil sebaiknya di
lakukan pada sore hari atau saat mau tidur agar terasa rileks saat
tidak bisa tidur. Pasien dengan ganguan tidur insomnia diberikan
masaage backrub dengan minyak serai atau (lemongras oil) sekitar
(3 ml) saat di lakukan massage setap sore selama satu minggu(7
hari) agar lebih efektif untuk untuk meningkatkan kualitas tidur
(Henderson, Christine, 2005).
4. Mekanisme Teknik bakrub dengan minyak sereh (Lemongras oil)
Banyak riset yang telah membuktikan kemampuan minyak sereh
dalam mencegah stres dan gangguan tidur, apalagi jika digunakan
sebagai aroma terapi saat melakukan sesi pijat. Dalam sebuah studi,
minyak sereh yang digunakan sebagai aroma terapi mampu
menurunkan tekanan darah diastolik, sehingga dapat meredakan stres,
oleh sebab itu di kombinasikan dengan teknik backrub dabat
memperlancarkan aliran darah ke pasien, serta membuka kembali
aliran darah yang kaku di area punggung dan minyak serai
mengandung antioksidan yang menstimulus oksigen ke otak lebih
cepat dan menbuat saraf  endorfin diproduksi oleh sistem saraf
pusat dan kelenjar pituitari. Endorfin atau Endorfine mampu
menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat
seseorang berenergi, sehingga membuat kualitas tidur pada penderita
insomnia lebih berkualitas dari pada sebelumnya.
5. Prosedur teknik relaksasi backrub dengan minyak sereh (lemongrass
oil)
STANDARD TERAPI BACKRUB DENGAN LEMONGRAS OIL BAGI
OPERSIONAL PENDERITA INSOMNIA PADA LANSI
PROSEDUR
TUJUAN Meningkatan kualitas tidur pada penderita insomnia
KEBIJAKAN Klien yang menderita insomnia
ALAT DAN BAHAN 1. Selimut mandi
2. Minyak serai (lemongras oil)
3. waslap
4. Handuk
PROSEDUR A.Tahap Praninteraksi
PELAKSANAAN 1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat
B.Tahap orientasi
1. Memberikan salam
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur terapi
bacrub dengan minyah sereh (lemongras oil)
3. Menanyakan persetujuan klien(informed
consent)
C.Tahap Kerja
1. Persiapan alat dan bahan
a. Selimut mandi
b. Minyah serai (lemongrass oil)
2. Langkah kerja
a. Menyiapkan tempat tidur yang
nyaman
b. Menyiapkan selimut mandi dan
waslap
c. Siapkan minyah serai (lemongrass ol)
d. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur
klien.
e. Posisikan klien senyaman mungkin.
f. Cuci tangan dan kenakan sarung
tangan.
g. Periksa tanda vital klien sebelum
memulai backrub (terutama nadi dan
tekanan darah).
h. Atur ruangan dengan kehangatan
yang cukup.
i. Bantu klien dengan dengan posisi
pronasi atau sims dengan punggung
menghadap perawat.
j. Buka punggung klien, bahu, lengan
atas dan bokong, tutup sisanya
dengan selimut mandi.
k. Letakkan handuk panjang di bawah
punggung.
l. Hangatkan minyak serai (lemongras
oil) di telapak tangan atau tempelkan
lotion pada pungung klien.
m. Berdiri di dekat klien, dengan
gerakan sirkuler, pijat daerah leher
dengan tiga jari.
n. Gunakan gerakan stroking
(menggosok) dengan arah sirkuler
keluar dari arah sacrum menuju ke
leher, lakukan dengan gerakan
memanjang, tegas dan lembut,
pertahankan tangan tetap kontak
dengan punggung klien.
o. Berhentilah pada pusat punggung dan
kemudian gerakkan secara sirkuler
keluar di kedua skapula dengan
gerakan lambat. Lanjutkan pijat
selama beberapa menit.
p. Pukul-pukul punggung klien
menggunakan sisi telapak tangan.
q. Akhiri masase dengan gerakan
usapan panjang dan tegas dari atas ke
bawah dan katakan pada klien bahwa
anda akan mengakhiri masase.
r. Ulangi kembali gerakan-gerakan
tersebut di atas masing-masing
gerakan 3-5 menit.
s. Bersihkan sisa minyah serai pada
punggung klien dengan waslap.
t. Rapikan klien ke posisi semula.
u. Beritahu klien bahwa tindakan telah
selesai.
v. Bantu klien memakai kembali baju,
rapikan klien ke posisi semula.
w. Bereskan alat-alat yang telah
digunakan dan lepas sarung tangan.
x. Cuci tangan.

D. Tahap Terminasi
1. Berpamitan dengan pasien
2. Membersihkan alat
3. Mencuci tangan
4. Salam
6. Jurnal Penerapan Terapi BackRub Dengan Minyak Sereh
(Lemongrass Oil) Pada Lansia Dengan Insomia.
a. Backrub adalah melakukan tindakan keperawatan dengan
cara memberikan masase pada klien dengan memenuhi
kebutuhan rasa nyaman. Pemijatan ini pada punggung untuk
memperlancar sirkulasi aliran darah dan mengurangi nyeri.
Backrub yaitu melakukan tindakan pemijatan pada punggung
untuk memperlancar sirkulasi aliran darah (Asmadi, 2005).

b. Sereh (Lemongrass) atau yang lebih dikenal sebagai sereh


dapur, merupakan tanaman yang tumbuh, dan banyak di
temukan, di negara Asia, Afrika, Australia, dan negara yang
beriklim tropis. Lemongrass merupakan jenis tanaman
rumput, dari jenis Cymbopogon flexuosus atau Cymbopogon
citratus. Lemongrass biasa digunakan untuk membuat teh,
sup, kari, untuk meyegarkan bahan olahan, seperti ayam,
daging sapi, makanan laut, dan sebagai penyedap makanan di
bidang kuliner, di negara - negara bagian Asia, terutama di
Thailand dan Indonesia.

Minyak sereh banyak digunakan secara meluas dalam


bidang industri kimia dan farmasi. Dalam bidang kimia
minyak serai dapur digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan kosmetik, parfum, deodoran, aerosol, pewangi
sabun, pembersih lantai dan detergen. Dalam bidang farmasi
minyak sereh digunakan sebagai sumber vitamin A, obat-
obatan, antiseptik baik antiseptic internal maupun secara
eksternal, untuk bahan analgesic, haemolitic atau sebagai
antizymatic serta sebagai sedavita dan stim ulans untuk obat
sakit perut dan aroma terapi (Anonim-c, 2007 dan Feryanto,
2006).
D. Konsep Askep
1. Gambaran Karakteristik Pasien Insomnia
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari
pengumpulan data tentang pasien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer
(pasien) dan sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan, dan
analisis data) sebagai dasar untuk melakukan diagnosa keperawatan
(Potter & Perry, 2005).
a. Indentitas
Identitas meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa,
pekerjaan, penanggung jawab, status kawin, alamat.
b. Keluhan utama
Biasanya pasien yang mengalami ganguan tidur (insomnia)
akan mengeluh pusing badan sakit–sakit dan rasa tidak
nyaman serta terjaga di setiap malam.

c. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengeluh sakit kepala terutama pada bagian
tengkuk, kelelahan susah tidur, gelisah dan rasa tidak
nyaman,jika di perikasa pasien tampak lemas.
d. Riwayat kesehatan terdahulu
Ganguan pola tidur (insomnia) ini adalah penyakit yang biasa
di alami lamsia rentan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita anggota keluarga yang
memiliki ganguan tidur (insomnia).
f. Riwayat fsikososial-spiritual
Psikososial : Perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah
cemas/sedih ?
Sosial : Bagaiman hubungan klien dengan orang lain maupun
orang terdekat klien tetap menjalankan ibadah selama
perawatan di rumah sakit ?
Spiritual : Apakah klien tetap menjalankan ibadah selama
perawatan di rumah sakit ?
g. Fase pra interaksi
Pada fase pra interaksi ini perawat membaca data pasien
terlebih dahulu untuk mendapatkan data skunder dan
melakukan pengkajian kebutuhan aman & nyaman. Perawat
menetapkan diagnosa keperawatan dan juga menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian. Fase pra
interaksi ini terdiri dari :
a. Pengkajian nyeri
b. Data Penunjang
c. Terapi pengobatan
d. Diagnosa keperawatan

h. Fase orientasi
Fase orientasi bertujuan memvalidasi kekuatan data dan
rencana yang telah dibuat sesuai keadaan klien saat ini, serta
mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.
Harus memperkenalkan dirinya dan begitu pula pasien agar
terjadi hubungan saling percaya, pada saat fase orientasi
perawat juga memberitahukan bagaimana langkah kerja dan
kontrak waktu yang digunakan, agar pasien tidak merasakan
waktu yang cukup lama (Damaiyanti, 2008).
1. Salam terapeutik
Mengidentifikasi pasien, mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri.
2. Evaluasi dan validasi Menanyakan kabar pasien
3. Informed consent
a. Menjelaskan tindakan, tujuan, manfaat, waktu dan
persetujuan pasien.
b. Memberikan kesempatan untuk bertanya.
c. Meminta persetujuan klien.
i. Fase terminasi
Pada fase terminasi perawat menanyakan perasaan pasien
setelah melakukan tindakan yaitu evaluasi subjektif dan
objektif selanjutnya perawat membuat rencana tindakan
selanjutnya dan mengkontrak waktu yang akan datang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko
perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan
intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah (Carpenito,
2000).
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien
Hipertensi berdasarkan respon pasien (Doengoes, 2006) yang
disesuaikan dengan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) (2016) yaitu :
a. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,2016)
Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif Objektif
 Mengeluh sukit tidur  (tidak tersedia)
 Mengeluh sering terjaga
 Mengeluh tidak puas tidur
 Mengeluh pola tidur berubah
 Mengeluh istirahat tidak cukup
Gejala dan Tanda Minor

Subjektif Objektif
 Mengeluh kemampuan  (tidak tersedia)
 Beraktivitas menurun

3. Perencanaan Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan adalah petunjuk yang
menggambarkan secara tepat mengenai rencana tindakan yang
dilakukan terhadap klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan
diagnosis keperawatan.
Perencanaan yang digunakan untuk kasus pada lansia
dengan hipertensi menggunakan teori Aplikasi Asuhan
Keperwatan Berdasarkan SLKI-SIKI. Perencanaan tersebut dapat
dilihat pada tabel 2.5 berikut :
Tabel 2.5 Perencanaan Keperawatan

Intervensi
Diagnosa Rasional
SLKI SIKI
Ganguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan tindakan Asuhan SIKI : Dukugan tidur
dengan kurang kontrol tidur Keperawatan ...x... jam 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur 1. Agar mengetahui kebiasaan tidur
DS : diharapkan : klien
 Mengeluh sulit tidur SLKI : Status kenyamanan 2. Identifikasi faktor pengganggu 2. Mengetahui faktor penyebab
 Mengeluh sering terjaga Ditingkatkan ke level 3 tidur (fisik dan/atau fisikologis) terganggunya tidur klien

 Mengeluh tidak puas 3. Identifikasi makanan dan minuman 3. Mengetahui kabiasaan klien

 Mengeluh pola tidur berubah yang menggangu tidur (mis. Kopi, mengkonsumsi makanan yang
Dengan kriteria hasil :
teh, alkohol, makanan yang menggangu tidur
 Mengeluh istirahat tidak cukup 1. Kebisingan
DO: menekati waktu tidur, minum
2. Keluhan sulit tidur
 (Tidak tersedia) banyak air sebelum tidur)
3. Keluhan kedinginan
4. Batasi waktu tidur siang, jika perlu 4. Agar tidak terjadi bangun di malam
4. Keluhan kepanasan
hari
5. Keluhan tidak nyaman
5. Fasilitasi menghilangkan stres 5. Agar terhindar stres sebelum tidur
6. Gelisah
sebelum tidur
6. Tetapkan jadual tidur rutin 6. Agar teratur pola tidur klien
7. Lakukan prosedur untuk 7. Agar tercapai prosedur yang di
meningkatkan kenyamanan (mis. nginkan
Pijat, pengauran posisi, terapi
akupresur)
8. Berikan teknik nonfarmakologi 8. Agar sesuai dengan teknik yang
(Terapi backrub dengan minyak telah di terapkan
sereh (lemongras oil))
9. Anjurkan menepati kebiasaan 9. Agar tercapai pola tidur yang
waktu tidur nyaman tidak terhindar dari stres
10. Ajarkan faktor-faktor yang 10. Supaya klien mengetahui apa saja
berkontribusi terhadap gangguan faktor penyebab terjadinya ganguan
pola tidur (mis. Psikologis, gaya tidur
hidup, sering berubah shift
berkerja)
1. Implementasi Keperawatan (Potter & Perry, 2005)
Implementasi yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tindakan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan.
Implementasi yang dilakukan pada pasien insomnia
mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja
aktivitas kehidupan sehari-hari, memberikan arahan perawatan
untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien dan
mengevaluasi kerja anggota staf dan mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan
berkelanjutan dari pasien, memberikan terapi backrub dengan
minyah sereh (lemongrass oil) agar lebih efektif meningkatkan
kualitas tidur.
Implementasi pada pasien insomnia memberikan terapi
backrub dengan minyak serai (lemongras oil) diberikan untuk
mencapai tujuan agar lebih efektif meningkatkan kualitas tidur,
relaksasi backrub dengan minyak sereh (lemongras oil) dapat
membuat relaksasi di tubuh dan membuat stimulus pada tubuh
yang membuat cepat tidur.
Baluran lemongras oil akan memberikan rasa nyaman yang
langsung menyentuh kulit dimana terdapat banyak pembuluh
darah, memberikan efek relaksasi sehingga endorphin dilepaskan
menyebabkan rasa rileks, efek sedasi yang dapat merangsang
tidur (Widiarti, 2015). Pemberian backrub dengan minyak sereh
(lemongras oil) sebaiknya di lakukan pada sore hari atau saat
mau tidur agar terasa rileks saat tidak bisa tidur.
2. Evaluasi Keperawatan (Alimul, 2012)
Evaluasi adalah tindakan intelektal perawat untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan,rencana keperawatan dan pelaksanaannya
sudah dicapai berdasarkan tujuan yang telah dibuat dakam
perencanaan keperawatan ( Potter & Perry, 2005) .
Hasil evaluasi yang diharapkan setelah dilakukan intervensi
terhadap pasien adalah adanya pengaruh Terapi backrub dengan
minyak sereh (lemongrass oil) pada lansia dengan insomnia.

Anda mungkin juga menyukai