Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I

Anemia Pada Ibu Hamil

Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gawat Darurat & Keperawatan
Bencana I

Disusun Oleh :

1. Anton Wahyudi 6. Rida Dinniyah


2. Desyawati Lulu Melanza 7. Siti Patimah
3. Hasna Qurrotuaini Wandani 8. Vina Juliani
4. M. Yusuf Nurramdani 9. Yana Yuliana
5. Nada Ananda Tressa Indah 10.Yuspin Alpianita

S1 KEPERAWATAN TK 3B

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BUDI LUHUR

CIMAHI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Anemia Pada Ibu Hamil. Kami berterima kasih kepada Bapa H. Oman Hendi,
S.Kep.,Ners selaku dosen pengajar mata kuliah gawat darurat & keperawatan
bencana I.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Cimahi, Maret 2018

Penyusun

i Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 3

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 4

C. TUJUAN PENULIS ................................................................................... 4

ii Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan
nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap
kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “potensial danger to
mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
(Manuaba, 2007).
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan jarak keduanya
saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama
di negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata
kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%.Tingginya
pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi
pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013).
Data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2010 menyebutkan
bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target Milenium
Develpomen Goals
(MDG’s) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenkes RI, 2011).
Pravalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil
menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu hamil 40%. Angka kejadian
anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009 adalah 9,39%. Tercatat bahwa dari 11.441
ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil yang mengalami anemia kehamilan (Dinkes Surakarta,
2010).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita anemia kehamilan
terbanyak. Program pemberian tablet Fe pada setiap ibu hamil yang berkunjung ke
pelayanan kesehatan nyatanya masih belum mampu menurunkan jumlah penderita anemia

3 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


kehamilan secara signifikan. Ketidakberhasilan program ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya cara mengkonsumsi tablet Fe yang sesuai, baik dari segi waktu maupun
cara mengkonsumsinya (Admin, 2012).
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang terbanyak baik di Negara maju maupun
Negara yang sedang berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur terbanyak pada
lapisan kulit bumi, akan tetapi defisiensi besi merupakan penyebab anemia yang tersering.
Hal ini disebabkan tubuh manusia mempunyai kemampuan terbatas untuk menyerap besi
dan sering kali tubuh mengalami kehilangan besi yang berlebihan yang diakibatkan
pendarahan (Hoffbrand, 2005).
Departemen Kesehatan RI memberikan standar pelayanan pemeriksaan ANC selama
hamil sedikitnya 4 x pelayanan antenatal yaitu satu kali untuk trimester I, satu kali untuk
trimester II, dan dua kali untuk trimester III, pemeriksaan meliputi anamnesa dan
pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan
berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resiko tinggi khususnya
anemia kurang gizi, hipertensi. Bidan juga memberikan nasehat dan penyuluhan kesehatan
serta tugas terkait lainnya. Dalam setiap kunjungan ANC bidan menonjolkan kepada ibu
hamil apakah persediaannya cukup (Mufdlilah, 2009).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil?
2. Apa saja klasifikasi anemia pada ibu hamil?
3. Apa saja etiologi anemia pada ibu hamil?
4. Apa saja factor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil?

C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil.
2. Untuk mengetahui klasifikasi anemia pada hamil.
3. Untuk mengetahui apa saja etiologi pada ibu hamil.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil

4 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian anemia
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematocrit atau ukuran
eritosit berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. (
Sudoyo Aru )
Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah
(eritrosit) dan/atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai
normal (kurang darah). Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah merah yang
berfungsi mengikat oksigen
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen
darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E,
Doenges, Jakarta, 1999).
Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral
FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, kapita
selekta, jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999). Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel
darah merah atau hemoglobin dalam darah.

B. Anemia dalam kehamilan


Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit penyulit yang
dapat timbul akibat anemia adalah : keguguran (abortus), kelahiran prematurs,
persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di dalam berkontraksi (inersia uteri),
perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot rahim (atonia uteri),
syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin serta anemia yang berat (<4
gr%) dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat
menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan (Wiknjosastro, 2007).

5 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah
11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena
hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005). Anemia yang paling
sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat kekurangan zat besi karena
kurangnya asupan unsur besi dalam makanan. Gangguan penyerapan, peningkatan
kebutuhan zat besi atau karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh,
misalnya pada perdarahan. Wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2
kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap
kejadian anemia saat kehamilan. Kehamilan yang berulang dalam waktu singkat akan
menguras cadangan zat besi ibu. Pengaturan jarak kehamilan yang baik minimal dua
tahun menjadi penting untuk diperhatikan sehingga badan ibu siap untuk menerima
janin kembali tanpa harus menghabiskan cadangan zat besinya (Mardliyanti, 2006).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah
11gr % pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 gr % pada trimester 2, nilai batas
tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi karena
hemodulasi, terutama pada trimester 2 (Cunningham. F, 2005).

C. Klasifikasi
Secara umum menurut Proverawati (2009) anemia dalam kehamilan diklasifikasikan
menjadi:
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi
untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk
menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese.
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan
defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono
(2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh
6 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I
defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram sehari, baik per os
maupun parenteral.
3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik
Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu membuat sel-
sel darah baru.
4. Anemia Hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat
daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling
banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan viamin B12.
Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah
memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat,
dan vitamin B12.

D. Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi adalah penyerapan nutrisi yang buruk dari saluran pencernaan ke
dalam aliran darah, yang menyebabkan kekurangan gizi.
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain

E. Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia pada ibu hamil


1. Umur Ibu
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari
20 tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang
berumur 20 – 35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Wanita yang berumur
kurang dari 20 tahun atau lebihdari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk
hamil, karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun
janinnya, beresiko mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami
anemia.

7 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


2. Paritas
Menurt Herlina (2006), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai resiko 1.454
kali lebih besar untuk mengalami anemia di banding dengan paritas rendah.
Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka
akan semakin tinggi angka kejadian anemia.
3. Kurang Energi Kronis (KEK)
41% (2.0 juta) ibu hamil menderita kekurangan gizi. Timbulnya masalah gizi pada
ibu hamil, seperti kejadian KEK, tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, dan
bio sosial dari ibu hamil dan keluarganya seperti tingkat pendidikan, tingkat
pendapatan, konsums pangan, umur, paritas, dan sebagainya. Pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kurang Energi
Kronis (KEK) Wanita UsiaSubur (WUS). Pengukuran LILA tidak dapat digunakan
untuk memantau perubahan tatus gizi dalam jangka pendek. Pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) dapat digunakan untuk tujuan penapisan status gizi Kurang
Energi Kronis (KEK). Ibu hamil KEK adalah ibu hamil yang mempunyai ukuran
LILA<23.5 cm. Deteksi KEK denganukuran LILA yang rendah mencerminkan
kekurangan energi dan protein dalam intake makanan sehari hari yang biasanya
diiringi juga dengan kekurangan zat gizi lain, diantaranya besi. Dapat diasumsikan
bahwa ibu hamil yang menderita KEK berpeluang untuk menderita anemia
(Darlina, 2003).
4. Infeksi dan Penyakit
Zat besi merupakan unsur penting dalam mempertahankan daya tahan tubuh agar
tidak mudah terserang penyakit. Menurut penelitian, orang dengan kadar Hb <10
g/dl memiliki kadar sel darah putih (untuk melawan bakteri) yang rendah pula.
Seseorang dapat terkena anemia karena meningkatnya kebutuhan tubuh akibat
kondidi fisiologis (hamil, kehilangan darah karena kecelakaan, pascabedah atau
menstruasi), adanya penyakit kronis atau infeksi (infeksi cacing tambang, malaria,
TBC) (Anonim, 2004). Ibu yang sedang hamil sangat peka terhadap infeksi dan
penyakit menular. Beberapa di antaranya meskipun tidak mengancam nyawa ibu,
tetapi dapat menimbulkan dampak berbahaya bagi janin. Diantaranya, dapat
mengakibatkan abortus, pertumbuhan janin terhambat, bayi mati dalam
kandungan, serta cacat bawaan. Penyakit infeksi yang di derita ibu hamil biasanya
tidak diketahui saat kehamilan. Hal itu baru diketahui setelah bayi lahir dengan
kecacatan. Pada kondisi terinfeksi penyakit, ibu hamil akan kekurangan banyak
8 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I
cairan tubuh serta zat gizi lainnya (Bahar, 2006). Penyakit yang diderita ibu hamil
sangat menentukan kualitas janin dan bayi yang akan dilahirkan. Penyakit ibu yang
berupa penyakit menular dapat mempengaruhi kesehatan janin apabila plasenta
rusak oleh bakteri atau virus penyebab penyakit. Sekalipun janin tidak langsung
menderita penyakit, namun Demam yang menyertai penyakit infeksi sudah cukup
untuk menyebabkan keguguran. Penyakit menular yang disebabkan virus dapat
menimbulkan cacat pada janin sedangkan penyakit tidak menular dapat
menimbulkan komplikasi kehamilan dan meningkatkan kematian janin 30%
(Bahar, 2006).
5. Jarak kehamilan

Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan
prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang
dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak
kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk
memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu
hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan.
Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan
janin yang dikandungnya.

6. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di derita
masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan
dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak
yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi
rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang
mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan rendah.

F. Fisiologi anemia dalam kehamilan


Pada kehamilan relatif terjadi anemia karena ibu hamil mengalami hemodelusi
(pengenceran) dengan peningkatan volume 30 % sampai 40 % yang puncaknya pada
kehamilan 32 sampai 34 minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18 % sampai 30 % dan
hemoglobin sekitar 19 % (Manuaba, 2010).
Zat besi tambahan dibutuhkan oleh tubuh selama kehamilan, kebutuhan total zat
besi adalah antara 580 dan 1340 mg, dan dari jumlah itu sampai dengan sampai dengan

9 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


1050 mg akan hilang selama persalinan (hilman 1996). Pada awal kehamilan,
kebutuhan zat besi sekitar 2,5mg/hari dan meningkat sekita 6,6 mg/hari pada trimester
tiga. Diet normal zat besi negara maju adalah 15-20 mg/hari dan 3-10% diabsorpsi
terutama dari duodenum. Pada wanita sehat, kehilangan zat besi sehari-hari adalah 1-
2 mg (Jordan & McOwat).

G. Patofisiologi
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding
plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi
pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan
sel darah merah atau anemia.

Pengenceran darah dianggap penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan


dan bermanfaat bagi wanita, pertama pengenceran dapat meringankan beban jantung
yang harus bekerja lebih berat dalam masa kehamilan, karena sebagai akibat hidremia
cardiac output untuk meningkatkan kerja jantung lebih ringan apabila viskositas
rendah. Resistensi perifer berkurang, sehingga tekanan darah tidak naik, kedua
perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit
dibandingkan dengan apabila darah ibu tetap kental. Tetapi pengenceran darah yang
tidak diikuti pembentukan sel darah merah yang seimbang dapat menyebabkan
anemia.

Bertambahnya volume darah dalam kehamilan dimulai sejak kehamilan 10


minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan 32 dan 36 minggu (Setiawan Y,
2006).

H. Bahaya anemia pada ibu hamil


Pengaruh anemia pada kehamilan. Risiko pada masa antenatal : berat badan
kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah dini, anemia pada masa intranatal
dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah, perdarahan intranatal, shock, dan masa
pascanatal dapat terjadi subinvolusi. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada
neonatus : premature, apgar scor rendah, gawat janin.

10 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


Bahaya pada Trimester II dan trimester III, anemia dapat menyebabkan
terjadinya partus premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin
dalam rahim, asfiksia intrapartum sampai kematian, gestosisdan mudah terkena
infeksi, dan dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mansjoer A. dkk., 2008).
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan, dapat menyebabkan gangguan
his primer, sekunder, janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan
tinggi karena ibu cepat lelah dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan
operatif (Mansjoer A. dkk., 2008). Anemia kehamilan dapat menyebabkan kelemahan
dan kelelahan sehingga akan mempengaruhi ibu saat mengedan untuk melahirkan bayi
(Smith et al., 2012). Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan : gangguan his-
kekuatan mengejan, Kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar, Kala
II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan tindakan
operasi kebidanan, Kala III dapat diikuti retensio plasenta, dan perdarahan postpartum
akibat atonia uteri, Kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri. Pada kala nifas : Terjadi subinvolusi uteri yang menimbulkan perdarahan post
partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi
kosrdis mendadak setelah persalinan, anemia kala nifas, mudah terjadi infeksi
mammae (Saifudin, 2006)
Hasil penelitian oleh Indriyani dan Amirudin (2007) menunjukkan bahwa faktor
risiko anema ibu hamil <11 gr% mempunyai hubungan yang bermakna dengan
kejadian partus lama. Ibu yang mengalami kejadian anemia memiliki risiko
mengalami partus lama 1,681 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak
anemia tapi tidak bermakna secara statistik. Ini diduga karena terjadi ketidak
seragaman pengambilan kadar Hb dan pada kontrolnya ada yang kadar Hb nya
diambil pada trimester 1 dan bisa saja pada saat itu ibu sedang anemia. Ibu hamil yang
anemia bisa mengalami gangguan his/gangguan mengejan yang mengakibatkan partus
lama. Kavle et al, (2008) pada penelitianya menyatakan bahwa perdarahan pada ibu
setelah melahirka berhubungan dengan anemia pada kehamilan 32 minggu.
Kehilangan darah lebih banyak pada anemia berat dan kehilangan meningkat sedikit
pada wanita anemia ringan dibandingkan dengan ibu yang tidak anemia.
Pertumbuhan plasenta dan janin terganggu disebabkan karena terjadinya
penurunan Hb yang diakibatkan karena selama hamil volume darah 50% meningka
dari 4 ke 6 L, volume plasma meningkat sedikit yang menyebabkan penurunan
konsentrasi Hb dan nilai hematokrit. Penurunan ini akan lebih kecil pada ibu hamil
11 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I
yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan perfusi dari plasenta dan untuk penyediaan cadangan saat kehilangan darah
waktu melahirkan. Selama kehamilan rahim, plasenta dan janin memerlukan aliran
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi (Smith et al., 2012).
Pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada janin, kelahiran prematur dan
berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar 38,85% ,merupaka penyebab
kematian bayi. Sedangkan penyebab lainnya yang cukup banyak terjadi adalah
kejadian kurangnya oksigen dalam rahim (hipoksiaintrauterus) dan kegagalan nafas
secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir (asfiksia
lahir), yaitu 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,82% kematian perinatal
dipengaruhi pada kondisi ibu saat melahirkan. Jika dilihat dari golongan sebab sakit,
kasus obstetri terbanyak pada tahun 2005 adalah disebabkan penyulit kehamilan,
persalinan dan masa nifas lainnya yaitu56,09% (Depkes, 2008).
Ahmad Rofiq (2008) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan
prioritas 1-3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang dari
2 tahun menunjukkan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak kehamilan yang
terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk memulihkan kondisi
rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu hamil dengan jarak yang
terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan. Karena cadangan zat besi ibu
hamil pulih.
Akhirnya berkurang untuk keperluan janin yang dikandungnya.

I. Derajat Anemia
Pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin Ibu hamil dikatakan anemia
bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 11,00 gr%. Menururt Word
Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar
Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak
anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%, Anemia sedang : Hb 7-8.9
gr%, Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ; Kusumah, 2009 ).

12 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


J. Penatalkasanaan
1. Mendiagnosis
Evaluasi awal pada wanita hamil dengan anemia adalah melakukan pengukuran
hemoglobin, hematokrit, dan indeks-indeks sel-sel darah merah; pemeriksaan
cermat terhadap sediaan apus darah tepi.
2. Penanganan
a. Anemia ringan
Pada kehamilan dengan kadar Hb 9 – 10,9 gr% masih dianggap ringan sehingga
hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/ hari besi dan 400 mg asam folat
peroral sekali sehari. Hb dapat dinaikkan sebanyak 1 gr%/ bulan.
b. Anemia sedang
1) Pengobatan dapat dimulai dengan pemberian preparat besi feros 600 –
1000 mg/ hari seperti sulfat ferossus atau glukonas ferossus. Hb dapat
dinaikkan sampai 10 gr/ 100 ml atau lebih asal masih ada cukup waktu
sampai janin lahir.( Saifuddin, AB, 2000 )
2) Pemberian tablet Fe 3x1 ( Varney,H. 2007; h.625 )
c. Anemia berat
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg
( 20 ml ) intravena 2x10 ml intramuskuler pada gluteus. Transfusi darah
kehamilan lanjut dapat diberikan walaupun sangat jarang diberikan mengingat
resiko transfusi bagi ibu dan janin. ( Saifuddin,AB. 2000 )

13 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11
gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes
RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital
pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika
konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Wanita memiliki sekitar 2,3 gram zat bes total di dalam tubuh yang sebagian besarnya
(80%) ditemukan dalam masa sel darah merah sebagai hemoglobin (Hb). Zat besi total di
dalam tubuh ditentukan oleh asupan, pengeluaran, dan penyimpanan mineral ini. zat besi
yang tidak digunakan disimpan sebagai kompleks protein yang read more dapat larut yaitu
feritin, yang terdapat terutama di hati, sum-sum tulang belakang, limpa dan otot skeletal.
Dibutuhkan skema absorpsi normalsistem gastrointestinal yang mempertahankan
keseimbangan antara kadar zat besi fungsional (Hb) dan zat besi yang disimpan
(mioglobin). Tubuh mampu menyerap 1-2 mg zat besi setiap hari diet dan laju produksi sel
darah merah yang adekuat. Faktor utama yang mengendalikan absorpsi zat besi adalah
jumlah zat besi yang disimpan dalam tubuh dan jenis zat besi yang tersimpan dalam diet
seseorang.
Kebutuhan zat besi meningkat untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan, menstruasi,
kehilangan darah atau donor darah, kehamilan, gangguan hemolitik, obat yang
menyebabkan hemolisis (missal antiretrovirus), infeksi saluran kemih-kehamilan, dan
infestasi cacing tambang.

B. Saran
Bagi Program Studi Keperawatan Semoga Karya Tulis ini dapat sebagai bahan atau
sumber bacaan di perpustakaan instansi pendidikan sekaligus untuk memenuhi persyaratan
menyelesaikan pendidikan pada S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimah

DAFTAR PUSTAKA

14 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I


A Julasma. “Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal Anemia
Dalam Kehamilan “http://unikyangasik.blogspot.co.id/2015/05/asuhan-kebidanan-
kegawatdaruratan.html Diakses tanggal 01 April 2018

15 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I

Anda mungkin juga menyukai