Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Gawat Darurat & Keperawatan
Bencana I
Disusun Oleh :
S1 KEPERAWATAN TK 3B
CIMAHI
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
Anemia Pada Ibu Hamil. Kami berterima kasih kepada Bapa H. Oman Hendi,
S.Kep.,Ners selaku dosen pengajar mata kuliah gawat darurat & keperawatan
bencana I.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I ...................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
A. Latar Belakang
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional karena mencerminkan
nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan pengaruhnya sangat besar terhadap
kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil disebut “potensial danger to
mother and child” (potensial membahayakan ibu dan anak). Oleh karena itulah anemia
memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan
(Manuaba, 2007).
Data World Health Organization (WHO) 2010, 40% kematian ibu di negara
berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam
kehamilan di sebabkan oleh defisiensi besi dan pendarahan akut, bahkan jarak keduanya
saling berinteraksi. Anemia dalam kehamilan merupakan masalah kesehatan yang utama
di negara berkembang dengan tingkat morbiditas tinggi pada ibu hamil. Rata-rata
kehamilan yang disebabkan karena anemia di Asia diperkirakan sebesar 72,6%.Tingginya
pravalensinya anemia pada ibu hamil merupakan masalah yang tengah dihadapi
pemerintah Indonesia (Adawiyani, 2013).
Data survei demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2010 menyebutkan
bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebesar 220 per 100.000 kelahiran hidup.
Angka tersebut masih jauh dari target Rancangan Pembangunan Jangka Menengah
(RPJMN) tahun 2014 sebesar 118 per 100.000 kelahiran hidup dan target Milenium
Develpomen Goals
(MDG’s) sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2015 (Kemenkes RI, 2011).
Pravalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 70% atau 7 dari 10 wanita hamil
menderita anemia. Anemia defisiensi besi dijumpai pada ibu hamil 40%. Angka kejadian
anemia kehamilan di Surakarta pada tahun 2009 adalah 9,39%. Tercatat bahwa dari 11.441
ibu hamil terdapat 1.074 ibu hamil yang mengalami anemia kehamilan (Dinkes Surakarta,
2010).
Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penderita anemia kehamilan
terbanyak. Program pemberian tablet Fe pada setiap ibu hamil yang berkunjung ke
pelayanan kesehatan nyatanya masih belum mampu menurunkan jumlah penderita anemia
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil?
2. Apa saja klasifikasi anemia pada ibu hamil?
3. Apa saja etiologi anemia pada ibu hamil?
4. Apa saja factor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anemia pada ibu hamil.
2. Untuk mengetahui klasifikasi anemia pada hamil.
3. Untuk mengetahui apa saja etiologi pada ibu hamil.
4. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu hamil
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian anemia
Anemia adalah penurunan kadar hemoglobin (Hb), hematocrit atau ukuran
eritosit berakibat pada penurunan kapasitas pengangkutan oksigen oleh darah. (
Sudoyo Aru )
Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah
(eritrosit) dan/atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai
normal (kurang darah). Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah merah yang
berfungsi mengikat oksigen
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen
darah dan ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E,
Doenges, Jakarta, 1999).
Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral
FE sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, kapita
selekta, jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999). Anemia secara umum adalah turunnya kadar sel
darah merah atau hemoglobin dalam darah.
C. Klasifikasi
Secara umum menurut Proverawati (2009) anemia dalam kehamilan diklasifikasikan
menjadi:
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu keperluan zat besi
untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan. Untuk
menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan anamnese.
Hasil anamnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-
kunang dan keluhan mual muntah pada hamil muda. Pada pemeriksaan dan
pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan metode sahli, dilakukan
minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I dan III.
2. Anemia Megaloblastik
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic acid) dan
defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut Hudono
(2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila disebabkan oleh
6 Gawat Darurat & Keperawatan Bencana I
defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram sehari, baik per os
maupun parenteral.
3. Anemia Hipoplastik dan Aplastik
Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu membuat sel-
sel darah baru.
4. Anemia Hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat
daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil dengan anemia paling
banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (Fe) serta asam folat dan viamin B12.
Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan anemia pada dasarnya ialah
memberikan makanan yang banyak mengandung protein, zat besi (Fe), asam folat,
dan vitamin B12.
D. Etiologi
Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan
perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin, 2002).
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi (malnutrisi)
2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi adalah penyerapan nutrisi yang buruk dari saluran pencernaan ke
dalam aliran darah, yang menyebabkan kekurangan gizi.
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan lain-lain
Menurut Ammirudin (2007) proporsi kematian terbanyak terjadi pada ibu dengan
prioritas 1 – 3 anak dan jika dilihat menurut jarak kehamilan ternyata jarak kurang
dari 2 tahun menunjukan proporsi kematian maternal lebih banyak. Jarak
kehamilan yang terlalu dekat menyebabkan ibu mempunyai waktu singkat untuk
memulihkan kondisi rahimnya agar bisa kembali ke kondisi sebelumnya. Pada ibu
hamil dengan jarak yang terlalu dekat beresiko terjadi anemia dalam kehamilan.
Karena cadangan zat besi ibu hamil pulih. Akhirnya berkurang untuk keperluan
janin yang dikandungnya.
6. Pendidikan
Pada beberapa pengamatan menunjukkan bahwa kebanyakan anemia yang di derita
masyarakat adalah karena kekurangan gizi banyak di jumpai di daerah pedesaan
dengan malnutrisi atau kekurangan gizi. Kehamilan dan persalinan dengan jarak
yang berdekatan, dan ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat social ekonomi
rendah (Manuaba, 2010). Menurut penelitian Amirrudin dkk (2007), faktor yang
mempengaruhi status anemia adalah tingkat pendidikan rendah.
G. Patofisiologi
Darah bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut hidremia atau
hipervolemia, akan tetapi bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan
bertambahnya plasma, sehingga pengenceran darah. Pertambahan tersebut berbanding
plasma 30,00%, sel darah merah 18,00% dan Hemoglobin 19,00%. Tetapi
pembentukan sel darah merah yang terlalu lambat sehingga menyebabkan kekurangan
sel darah merah atau anemia.
I. Derajat Anemia
Pada ibu hamil dan penentuan kadar hemoglobin Ibu hamil dikatakan anemia
bila kadar hemoglobin atau darah merahnya kurang dari 11,00 gr%. Menururt Word
Health Organzsation (WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar
Hb < 11 % . Anemia pada ibu hamil di Indonesia sangat bervariasi, yaitu: Tidak
anemia : Hb >11 gr%, Anemia ringan : Hb 9-10.9 gr%, Anemia sedang : Hb 7-8.9
gr%, Anemia berat : Hb < 7 gr% ( Depkes, 2009 ; Shafa, 2010 ; Kusumah, 2009 ).
A. Kesimpulan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11
gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada trimester II ( Depkes
RI, 2009 ). Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya
hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital
pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika
konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (Varney, 2006 ).
Wanita memiliki sekitar 2,3 gram zat bes total di dalam tubuh yang sebagian besarnya
(80%) ditemukan dalam masa sel darah merah sebagai hemoglobin (Hb). Zat besi total di
dalam tubuh ditentukan oleh asupan, pengeluaran, dan penyimpanan mineral ini. zat besi
yang tidak digunakan disimpan sebagai kompleks protein yang read more dapat larut yaitu
feritin, yang terdapat terutama di hati, sum-sum tulang belakang, limpa dan otot skeletal.
Dibutuhkan skema absorpsi normalsistem gastrointestinal yang mempertahankan
keseimbangan antara kadar zat besi fungsional (Hb) dan zat besi yang disimpan
(mioglobin). Tubuh mampu menyerap 1-2 mg zat besi setiap hari diet dan laju produksi sel
darah merah yang adekuat. Faktor utama yang mengendalikan absorpsi zat besi adalah
jumlah zat besi yang disimpan dalam tubuh dan jenis zat besi yang tersimpan dalam diet
seseorang.
Kebutuhan zat besi meningkat untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan, menstruasi,
kehilangan darah atau donor darah, kehamilan, gangguan hemolitik, obat yang
menyebabkan hemolisis (missal antiretrovirus), infeksi saluran kemih-kehamilan, dan
infestasi cacing tambang.
B. Saran
Bagi Program Studi Keperawatan Semoga Karya Tulis ini dapat sebagai bahan atau
sumber bacaan di perpustakaan instansi pendidikan sekaligus untuk memenuhi persyaratan
menyelesaikan pendidikan pada S1 Keperawatan STIKes Budi Luhur Cimah
DAFTAR PUSTAKA